Daerah pemakaman di daerah Jakarta Selatan terlihat ramai
karena adanya penghuni baru di pemakaman tersebut. Jelas saja itu hal biasa
jika orang biasa yang nantinya akan di tenggelamkan di dasar tanah bersama
dengan yang lain yang telah berpulang ke sisi Tuhan, tapi ini bukan orang
sembarangan. Hal itu menyebabkan pemakaman Salandra di daerah Jakarta Selatan
terlihat penuh dengan banyaknya orang yang datang.
Rio
berdiri di ujung gerombolan keluarganya. Dia terlihat menundukkan wajahnya
dalam. Merasa bersalah atas kematian seseorang yang saat ini bersiap untuk
ditenggelamkan ke dasar tanah untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Rio
memasang kembali kacamata hitamnya agar keadaan matanya sekarang tersamarkan
oleh keluarganya dan rekan-rekan yang lain.
“Jangan merasa bersalah lagi nak. Ini semua takdir. Ibu yakin,
dia sekarang udah tenang di sisiNya. Jadi kamu gak usah merasa khawatir lagi.”
“Ini semua salah Rio bu.”
“Enggak. Ini semua takdir kak. Kakak gak usah merasa
bersalah.” Acha – adik Rio satu-satunya mendekat kearah kakaknya dan memeluk
kakaknya dari samping. Mengusap punggung tegap kakanya untuk menenangkannya.
Rio
balas memeluk adik cantiknya itu. Mengelus lembut rambut panjang Acha kemudian
menciumnya di puncak kepalanya. Dia tersenyum pada kedua orang tuanya untuk
meyakinkan mereka bahwa dia sudah tidak apa-apa. Rio kembali mengalihkan
pandangannya pada makam orang yang meninggalkannya pada hari itu.
“Selamat jalan Pak. Terima kasih untuk semua kebaikan
hati bapak pada keluarga Rio. Terima kasih atas pengabdian bapak selama ini
pada keluarga Rio. Maaf untuk segala hal yang udah pernah Rio lakuin ke Bapak.
Maaf karena Rio yang membuat bapak seperti ini. Semoga semua amal perbuatan
bapak dapat diterima dengan baik di sisi Tuhan. Semoga bapak mendapatkan tempat
yang layak di sisi-Nya. Selamat jalan Pak Andi Suroto.”
**********
Rio
menggenggam tangan Alyssa dengan eratnya. Dia memperhatikan wajah cantik itu
dengan seksama. Merasa menyesal mengapa dia baru kali ini menatap wajah Alyssa dengan
sepenuh hatinya. Tangan Rio terulur ke wajah wanita itu. Menyingkirkan beberapa
helai rambut yang menutupi wajah cantiknya. Kemudian memajukan wajahnya dan
mengecup singkat dahi Alyssa dengan segenap perasaanya.
“Rio.”
Rio
tersenyum kepada ibu mertuanya yang saat ini tengah berjalan kearahnya. Dia
langsung mengecup punggung tangan ibu mertuanya tersebut sebelum beralih
kembali pada istrinya yang masih terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit
Cakrawala.
“Sudah 5 hari Ma. Rio belum menemukan tanda bahwa Alyssa
akan sadar.” Ucapnya lirih.
Mama
Alyssa- Maria Kencana, hanya tersenyum paksa mendengar penuturan menantunya.
Dia hanya bisa menepuk nepuk punggung tegap menantunya itu untuk memberikan
kekuatan.
“Semuanya akan baik-baik saja Mario. Mama sangat yakin.
Kamu gak usah khawatir. Pergilah ke kantormu. Biar gantian Mama yang menjaga
Alyssa disini.”
“Maafin Rio Ma. Rio belum bisa menjadi menantu idaman
Mama. Belum ada 1 hari Rio sah menjadi suami Alyssa saja dia sudah seperti ini.
Ini kesalahan Rio Ma. Rio minta maaf.”
“Ini takdir nak, kamu tidak perlu menyalahkan diri terus
menerus seperti itu. Sudah sana kembali ke kantormu. Bekerjalah dengan giat,
mama yakin Alyssa pasti senang mendengarnya.”
