Sebelum Rio menjawab pertanyaan Ify. Seseorang telah membuka pintu kamar Rio. Rio sudah dag dig dug sedari tadi. Rio dan Ify terus menatap ke arah pintu. Rio sangat berharap kalau yang membuka pintu bukan suster yang tadi. Sedangkan Ify, dia hanya menatap pintu dengan pandangan bingung. Harapan Rio di kabulkan, ternyata Mamanya dan Zahra lah yang muncul di balik pintu.
“Mama. ngagetin.”
“Emang kenapa ??? Kalian lagi bahas apa sih. Serius gitu.”
“Gini tante. Tadi ada suster yang namanya Angel kata Rio, masuk ke ruangan ini. Dia genit banget tante.”
“Oh Suster Angel Fy. Dia emang gitu. dari pertama Rio masuk ke rumah sakit ini, dia udah genit gitu deh. mana pernah bilang dia mau jadi pacar Rio lagi di depan tante.”
“Iya tante aneh banget susternya.”
“Ya gitu lah Fy. Dia kan anak kuliahan yang lagi magang di rumah sakit ini. Acara PKL di sekolahnya gitu. Kebetulan dia dapet tugas di rumah sakit ini. Dan buat tugas pertamanya dia dapet tugas buat ngerawat Rio.” Terang mama Rio, Zahra yang gak tahu apa-apa hanya menjadi pendengar yang baik, dia berjalan mendekat kea rah Rio.
“Oh gitu. pantes aja. Masih kuliahan ternyata.”
“Iya. Semester 5 kayaknya. Gak beda jauh lah sama kalian.”
“Yo, Makananya udah habis ??? Hebat.” Ujar Zahra yang melihat piring yang ada di meja sekarang sudah kosong. Mama Rio yang mendengarnya ikut mendekat. Sedangkan Ify yang udah tahu hanya memasang wajah datar.
“Kamu beneran yang ngabisin Yo ??? Mama gak yakin.”
“Beneran kok mah. Serius.”
“Beneran Fy Rio udah makan ??? Tante masih ragu.” Tanya mama Rio kepada Ify yang terlihat masih sibuk duduk di sofa seraya menonton acara televise.
Ify menoleh kearah Rio dan melihat pemuda itu sedang memohon dan memasang ekspresi seperti bicara ‘Please, jawab Iya’. Kemudian Ify memasang wajah jailnya. Dirinya ingin melihat pemuda itu dimarahi lagi oleh Tante Manda-mama Rio. “Mmm. Tadi Rio buang makanannya di kamar mandi tante. Jadi makanannya bukan di habisin sama dia tapi di buang.”
Rio langsung terbelalak mendengar jawaban gadis itu.
“Rio.” Ucap mama Rio dan langsung menjewer telinga Rio membuat pemuda itu meringis. “Kapan sih sifat bandel kamu bakalan ilang. Hah. Mama bener-bener gak ngerti harus bagaimana lagi sama kamu Yo.”
“Mah, ampun mah. Makanan rumah sakit gak enak. Rio mau makan asal makanan luar. Jangan makanan rumah sakit. Pahit mah. Lepasin mama.” Rio masih merintih kesakitan dan berusaha melepasakan tangan mamanya dari telingannya.
“Makanan rumah sakit itu lebih banyak manfaatnya Yo. Di dalamnya kan udah di campur sama obat. Jadinya pahit.” Ucap mama Rio setelah melepaskan tangannya dari telinga Rio. Rio masih mengusap usap telingannya. Sedangkan kedua gadis cantik yang sedari tadi melihat adegan itu hanya tertawa kecil.
“Yaudah tante. Biar Zahra aja yang beliin makananya.” Tawar Zahra ramah.
“Gak usah deh Ra. Biarin aja nih anak gak makan. Biar nginep disini 1 tahun sekalian. Bandel banget.”
“Yah mama. masa doain Rio gak sembuh sembuh.”
“Gimana mama mau doain kamu biar cepet sembuh kalau kamunya aja di suruh makan gak mau.”
“Yaudah ma. Rio makan deh makanannya. Nih masih ada bekal yang di kasih Zahra tadi.” Ucap Rio seraya mengambil bekal yang berisi makanan pemberian Zahra.
