Hai hai, gue balik lagi dengan lanjutan cerita gaje ini :D
Gue minta maaf kalau endingnya gak sesuai sama permintaan kalian yaaa :*
HAPPY READING GUYS !!!
Chapter sebelumnya !!!
Gue minta maaf kalau endingnya gak sesuai sama permintaan kalian yaaa :*
HAPPY READING GUYS !!!
Chapter sebelumnya !!!
Rio menatap perempuan itu sebentar kemudian melempar
bungkusan itu ke tempat sampah yang tidak jauh darinya. Rio langsung menarik
perempuan itu ke dalam pelukannya setelahnya.
Pemuda itu bisa mendengar suara
tangisan Ify yang jauh lebih keras dari sebelumnya. Dia hanya mengusap usap
punggung perempuan itu dengan penuh sayang dan membiarkan Ify menumpahkan
semuanya dalam pelukannya.
“IFY.”
Teriakan itu membuat Rio langsung
mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Dan matanya membelalak begitu
melihat Ayah Ify berdiri di depan pintu rumahnya. Dan dia bisa merasakan
pelukan Ify yang semakin mengerat di tubuhnya.
Chapter 2 !!!
Ify hanya diam mendengar ucapan
ayahnya yang sangat menyakitkan. Tangannya di genggam erat oleh pemuda yang
sedari tadi juga ikut diam mendengarkan ucapan ucapan pedas dari mulut ayahnya.
Rio mengeratkan genggamannya dan tangan lainnya mengusap punggung perempuan itu
untuk memberikan kekuatan.
“Ayah gak ngerti
lagi harus mendidik kamu seperti apa Ify. Kamu udah keterlaluan. Kelakuan buruk
kamu benar – benar merusak nama baik Ayah. Kamu tahu, ayah adalah salah satu
donatur di sekolah kamu. Dan kamu menghancurkan nama baik ayah disana Ify.”
Bentak Ayah Ify.
Ify hanya memejamkan matanya kuat –
kuat. Rio melirik Ify sebentar dan memberanikan diri untuk menghadapi ayah Ify
yang sepertinya dalam emosi paling tinggi.
“Maaf om
sebelumnya. Tetapi, kelakuan Ify sepenuhnya bukan salah Ify om. Dia Cuma
melampiaskan semuanya dengan kelakuannya selama ini.”
“Siapa kamu
berani membalas perkataan saya.”
“Saya Mario om.”
“Oh, jadi kamu
yang namanya Mario. Salah satu orang yang membuat anak saya menjadi seperti
ini, jadi kamu yang menyebabkan anak saya rusak seperti ini.” Teriak Ayah Ify
murka. Rio hanya memejamkan matanya erat mendengar teriakan Ayah Ify yang
mungkin saja terdengar sampe ke depan rumah.
“Ayah gak berhak
menyalahkan Rio. Ini semua salah Ayah sama Bunda. Ify jadi seperti ini karena
kalian.” Balas Ify dengan berteriak.
“Kamu jadi kurang
ajar sama Ayah Fy sekarang.” Ucap Ayah Ify penuh emosi.
Ify hanya mundur ketakutan melihat
Ayah Ify yang berjalan mendekat. Ify menutup matanya saat tangan ayahnya
melayang di udara bersiap menamparnya.
“Om.”
Ify membuka matanya dan melihat Rio
yang mencegah tangan Ayahnya. Ify bisa merasakan ada kilatan marah pada mata Ayahnya
saat menatap Rio.
“Om keterlaluan.
Bukan seperti ini caranya mendidik anak om menjadi lebih baik.”
Ayah Ify
menyentak tangan Rio dengan kasar sampe membuat pemuda itu terhuyung. “Satpam.”
Teriaknya penuh amarah.
Beberapa saat kemudian muncul
seorang pria paruh baya dari luar rumah.
“Tarik dia keluar
rumah. Dan jangan pernah biarkan dia masuk kapanpun.”
“Rio.” Ify
berusaha untuk menarik tangan Rio. Tetapi dengan cepat, Ayahnya mencekram bahu
Ify menjauh dari Rio. Ify menahan sakit dengan cengkraman ayahnya di bahunya.