Rio
mengangguk kemudian mengecup punggung tangan mertuanya dan mengecup dahi Alyssa
lama. Berharap jika ada keajaiban datang untuk membangunkan Alyssa kembali dan
membiarkan dirinya bahagia bersama wanita itu.
**********
Rio
berlari dengan semangatnya setelah menerima telepon dari ayah mertuanya yang
mengabarkan bahwa Alyssa sudah siuman. Hari ini sudah genap 1 minggu Alyssa
terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Mario merasa sangat bersyukur karena
hari ini, istrinya akhirnya terbangun juga dari tidur panjangnya.
Rio
masuk ke dalam kamar rawat Alyssa dan menemukan keluarganya dan keluarga wanita
itu yang semuanya berkumpul di dalam kamar. Dia melangkah mendekat kemudian
tersenyum senang saat sudah menemukan istrinya sedang menatap kearahnya.
“Kami menunggu di luar. Ayo.”
Alyssa
diam saja melihat seluruh keluarganya keluar dari kamarnya. Matanya masih
menatap wajah tampan di hadapannya saat ini. Laki-laki yang sudah sah menjadi
suaminya. Laki-laki yang mulai saat ini akan terus bersama dengannya dalam 1
atap yang sama. Laki-laki yang harus ia hormati dan laki-laki yang akan
menuntunya untuk menjalani kehidupan pernikahan yang akan mereka jalani mulai
saat ini.
“Apa kabar ??” Alyssa membuka suaranya terlebih dahulu.
Rio
hanya tersenyum kemudian menggenggam tangan wanita itu erat. Tangan lainnya
menyusuri wajah cantik Alyssa. Kemudian menyusuri rambut wanitanya yang
walaupun kurang terawat selama wanita itu koma kemarin tetap saja halus dan
bersih.
“Maaf. Maaf karena harus membuatmu mengalami hal seperti
ini.”
Alyssa menggeleng. “Tidak. Justru aku harus mengucapkan
banyak terima kasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawaku. Aku tidak tahu apa
jadinya jika waktu itu kamu tidak memelukku. Aku sangat berterima kasih untuk
itu.”
“Sudah merasa lebih baik ??” Tanya Mario untuk
mengalihkan hawa tak biasa diantara mereka.
Alyssa
hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban. Dia tersenyum hangat
kepada laki-laki yang sebenarnya sudah sah menjadi suaminya dari 1 minggu yang
lalu tetapi dikarenakan ada insiden yang harus dialami mereka membuat Alyssa
tidak sadarkan diri selama itu. Senyuman Alyssa menular kepada laki-laki yang
ada di dalam satu ruangan bersamanya. Dia menggenggam erat tangan wanitanya
kemudian mengecup dahi Alyssa dengan penuh kasih sayang.
“Kamu harus selalu mengingat satu kalimat ini. Aku adalah
suamimu dan kamu adalah istriku. Dan mari kita membuka lembaran baru dengan
menjadi pasangan yang sah di mata Negara dan Tuhan yang Maha Esa.”
**********
Alyssa meninggalkan dapur dengan tergesa-gesa saat
mendengar bunyi pintu bel rumahnya. Dia membuka pintunya dengan sangat antusias
dan benar saja di depan pintu rumahnya sudah ada suaminya yang tersenyum hangat
kearahnya juga sepasang mata mungil nan cantik yang juga sedang melihat
kearahnya. Alyssa bergegas mengambil putri ciliknya untuk gantian ia yang
menggendong.
“Putri Bunda habis darimana sama ayah.” Tanya Alyssa pada
malaikat kecilnya yang baru berusia 9 bulan. Putri kecilnya yang bernama Kirana
Putri Sanjaya.
Rio
hanya tersenyum kemudian mendekat kearah istrinya dan mencium dahi wanitanya
seperti biasa. Dia kemudian meminta ijin untuk masuk ke dalam kamar terlebih
dahulu untuk membersihkan diri yang langsung dijawab anggukkan oleh wanitanya.
