Mario sedari tadi berdiri di depan kamar Alyssa.
Melakukan segala cara agar orang yang berada di dalam sana keluar dari
sarangnya. Dari mengetuk pintu dari cara halus sampai ke cara yang kasar sudah
ia lakukan tetapi sang empunya belum keluar-keluar juga, membuatnya frustasi.
“Alyssa. Ini gue, buka
pintunya please.” Teriak Mario untuk kesekian kalinya. Tetapi nihil, lagi-lagi
tidak ada jawaban.
“Loe tuh kurang kerjaan
yah.” Bentak seseorang yang membuat Mario langsung mencari sumber suara. Dan
seketika dia mendengus sebal menyadari seseorang itu tak lain dan tak bukan
adalah musuh Alyssa.
“Gue gak ada urusan
sama loe.”
“Iya lah. Ngapain juga
gue punya urusan sama loe. Tapi loe udah mengganggu ketenteraman kost gue.”
Mario tidak mendengarkan malah melakukan kegiatan seperti
sebelumnya lagi, membuat wanita yang berdiri dengan tangan bersedekap di depan
dada menatapnya malas.
Jika
laki-laki itu bukan mangsa Alyssa, pasti dia sudah lebih dulu menangkap
laki-laki itu. Sayangnya dia sudah di pakai Alyssa, dan dia tidak akan pernah
mengambil apa yang sudah dipakai oleh wanita malam itu. Batin wanita itu.
“Mario. Dengerin gue
untuk sekarang ini. Alyssa gak ada di dalem. Mau loe dobrak pintunya juga loe
gak akan ketemu sama dia. Karena Alyssa udah keluar dari kost gue. Loe gak
mungkin gak tahu tentang hal itu kan ??”
Mario terdiam, tangannya terkepal dan menatap wanita itu
dengan tatapan tajamnya. “Alyssa gak pernah memberitahu gue tentang
kepindahannya dia. Jadi loe jangan mencoba untuk membuat gue jauh dari Alyssa.”
“Jadi loe gak percaya
?? Loe gak tahu aja kalau Alyssa menyimpan semuanya dari loe. Dan gue yakin
banget kalau loe gak tahu juga tentang kepindahan dia. Pikir aja, seberapa
penting loe buat dia sampai dia gak memberitahukan semuanya sama loe.”
“Alyssa buka pintunya.
Gue tahu loe di dalem Lys.” Teriak Mario tanpa menyambut ucapan ucapan dari
musuh kekasihnya itu.
“Berisik Mario. Loe dengerin
ucapan gue. Mau loe percaya atau gak gue gak perduli. Yang penting sekarang,
loe jangan berisik. Ini masih pagi.”
“Loe gila ?? Ini udah
jam 9. Cewe macam apa loe yang bilang jam 9 masih pagi.”
“Whatever loe mau
ngomong apa tentang gue. Yang jelas loe segera enyah dari kost gue. Berisik.
Kalau loe mau tahu lebih lanjut tentang cewe malam itu loe tanya langsung sama
ibu kost.”
Mario hanya diam seraya menatap kamar Alyssa dengan
pandangan sayunya. Kemudian beralan menuju ke mobilnya terpakir. Dia tidak
habis pikir dengan wanitanya itu. Mengapa semuanya selalu dirahasiakan ?? Tidak
bisakan Alyssa menceritakan semuanya kepada dirinya ?? Apa yang perlu
ditakutkan ??
Untuk urusan kepindahan Alyssa yang Mario tidak tahu
menahu tentang hal itu, Mario merasa kecewa. Sangat kecewa. Bagaimana mungkin
wanita yang sudah ia beri kepercayaan lagi-lagi melakukan hal seperti ini ??
Mario melihat ke jam tangannya sekali lagi. Kemudian
memutuskan untuk pergi ke perusahaan Gabriel. Dia tahu, pasti wanita itu ada
disana. Mario hanya butuh penjelasan, tidak lebih dari itu. Jika memang tidak
ada disana. Mario berjanji tidak akan mencari keberadaan Alyssa jika memang itu
yang diinginkan oleh wanita itu.