“Aku akan selalu
lindungin kamu Fy.” Teriak Rio yang sudah diseret oleh satpam rumahnya. Ify
hanya menangis melihat pemuda yang sangat dicintainya diperlakukan tidak pantas
oleh Ayahnya sendiri.
“Ayah jahat.”
“Seharusnya ayah
mendidik kamu lebih keras lagi. Seharusnya ayah gak manjain kamu sampe kamu
melakukan perbuatan seperti ini. Nama kamu udah tercantum di kantor kepolisian
berkali kali Fy. Kamu membuat Ayah malu.” Bentak Ayahnya.
“Ini semua salah
Ayah. Kenapa ayah gak membunuh Ify aja biar Ify gak membuat ayah malu. Kenapa
ayah gak buang Ify aja biar ayah gak usah berurusan dengan siapapun lagi yang
menyangkut Ify.”
“Ayah cape’ Fy.
Ayah mau istirahat.”
Ify hanya diam dalam tangisnya saat
melihat ayahnya menuju ke kamarnya. Dia langsung terduduk di sofa rumahnya dengan
kedua tangannya yang menangkup wajah cantiknya. Kapan semua ini berakhir ??
**********
Ify terduduk di taman sekolahnya.
Syal berwarna biru melingkari lehernya. Dan jaket berwarna birunya melekat di
tubuhnya dibalik seragam sekolahnya. Pandangannya hanya lurus ke depan dengan
tatapan kosong.
Rio yang saat itu sedang membawa
setumpuk buku sebagai buku panduan untuk olimpiade yang dibimbingnya segera
berhenti berjalan saat melihat Ify.
“Ger. Gue minta
tolong dong.”
“Ada apaan bro
??” Tanya Gerry – teman seangkatannya di Cilencia.
“Gue nitip buku
ini. Loe kasih ke Bu Laura di ruangannya.”
“Oke bro.”
“Thanks.”
Setelah mendapat anggukan dari
temannya itu, Rio berjalan mendekati Ify. Perempuan itu hanya menatap kosong ke
arah depan. Rio duduk di sebelah Ify, tetapi perempuan itu tetap diam dalam
posisinya.
“Pemandanganya
lebih keren yah daripada gue.” Sindir Rio seraya tersenyum melihat pergerakan
dari perempuan itu.
Ify hanya tersenyum melihat
kehadiran Rio di sebelahnya. Kemudian menatap ke depan lagi. Rio memberanikan
diri untuk menggenggam tangan Ify.
“Sejak kapan
rambut loe digerai kayak gini.”
Ify tersenyum
lagi seraya menatap Rio. “Jelek yah.”
“Enggak kok,
makin cantik.” Rio tersenyum melihat Ify yang tersenyum malu – malu.
“Maafin sikap
ayah kemarin ya Yo.” Ify menundukkan wajahnya. Rio hanya menganggukkan
kepalanya kemudian menarik perempuan itu ke dalam dekapannya.
“Janji mau
berubah ??”
Rio bisa merasakan gelengan Ify di
bahunya. Perempuan itu memeluknya erat. Dan Rio bisa merasakan bahunya basah.
Dan dia bisa menebak jika perempuan itu tengah menangis sekarang.
“Fy, kelakuan
kamu itu salah. Bukan kaya gini caranya biar orang tua kamu sadar. Cara kamu
salah.”
“Aku udah gak
perduli lagi sama Ayah Bunda Yo. Aku gak perduli lagi sama mereka.”
Rio menganggukkan kepalanya. Dia
tidak ingin membahas ini lagi. Percuma jika ia membahasnya, Ify tidak akan mau
menerima sarannya. Lebih baik ia membiarkan Ify menenangkan pikirannya sendiri
dulu.
“Aku yakin Fy,
suatu saat nanti. Kamu akan menemukan kebahagiaan kamu.”
Ify mengeratkan pelukannya. Wajahnya
ia benamkan ke bahu pemuda itu. rio hanya bisa memberikan ketenangan dengan
mengusap usap punggung perempuan itu agar tetap tenang. Ify bersyukur Rio masih
memperdulikannya. Walaupun dia sudah berlaku semena mena pada pemuda itu,
tetapi Rio tetap mau berada di sisinya.
**********
“Van.”
Rio memanggil salah seorang temannya
yang sedang berjalan menuju perpus dengan setumpuk buku di tangan pemuda itu.