Selepas mengajak Kirana berkeliling komplek perumahannya dengan berjalan kaki,
Rio merasa seluruh tubuhnya terasa lengket. Jadi dia memutuskan untuk
bersih-bersih dahulu seraya menunggu istrinya selesai menyiapkan makan
malamnya.
“Putri Bunda habis darimana. Kok pertanyaan Bunda gak
dijawab sayang.”
Alyssa
mengamati wajah cantik putrinya yang baru berusia 9 bulan itu. Mempunyai mata
yang besar, bibir tipisnya, kedua pipinya nampak menyembul menggemaskan. Dia
mengusap kedua pipi Kirana dengan gemas membuat putri ciliknya tertawa dengan
riangnya. Alyssa ikut tertawa kemudian membawa putrinya ke arah dapur untuk
melanjutkan sesi memasaknya yang tadi sempat tertunda.
“Udah dilanjut Pris.” Alyssa membelalakan matanya saat
melihat seluruh hidangan yang akan dibuatnya malam ini sudah tersedia
seluruhnya di atas meja dapur.
“Iya mba. Tadi udah Prista lanjutin. Maaf ya mba Lys.”
Jawab Prista. Salah seorang siswa SMK yang sedang meluangkan waktunya dengan
bekerja bersama keluarga kecil Alyssa. Dia hanya bertugas membantu mengurus
rumah saja dan menjaga Kirana jika ia dan Rio memang disibukkan dengan kegiatan
lainnya.
“Iya gapapa. Kamu jangan takut-takut gitu Pris. Udah
mandi belum ??” Prista menggeleng. “Yasudah lebih baik kamu mandi setelah itu
kita makan malam bersama. Terima kasih udah membantu mba ya Pris.”
“Iya mba sama-sama. Ini udah tugas Prista. Prista masuk
dulu ya mba.”
Alyssa
hanya mengangguk kemudian bercanda kembali bersama buah hatinya seraya
memindahkan makanan yang sudah jadi yang diletakkan Prista diatas meja dapur ke
meja makan. Setelah semuanya selesai, Alyssa duduk di sofa tunggal ruang
tamunya untuk melanjutkan bermain bersama Kirana seraya menunggu Rio dan Prista
selesai.
“Kiran suka sekali gigit jempol ya sayang.” Tangan Alyssa
dengan sigap menjauhkan kedua tangan Kirana supaya putrinya tidak menggigit
jempolnya kembali.
“Kenapa ?? Kiran haus ??” Alyssa melihat mata putrinya
yang berkaca kaca tanda sebentar lagi putrinya itu akan menangis kencang. Dia
dengan sigap menyusui Kirana supaya putrinya tidak menangis.
“Sudah siap makan malamnya belum Bun ??”
Alyssa
mengalihkan tatapannya ke wajah suaminya yang sekarang sudah duduk di
sebelahnya. Dia mengangguk sebagai balasan.
“Ayah makan dulu aja gapapa. Nanti Bunda nyusul. Kiran
haus Ayah.”
“Ayah nunggu Bunda aja.” Alyssa hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Prista dimana Bun ? Daritadi ayah gak lihat.”
“Lagi mandi. Tadi habis bantuin bunda masak soalnya.”
Rio
hanya mengangguk. Dia mengusap pelan kepala mungil milik putrinya itu kemudian
mengecupnya pelan. Kemudian mengamati putrinya kembali dan langsung terbit
senyum laki-laki itu. Tangannya berada di kaki Kirana kemudian menggelitikinnya
pelan membuat bayi mungil itu menggerak gerakkan kakinya tanda tidak suka.
Tetapi
Rio tetap saja melakukan hal tersebut seraya tertawa sendiri. Rio bisa melihat
Kiran menatap kearahnya dengan tidak suka kemudian putri kecilnya itu
melepaskan sumber makannya dan menangis kencang. Rio hanya tertawa mendapat
cubitan di lengannya. Dia mengusap usap kaki gembul Kiran untuk menenangkan.
Bukannya tenang, tangisan Kiran semakin menjadi membuat Rio panik sendiri.