Sedangkan mama Rio, Ify dan Zahra hanya melihat Rio yang sedang memakan makanan pemberian dari Zahra. Diam-diam Ify melihat Zahra yang sedang menatap Rio dengan pandangan yang amat sangat berbeda. Entah mengapa membuat perasaannya semakin kacau. Di tambah sikap tante Manda yang sepertinya juga menyukai gadis itu. Ck. Apa iya dirinya tidak bisa berakhir dengan pemuda itu. Apa tidak ada kesempatan baginya untuk memperbaiki sifatnya yang sudah amat sangat kelewatan kepada pemuda itu. Ify menghirup udara yang ada di dalam ruangan itu dan menghembuskannya secara kasar.
***************
Beberapa hari ini telah dilewati Ify dengan perasaan yang amat sangat tidak karuan. Selama beberapa hari ini dia malah semakin mempunyai perasaan kepada pemuda itu. entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Sekarang pemuda itu juga bertambah dekat dengan siswi baru di sekolahnya. Dimana-mana mereka selalu berdua. Membuat perasaan Ify makin tidak karuan.
Sekarang, dirinya sedang berada di lantai paling atas sekolahnya. Tempat itu hanya ada ruang untuk gudang. Selebihnya hanya ruangan terbuka yang biasanya digunakan untuk semua siswa dan siswi untuk menenangkan diri. Menikmati semilir angin yang menyapu lembut wajahnya. Gadis ini juga sedang berusaha menghilangkan penat yang akhir-akhir ini merasuki otaknya. Terlebihnya tentang pemuda itu. pemuda yang akhir-akhir ini sering sekali melintas dalam ingatannya.
Karena lelah. Ify menyembunyikan wajahnya pada lipatan kedua tangannya. Dengan kedua kakinya yang ia tekuk dan tangannya yang memegang eray kedua kakinya tersebut. Membiarkan rambutnya berantakan terkena hembusan angin yang lumayan kencang. Sementara tak jauh dari gadis ini. Ada seorang pemuda yang sedang berdiri di depan pintu gudang. Setelah matanya menyapu pandangan kesekelilingnya, pemuda itu baru sadar jika ada orang lain yanga berada di tempatnya sekarang.
Pemuda itu benar-benar tidak tahu siapa gadis itu. karena wajahnya di sembunyikan dalam lipatan tangannya. Dengan gerakan reflek dia mendekat untuk memastikan siapa gadis itu. tidak mungkin di siang bolong begini ada hantu di di sekolahnya. Mungkin gadis itu sedang mempunyai masalah yang lumayan berat sehingga memutuskan untuk menuju ke lantai atas yang jarang di lewati orang.
“Ehem.” Dehem Pemuda itu membuat seorang gadis yang tadi menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya mengangkat wajahnya. Keduanya sama-sama syok melihat satu sama lain.
“Rio/Ify.” Ucap keduanya bebarengan.
“Ngapain disini.” Lagi lagi mereka bebarengan. Ify langsung tersenyum salting seraya mengalihkan wajahnya dan Rio hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal seraya tersenyum canggung.
“Ngapain disini Fy ???” Rio bertanya ulang setelah terjadi keheningan di antara mereka berdua.
“Loe sendiri lagi ngapain ???”
“Bukannya di jawab malah balik nanya. Tadi gue di suruh sama Pak Doni buat ngambil pompa bola di gudang. Loe sendiri ???”
“Lagi nenangin diri.”
“Oh, lagi ada masalah ???”
“Mau tahu aja atau mau tahu banget.”
“Gak dua duanya.”
“Issh, kalau gitu kenapa nanya.” Ucap Ify kesal.
“Terserah gue dong, mulut mulut gue.” Jawab Rio santai membuat gadis itu makin geram dan bertambah kesal.
“Yaudah sana pergi.”
“Loe ngusir gue ???”
“Anak TK aja tahu, loe yang udah gede masa gak tahu.”
“Nyindir gue tuh kayaknya.”
“Oh, jadi loe merasa ??? Bagus dong kalau gitu.”
