GUE KENA KARMA
EPILOG ( SPECIAL SHIELL )
Mobil Hitam itu melaju dengan cepat meninggalkan pantai yang
sedari tadi menjadi tempat bermainnya bersama dengan sahabat sahabatnya yang
lain. Membelah jalanan ibu kota yang sekarang sedang ramai ramainya. Karena jam
pulang kerja sedang terjadi, dimana para pekerja kebanyakan sedang menuju ke
rumah masing masing, membuat jalanan menjadi penuh oleh berbagai macam
kendaraan.
Inilah yang
orang orang tidak senangi, Macet. Hal yang sudah biasa terjadi di kawasan
wilayah Jakarta ini. Mereka yang terjebak macet hanya bisa menghela nafas
pasrah berusaha untuk tidak memaki hal yang membuat kemacetan ini terjadi. Dan
tentu saja, bukan dalam hitungan menit jika sudah berada di posisi itu, tapi
bisa berjam jam. Untung sekarang sudah menjelang malam, tidak siang yang
biasanya cuacanya sedang panas.
Suasana
canggung sedang menyelimuti kedua insane yang berada di dalam mobil hitam ini.
Mereka hanya berdiam diri seraya mengalihkan pandangannya berlawanan arah satu
sama lain. Gabriel dan Shilla. Yah, mereka lah yang berada di dalam mobil.
Shilla asyik menatap pemandangan melalui kaca mobil, sedangkan Gabriel hanya
menatap jalanan di depannya yang sekarang sedang di penuhi oleh berbagai
kendaraan yang juga sama dengan dirinya yaitu terjebak macet.
“Loe gak kedinginan ???” Tanya Gabriel berusaha mengusir
suasana canggung yang terjadi di dalam mobilnya. Shilla tersenyum canggung
seraya menatap pemuda di sampingnya.
“Enggak.”
“Baju loe basah gitu. Gue gak percaya kalau loe gak
kedinginan.”
“Emang nyatanya gak.”
“Nyangkal mulu loe. Tuh ambil jaket gue di belakang. Trus
loe pake, jangan sampai loe sakit kalau lagi sama gue.”
“Gak usah deh, gue gak apa apa kok.”
“Dasar keras kepala.” Ucap Gabriel seraya mengambil
jaket’nya yang ia letakkan di kursi belakang mobilnya. “Nih pake.”
Shilla
hanya diam seraya menetralkan perasaannya. Jantungnya berdetak lebih cepat
daripada biasanya. Ia takut, jika pemuda di sampingnya mengetahui detakkan
jantungnya yang semakin cepat. Gabriel memasangkan jaket’nya ke tubuh Shilla
karena gadis itu sedari tadi hanya diam saja, mengacak acak rambut gadis itu
menjadi bagian penutup dari kelakuannya.
“Shill.” Shilla menolehkan kepalanya kearah pemuda tampan
itu. “Loe laper gak ???”
“Mmm, sebenernya sih iya Iel.”
“Mau makan bareng gue ?? Soalnya gue yakin, macetnya bakalan
lama. Jadi sekalian nungguin jalanan gak macet juga.”
“Mmm, boleh deh. Tapi gue gak repotin kan ???”
“Enggak lah, gue juga laper masalahnya. Tadi gue nawarin ke
loe dulu takutnya loe gak laper. Depan jalan itu ada café Shill, kita makan di
situ yah.” Shilla hanya menganggukan kepalanya menyetujui.
Venice Café
menjadi pilihan pemuda itu. Tempat makan ini memang selalu rame setiap harinya.
Apalagi sekarang sedang macet macetnya, pasti banyak yang minat untuk mengisi
perut terlebih dahulu di café yang memang paling dekat dengan jalanan macet
itu. Gabriel dan Shilla duduk di kursi yang berada di tepi. Hanya itu tempat
yang paling nyaman, selain karena bisa melihat pemandangan Jakarta, juga bisa
mengobrol tanpa harus ada yang tau isi obrolan mereka.
“Mau mesen apa Shill ???” Tanya Gabriel seraya tersenyum
manis.
“Samain sama loe aja deh.”
“Gue pesen seafood yah. Loe suka kan ???”
“Gak Iel. Kecuali itu. Gue alergi sama seafood soalnya.”
“Oh okey. Berarti selain itu gak apa apa ???” Shilla
mengangguk dengan cepat. “Yaudah, gue pesen dulu. Loe tunggu sini bentar.” Ucap
Gabriel seraya beranjak untuk memesan makananya.
Shilla
hanya tersenyum manis melihat pujaan hatinya yang sekarang lebih ramah dan
banyak tersenyum kepadanya, tidak seperti dulu yang jika bertemu dengannya
hanya memasang wajah datar. Shilla melihat jaket milik pemuda itu. Harum tubuh
pemuda itu menempel di jaket yang Shilla kenakan sekarang. Dan itu membuat
Shilla merasa senang. Shilla suka harum tubuh pemuda itu.
Beberapa
saat kemudian, Gabriel kembali dengan membawa beberapa makanan yang berada di
atas nampan. Pemuda itu memang begitu mempesona. Tak jarang, sepanjang
perjalanan banyak kaum hawa yang melirik ke arahnya, tapi tidak diperdulikan
oleh Gabriel. Pemuda ini hanya menatap Shilla dan tersenyum manis kepada gadis
satu itu.
“Makan Shill.” Ajak’nya
“Iya.”
“Kenapa sih, gak tenang gitu duduknya. Tempatnya gak enak
???”
