Gue
maksain banget buat lanjutin cerita ini .. jadi kalau kalian gak suka, mohon
maafkan saya yah :D
Langsung
aja, HAPPY READING GUYS :*
PART 13
Sometimes at
night, when I look to the sky.
I start thinking
of you.
And then ask my
self. “Why ??” Why do I love you ??
************
Sekolah
menengah atas yang berada di salah satu wilayah di Jakarta sedang ramai –
ramainya. SMA Tunas Bangsa. Sekolah yang terkenal di Jakarta. Di dalam gedung
mewah itu, terdapat banyak siswa siswi yang menggunakan pakaian formal. Gaun
untuk para perempuan dan kemeja serta jas untuk para laki – laki.
Malam
ini acara PROM NIGHT. Entah berapa banyak waktu yang sengaja siswa siswi
luangkan agar tampil cantik dan gagah di acara malam ini. Dan acara ini juga
yang menjadi puncak penilaian bagi para Osis sebelum mereka melepas jabatan dan
digantikan dengan angkatan di bawahnya.
Rio
turun dari mobilnya. Pemuda itu langsung berlari memutar mobilnya dan langsung
membukakan pintu di samping kemudi. Beberapa saat kemudian, seorang gadis
cantik keluar dari dalam mobil.
“Thanks my
prince.” Bisik Shilla tepat di telinga sebelah kiri pemuda itu.
“Jangan buat gue
berantakin rambut loe malam ini.” Balas Rio. Shilla hanya tertawa kemudian
menggamit lengan pemuda itu.
Rio
hanya tersenyum kemudian menuntun gadis itu untuk masuk ke dalam. Pemuda itu
mengenakan kemeja putih dan jas hitam malam ini. Rambutnya dibiarkan berantakan
tapi kelihatan semakin keren. Sedangkan Shilla memakai gaun terusan sampai ke
mata kaki berwarna pink putih. Sangat cantik. Rambutnya dibiarkan tergerai di
belakang punggungnya.
Banyak diantarannya yang melihat kearah mereka berdua dengan tatapan iri. Ingin sekali kaum
adam menggantikan posisi Rio untuk bisa menggandeng Shilla di acara malam ini.
Begitupun dengan para kaum hawa, mereka ingin menggantikan posisi Shilla.
Rio
dan Shilla hanya tersenyum melihat tatapan para teman – temannya dan orang yang
tidak dikenalnya. Karena semua yang hadir di acar prom malam ini memiliki
pasangan masing – masing. Baik dalam sekolah sendiri ataupun dari sekolah lain
yang bersedia untuk menjadi pendamping di acara prom night ini.
“Ehem.” Dehem
Alvin saat Rio dan Shilla sudah ada di hadapannya. Pemuda itu sedang menggoda
sahabatnya.
“Kenapa Vin ??
Batuk ??” Sahut Cakka seraya tertawa. Begitupun Gabriel. Pemuda itu juga ikut –
ikutan tertawa mendengarnya.
“Iya nih, tiba –
tiba tenggorokan gue sakit banget. Lihat pasangan hitam putih kita malam ini.”
Jawab Alvin seraya tertawa. Rio hanya menjitak kepala sahabatnya itu yang terus
– terusan menggodanya.
“Bro, loe dicariin
sama MC tuh di ruangan belakang. Katanya di tungguin juga sama pembina Osis
kita yang tercinta itu.” Ucap Gabriel.
Rio hanya
mengangguk anggukan kepalanya. “Iya nanti gue kesana. Eh, pasangan loe bertiga
pada kemana ?? Buat nemenin Shilla bentar nih.”
“Lagi ambil minum
katanya Yo. Udah, Shilla disini aja sama kita bertiga. Di jamin aman deh.
Lumayan buat cuci mata.” Ucap Cakka.
“Daripada gue
tinggalin Shilla disini, mendingan gue bawa. Kalau loe bertiga belum tobat
juga, gue aduin ke cewe loe masing masing. Biar END sekalian.” Ancam Rio.
“Tukang ngadu
loe.” Sahut Alvin kesal.
“Bodo amat. Shill,
loe ikut gue ke dalam bentar. Guys, gue duluan.” Pamit Rio dan menarik tangan
gadis itu untuk mengikutinya.
Saat
Rio sudah sampai di ruangan belakang, Safa menghalangi jalan mereka berdua. Rio
berhenti dan menatap Safa dengan heran. Seakan menanyakan tujuan gadis itu
menahannya disini.