“Ck, yaudah terserah loe. Kalau gue terus disini sama loe. yang ada gue bakalan di gantung sama Pak Doni.”
“Yaudah sana pergi.”
“Hati hati loe. sendirian disini.” Ucap Rio seraya berlari kearah gudang.
Ify hanya diam melihat gerak-gerak Rio. Setelah pemuda itu masuk ke dalam gudang. Ify hanya menghela nafas. Kenapa pemuda itu tidak seperti dulu. Hanya menatap pemuda itu saja membuatnya merasa bersalah. Apa dirinya memang sudah kelewatan ya dulu. Kenapa perasaan itu baru datang sekarang. Kenapa gak dari dulu aja. Mengapa perasaan itu datang di saat pemuda itu sudah memutuskan untuk menjauhinya dan memutuskan untuk berhenti mengejar ngejarnya. Peri cinta sepertinya tidak berpihak kepadanya dan juga pemuda tampan itu.
Setelah Rio keluar dari gudang. Dia masih melihat Ify yang masih dengan setianya duduk di tempat tadi seraya memandang kearah depan seraya kedua tangannya memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Entah kenapa pemuda ini khawatir sekali dengannya. Tapi melihat tatapannya tadi bahwa gadis itu tidak ingin di ganggu makanya pemuda itu tidak jadi untuk menghiburnya.
Sebenernya Rio masih ingin mendekati Ify seperti dulu. Tapi melihat Ify yang masih sama seperti dulu yang selalu cuek kepada dirinya, Rio langsung mengundurkan niatnya untuk menghibur gadis itu. Jika ia nekad yang ada dirinya malah mendapat perlakuan yang membuat hatinya sakit lagi seperti dulu. Rio sudah tidak mau membuat hatinya terluka seperti dulu. Sudah cukup 4 bulan ini membiarkan hatinya terluka oleh gadis itu.
“Ify. Udah mau bel. Loe gak masuk ke kelas ???” Tanya Rio di depan gudang. Ify langsung menoleh dan menatap Rio.
“Gue lagi pengin disini.” Jawab Ify santai.
“Yaudah deh. terserah loe. Gue ke bawah dulu.” Ucap Rio seraya berlari menuju ke lantai bawah. Ify tersentak.
Pemuda itu meninggalkannya, tidak membujuknya untuk bersama sama ke kelas. Ify hanya menghirup udara guna untuk mencegah rasa sakit yang sekarang sedang merasuki tubuhnya.
“Kenapa sih Yo. Dihadapan loe gue gak bisa bersikap manis. Kenapa kalau ketemu loe gue selalu gak bisa bersikap lembut dan buat loe betah di samping gue. Padahal gue sekarang udah sadar perasaan gue yang sebenernya ke loe. tapi kenapa gue gak bisa bersikap yang sewajarnya ke loe.” Gumam Ify
“Maafin gue kalau selama ini gue selalu nyakitin hati loe. mungkin loe udah cape setiap hari mesti mendengar bentakan gue dan selalu mendengar ucapan penolakan gue. Tapi gue baru sadar Yo, kalau apa yang gue lakuin ke loe dulu tuh salah. Gue pengin minta maaf tapi gue gak pernah bisa. Gue selalu takut untuk minta maaf ke loe. Mungkin loe sekarang udah capek. Mungkin loe selama ini merasa sakit hati atas tingkah laku gue. Tapi gue juga gak ngerti Yo kenapa gue berbuat kaya gitu sama loe.”
“Gue sama sekali gak tahu salah loe apa sampe-sampe gue tega ngelakuin ini sama loe. gue sama sekali gak tahu apa yang menjadikan gue berbuat kasar dan selalu nolak pemberian loe. gue baru sadar Yo. Cuma loe yang sayang sama gue. Cuma loe yang sayang sama gue dengan tulus. Cuma loe yang baik sama gue. Cuma elo yang …… Arrrrggghhhhh.” Teriak Ify sekerasnya agar bisa menghilangkan perasaan sakit di hatinya. Tapi nyatanya. Itu semua tidak mampu mengobatinya.