“Jahil.” Celetuk Alyssa seraya berdiri dari duduknya.
“Maaf sayang. Biasanya kalau aku ajak Kiran bercanda dia
gak masalah.”
“Itu beda Ayah. Kiran lagi gak laper dan gak capek. Tadi
kan habis dibawa ayah keliling kompleks. Saat kiran lagi minum ayah malah
ganggu.”
“Maaf Bunda.” Rio beralih kepada putrinya yang masih
menangis. “Maafin Ayah ya sayang, Ayah janji gak akan jail lagi sama Kiran.
Jangan nangis lagi ya. Nanti ayah beliin boneka besar buat Kiran.”
Alysaa
hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya itu seraya menimang
Kiran agar tidak menangis lagi. Memang kadang-kadang apa yang dilakukan Rio
kepada Kiran itu seperti kepada seorang anak yang umurnya 11 tahun. Dia masih
tidak sadar bahwa yang ia ajak bicara adalah seorang bayi yang masih berumur 9
bulan.
“Sini biar ayah aja yang gendong Kiran.”
Rio
mengangkat Kiran dengan paksa kedalam gendongannya dan akibatnya bayi mungil
itu bertambah hebat tangisannya membuat Rio harus ekstra dalam memberhentikan
tangisannya. Alyssa hanya diam saja, ingin melihat sejauh mana Rio bisa
menghentikan tangisan Kiran.
“Ayah lagi ngomong sama Kiran loh, dan ayah harus tau
kalau umur Kiran baru 9 bulan.”
“Semakin banyak kita bicara dan mengeluarkan kata yang
berbeda itu membuat Kiran cepet pinter bicara Bun. Saat kita bicara, impuls’nya
sudah bisa menerima dan menyimpannya di dalam otaknya. Jadi Bunda tenang aja.
Ayah lagi mengajarkan Kiran supaya cepet pinter ngomong.” Rio hanya tersenyum
dan mengedipkan sebelah matanya seraya masih menimang Kirana yang masih terus
menangis.
“Kenapa mba Lys ?? Kok Kiran nangisnya kenceng banget.”
“Gara-gara ayahnya Pris. Udah biasa.” Ify tertawa kecil.
“Mas Rio apain Kiran mas. Kok nangisnya bisa kenceng
banget kayak begitu. Biasanya Kiran paling nempel sama mas Rio.”
“Tak kasih rumus cinta Pris. Gara-gara Kiran gak ngerti
makanya nangis.” Rio tertawa kecil setelah selesai berkata seperti itu. Alyssa
dan Prista hanya tersenyum kecil menanggapi.
“Kamu makan dulu aja Pris. Nanti mba sama mas Rio
nyusul.”
Prista tersenyum sopan. “Enggak deh mba Lys. Nanti Prista
makan di rumah aja. Kebetulan Ibu bikin makanan kesukaan Prista hari ini. Jadi
Prista makan di rumah aja.”
“Loh kok malah pulang ??” Ujar Rio yang masih sibuk
menimang Kiran. Walaupun tangisan Kiran sudah mereda, tetapi putrinya masih
sesenggukan membuatnya tidak tega.
“Iya mas Rio. Pengin kumpul sama ibu Bapak. Kebetulan
Prista sudah lama tidak makan malam bersama keluarga Prista.”
Rio hanya mengangguk seraya tersenyum.
“Yasudah kalau begitu. Kamu berani pulang sendirian ??
Kalau enggak biar mas Rio yang nganterin kamu.” Ujar Alyssa seraya menepuk
nepuk bahu remaja tanggung tersebut.
“Berani dong mba. Lagian rumah mas Rio dan mba jalan
depannya gak gelap kok. Jadi Prista berani seperti sebelum-sebelumnya.”
“Yasudah kalau begitu Pris. Hati-hati ya, salam untuk
keluarga.”
“Siap mas. Yasudah, Prista pulang dulu ya mas, mba. Kiran
cantik, kakak pulang dulu ya. Jangan nangis lagi. Ayah kan Cuma bercanda. Hehe.
Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Bun, sepertinya Kiran masih laper. Bunda terusin ya. Di
meja makan sekalian nemenin ayah makan.”
Alyssa
hanya mengangguk kemudian mengambil Kiran untuk ia gendong. Kemudian berjalan
menyusul Rio ke ruang makan. Mereka makan dalam nuansa yang menghangatkan
karena di dalamnya tertuang kasih dan sayang satu sama lain. Selalu bersyukur
kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat yang sebegitu indahnya kepada
keluarga kecil Mario. Saat ini, mereka mulai belajar menjalani kehidupan yang
lebih baru lagi dimana ada Kiran – putri pertama keluarga kecil Sanjaya di
dalamnya.
**********
Rio baru
saja keluar dari kamar mandi dengan kedua tangannya yang masih sibuk
mengeringkan rambutnya yang basah. Kemudian terkesiap saat melihat Kiran yang
sedang berbaring di tengah ranjang King Size.nya. Dia mendekat seraya menatap
ke penjuru kamar dirinya untuk mencari istrinya.
“Kiran kok sendirian ?? Bunda kemana sayang ??” Tanya Rio
seraya ikut berbaring di sebelah putri kecilnya itu.
Rio
mengamati Kiran yang sudah lengkap dengan baju tidurnya. Kedua tangan mungilnya
tertutup sarung tangan yang lucu. Serta kedua kakinya. Seluruh kain yang
melekat di tubuh mungil Kiran berwarna pink membuat tingkat menggemaskan Kiran
semakin bertambah.
“Putri ayah cantik sekali. Harum lagi.” Dengan gemas Rio
mencium pipi gembul Kiran membuat putri kecilnya tertawa kecil melihat ayahnya
yang sudah berada di satu tempat bersamanya.
“Sebentar ya sayang. Ayah mau ambil baju dulu. Setelah
ini kita bermain ya.”
Tangan
Rio menggapai handphone.nya yang ada
diatas nakass kemudian mendial nomer 1 yang langsung tersambung ke handphone istrinya. Sambil menunggu
panggilannya tersambung, dia berjalan kearah lemari dan mengambil 1 kaos
berwarna abu-abu berlengan pendek kemudian memakainya.
“Kamu kemana sih sayang.”
Rio
gemas sendiri karena telepon dirinya yang sudah terhitung ke enam kalinya tidak
juga diangkat oleh wanitanya. Panggilan ke tujuh jika tidak diangkat juga, maka
Rio berjanji akan menelepon polisi untuk membantunya mencari istrinya itu.
Rio bernafas lega saat panggilannya dijawab oleh
istrinya.
“Halo sayang. Kamu kemana aja ?? Kamu ninggalin Kiran
begitu aja di tengah ranjang. Biasanya kamu gak pernah berbuat seperti itu.”
“Ini siapa ??”
DEG !!!
Rio
melebarkan mata saat terdengar suara barithon yang Rio yakini adalah suara
milik laki-laki terdengar lewat ponsel istrinya. Tanpa sadar, dia mengepalkan
tangannya dan wajahnya menjadi merah padam.
“Loe siapa ?? Dimana Alyssa ??” Tanya Rio murka.
“Alyssa ?? Ooh dia tadi pamit ke kamar mandi. Ada perlu
apa ?? Biar gue yang nyampein ke Alyssa.” Jawab suara diseberang sana dengan
santainya.
“Kenapa loe berani-beraninya megang ponsel istri gue.
Hah.”
“Jelas berani.
Kenapa enggak. Gue punya hak megang handphone ini.”
“Apa hak loe. Kasih tahu gue loe siapa dan kalian
sekarang berada dimana.”
“Gue Jason Leonardo, dan gue sekarang sedang berada di
taman Hati. Loe tahu kan filosofi taman ini kayak apa ?? Satu yang gue inget.
Jika kita membawa pasangan kita ke taman ini, maka orang itu akan benar-benar
berpasangan dengan wanitanya atau jika sudah berpasangan maka akan semakin
dieratkan. Right ??”