“Yo, disini kan
ruangan khusus Osis sama anak anak yang mau tampil di panggung. Ngapain sih loe
ngajakkin dia juga.” Omel Safa. Shilla hanya mendengus kesal.
“Gue Cuma mau
ketemu pak Duta bentar di dalem. Jadi, loe tenang aja.”
“Gak bisa gitu
dong Yo. Loe kalau mau masuk ya masuk aja, jangan ajak dia juga.” Jawab Safa
seraya menatap Shilla dengan penuh kebencian.
“Loe kenapa sih.
Gak suka banget sama keberadaan gue. Loe fikir gue mau ngapain di dalem ?? Mau
bikin keributan ??” Ucap Shilla dengan emosi.
“Tuh tahu.”
“Loe.” Desis
Shilla seraya maju beberapa langkah untuk bisa menggapai Safa. Tapi tangannya
keburu ditahan oleh Rio.
“Udah, jangan
bertengkar disini Shill. Karena pasti loe yang akan disalahin. Jadi, mendingan
gak usah di urusin. Okey.” Bisik Rio lembuat membuat Shilla tenang.
“Udah Fa. Gue
bukannya mau melanggar peraturan yang dibuat loe. Tapi gue Cuma bentar di
dalem. Jadi, gak masalah, gue bawa Shilla.” Ucap Rio santai.
“Yo. Ini bukan
peraturan gue. Ini pak Duta sendiri yang nyuruh.”
“Apaan sih loe.
Posisi kak Rio itu lebih tinggi daripada loe.” Sela Shilla kesal.
“Eh, anak bawang.
Diem yah loe. Sopan loe sama senior.” Bentak Safa.
Saat
Shilla akan menyela perkataan Safa. Pak Duta sudah lebih dulu muncul dari dalam
ruangan. Membuat ketiga orang itu diam seketika melihat tatapan pak Duta yang
menyiratkan sebuah kemarahan yang mendalam.
“Kalian mau
merusak acara malam ini ??” Tanyanya dengan nada tegas.
Rio langsung
menjawab. “Bukan begitu pak. Ini hanya sebuah kesalahpahaman aja.”
“Kamu selalu aja
bilang begitu setiap saya mau marah Rio.” Jawab Pak Duta.
Rio,
Shilla dan Safa hanya diam. Kemudian pria paruh baya itu menghela nafas kasar.
“Rio, kamu ikut saya ke dalam. Dan kalian berdua. Tetep disini dan jangan buat
keributan.” Lanjutnya seraya berjalan kembali ke dalam.
“Kak.” Panggil
Shilla pelan. Menyiratkan bahwa dia tidak ingin di tinggal berdua dengan kakak
seniornya yang lebih tepatnya musuhnya.
“Mau gue anterin
ke tempat Cakka, Alvin dan Gabriel ?? Atau mau tetep disini ??”
Shilla menghela
dan segera menjawab. “Tunggu disini aja deh.”
“Yaudah. Gue Cuma
bentar kok. Inget. Jangan buat keributan. Mengerti.” Bisik Rio seraya mengusap
rambut panjang dan halus milik gadis cantik itu.
Shilla
mengangguk dengan tidak bersemangat. Kemudian Rio benar – benar meninggalkan
dia sendiri bersama dengan musuhnya di tempat ini sekarang. Tanpa memperdulikan
tatapan sinis dari Safa, Shilla berjalan ke bangku yang ada di dekatnya
sekarang dan langsung mendudukinya.
“Gue heran sama
Rio. Gimana bisa dia lebih milih dateng ke sini bareng loe. Lebih kerenan juga
dateng sama gue.” Sindir Safa yang masih berdiri dengan tangan yang dilipat di
depan dadanya.
“Faktanya, kak Rio
sekarang dateng sama gue. Jadi kesimpulannya, gue jauh lebih tinggi derajatnya
dibandingkan loe, di mata dia.” Jawab Shilla santai.
Safa
maju beberapa langkah dengan emosi. Dia mendekati Shilla yang sekarang sedang
menatap kearah panggung besar di hadapannya. Dan tanpa di sangka oleh siapapun
–bahkan Shilla sendiri- tangan Safa terangkat dan …
PLAK !!
“Aw.” Pekik Shilla
seraya memegangi pipi kirinya yang terasa panas. Ini bukan tamparan
sembarangan, karena nyatanya, ini jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan
kata kata tajam yang sering keluar dari mulut gadis itu.