“Gue minta maaf Yo, gue minta maaf.” Ify hanya mengucapkan kalimat itu berulang kali. Dirinya seperti orang depresi sekarang. Rambutnya pun sudah sangat berantakan terkena hembusan angin yang cukup kencang itu. tapi Ify tidak perduli. Dirinya hanya ingin Rio. Hanya ingin pemuda itu ada di sampingnya. Tapi rasanya mustahil. Karena pemuda itu sekarang menjauhinya. Butiran air mata dengan mudahnya terjun melewati pipi mulusnya. Ify menangis. Menangis karena kesalahannya yang sekarang baru disadarinya. Gadis cantik itu kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Menyembunyikan air mata yang terus mengalir melewati pipinya. Menyesali tingkah bodohnya yang selama ini ia lakukan kepada pemuda itu.
***************
Hari ini Rio melakukan aktivitasnya seperti biasa. Wajahnya terlihat lebih cerah dengan senyuman yang membingkai wajah tampannya. Semua yang pernah Rio lakukan dulu untuk gadis itu sekarang hanya tinggal kenangan. Pemuda itu tidak pernah sedikitpun memberikan sesuatu yang dulu pernah ia berikan kepada Ify. Karena Rio tahu, jika dia nekad memberikan itu semua. Maka, Cuma sakit yang akan ia dapatkan. Sakit atas kalimat penolakan yang di ucapkan oleh gadis itu. Tapi dia tidak bisa berjanji akan melupakan gadis itu. Karena sesungguhnya, hati kecilnya masih menyimpan nama Ify dan membungkusnya rapat rapat.
“Bro, loe beda banget sekarang.” Tanya Alvin. Mereka sekarang sedang duduk di tengah lapangan indoor.
“Beda gimana ???” Tanya Rio heran.
“Loe sekarang lebih cuek plus gak perduli sama semua yang ada di hadapan loe. bahkan loe sama sekali gak bersikap manis sama pujaan hati loe lagi. Loe kenapa bro ??? Mau jadi diri orang lain ???”
“Cissh, ngapain repot repot jadi diri orang lain, jadi diri gue aja gue bangga banget kok. Sebenernya sifat asli gue emang seperti ini kan Vin ??? Kalo loe masih care sama gue, loe pasti masih inget kalau sifat gue emang seperti ini.”
“Yayaya. Dan sifat loe itu berubah ketika loe bertemu dengan seorang gadis bernama Dea. Dan setelah Dea memilih untuk meninggalkan loe dan kembali ke tempat asalnya, loe kembali lagi ke sifat dulu loe. dan sifat loe berubah kembali ketika bertemu dengan seorang gadis bernama Ify. Betulkan ???”
“Teryata loe care banget sama gue yah Vin. Gak nyangka gue. Tapi sekarang gue udah mikirin buat ngelupain Ify dan kembali ke kehidupan gue yang dulu. Percuma aja gue ngejar sebuah bintang. Tapi bintangnya gak mau deket deket sama gue.”
“Are you sure ???”
“I’m sure bro. I think, that all moment about she with me just dream.” Alvin hanya tersenyum senang mendengar penuturan sahabatnya itu.
Sedangkan Ify. Dia sedang berada di taman sekolah. Tempat paling asyik untuk merefresh otaknya. Tapi pikirannya sedari tadi terus tertuju pada Rio. Dia baru menyadari sekarang bahwa dirinya sedang merasa kehilangan pemuda tampan itu. Yaps. kata yang paling tepat untuk gadis itu. Ify merindukan saat saat pemuda itu mengganggu dirinya. Ify tahu apa yang membuat pemuda itu seperti itu. pasti gara-gara sifatnya yang selalu menolak kehadirannya dulu, gara-gara dirinya yang tidak pernah merespon dengan baik semua perlakuan dia. Ify menyesal. Andai waktu bisa di ulang, ia akan lebih mau menjaga perasaan lelaki itu.