“Sialan. Gue tegasin sama loe, jangan berani-beraninya
nyentuh istri gue. Atau kalau enggak, gue akan mematahkan leher loe dan
membuang mayat loe ke jurang yang paling dalam. Mengerti.” Desis Rio dengan
marah.
Dengan
kesal, dia memutuskan panggilannya secara sepihak. Emosinya sekarang ini
benar-benar sedang berada di puncak. Dia benar-benar marah pada pria di
seberang sana yang dengan seenaknya mengucapkan kalimat yang malah semakin
memicu emosinya.
Dia
mengalihkan pandangannya ke arah putri kecilnya yang sedari tadi melihat
kearahnya dengan keingintahuan seraya mengemut ibu jarinya yang tertutup sarung
tangan. Rio mendekat kearah putrinya seraya berusaha untuk menormalkan nafasnya
yang tidak teratur dan meredakan emosinya untuk sekarang ini.
“Sekarang Kiran ikut Ayah ya sayang. Kita nyusul Bunda.”
Rio meminta
bantuan supir kantornya untuk menjemput dan mengantarkannya ke taman hati
karena ada Kiran dalam gendongannya. Tidak mungkin dia menyetir seraya membawa
kiran dalam pangkuannya.
“Lihat aja apa yang akan aku lakuin saat kamu benar-benar
bersama pria lancang itu sayang. Hukuman menantimu.” Desis Rio seraya menatap
lurus ke depan.
Perjalanan
serasa di tempuh sangat lama oleh Rio karena emosinya yang saat dia sudah tiba
di taman hatipun masih belum mereda malah makin menjadi. Teringat dengan ucapan
terakhir pria itu di telepon yang menjelaskan filosofi taman ini. Istrinya itu
memang kerap kali memintanya untuk ke tempat itu. Tetapi karena beberapa bulan
ini dia disibukkan dengan acara kerjasama yang akan dilakukan perusahaannya dan
perusahaan Albert yang berada di Amerika, maka dia tidak sempat untuk
mewujudkan keinginan Alyssa.
Jika
tahu Alyssa sangat ingin ke tempat ini sampai mengajak pria lain, dia tidak
akan mementingkan kerjasama itu. Biarkan dia mengalami kerugian daripada harus
kehilangan istri cantiknya itu.
Rio
merapatkan jaket biru dongker Kiran seraya berjalan masuk ke dalam taman untuk
mencari istrinya itu. Dia mengernyitkan keningnya bingung. Sejak kapan taman
Hati menjadi sepi seperti ini. Karena alasan lain yang membuatnya malas untuk
datang ke tempat ini adalah taman Hati selalu ramai pengunjung setiap harinya.
Jadi dia malas untuk berdesak-desakkan saat dia ingin bersama dengan keluarga
kecilnya saja.
“Maaf mas. Tamannya kok sepi. Ada apa ya.” Tanya Rio ke
pemuda tanggung yang sedang menjual Es di taman Hati tersebut.
“Masuk aja gapapa mas. Tidak ada acara apapun kok mas.
Sedang ada pesta kembang api saja di dalam. Semuanya sudah berkumpul di dalam.”
Rio
tambah bingung dengan semua ini. Pesta kembang api ?? Jika memang ada pesta,
seharusnya tempat ini ramai sekali oleh pengunjung.
Rio
melangkah masuk dan semakin Rio masuk ke dalam, tempat tersebut semakin gelap
hingga Rio berhenti di tempat yang paling gelap seraya memeluk Kiran erat.
Udaranya sangat dingin dan menusuk tulang.
“Alyssa. Kamu dimana ?? Ini aku Rio.” Teriak Rio untuk
menemukan keberadaan Alyssa.
“KIRAN.” Rio membelalakan matanya saat dirasakan olehnya
ada seseorang yang mengambil Kiran secara paksa kemudian orang tersebut
langsung berlari menjauh seraya membawa Kiran tanpa sepengetahuan Rio yang
terlalu lama menyadari kejadian yang baru saja ia alami.
“KIRANAAA. SIALAN, KEMBALIKAN ANAK GUE.”