**********
Mario menatap Gabriel dengan tatapan permusuhannya.
Mereka sekarang sedang berada di dalam ruangan mewah Gabriel di kantor
laki-laki itu. Mario benar-benar datang kesana hanya untuk mencari seorang
Alyssa.
“Gue Cuma mau loe kasih
tau keberadaan Alyssa. Cuma itu.” Desis Mario dengan pandangan matanya yang
masih mengarah ke Gabriel.
“Udah gue bilang berapa
kali juga, Alyssa dari beberapa hari kemarin gak pernah berangkat kerja. Loe
kira gue bego bisa kalian tipu segampang itu.”
“Gue gak ngerti apa
yang loe omongin.”
“Gue tau loe
bersekongkol sama Alyssa. Dan kedatangan loe kesini udah direkayasa sama kalian
berdua. Seolah olah, loe memang lagi mencari keberadaan wanita gak tahu diri
itu.” Jawab Gabriel dengan pandangan permusuhannya.
“Pantas aja banyak
karyawan loe yang gak suka sama loe. Sifat loe kayak gini ternyata.” Sinis
Mario.
“Lebih pantas gue
daripada loe yang jadi pemimpin. Mana ada pimpinan yang siang-siang begini
nyari seseorang. Perusahaan loe udah gak bisa dikembangin lagi ??”
Mario mengepalkan kedua
tangannya, benar-benar marah dengan orang di hadapannya sekarang. “Gue kesini
Cuma nyari Alyssa. Dimana dia ??”
“Gue juga lagi nyari
dia. Kunci perusahaan gue ada di dia, jadi gue gak akan membiarkan tuh cewe
lolos begitu aja dari jangkauan gue.”
“Percuma gue ngomong
sama loe, gak ada guna.”
Mario membalikkan tubuhnya seraya menuju ke pintu keluar.
Saat menutup pintu ruangan Gabriel, dia melakukannya sediki keras membuat
Shilla yang saat itu sedang ingin menuju ke ruangan Gabriel menjadi berhenti
tak jauh dari Mario.
Mario berhenti melangkah saat melihat Shilla yang
berhenti tak jauh dari keberadaannya sekarang. Mata Mario menatap wanita itu,
tepatnya pada mata Shilla. Pertemuan ini, pertemuan yang sangat ingin Mario
hindari.
“Shilla tunggu.”
Teriakan Mario yang menyuruhnya berhenti saat dia berniat
kembali ke ruangannya benar-benar menghentikan langkahnya. Dia mencekram berkas
yang dia peluk di depan dadanya. Mario berlari kemudian berhenti tepat di
hadapan Shilla.
“Gue baru tahu kalau
perusahaan yang loe maksud adalah perusahaan ini Shill.”
“Please Yo, gue mohon.
Pura-pura kalau kita gak saling mengenal selama gue masih berada di kantor
ini.” Ucap Shilla pelan tanpa memandang Mario.
“Kenapa loe gak jujur
sama gue ??”
“Karena gak ada gunanya
kita saling jujur satu sama lain. Jadi gue mohon, urusan apa yang membawa loe
kesini, please, jangan menyangkut pautkan sama gue.”
Mario hanya diam seraya menatap wanita di hadapannya yang
benar-benar tidak ingin melihat kearahnya. Merasa bersalah. Hanya itu yang ada
di benaknya saat ini untuk Shilla. Karena merasa tidak ada gunanya lagi mereka
berduaan disana, Shilla mengundurkan dirinya dari sana. Kembali ke ruangannya
dan membatalkan pertemuannya dengan atasannya itu.
Mario masih tetap diam seraya menatap punggung wanita itu
hingga Shilla menghilang di dalam lift. Mario menghela nafasnya pelan. Mungkin
dia harus membereskan dulu masalahnya dengan Alyssa, setelah itu baru dia akan
menyelesaikan masalahnya dengan keluarganya.