Sekarang semuanya sudah berlalu. Pemuda itu memilih untuk pergi dari kehidupannya. Pemuda itu menyerah untuk mendapatkannya. Kecewa, sedih, marah, rindu semuannya bercampur menjadi satu membuat dadanya sesak. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat ??? Mengapa harus terjadi padanya. Dirinya baru menyadari jika Cuma pemuda itu yang benar benar tulus mencintainya. Gabriel. Pemuda yang pertama kali ia pikir pemuda itu yang terbaik. Tapi nyatanya sama sekali enggak. Dia seperti laki laki lain yang lebih mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan orang lain.
FLASHBACK !!!
Di sebuah pantai. Sepasang kaum adam dan hawa sedang berjalan berdua di sepanjang tepi pantai tersebut. mereka tidak menjalin hubungan, hanya ingin meluruskan hubungan yang mereka jalani selama ini tanpa status. Apakah hubungan mereka akan tetap lanjut dan dengan status yang jelas. Ataukah mereka akan mengakhiri hubungan ini dan melanjutkan hanya dengan hubungan pertemanan. Itu yang akan mereka tentukan pada saat ini.
“Gimana sama jawaban kamu Fy ???”
“jawaban apa ???”
“Permintaan aku yang dulu. Kamu mau gak jadi pacar aku ???”
“Mmm, aku … aku …”
“Aku ……”
“Maaf.”
“Maksudnya apa ??? Jangan bilang kamu nolak aku Fy. Setelah 2 minggu ini aku nunggu jawaban kamu, dan hasilnya kamu nolak aku ???” Tanya Gabriel emosi.
“Maaf Iel. Kita gak cocok. Percuma kalau aku nerima kamu tapi aku gak cinta sama kamu.”
“Gak cinta ??? Jadi selama ini kamu nganggep aku apa Fy ??? Mainan yang bisa di mainkan begitu aja ??? Dan setelah bosen kamu buang aku gitu aja ???”
“Gak gitu Iel. Aku ngerasa kita itu gak cocok. Terlalu banyak perbedaan.”
“Alasan. Loe fikir gue cowok apaan Hah.” Ucap Gabriel emosi seraya memegang kedua bahu Ify erat membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Sakit.”
“Sakit ??? Sakit mana hati gue sama sakit loe sekarang.” Bentak Gabriel kasar. Untung keadaan pantai lumayan sepi, kalau tidak, sekarang pasti mereka menjadi tontonan di pantai ini.
“Lagian aku tahu kok. Kamu itu punya banyak pacar di luar sana. Jadi kalau aku tolak kamu, kamu masih bisa nyari lagi yang lainnya kan ???” Ujar Ify pelan seraya menundukan wajahnya menahan sakit.
“Yah, loe nolak gue. Dan itu membuat gue marah. Ngerti. Seorang Gabriel itu gak pernah di tolak cewek. Dan loe udah ngelakuin itu sama gue. Gue benci penolakan.” Ucap Gabriel memberikan penekanan pada beberapa kata.
“Lepasin Iel. Sakit banget.” Rintih Ify berusaha melepaskan cengkraman tangan Gabriel di bahunya.
“Gue gak akan lepasin. Sebelum loe mau jadi pacar gue.”
“Gak. Gue gak mau jadi pacar loe. lepas.” Teriak Ify histeris.
“Kalau gue gak mau lepasin loe, loe mau apa Hah.” Tantangnya dan semakin membuat Ify merasa ketakutan.
“Lepasin dia.” Suara itu membuat Gabriel dan Ify mengalihkan perhatiannya ke sumber suara. Dilihatnya seorang pemuda yang sedang berdiri tak jauh tempat mereka berdua. Dan itu malah membuat Gabriel semakin marah.
“Siapa loe. Mau jadi pahlawan kesiangan ???” Sinis Gabriel seraya melepaskan cengkramannya pada bahu Ify secara kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Pahlawan kesiangan. Gue emang pahlawan kali. Bukan Cuma siang sih, tapi setiap hari. Gak kaya loe. yang bisanya Cuma berlaku kasar sama cewe.”
“Itu bukan urusan loe.” Bentak Gabriel marah.
“Jelas itu urusan gue. Loe tahu cewe itu siapa ??? Dia sahabat gue. So, kalau loe mau nyakitin dia, hadapi gue dulu kalo loe berani.”