Saat Rio
ingin berlari mengejar seseorang yang mengambil Kiran, dia merasakan pelukan
erat dari arah depan. Rio menegang ditempat saat tempat yang ia pijak sekarang
berubah menjadi tempat yang paling indah saat lampu seluruhnya sudah menyala.
Dia hanya bisa terdiam melihat pemandangan di depan matanya. Rumput yang
berbentuk hati menyala dengan indahnya dan disertai api yang melingkar disana.
Sangat menakjubkan. Dan juga seluruh keluarganya dan keluarga wanitanya
berkumpul disana. Ada kerabat Rio dan Alyssa juga yang turut hadir disana.
Tersenyum seraya melihat kearahnya.
“Happy anniversary
ke dua tahun suamiku. I love you more
than you know. I love you so much my husband.”
“Alyssa.”
Alyssa
hanya mengangguk dengan kedua tanganya yang masih memeluk perut suaminya dengan
erat. Rio masih terdiam di tempatnya. Masih belum bisa menerima semua hal yang
sudah terjadi dalam hidupnya.
“KIRAN, SAYANG. Dia dibawa pergi sama ....”
“Sssttt. Dia aman sekarang. Dia lagi bersama dengan
pamanya.”
“Paman ??”
“Orang yang tadi menjawab panggilan dari kamu.”
“Jadi dia ...”
Alyssa tertawa seraya menganggukkan kepalanya. “Aku yang
udah ngerencanain ini semua.”
“Alyssa. Kamu bikin aku marah, kamu bikin aku takjub,
kamu bikin aku khawatir, kamu bikin aku jantungan dan kamu bikin aku pengin
makan kamu sekarang juga.”
Alyssa hanya tertawa pelan menanggapi ucapan suaminya.
“Ini hari spesial kita yang kedua tahun. Bagaimana ??”
“Selalu menakjubkan sayang, seperti perayaan sebelumnya.
Bahkan ini lebih menajkubkan.”
Alyssa tersenyum seraya menatap penuh cinta kearah
suaminya. “Thanks for all my husband. I’m
very happy because always be your side. Love you so, Rio.”
“Too honey.
Terima kasih juga untuk segala yang kamu kasih buat aku. Terima kasih karena
bersedia berada di sampingku sampai saat ini. Terima kasih telah merawat aku
dan Kiran dengan sebaik mungkin. Terima kasih telah menjadi istri yang
menakjubkan dan menjadi ibu yang kuat dan tegar. Thanks for all honey.”
Alyssa
hanya tersenyum mendengarkan ucapan suaminya itu. Dia memejamkan saat Rio sudah
mulai memajukan wajahnya. Tangan Rio berpindah ke pinggang ramping Alyssa dan
Alyssa dengan reflek mengalungkan kedua tangannya di leher lelakinya. Bibir
mereka menyatu seiring dengan bunyi kembang api yang dinyalakan dalam waktu
bersamaan semakin menambah kesan romantis di taman Hati.
Rio
memperdalam ciumannya, tidak perduli jika disana hadir pula keluarga besar
mereka dan kerabat dekat mereka. Rio hanya ingin melampiaskan apa yang terjadi
hari ini lewat ciuman itu. Dia semakin mengeratkan pelukanya pada pinggang
ramping istrinya begitupula dengan Alyssa.
Kesan
romantis yang sederhana tapi akan selalu diingat sepanjang masa. Momen-momen
seperti inilah yang selalu ditunggu oleh seluruh keluarga yang ada di dunia
ini. Momen inilah yang membuat seluruh keluarga di dunia merasa senang dalam
menjalani kehidupan baru mereka bersama dengan orang yang baru pula.
Rio
sudah sangat puas dan bersyukur karena Tuhan sudah menyatukan dirinya bersama
dengan Alyssa. Kemudian dikaruniai seorang anak yang cerdas seperti Kirana.
Tidak ada hal lain lagi yang lebih membahagiakan dibandingkan dengan keluarga
kecilnya. Hanya bisa berharap, keluarganya akan baik-baik saja dan tetap utuh
sampai maut memisahkan mereka.
*********