*********
Alyssa menegak minumannya sekali lagi. Dia menatap sinis
teman-temannya yang sedang berdansa di lantai dansa dengan beberapa laki-laki
hidung belang yang memang sengaja datang kesini untuk menarik salah satu wanita
yang bekerja disini.
Alyssa hanya tersenyum sinis melihat semua laki-laki yang
datang kesana hanya mempunyai 1 tujuan, yaitu memuaskan diri sendiri. Entah
bagaimana bisa Alyssa masih betah disana, hanya menyaksikan adegan yang
sebenarnya membuat wanita itu mual seketika. Tetapi Alyssa tetap bertahan
disana.
“Fy.”
Alyssa mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.
Bunda Shinta. Pemilik sekaligus penerima tamu di Club itu. Alyssa hanya
tersenyum tipis melihatnya kemudian melanjutkan meminum minumannya lagi.
“Yakin gak mau gabung
dengan mereka ??” Ucap Bunda seraya menunjuk sekumpulan teman Alyssa yang
sedang melakukan pekerjaannya.
Alyssa menggeleng tegas seraya menyenderkan tubuhnya di
sofa.
“Kamu bisa melakukannya
hanya untuk hari ini Ify. Setelah itu, kalau kamu mau berhenti lagi untuk
keesokan harinya silahkan.”
“Enggak Bunda. Aku
dateng kesini Cuma ingin nyari ketenangan. Bukan buat bekerja.”
Bunda mengangguk
anggukan kepalanya tetapi masih belum menyerah. “Banyak yang mau kamu Fy. 1
kali ya, uang yang akan kamu dapatkan akan jauh lebih banyak dari sebelumnya. 2
kali ya, tambah banyak. Apalagi 3, 4, 5 kali.”
“Ify memang lagi butuh
uang Bunda, tapi bukan seperti ini caranya.”
“Lakukan aja pekerjaan
kamu seperti sebelumnya Fy. Without touching. Biasanya seperti itu kan. Lakukan
aja seperti kamu biasanya.”
Alyssa terdiam. Dia memikirkan apakah akan ia ambil
pekerjaan ini atau tidak. Hanya untuk 1 hari. Dia benar-benar sedang
membutuhkan uang banyak sekarang. seperti kata Bunda without touching, jadi loe
gak udah khawatir.
“Okeh bun, aku ambil.”
Bunda tersenyum lebar, kemudian dia memilihkan target
untuk Alyssa. Dan Alyssa memilih 1 dari hampir 10 orang yang ingin
mendapatkannya malam ini. Dan seperti sebelumnya, dia melakukan pekerjaannya.
Tanpa sentuh lebih dari bibir dan tangan. Setidaknya dia akan mendapatkan uang
untuk malam ini.
*********
Mario memasuki melody’s club dengan pakaiannya yang sudah
sangat berantakan. Tetapi justru itulah yang membuatnya terlihat lebih keren.
Kemejanya sudah keluar dari apitan celana, dan dasinya hanya menggantung
sembarang di kerah kemeja. Tujuannya saat ini hanya untuk mencari Alyssa.
Seperti sebelumnya. Selama Alyssa belum bisa ia temukan, Mario tidak akan
pernah berhenti mencarinya.
Berdasarkan informasi yang berhasil ia dapatkan dari
Ayahnya – Pak Adit, Alyssa sedang berada di sini dari kemarin. Dan Mario
langsung menuju kesini setelahnya. Dia hanya ingin berhenti dengan wanita itu,
hanya ingin memastikan bahwa Alyssa baik baik saja.
Mario menuju ke mini bar kemudian duduk disana. Memesan minuman
seadanya kemudian matanya mengitari seluruh penjuru club. Mencari keberadaan
wanitanya itu, Alyssa.
“Mencari seseorang mas
??”
Mario tersenyum
mendengar pertanyaan dari bartender disana. Dia mengangguk.