“Sahabat ??? Just it ??? Segitu perhatiannya loe sama sahabat. Bilang aja kalau loe itu suka juga sama dia. Iya kan.”
“Terserah loe mau ngomong apa. Yang jelas gue gak suka sama kelakuan loe yang tadi. Kalau loe masih bersikap seperti itu, gue gak akan segan segan bikin muka loe yang loe rawat itu jadi gak mulus lagi.”
“Loe fikir gue takut ???”
“Dan loe fikir gue gak serius sama ucapan gue tadi.”
“Sepertinya loe mau cari masalah sama gue.”
“Gak penting cari masalah sama orang kaya loe. Tapi kalau loe nantangin gue. Ayo.”
“LOE …”
Terjadilah keributan antara kedua pemuda tampan itu. Gabriel dengan emosinya langsung melayangkan tangannya kearah lawannya. Tapi sepertinya pemuda yang sekarang jadi lawan Gabriel sudah sangat pintar sekali dalam urusan seperti ini. Buktinya Gabriel lebih banyak kalahnya dibandingkan dengan pemuda tampan itu.
Sedangkan Ify hanya berdiri mematung melihat pertengkaran itu. gadis cantik ini masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Pemuda yang menolongnya adalah sepupunya yang sudah lama ini tinggal di Negara seberang. Sepupunya yang tidak pernah menghubunginya selama dia berada di sana. Dan sekarang muncul di saat yang sedang genting seperti ini. Benar benar tidak percaya.
Ify langsung tersadar begitu ada seseorang yang menarik lengannya menjauhi pantai. Dilihatnya sepupunya itu yang menarik lengannya tadi. Ify mengalihkan pandangannya pada seorang pemuda lagi yang sedang terbaring menahan sakit di perutnya. Gabriel. Pemuda itu ternyata kalah dalam pertarungan ini. Wajahnya pun sudah babak belur mungkin terkena pukulan dari sepupunya ini.
Tapi dia tidak perduli lagi dengan Gabriel. Cukup sampai sini dia berurusan dengan seseorang bernama Gabriel. Dia sangat menyesal sekali pernah cinta dan sayang kepada pemuda itu. padahal jelas jelas Gabriel tidak pernah serius dengan dirinya. Pemuda itu juga kasar. Tidak ada lembut lembutnya sama sekali. Tidak seperti Rio. Akh, pemuda tampan itu membuat dirinya rindu.
“Ehem.”
Suara deheman itu membuat Ify mengalihkan pikirannya. Sekarang dia sedang menatap sepupunya yang berdiri di sampingnya. Tidak banyak berubah. Hanya lebih tinggi dan tambah dewasa sekarang. Tampangnya masih tetap kelihatan keren dan tampan. Tubuhnya semakin berotot. Sangat atletis sekali. Tidak seperti dulu yang biasa biasa saja. Sepertinya di Negara seberang membuat pemuda tampan ini semangat dalam menjalankan olahraganya.
“Gue bener bener gak percaya. Apa benar ini elo.” Ucap Ify tidak percaya.
“Iya ini gue. Cakka Kawekas Nuraga. Sepupu loe yang paling ganteng.” Ucap pemuda tampan itu yang ternyata bernama Cakka.
“Ternyata kenarsisan loe masih sama seperti dulu. Tambah akut kayaknya.”
“Gue kangen banget sama loe. apa loe gak kangen sama gue ???”
“Loe mau bilang gue gak kangen sama loe. Otak loe dimana hah. Gue itu selalu nunggu kabar dari elo. Tapi loe sepertinya keasyikan disana sampe lupa ngehubungin gue.”
“Maaf ya. Bukan gue yang menginginkan itu, tapi keadaan yang mengharuskan gue untuk gak pernah ngehubungin loe, dan orang tua loe.”
“Loe wajib cerita sama gue alasanya.”
“Dan loe juga wajib cerita sama gue tentang cowok tadi dan masalah loe.”
“Oke.”
“Yaudah kita pulang sekarang. Gue kangen banget sama orang tua loe.” Ucap Cakka menarik tangan Ify kembali menuju ke mobilnya dan menuju ke rumah orang tua Ify.