Seseorang yang dipanggil ‘Van’ itu memberhentikan jalannya dan menatap Rio
dengan alis terangkat.
“Elo Yo, ada
apaan ??”
“Kok diruang guru
rame banget. Ada apa ??”
“Ooh itu, biasa
lah, biang kerok lagi di hakimi sama Bu Ira. Loe denger kan kalau mereka
kemarin baru ketangkep lagi ?? Kali ini masalahnya berat banget bro, sampe bawa
obat – obatan juga.”
“Terus ??”
“Terus gimana ??
Ya gatau lah, loe kalau mau liat full’nya ngintip aja disana. Paling juga di
D.O semuanya. Gue duluan ya bro, berat banget ini bukunya.”
Rio meringis
melihat setumpukkan buku di tangan temannya itu kemudian mengangguk. “Thanks
buat informasinya bro.”
“Sipp.”
Rio berjalan mendekat kearah
kerumunan itu. Dia bisa mendengar teriakan bu Ira di dalam sana walaupun samar
samar. Ajaib aja suaranya bu Ira sampe bisa terdengar sampe ke depan
ruangannya. Rio mengintip dari balik jendela kaca yang tidak tertutup korden
jendela. Rio bisa melihat ada Ify disana. Hanya ada 3 perempuan dan 5 laki –
laki di dalam sana. Dan Ify salah satunya.
Rio menghela nafas. Pasti setelah
ini Ify di hukum lagi dengan Ayahnya. Semoga saja hukuman bu Ira kali ini tidak
sampai DO, kalau sampe hal itu terjadi entah bagaimana nasib Ify nanti.
Rio menunggu di tempat duduk koridor
sekolahnya yang tidak jauh dari ruangan kepala sekolahnya itu. Dia harus
mengetahui hukuman apa yang diberikan bu Ira. Mudah mudahan saja hanya skors.
Tidak sampai dikeluarkan.
Pemuda itu langsung bangkit begitu
melihat Ify keluar dari ruangan itu dan berjalan berlawanan arah dengan teman –
temannya. Dia bisa melihat kesedihan dari mata gadis itu. Rio langsung berlari
mengejar Ify dan berdiri di hadapan perempuan itu. Rio menarik Ify dan
membawanya ke taman sekolahnya.
“Apa hukumannya
Fy ??”
Ify menatap Rio sebentar kemudian
menggelengkan kepalanya. Dia memberikan amplop yang diberikan Bu Ira tadi. Rio
hanya menerimanya. Setelah menatap Ify, dia membukanya.
“Gak mungkin.”
“Nyatanya begitu
Yo. Aku dikeluarkan.”
Rio menatap Ify dengan tatapan yang
.. entahlah. Antara kasihan, kecewa dan marah. Kelakuan Ify memang sudah
keterlaluan, tetapi harusnya bu Ira tidak mengeluarkannya seenaknya.
“Fy, aku harus
ngomong sama Bu Ira.”
“Yo, percuma. Aku
yang salah. Aku memang pantas dapet hukuman itu.”
“Kamu jujur sama
aku. Kamu gak pake obat obatan itu kan ?? Kamu gak ngerokok kan ??” Tanya Rio
memaksa.
“Aku enggak pake obat
– obatan itu. Tapi aku memang merokok Yo.”
Rio meremas rambutnya frustasi. Dia
benar – benar tidak bisa membuat Ify menjadi perempuan baik baik. Dia malah
membuatnya berantakan. Harusnya dia selalu ada di sebelah Ify. Mungkin ini
semua tidak akan terjadi.
“Aku minta maaf
sama kamu atas semua kesalahan yang udah aku perbuat. Terima kasih juga kamu
selalu ada buat aku. Terima kasih buat semuanya. Aku pergi.”
Rio hanya menatap punggung Ify dan
tidak berniat mengejarnya. Mungkin Ify butuh sendiri dulu, nanti dia akan
kembali mengejar perempuan itu setelah keadaan Ify membaik. Ya, Rio akan terus
mengejar perempuan itu. karena hatinya sudah memilih Ify. Dan selalu hanya Ify
yang menempati hatinya sampai kapanpun.
*********
Rio berdiri di depan pintu rumah Ify.
Dia sudah bertekad untuk merubah semua kehidupan perempuan itu. Dia juga sudah
siap untuk menerima apapun yang akan dilakukan Ayah Ify melihat kedatangannya.