“Kalau boleh tahu siapa
mas ?? Siapa tau saya bisa bantu.”
“Namanya Alyssa. Dia
dulu kerja disini, tapi udah beberapa bulan ini dia berhenti. Loe tahu ??”
Bartender itu hanya
mengerutkan alisnya heran. “Alyssa ?? Saya sudah bekerja disini bertahun tahun
tapi baru kali ini denger ada pekerja disini yang namanya Alyssa.”
Giliran Mario yang mengerutkan alisnya bingung. Baru kali
ini ?? Bekerja bertahun tahun ?? Aneh. Teringat sesuatu, Mario mengeluarkan
handphone’nya kemudian menunjukkan foto Alyssa yang ia ambil saat mereka masih
bersama dan menunjukkannya kepada bartender itu.
“Mas salah. Ini namanya
Ify bukan Alyssa mas. Sejak kapan mba Ify namanya jadi Alyssa.” Ucap Bartender
itu lagi seraya tersenyum.
“Ify ??” Mario merasa
bingung disini. Nama Ify disebut untuk keberapa kalinya dari nama Alyssa.
Laki-laki ini benar-benar dibuat bingung oleh Alyssa.
“Yah Ify, maksud gue
dia. Loe lihat ??”
“Tadi dia barusan dapat
pelanggan. Tapi saya kurang tau mas dia ada di kamar nomor berapa.”
“Sial.” Sungut Mario
dengan marah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal. “Gue bisa nanya siapa
untuk tahu dia lagi ada di kamar nomor berapa.”
“Bunda. Wanita yang
lagi duduk disana.” Ucap bartender itu seraya menunjuk wanita paruh baya yang
masih cantik karena perawatan yang dilakukannya secara rutin itu.
Mario mengangguk kemudian mendekati wanita itu yang
disebut bartender itu dengan sebutan Bunda. Setelah melakukan beberapa paksaan,
akhirnya Bunda memberitahu keberadaan Alyssa dimana. Mario langsung berlari
dengan membabi buta menuju ke kamar yang dimaksud.
“Alyssa, buka
pintunya.” Teriak Mario dari luar kamar.
“Kalau loe gak buka
pintu dalam hitungan ketiga, gue dobrak pintunya.” Teriak Mario sekali lagi
seraya tangannya menggedor gedor pintu kamar itu.
Mario memundurkan tubuhnya saat tahu pintu akan dibuka.
Setelah melihat siapa yang membuka, Mario langsung melayangkan pukulannya ke
wajah pria hidung belang yang berada dalam 1 kamar dengan Alyssa. Alyssa ??
Mario menghentikan pukulannya kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita
yang masih diam di tengah ranjang dengan pandangan mengarah padanya. Dengan
cepat, dia berlari mendekati Alyssa.
“Gue gak akan
mentolerir untuk hal ini Lys. Loe akan mendapatkan hukumannya setelah ini.”
Ucap Mario tegas seraya membantu Alyssa membetulkan pakaiannya yang sudah tidak
beraturan.
“Lepas, gue gak ada
urusan sama loe lagi Mario. Lepaskan.”
“Loe ikut gue
sekarang.”
“Denger, gue lagi
kerja, dan gue udah dibayar. Jadi mending loe minggir sekarang.”
“Alyssa.” Teriak Mario
dengan kerasnya sampai membuat Alyssa memejamkan matanya erat. “Gue bisa bayar
loe lebih dari dia bayar loe. Ngerti.” Desis Mario.
Mario langsung menarik tangan Alyssa untuk mengikutinya hingga
ke mobilnya. Dan Mario langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi
menuju apartement’nya.
Setelah sampai di apartement’nya, Mario langsung menarik
tangan Alyssa menuju ke kamarnya. Dan dia mendudukan Alyssa diatas ranjangnya
dengan kasar.
“Kenapa Lys ??”
“Loe gak ada hak untuk
tanya apapun sama gue.”