“Loe tahu, loe gak
pantes mengeluarkan kalimat seperti itu. Loe …”
“Shilla.” Teriak
seseorang. Dan berhasil menghentikan kalimat Safa.
Gadis
cantik itu membalikan tubuhnya dan melihat Rio yang sedang berlari kearahnya.
Safa hanya diam melihat Rio yang sekarang sedang mendekati Shilla dan langsung
membungkukan setengah badanya untuk melihat keadaan gadis itu.
“Loe bener – bener
keterlaluan Safa.” Desis Rio marah seraya menatap Safa.
Pemuda
ini benar – benar marah sekarang. Apalagi setelah mengetahui bahwa Shilla
sekarang sedang menangis dan terlihat kesakitan di pipi’nya. Rio cukup tahu apa
yang terjadi barusan. Dan dia menyesal telah membiarkan Shilla berdua dengan
gadis psycho seperti Safa.
“Yo, ini gak
seperti yang loe fikirin.” Ucap Safa berusaha menjelaskan.
“Setelah ini, loe
berurusan sama gue.” Desis Rio kembali. Dan langsung membimbing Shilla untuk
keluar dari tempat ini.
Rio
membawa Shilla ke taman yang berada di belakang sekolah. Dan untungnya taman
ini terlihat sepi. Jadi, Rio bisa menggunakan tempat ini untuk menenangkan
keadaan gadisnya yang sekarang sedang kesakitan karena ulahnya.
“Maaf.” Gumam Rio
pelan, kemudian pemuda itu langsung menarik Shilla ke dalam pelukannya.
Membiarkan gadis cantik ini menangis di dadanya.
Beberapa
saat kemudian, Rio tidak mendengar suara tangisan dari gadis itu. Rio langsung
menarik tubuh Shilla agar menghadap kearahnya. Dan terlihat jelas warna merah
bekas jari tangan di pipi kiri gadis itu.
“Maaf. Maaf. Maaf.
Seandainya tadi kakak gak ngebiarin kamu berdua sama Safa. Pasti gak akan
seperti ini jadinya.” Ucap Rio lembut. Shilla masih menundukkan wajahnya.
Perlahan.
Rio mengusap pipi kiri Shilla yang merah. Pemuda itu tahu, pasti itu sangat
sakit. Apalagi jika mendengar, bahwa Shilla tidak pernah mendapat tamparan dari
siapapun – bahkan keluarganya sendiri – ini pasti jauh lebih menyakitkan.
“Bro. Shilla gak
apa – apa ??”
Rio
langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya Alvin yang sedang menunjukkan wajah
cemasnya kepada Shilla. Rio hanya tersenyum saat pemuda itu menyodorkan sebuah
kotak kearahnya.
“Thanks bro, nanti gue ceritain. Loe bisa tinggalin gue sekarang
??”
“Okeh, kalau ada
apa – apa. Loe langsung hubungin gue ya bro. Gue sama yang lain siap membantu
loe.” Ucapnya lagi seraya melangkah keluar taman.
Rio
langsung memfokuskan kembali kearah Shilla. Dan langsung membuka kotak itu yang
berisi berbagai macam obat. Perlahan Rio mengambil sebuah kompresan yang
ternyata sudah disediakan oleh sahabatnya di dalam kotak itu.
Dan
tangan kanan Rio langsung beralih ke pipi kiri Shilla. Tangan kirinya ia
gunakan untuk menggenggam tangan kanan gadis itu.
“Aku janji Shill.
Akan menjaga kamu lebih dari ini. Maaf udah buat kamu sakit.”
“Kakak gak salah.
Shilla Cuma kaget aja. Baru kali ini diperlakukan seperti ini.”
“Iya kakak tahu.
Maaf.” Rio langsung memeluk gadis itu kembali. Tangan kanannya masih sibuk
mengusap usap pipi kiri Shilla yang sudah membiru. Berusaha untuk mengobati
rasa sakit yang dirasakan gadis itu.
“Kakak baru tahu
kalau Safa begitu membenci kamu Shill. Kamu tenang aja, kakak gak akan pernah ngebiarin dia nyakitin kamu lagi. Kakak janji.”
“Iya, Shilla
percaya.”
“Mau masuk ??”
Tanya Rio seraya menatap ke gedung yang menjadi tempat puncak acara untuk
pelepasan jabatan Osis ini.