Dengan ragu, Rio memencet bel rumahnya, tetapi tangannya mengambang di udara.
Dia memejamkan matanya mendengar suara teriakan dari dalam rumah disertai suara
lemparan barang.
Dengan cepat, Rio memencet bel rumah
itu. Dan dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dan Rio hanya tersenyum
paksa merasakan aura tidak enak saat Ayah Ify membukakan pintu untuknya dengan
raut wajah marah.
“Siang om.”
“Mau apa kamu
kesini.” Bentak Ayah Ify.
“Mau bertemu Ify
sebentar om. Ify ada di dalam kan ??”
“Kamu jangan
membodohi saya anak muda. Kamu menyembunyikan anak saya kan ?? Maksud kamu apa
datang kesini sok polos pake nyari Ify segala. Jelas jelas dia ada sama kamu.”
Ucap Ayah Ify dengan sinis.
Rio hanya
mengernyit bingung.
“Om, Ify tidak
bersama saya. Justru saya kesini mau bertemu Ify om. Memangnya Ify pamitnya
kemana om ??”
“Kamu benar –
benar nyari masalah sama saya. Pergi kamu.”
“Om. Rio bener –
bener harus bicara sama Ify.”
“Pergi.” Bentak
Ayah Ify lagi.
“Tapi Om ...”
Sesaat kemudian, terdengar suara
bruno mars ‘just the way you are’ mengalun di handphone Rio. Nada khusus yang
di setting hanya untuk Ify. Dengan cepat Rio mengangkatnya.
“Halo Fy. Kamu
dimana ??” Ucap Rio langsung saat menerima panggilannya.
Setelah itu Rio mematung. Hanya
mendengarkan suara di seberang sana mengucapkan beberapa kalimat yang membuat
Rio terpaku. Kemudian dia menurunkan handphone’nya dari telingannya dengan
lemas.
“Kenapa ?? Apa
yang terjadi dengan anak saya ??”
Rio tersadar dan
menatap Ayah Ify dengan wajah terlukanya. “Ify kecelakaan Om. Dia sekarang lagi
dirawat di rumah sakit Kasih Bunda. Mobilnya masuk jurang om.”
“Apa ??”
**********
Ayah dan Bunda Ify berlarian untuk
sampai di depan UGD. Mereka benar – benar cemas dengan keadaan anak semata
wayangnya itu. Mereka tidak menyangka hal ini bisa terjadi dengan satu satunya
anak mereka. Rio menyusul di belakangnya. Pemuda itu bisa melihat wajah panik
di wajah kedua orang tua Ify.
“Om sama tante
tenang, berdoa aja yang terbaik buat Ify.”
Rio tersenyum melihat tangan Ayah
Ify yang menggenggam tangan Bunda Ify dengan erat. Sepertinya mereka tidak
menyadarinya. Dibalik senyumnya Rio selalu berdoa agar Ify diberikan
kesembuhan.
“Fy, loe harus
sembuh. Loe harus liat kalau orang tua loe sangat sayang sama loe Fy. Mereka
panik Fy. Please loe sembuh.”
Sudah satu jam mereka menunggu,
namun belum ada seseorang yang keluar dari ruang UGD dimana anak mereka sedang
berada di dalam sana. Entah dengan keadaan seperti apa.
Orang tua Ify bangkit begitu melihat
salah satu dokter keluar dari ruangan itu. “Bagaimana keadaan anak saya dok ??”
Dokter itu menatap kedua orang tua Ify bergantian kemudian
menghela nafasnya pelan. “Anak bapak dan Ibu baik baik saja, dia baru saja
melewati masa kritisnya. Kepalanya terbentur dan tangannya patah, tapi kami
sudah bisa mengatasinya. Tetapi kami tidak tahu dia akan membuka matanya kapan,
berdoa saja supaya anak bapak dan ibu bisa sembuh dengan cepat.”
“Terima kasih
dokter.”
“Sebentar lagi
Ify akan kami pindahkan ke kamar pasien. Bapak dan Ibu bisa menunggunya.” Orang
tua Ify mengangguk bersamaan. “Saya permisi dulu.”