“Gak ada hak ?? Jadi
cowo pertama yang mengambil mahkota berharga loe masih anggep gak punya hak
tentang loe ??”
“Jangan pernah
mengungkit hal itu lagi.” Teriak Alyssa frustasi.
“Gue akan menuruti
perintah loe kalau loe juga menuruti perintah gue.”
“Mario, hubungan kita
hanya sebatas atasan dan bawahan. Gak lebih dari itu.”
“Terserah loe Alyssa.
Mulai sekarang, loe tinggal sama gue di apartement gue. Gak ada alasan loe
untuk nolak permintaan gue.”
“Otoriter. Gue benci
sama loe.”
Mario mendekat kearah Alyssa kemudian membaringkan tubuh
Alyssa dengan tubuhnya yang berada di atas tubuh wanita itu. Alyssa berusaha
mendorong Mario untuk menjauh dari tubuhnya. Tetapi tetap saja tidak bisa,
Mario terlalu kuat jika dibandingkan dengan tubuhnya sendiri yang kecil.
“Gue gak suka tubuh loe
disentuh orang lain. Apalagi sama orang yang seharusnya pantas menjadi ayah loe
Alyssa. Gue gak suka. Dan gue akan menghapus bekas dia di tubuh loe. Semua yang
ada di diri loe, adalah milik gue.”
Mario langsung mencium Alyssa dengan membabi buta setelah
mengucapkan kalimat itu. Selanjutnya, Mario benar-benar melakukan kegiatan yang
sudah ia rindukan selama Alyssa tidak berada dalam jangkauannya. Dan sekarang,
ia benar-benar melampiaskannya langsung kepada wanita yang selalu berada dalam
pikirannya.
Alyssa juga tidak bisa menolaknya. Karena sesungguhnya,
dia juga merindukan Mario. Merindukan semua yang berada dalam diri laki-laki
itu. Alyssa benar-benar merindukannya. Malam itu, mereka melakukannya sekaligus
melepas rindu yang sudah lama mereka pendam.
**********
Alyssa mengerjap ngerjapkan matanya. Berusaha
menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk melalui jendela kamar tersebut. Dia
menguap sebentar kemudian merasakan berbeda dengan tempat yang sedang dirinya
tempati sekarang.
Alyssa memutar bola matanya ke penjuru ruangan dan baru
menyadari jika dia sekarang sedang berada di dalam kamar Mario. Terbukti karena
laki-laki itu sedang berada di sebelahnya dengan tangan kanan Mario memeluk
perutnya. Kemudian Alyssa memejamkan matanya erat karena baru mengingat apa
yang sudah mereka lakukan semalam.
“Lepasin tangan loe
Mario.” Ucap Alyssa seraya menyingkirkan tangan besar Mario. Bukannya melepaskan,
laki-laki itu malah memeluk perutnya semakin kencang.
“Mario, please. Lepaskan.
Gue mau ke kamar mandi.”
Mario membuka matanya perlahan kemudian tersenyum seraya
menatap wajah Alyssa yang tetap cantik walaupun baru bangun tidur. Dia semakin
mengeratkan pelukannya membuat Alyssa menghembuskan nafas frustasi setelahnya.
“Akhirnya bisa
melepaskan rindu juga sama loe Lys.”
“Gue gak kangen sama
loe.” Ucap Alyssa cuek.
“Yakin ?? Gue gak yakin
tuh. Yang paling jelas, gue udah bisa menghapus bekas sentuhan pria hidung
belang yang udahh nyentuh loe tadi malem.”
“Udah berapa kali gue
bilang, kerjaan gue gak serendah itu Mario.”
“Gue tahu. Gue Cuma gak
suka sama pekerjaan loe itu. Dan mulai sekarang, gue gak akan pernah
mengijinkan loe menginjakkan kaki loe di Club itu.”
“Emang loe siapa ??”
“Gue Mario,
satu-satunya cowo yang pernah menyentuh loe.”