Rio
bisa merasakan gelengan gadis itu dalam pelukannya. Pemuda itu hanya mengangguk
sebagai jawaban. Rio sangat mengerti dengan keadaan Shilla. Dan hal ini
merupakan sebuah peringatan bagi pemuda itu untuk lebih menjaga Shilla.
Karena
tanpa diluar dugaan, bagitu banyak rintangan yang menjadi teman dalam setiap
langkah mereka berdua dalam mencapai hubungan yang lebih tinggi lagi. Dan
mungkin bukan hanya Safa sekarang, banyak orang diluar sana yang tidak menyukai
hubungan pemuda itu dengan Shilla. Membuat Rio harus lebih hati – hati dalam
menjaga gadisnya itu.
************
Cakka,
Alvin, Gabriel yang berada di dalam ruangan pesta sedang duduk melingkar di
salah satu sofa yang berada disana. Mereka sibuk memikirkan masalah sahabatnya
dengann cintanya itu. Mereka bertiga baru saja mendapat kabar bahwa Shila di
bullly oleh salah teman seangkatannya. Tanpa bertanya pun, mereka tahu, bahwa
pelakunya adalah fans fanatik Rio, yaitu Safa.
“Gimana keadaan Shilla bro ??” Tanya Gabriel kepada Alvin.
“Ya loe tahu lah gimana keadaannya. Apalagi Shilla cewek. Sampe bekas gitu
jari tangan Safa. Jadi, loe bisa bayangin sendiri sakitnya kaya gimana.”
Gabriel
mengangguk anggukan kepalanya. Cakka masih sibuk dengan ponselnya. Cukup mendengarkan
apa yang Alvin bilang, tapi dia tidak mau ikut ikutan ngomong masalah ini lebih
jauh lagi, karena tanpa dikasih tahupun pemuda ini juga tahu, bahwa sahabatnya
– Alvin itu sekarang sedang dalam suasana hati yang buruk.
“Guys, gue dapet sms dari Agni. Kita disuruh turun. Gimana ??”
“Gue setuju. Kita turun sekarang bro.” Ucap Alvin semangat. Gabriel dan
Cakka hanya mengangkat bahu acuh kemudian ikut turun mengikuti Alvin yang sudah
kabur duluan.
Cakka
langsung mendekat kearah Agni dan menarik tangan gadis itu untuk mengikutinya.
Pemuda itu hanya ingin tidak di ganggu oleh sahabatnya, maka dari itu sekarang
ia berada di barisan paling depan di lantai dansa.
“Kenapa kesini ??” Tanya Agni.
“Biar gak di ganggu sama troublemaker.” Jawab Cakka asal. Kemudian dia
langsung menarik pinggang gadisnya untuk mendekat. Agni dengan refleks
mengalungkan kedua tangannya di leher pemuda itu. Cakka tersenyum miring
kemudian kepalanya ia tenggelamkan di lekukan leher Agni.
Agni
menahan nafas saat nafas hangat Cakka menerpa tajam di lehernya. Dia berusaha
agar tidak mengeluarkan suara yang bisa membangkitkan hasrat para cowo termasuk
Cakka. Tangannya sekarang melingkar di perut pemuda itu.
“Malam ini kamu cantik banget Ag.”
“Gombal.”
“Serius Agni. Aku baru kali ini lihat kamu pakai dress dan itu membuat kamu
bertambah cantik dan manis.” Ucap Cakka.
Pemuda
itu melepas pelukannya dan menatap tepat di manik mata indah Agni, tanpa di
sangka oleh gadis itu, Cakka mendekatkan wajahnya dan langsung mencium
bibirnya. Agni berusaha meronta tapi Cakka memeluk tubuhnya erat. Dan akhirnya,
gadis itu menyerah dan membiarkan kekasihnya ini berbuat hal itu.
Sedangkan
Sivia dan Alvin. Mereka tampak menikmati dansanya dengan satu dan lainnya
saling melempar senyum manis. Alvin menatap mata Sivia dalam begitupun
sebaliknya. This is a best moment.
Gabriel
dan Ify juga begitu. Mereka berpelukan ditengah keramaian lantai dansa yang
sedang mengalunkan a slow pitch. Lagunya membuat semua pasangan di lantai dansa
menjadi semakin romantis. Ditambah dengan permainan lampu yang membuat siapa
saja akan terpukau.