Di belakang orang tua Ify, Rio lagi
lagi mengucap syukur. Selain karena Ify tidak apa – apa. Orang tua Ify di depan
UGD masih dalam posisi yang sama. Berpelukan. Tidak ada yang membahagiakan
melihat kedua orang tua Ify rukun kembali seperti ini. Ify pasti bahagia jika
melihatnya.
*********
Sudah hampir 1 minggu Ify dirawat
dirumah sakit dalam keadaan mata tertutup. Ayah dan Ibu perempuan itu hanya
bisa berdoa semoga Tuhan mengembalikan putri mereka ke dalam pelukan mereka
kembali. Setiap hari, mereka selalu menjaga Ify tanpa kenal lelah. Berharap saat
Ify membuka matanya, dia akan melihat orang tuanya ada disekitarnya.
“Om, tante.
Sebaiknya kalian istirahat saja, biar Rio yang menggantikan menjaga Ify. Om dan
tante butuh istirahat.”
“Tidak Rio. Tante
masih mau disini.”
Ayah Ify mendekat kemudian menepuk
bahu Rio dan menyuruh Rio mengikutinya keluar ruangan. Rio hanya mengangguk
kemudian mengikuti Ayah Ify keluar ruangan. Mereka duduk di kursi yang terdapat
di koridor rumah sakit.
“Sebelumnya om
mau minta maaf sama kamu Rio atas semua kesalahan yang udah om perbuat sama
kamu.”
“Rio maafin kok
om. Lagian om juga gak salah. Jadi om gak usah minta maaf.”
“Dan om berterima
kasih sama kamu, om dengar dari pekerja di rumah om, kamu sebelumnya pacaran
sama Ify. Kamu juga yang selalu menjaga Ify saat om sama tante jauh dari Ify.
Om berterima kasih untuk itu.”
Rio menganggukkan
kepalanya. “Om, sebenarnya Ify berubah karena om sama tante juga berubah.”
“Maksud kamu ??”
“Ify selalu
mengharapkan perhatian om sama tante selama ini. Maka dari itu dia selalu
tawuran dan berbuat seenaknya di sekolahan. Itu Cuma cara biar om sama tante
nyadar kalau kalian masih punya Ify. Rio udah bilangin sama Ify kalau cara dia
salah, tapi Ify gak mau denger om.”
“Iya om tahu. Om
bener – bener nyesel Yo. Om mau minta maaf sama Ify. Dan berbaikan sama anak om
lagi. Om mau Ify om yang dulu kembali Yo.”
“Om tenang aja.
Ify pasti sembuh. Dan setelah Ify sembuh. Rio yakin, Ify akan menerima
kehadiran om dan tante lagi.”
“Om percaya itu.”
Rio menganggukkan
kepalanya seraya tersenyum. “Om, om percaya kan kalau Ify gak make obat
terlarang itu ??”
“Om percaya.
Senakal nakalnya Ify. Dia gak berani berbuat itu.”
Rio menganggukkan kepalanya seraya
bernafas lega. Rio sudah berhasil membuat orang tua Ify menyadari kesalahan
mereka. Rio tinggal harus menunggu perempuan itu untuk membuka matanya dan
melihat perubahan di sekelilingnya.
“Rio, om sama
tante pulang dulu. Kabarin om secepatnya kalau Ify bangun.”
“Pasti om. Hati
hati di jalan om.”
Rio masuk ke dalam ruangan Ify dan
duduk di samping kiri perempuan itu. Rio menggenggam tangan Ify erat dan
mengecupnya dengan penuh sayang.
“Fy, kamu harus
buka mata kamu Fy. Kamu tahu, Ayah sama Bunda kamu udah baikkan. Mereka butuh
kamu Fy. Kamu harus bangun.”
“Fy, aku cinta
banget sama kamu. Aku sayang sama kamu Fy. Kamu harus bangun dan balas
pernyataan cinta aku Fy.”
“Kamu tahu, aku
bener bener gak bisa bahagia melihat kamu kaya gini. Aku gak bisa tanpa kamu
Fy. Kamu harus bangun dan kita harus sama – sama lagi Fy.”
Rio menelungkupkan wajahnya pada
lipatan tangannya yang menggenggam tangan Ify erat. Beberapa saat kemudian, Rio
merasakan pergerakan dari tangan Ify. Dia langsung mengangkat kepalanya dan
menatap Ify dengan tatapan terkejutnya. Dia langsung berlari untuk memanggil
dokter.