“Pervert. Sekarang
lepasin tangan loe, gue mau ke kamar mandi Mario.”
Mario menganggukkan
kepalanya. “Boleh, tapi syaratnya loe harus ngasih gue morning kiss dulu. Baru gue
lepasin.”
Karena habis kesabaran, Alyssa menghadapkan tubuhnya
kearah Mario kemudian memberikan ciumannya di bibir laki-laki itu. Setelahnya,
dia menjauhkan wajahnya dan melihat Mario yang sedang tersenyum puas karena
keinginannya lagi-lagi berhasil ia dapatkan.
“Okeh tuan putri. Silahkan.”
Alyssa hanya mendengus kesal karena laki-laki itu selalu
menggodanya. Dia bergegas bangkit kemudian menuju ke kamar mandi. Mario tersenyum
puas karena bisa membuat Alyssa tidak bisa berkutik seperti itu. Dia memandang
langit kamarnya. Misinya kali ini adalah menyelidiki tentang semua hal yang
berhubungan dengan Alyssa. Dia sudah mencapai tingkat maksimum untuk ingin tahu
apa saja yang terjadi dengan wanita itu yang tidak diketahui oleh dirinya.
Teringat jika pintu kamar mandi yang sekarang sedang
ditempati Alyssa tidak mempunyai kunci, Mario bergegas menyusul kesana dengan
seringainya yang membuatnya terlihat tampan. Dan kalian mengetahui sendiri apa
yang terjadi di dalam sana.
********
“Shilla kemana ??”
Tanya Gabriel saat dia sampai di depan ruang receptionist di lantai 4. Seperti
sebelumnya, dia terlebih dahulu pergi ke lantai 4 untuk melihat Shilla. Seperti
sudah menjadi kebiasaan sekarang.
“Mohon maaf pak. Sepertinya
Ibu Shilla hari ini ijin libur karena ada kepentingan keluarga. Sebelumnya sudah
mengatakan pada Ibu Sarah Pak.
Gabriel mengangguk anggukkan kepalanya, untungnya dia
sudah bilang pada Sarah yang notabene adalah atasan Shilla. Jika tidak, Gabriel
pasti mempunyai alasan untuk bisa bertemu dengan wanita itu, walaupun hanya
untuk memarahinya. Karena alasan dia memarahi Shilla, salah satunya adalah
untuk bisa dekat dengan wanita itu. Walaupun caranya salah, menurut Gabriel
sendiri, ini cara yang wajar.
“Okeh, pastikan
pekerjaan hari ini dilakukan dengan benar oleh karyawan lain.”
“Baik Pak.”
Gabriel mengangguk kemudian beranjak menuju ke ruangannya
sendiri. Kembali memasuki ruangannya yang baginya seperti neraka baginya. Karena
jika Gabriel sudah masuk ke dalam sana, rasanya waktu istirahatpun dia tidak
mempunyai hal itu.
Gabriel berhenti di depan meja sekretaris. Harusnya meja
itu ditempati oleh Alyssa, tapi lagi-lagi wanita itu hilang entah kemana. Dia juga
masih belum tahu, apakah Mario berhasil menemukan Alyssa atau tidak. Meja itu terpaksa
ditempati oleh Eva, salah satu bagian HRD untuk menggantikan posisi Alyssa
untuk sementara.
“Tolak semua tamu untuk
hari ini selama saya belum memberi ijin kamu untuk menerima tamu, Paham.”
Eva hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian Gabriel
bergegas memasuki ruangannya. Dia hanya ingin ketenangan hari ini. Ingin memikirkan
apa yang Alyssa lakukan sehingga wanita itu tidak pernah kembali ke dalam
kantor lagi. Ck, seharusnya dulu dia menyelidikinya terlebih dahulu alasan
Alyssa kembali ke perusahaannya. Sial.
Mungkin sore nanti, dia akan menuju ke rumah Shilla untuk
meminta bantuan wanita itu. Hanya wanita itu yang bisa membantunya untuk saat ini.