************
Dua
orang yang saling mencintai itu masih berada di sebuah taman sekolah. Mereka
masih menikmati kebersamaan dan kedekatan mereka. Rio yang masih memeluk
pinggang Shilla, dan Shilla sendiri menyenderkan kepalanya pada dada bidang
Rio.
“Mau dansa Shill ??” Tanya Rio lembut.
Shilla
mendongak dan menatap mata lembut pemuda itu, kemudian gadis cantik itu
tersenyum begitu manis dan menganggukan kepalanya, membuat kedua bibir pemuda
itu juga tertarik membentuk lengkungan manis.
“Ayo.”
Shilla
menerima uluran tangan pemuda itu. Dan Rio membimbing gadis itu ke tengah taman
dan memposisikan diri untuk berdansa. Kedua tangan Rio melingkar di pinggang
ramping Shilla, sedangkan tangan kiri Shilla memegangi leher pemuda itu dan
tangan kananya berada pada dada bidang milik Rio. Kemudian mereka mulai
berdansa dengan satu sama lain saling menatap penuh cinta.
“Kamu tahu, aku sakit banget waktu kamu bilang kamu sama Debo itu deket
dari SMP.” Bisik Rio membuat Shilla tersenyum.
“Aku tahu, bahkan sangat tahu. Dan aku bahagia.”
“Bahagia ?? Lihat aku menderita ??”
Shilla
menggelengkan kepalanya. Tangan kananya berpindah pada pipi kiri pemuda itu dan
mengelusnya lembut. “Bukan karena itu, tapi aku bahagia karena kamu nunjukkin
rasa cemburu kamu.”
“Kenapa sekarang kita pake ‘aku kamu’ yah Shill.” Ucap Rio tiba – tiba.
Merusak suasana yang sudah tercipta antara mereka berdua.
Shilla mendengus kesal. Dia berusaha untuk melepaskan pelukan pemuda itu
tapi dengan cepat Rio menahannya.
“Maaf. Bercanda doang tahu. Jangan marah dong.” Bujuk Rio. Shilla masih
memasang wajah cemberutnya.
“Tahu ah. Merusak suasana aja.” Protes Shilla.
“Iya iya. Maaf.” Rio tersenyum menatap Shilla. “Aku juga bahagia, karena
akhirnya kamu memutuskan untuk mengakhiri sandiwara gila itu. Aku gak bisa
bayangin, kalau sampai itu terjadi lebih lanjut. Karena kalau sampai itu terjadi
Alvin bakalan aku pecat jadi sahabat aku.”
“Jahat banget ngomongnya.” Ucap Shilla seraya memukul lengan pemuda itu.
“Ini gimana ?? Udah gak sakit ??” Ucap Rio seraya mengelus pipi Shilla –
lagi -.
“Sedikit. Tapi udah lumayan kok.”
CUUUPP.
“Biar gak sakit lagi.” Ucap Rio setelah melepaskan bibirnya dari pipi
Shilla. Dia baru saja mengecup pipi gadis itu sedikit lama, membuat Shilla
mematung.
“Nyari kesempatan aja.” Ucap Shilla dengan nada marah.
“Would you marry me ??” Tanya Rio tiba – tiba membuat Shilla mematung untuk
kedua kalinya. Apa dia tidak salah dengar ?? Menikah ?? Pemuda itu mengajaknya
menikah ??
“Please say ‘yes’ to me.” Ucap Rio memohon karena melihat raut wajah Shilla
yang kaget. Membuatnya was – was juga kalau – kalau Shilla menolaknya.
“kakak bercanda ?? Kita itu gak pacaran loh. Tiba – tiba ngajakkin nikah.
Kak Rio sehat kan ?? Gak sakit kan ??” Cerocos Shilla saking bingungnya.
“Sehat Shilla. Ini aku serius.”
“Tapi ... Kita gak punya status sekarang.”
“Makanya kamu jawab ‘iya’ supaya kita punya status. Kan jadinya status kamu
Calon istri Mario.”
“Mana ada yang begitu.” Protes Shilla.
“Shilla, please, listen to me. Aku cinta sama kamu. Gak perlu dengan kita
pacaran kan ?? kamu udah tahu kalau aku Cuma cinta sama kamu. Bukan yang lain.”
Shilla
menatap Rio dengan menggigit bibirnya karena gelisah. Sedangkan Rio berusaha
meyakinkan gadis itu melalui tatapan lembutnya yang penuh cinta.