FLASHBACK OFF !!!
Masalah dirinya dengan Gabriel usai sudah. Dan sepupunya yang sangat ia sayang itu juga sudah kembali. Cakka sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri bagi orang tua Ify. Dan sudah dianggapnya seperti kakak untuk dirinya. Umur mereka hanya berkisar 1 tahun. Tandanya sekarang Cakka sudah mau menduduki bangku kuliah. Jika Ify kelas 3 nanti, dia akan memulai kuliahnya. Cakka sudah lulus sejak 1 bulan yang lalu. Ujian di Negara seberang sepertinya lebih dulu terlaksana.
Tapi dirinya masih galau gara gara masalahnya dengan Rio. Pemuda itu semakin berubah kelakuannya membuatnya frustasi. Apa yang ia harus lakukan sekarang. Dirinya sudah tidak bisa menahan semuannya sendiri. Dia ingin mengakui kepada pemuda tampan itu tentang perasaannya yang sebenarnya. Tapi masih takut jika pemuda tampan itu malah mengacuhkannya seperti yang ia lakukan dulu.
“Hey ngelamun aja.” Tepukan pelan di bahunya menyadarkan Ify dari lamunan panjangnya (?). Setelah mengubah arah pandangannya 180°, terlihat ketiga sahabatnya yang sedang senyum senyum gaje seraya menatapnya.
“Kalian. Habis dari mana sih ???”
“Dari kantin Fy. Ya lagian loe bengong aja kerjaanya. Tadi kita ajak, loe juga gak mau. Yaudah pergi bertiga deh.” Jelas Agni seraya duduk di samping Ify. Begitupun dengan Sivia dan Shilla.
“Gue lagi bingung guys.”
“Masalah Rio lagi ??? Kan kita udah ngasih saran sama loe. Sebaiknya loe jujur aja sama Rio tentang perasaan loe. Mau sampe kapan Fy ??? Loe yakin Rio gak akan berpaling dari loe ??” Tanya Shilla.
“Gue takut Shill.”
“Takut kenapa sih Fy ??? Takut di cuekin ??? Itu balasannya dong Fy. Loe dulu juga sering banget kan nyuekin Rio. Sekarang. Loe belajar mengerti perasaan Rio dulu itu kaya gimana sama loe.” Terang Agni.
“Fy. Cinta sejati itu datangnya Cuma sekali. Jangan loe sia siain. Orang tua loe udah kenal baik Rio kan ??? Bahkan mereka suka sama Rio. Dan setuju banget kalau loe sama dia. tapi kenapa loe malah sia siain dia selama ini ??? Orang tua Rio juga udah kenal kan sama loe. jadi apa lagi yang harus di fikirin. Loe tinggal jujur sama Rio tentang perasaan loe. Dan itu gak susah Fy.” Lanjut Sivia.
“Gue yakin loe bisa Fy. Jangan pernah takut di tolak atau apapun itu. yang harus loe lakuin sekarang adalah loe jujur sama Rio tentang perasaan loe. masalah dia mau nerima atau nggak itu urusan nanti. Toh dia pernah suka kan sama loe. gak mungkin perasaan itu ilang begitu aja Fy. Gue yakin.” Ucap Agni meyakinkan sahabatnya.
“Thanks yah guys. Loe semua emang sahabat gue yang paliiing baik. Gue beruntung punya kalian.”
“Gue juga seneng bisa jadi sahabat loe Fy.” Ucap Shilla, Agni dan Sivia
Mempunyai sahabat yang benar benar tulus memang menyenangkan. Mereka ada di saat suka dan duka. Tidak pilih kasih. Dan mereka selalu memberikan saran yang terbaik untuk sahabat sahabatnya yang lain. Saling menceritakan dan saling membutuhkan saran. Dan itu membuat keadaan menjadi lebih baik. Seperti yang dialami oleh Ify. Sekarang dia tahu apa yang harus ia lakukan. Dan itu membuat perasaannya menjadi lebih tenang. senyum Ify semakin lebar menambah kecantikan di wajahnya. Dia amat sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Shilla, Sivia dan Agni.
To be Continue >>>>>