Setidaknya, dia bisa lebih dekat dengan wanita itu. Walaupun bukan dengan cara yang
seharusnya.
*********
Mario tersenyum melihat wanitanya yang sedang menyantap
makananya dengan lezatnya. Alyssa hanya tersenyum tipis menyadari laki-laki di
hadapannya yang selalu menatap kearahnya. Walaupun lama-lama merasa risih juga
dilihat secara terang-terangan seperti itu.
“Mulai hari ini, loe
resmi tinggal disini.”
Alyssa hanya melirik dan menatap sinis laki-laki di hadapannya.
Percuma saja dia menolak, ujung-ujungnya Alyssa akan menuruti kemauan laki-laki
itu juga.
“Percuma kan gue nolak.”
“Pinter.” Mario
tersenyum puas melihat Alyssa yang tidak bisa menolak keinginanya.
“Mario.”
Mario mengangkat wajahnya seraya menatap wanita di
hadapanya. Dia mengernyit melihat Alyssa malah menjadi diam. “Kenapa ??”
Tanyanya.
“Gue mau masuk ke
perusahaan loe lagi. Gue akan keluar dari perusahaan Gabriel.”
Mario hanya tersenyum mendengarnya kemudian melanjutkan
makannya lagi. Dia menganggukkan kepalanya tanda sudah menyetujui permintaan
wanitanya.
“Meja itu emang milik
loe Lys. Alasan apa lagi sekarang ??”
“Enggak, gak ada alasan
apa-apa. Gue Cuma udah menyelesaikan urusan gue sama perusahaan Damanik aja.”
Mario hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Merasa percuma
jika harus bertanya lebih lanjut mengenai hal-hal yang pastinya Alysssa tidak
akan menceritakannya kepada dirinya.
“Sorry, gue Cuma belum
bisa mengungkapkan semuanya sama loe Mario. Gue janji, suatu saat nanti. Loe
akan tahu semuanya.”
Mario lagi lagi hanya
mengangguk. “Tapi gue Cuma ingin tahu satu hal dari loe Alyssa. Mengenai keluarga
loe. Loe yakin orang tua loe udah meninggal ?? Dan loe gak punya 1 keluarga pun
yang deket sama loe ??”
Alyssa terdiam. Dia menundukkan wajahnya dalam. Sebenarnya
tidak ada salahnya jika dia memberitahukan semuanya kepada Mario. Tetapi yang
jadi ketakutannya, Bunda dan Ayah menjadi tahu jika ada orang lain yang
mengetahui mengenai masalahnya itu. Akan bahaya untuk Mario nantinya.
“Lys, loe bisa percaya
sama gue.”
“Orang tua gue emang
beneran udah gak ada Mario.”
Mario terdiam seraya menatap wajah Alyssa. Menunggu kelanjutan
cerita wanitanya. Mungkin Alyssa memang belum bisa percaya sepenuhnya dengan
dirinya. Dan dia akan membuat wanitanya percaya kepada dirinya.
“Gue masih punya kakak.
Kakak kandung gue. Satu-satunya saudara kandung yang gue punya.”
“Seseorang yang loe
sebut Bunda itu siapa ??”
Alyssa menatap wajah Mario yang menunggu jawabannya. Mungkin
jika dia bercerita kepada laki-laki itu, Mario bisa membantunya suatu saat
nanti untuk menyelamatkan seseorang yang sangat dia sayang dan dia cintai.
“Gue dulu pernah
diangkat menjadi anak oleh sebuah keluarga. Dan Bunda adalah Ibu tiri gue. Kalau
tahu seperti ini kehidupan gue setelah menganal Bunda. Gue gak akan menerima
mereka mengangkat gue menjadi anak Yo.”
Mario hanya bisa mengusap lengan wanitanya untuk
menenangkannya. Dia juga baru tahu jika Alyssa mempunyai orang tua yang
ternyata bukan orang tua kandungnya. Setidaknya, wanitanya sudah mau
menceritakan masalahnya pada dirinya, walaupun belum semuanya diceritakan oleh
Alyssa.