“Kamu jawab apa Shill ??” Tanya Rio sekali lagi.
“Ini ajakan nikah beneran ?? Dengan cara kaya gini ??” Tanya Shilla tidak
percaya.
“Cuma aku sama kamu yang tahu.”
“Tapi ... restu orang tua itu penting kak.”
“Orang tua aku udah setuju. Sebelum berangkat kesini, aku udah minta ijin.
Dan mereka merestui.”
“Orang tua aku ??”
“Orang tua kamu justru bakalan senang banget bakalan punya menantu yang
ganteng kaya aku. Itu terbukti Shill.”
“Ck, ini gak bercanda.” Ucap Shilla kesal.
“Yaudah kamu jawab. Intinya orang tua kita udah merestui. Aku udah ngomong
sama mereka tentang hal ini.”
“Kita masih SMA Kak Rio. Aku masih duduk di kelas 2 SMA.”
Rio
menghembuskan nafasnya secara kasar. Mendengar ucapan – ucapan Shilla yang
selalu saja berusaha untuk membatalkan rencananya. Apa mungkin, jika gadis ini
berusaha untuk menolaknya dengan cara seperti ini ??
“Udahlah, lupain aja obrolan kita tadi.” Ucap Rio kesal seraya berjalan ke
bangku taman yang sebelumnya mereka duduki.
“Kok marah sih.” Protes Shilla ikutan kesal.
Rio
menatap Shilla yang masih berdiri di tengah taman dengan pandangan yang tidak
bisa diartikan oleh Shilla. Pandangan pemuda itu menyiratkan sebuah perasaan
yang terluka.
“Aku pamit ke dalem dulu Shill. Acaranya udah di puncak, gak enak kalau aku
gak ada.” Ucap Rio seraya bangkit dari duduknya. Kemudian melangkah menuju ke
sebuah gedung pesta itu meninggalkan Shilla seorang diri.
Shilla
menatap pemuda itu yang berjalan menjauhinya. Dia ditinggal sendirian disini ??
Dan Rio sama sekali tidak perduli ?? Shilla menundukkan wajahnya, entah mengapa
air matanya mengalir membasahi pipi mulusnya.
“Shill.”
Shilla
mendongak dengan bersemangat, senyumnya merekah begitu suara itu terdengar.
Tebakannya mengatakan jika suara itu adalah suara Rio. Pemuda itu kembali
karena tahu kesalahannya. Tapi begitu melihat sosok lain yang berada di
hadapannya, senyum Shilla memudar.
“Kak Debo.”
“Kenapa nangis ?? Jelek tahu kalau nangis.”
Shilla
tersenyum palsu seraya menghapus air matanya setelah sebelumnya menyingkirkan
tangan pemuda itu dari pipi’nya karena ingin menghapus air matanya.
“Kakak kok bisa ada disini ?? Pasangan siapa kak ??” Tanya Shilla lembut.
“Temen musik aku Shill. Karena gak tega, aku iyain aja.”
Shilla
menganggukkan kepalanya. Tanpa disangka – sangka pemuda itu memeluknya. Shilla
membelalakan matanya dan berusaha untuk melepas pelukan pemuda itu. Tapi Debo
malah memeluknya semakin erat.
“Please, sebentar aja. Aku kangen sama kamu.” Ucap Debo lembut.
Mendengar
ucapan pemuda itu yang sangat lembut membuat Shilla tidak tega untuk
melepasnya. Akhirnya ia membiarkan Debo memeluknya.
Tanpa
Shilla sadari, Debo tersenyum miring plus sinis menatap orang yang berdiri
menatap kearahnya. Seseorang yang melihat kejadian itu hanya tersenyum miris.
Miris sekali, karena melihat perempuan yang ia cintai malah berpelukan dengan
pemuda lain di hadapannya. Dan itu membuatnya semakin yakin, bahwa gadis itu
menolak menjawab ‘iya’.
“Gue artiin semua ini sebagai aksi penolakan loe Shill. Thanks buat
semuanya.”
************
fix
ini gaje :D gue lagi kehilangan ide buat meneruskan cerita ini :)) gara gara
seseorang berbuat skandal yang membuat saya shock #lebay :D
okeh,
buat kalian yang masih mau baca ini, gue mohon tinggalkan jejak kalian ..
don't
be a silent readers guys ^^
mohon
komentarnya :))
@IndahNurAmalia9