Rio tidak henti – hentinya untuk
tersenyum di depan ruangan Ify. Tadi dia sudah menghubungi orang tua Ify. Dan
mereka sekarang sedang dalam perjalanan. Betapa bahagianya mereka saat
mendengar berita yang disampaikan oleh Rio. Rio tak henti – hentinya bersyukur
atas kesembuhan Ify kali ini. Mungkin Tuhan hanya ingin membuat kedua orang tua
Ify menyadari kesalahannya.
“Terima kasih Fy
kamu udah mau bangun. Kamu pasti bahagia sekarang. Tuhan memberikan kamu
kesempatan untuk merasakan kebahagiaan kamu yang sempet hilang.”
**********
Rio sedang berada di taman rumah
Ify. Perempuan itu sedang menyenderkan kepalanya pada bahu Rio. Mereka tak
henti hentinya untuk tersenyum. Menyaksikan langit malam yang penuh dengan
bintang.
Mereka baru saja selesai makan
malam. Dan sekarang mereka sedang menikmati waktu berdua di belakang rumah
perempuan itu.
“Yo, makasih buat
semuanya.”
Rio tersenyum dan
mengusap rambut panjang Ify yang dibiarkan tergerai malam ini. “Sama – sama
sayang. Itu tugas aku buat ngebahagiain kamu.”
“Aku bahagia
akhirnya Ayah sama Bunda rukun lagi. Mereka udah kaya dulu lagi.”
“Aku ikut bahagia
kalau kamu bahagia.”
“Ini juga karena
kamu.”
Rio menarik kepala Ify menjauh. Dan
mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Ify. “Aku juga terima kasih sama
kamu, karena kamu masih mau sehat.”
Ify mengangguk dengan kedua pipi yang merona merah.
Mungkin perempuan itu masih malu – malu saat dirasakan wajah mereka berdua
begitu dekat. Bahkan nafas hangat Rio terasa di wajahnya membuat kedua pipinya
semakin merona.
Ify menutup matanya melihat Rio yang
mendekatkan wajahnya. Dan dia merasakan sesuatu yang kenyal di bibirnya. Rio
mencium bibirnya.
Ify hanya bisa mengikuti permainan
yang dibuat oleh pemuda itu. Ify bahagia karena bisa bersatu kembali dengan Rio
setelah beberapa bulan kemarin mereka selalu terlibat dalam pertengkaran.
Entah mengapa, perempuan itu menjadi
optimis dalam menjalani kehidupannya sekarang. Ada orang – orang yang
menyayanginya yang akan membantunya melengkapi kehidupannya. Ify sudah berjanji
akan menjauh dari kegiatannya selama beberapa tahun terakhir. Tidak ada alasan
untuknya tidak berhenti dari aktivitas menjijikan itu. Dia tidak akan menyia
nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan yang telah memberikan kesempatan
kedua untuknya hidup lebih lama.
“Ehem.”
Ify membelalakan matanya dan
mendorong Rio menjauh. Kedua pipinya memerah melihat Bundanya sedang berdiri di
pintu perbatasan antara taman rumahnya dengan ruang tengah.
“Maafin Bunda
sayang. Bunda tidak tahu kalau kalian sedang ...”
“Bunda.”
Wanita paruh baya itu hanya tertawa.
Kemudian menyuruh Ify dan Rio untuk ke ruang tamu karena ada beberapa hal yang
akan dibicarakan oleh ayah Ify. Rio dan Ify hanya mengangguk mengiyakan.
“Ini semua gara –
gara kamu.” Ucap Ify malu – malu.
“Kok gara – gara
aku sih. Kamu juga menikmati tadi.” Rio langsung memperlihatkan gigi – giginya
dengan tangan kananya yang mengangkat keatas menunjukkan jari telunjuk dan
tengahnya membentuk ‘V’ tanda perdamaian.
Ify langsung meneriaki pemuda itu.
Dan Rio langsung berlari masuk ke dalam rumah menghindari amukan Ify. Mereka
tertawa bersamaan.
Lengkap sudah hidup Ify. Dan perempuan itu mulai membuka
lembaran barunya untuk menulis perjalanan hidupnya yang penuh warna ini.
Bersama dengan orang – orang yang dicintainya dan mencintainya.
***********