“Kakak kandung loe ??”
“Dia ....” Alyssa
menghentikan kalimatnya. Menatap dalam mata Mario. Antara yakin dan tidak yakin
untuk menceritakan hal itu kepada lelakinya.
“Gue gak akan maksa
kalau loe gak mau cerita.”
Alyssa bangkit dari bangkunya kemudian menuju ke tempat
Mario yang duduk di hadapannya. Lalu dia duduk di atas pangkuan Mario. Sedangkan
laki-laki itu merasa senang karena Alyssa bersedia untuk berdekatan dengannya
tanpa harus ia paksa seperti biasanya.
Alyssa mengecup bibir
Mario kemudian mengalungkan tangannya di leher laki-laki itu. “Loe harus janji
kalau loe akan jaga rahasia gue, dan gak akan pernah menanyakan lebih lanjut
mengenai hal itu.”
Mario mengangguk seraya menata rambut Alyssa yang
berantakan. Dia mengusap usap pipi wanitanya dengan sayang membuat Alyssa
merasa yakin untuk menceritakannya.
“Kakak kandung gue
pernah mengalami kecelakaan dulu. Yang membuat kaki dia patah dan terpaksa kaki
kakak gue diamputasi dan menjadikan kakak gue gak punya kaki kananya.”
Mario mengusap lengan Alyssa dengan sayang. dia
menggelengkan kepalanya jika Alyssa tidak mau menceritakan semuanya. Mario
mengecup bibir wanita itu untuk menguatkannya. Alyssa melepasnya kemudian
tersenyum kepada laki-laki itu.
“Dan karena itu juga,
gue yang harus jadi tulang punggung keluarga. Ayah sama Bunda nyuruh gue nyari
uang buat membiayai mereka. Kalau gue enggak bisa menghasilkan uang, kakak gue
akan dibunuh.”
“Kok bisa tega banget
orang tua tiri loe ??”
“Gue enggak tahu.”
“Itu alasan loe, kenapa
loe bisa sebegitu giatnya nyari uang ??” Alyssa hanya mengangguk sebagai
jawabannya.
Mario hanya mengusap rambut halus Alyssa dengan sayang. Dia
akan berjanji kepada diri sendiri jika dia akan melindungi Alyssa juga kakak
iparnya itu dari siapapun. Dan dia akan berjanji menyelamatkan kakak kandung
Alyssa.
“Gue tahu gimana
sedihnya loe. Gue janji akan membantu loe. Loe gak sendirian sekarang.”
Alyssa hanya mengangguk. Dia tahu, bahkan sangat tahu. Jika
dia menceritakannya kepada Mario, maka hasilnya akan membuat dirinya bahagia. Dia
juga percaya kepada laki-laki itu. Dia sangat percaya Mario.
“Thanks Mario.”
Mario tersenyum begitu manis kemudian mencium bibir
wanita itu dengan lembut. Alyssa ikut tersenyum seraya menyambut perlakuan
Mario. Alyssa benar-benar mencintai pria ini. Tapi dia masih belum bisa menebak
apakah Mario mencintainya atau tidak. Entah apa jadinya jika Mario tidak
mencintainya melainkan hanya memanfaatkannya saja sebagai pemuas nafsu pria
itu.
Alyssa tidak ingin melihat Mario dengan wanita lain. Mulai
saat ini, dia harus bisa membuat Mario mencintainya. Harus. Karena Alyssa sudah
meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar mencintai pria itu. Dan mulai saat
ini, dia akan berusaha untuk bisa membuat Mario hanya mencintai dirinya
seorang.
**********
Alhamdulillah part 11 clear juga :)
Tinggalkan jejak kalian ya guys, kalau bisa saran dan komentarnya :)
Semakin banyak saran dan komentar, maka makin semangat gue nulisnya, dan makin cepet gue ngepost'nya :)
See you next time ^^