“Bukan gitu. Gue gak suka aja dilihatin banyak orang, mereka
semua lihatin gue kaya mau makan gue hidup hidup tahu gak.” Gabriel mengalihkan
pandangannya. Dan benar saja, banyak kaum hawa yang langsung memasang wajah sok
manis seraya bersikap genit kepadanya dengan gerakan tubuhnya.
“Udah lah, gak usah difikirin. Mereka Cuma iri sama loe,
bisa duduk sama cowo sekeren dan seganteng gue.” Jawab Gabriel narsis membuat
Shilla tertawa pelan.
“PD banget loe.”
“Ish, gak percaya. Tanyain aja sama mereka, apa yang membuat
mereka ngelihatin loe terus dari tadi.”
“Iya deh percaya. Loe gak mau jadiin mereka sebagai korban
keplayboy’an loe ???”
“Korban ??? Kayaknya korban gue selanjutnya loe deh. Tapi
buat selamanya. Bukan hanya sekedar korban ke playboy’an gue yang sewaktu waktu
bisa gue buang.”
“Gombalan loe basi tahu gak. Gak mempan sama gue.”
“Masa sih ?? Selama 4 bulan ini gue seneng loh Shill bisa
ngabisin waktu berdua sama loe lebih banyak.”
“Gue gak percaya.”
“Apa yang membuat loe gak percaya. Selama ini gue kan gak
pernah jalan sama cewe lain selain loe. Dan kata temen temen gue. Gue itu
playboy yang lagi tobat.”
“Hahaha. Bisa aja loe.” Gabriel yang gemas melihat gadis itu
tertawa langsung mengacak acak rambut Shilla lagi, dan kedua tangannya langsung
menggenggam kedua tangan Shilla. Wajah Shilla langsung merona merah
diperlakukan seperti itu.
“Loe tahu. Gue adalah cowo terbodoh. Karena gue gak sadar
ada cewe yang bener bener sayang sama gue. Apalagi cewe’nya itu loe. Cewe
paling cantik di sekolah.”
“Apaan sih. Yang cewe paling cantik kan Ify, bukan gue.”
“Loe juga. Sivia sama Agni juga. Tepatnya kalian berempat.
Tapi gue aja yang bodoh. Selalu melihat kearah Ify tanpa mau memandang kalian
bertiga. Padahal, kalian berempat itu cantik cantik.”
“Terus loe mau jadiin kita berempat korban loe juga, gitu.”
“Cukup Ify deh kayaknya. Gue gak mau nyari korban lagi.
Kasihan.”
“Punya rasa kasihan loe. Kemana aja loe kemarin kemarin.
Kenapa baru sadar sekarang. Loe fikir cewe mainan apa. Bisa loe mainin kapan
aja sesuka loe.”
“Bukan gitu. Gue Cuma lagi berusaha mencari yang paling
terbaik di antara yang terbaik. Dan gue rasa, gue udah nemu orangnya sekarang.”
“Siapa ???”
“Loe.” Ucapan Gabriel sukses membuat Shilla diam, gadis itu
begitu kaget mendengar pernyataan yang pemuda itu tujukan kepadanya.
“Gue serius Shilla. Selama empat bulan ini gue jalanin
semuanya sama loe, gue jadi sadar. Kalau gak semua cewe bisa gue mainin sesuka
gue. Loe beda. Selama ini loe berhasil merubah gue dari Gabriel yang playboy
menjadi Gabriel yang sekarang. Yang hanya mencintai satu orang. Dan itu loe.”
“Gabriel. Loe jangan main main sama perasaan. Gue mengakui,
kalau gue udah terjebak dalam pesona loe. Tapi loe gak bisa mainin perasaan gue
gitu aja.”
“Gue gak main main Shilla. Gue serius. Gue cinta sama loe.”
“Gak. Gue tetep gak percaya.”
“Shill, please dengerin gue. Loe adalah cewe satu satunya
yang bisa merubah gue menjadi cowo yang lebih baik. Bahkan kedua orang tua gue
aja gak bisa. Cuma loe Shill. Gue sadar, kalau gue selama ini udah cinta sama
loe.”
“Gue …” Gabriel langsung menggenggam kedua tangan Shilla.
“Sekarang loe ikut gue. Gue akan buktiin sama loe, kalau gue
cinta sama loe.” Ucap Gabriel seraya menarik kedua tangan Shilla setelah
sebelumnya menaruh beberapa lembar uang di atas meja.
Shilla
hanya pasrah di tarik pemuda itu. Mereka kembali ke mobil. Gabriel langsung
melajukan mobilnya membelah jalanan yang sekarang macetnya sudah lumayan.
Seenggaknya mobilnya masih bisa berjalan normal. Pemuda tampan itu selalu diam
jika gadis di sebelahnya menanyakan tujuan mereka. Gadis cantik itu, yang
sedari tadi di jadikan kacang hanya memasang wajah kesal karena pertanyaan yang
ia ajukan tidak pernah di jawab oleh pemuda di sampingnya.
“Gabriel. Selagi lagi gue Tanya. Kita mau kemana ???” Tanya
Shilla kesal.
“My Honey. Diem dulu sayang. Nanti loe juga bakalan tahu
kita mau kemana.”
“Apaan tuh sayang sayang. Orang lagi sebel di ajak santai.”
“Yang jelas gue gak akan menculik loe. Sayang lagi kalau di
culik. Mendingan gue sembunyiin di dalam kamar gue.”
“Ish, apaan sih loe.” Ucap Shilla kesal seraya memukul
lengan Gabriel. Pemuda tampan itu hanya menahan tawanya melihat ekspresi gadis
itu yang begitu lucu di matanya. “Awas aja kalau loe berani ngelakuin itu.”
“Emang gue mau di apain kalau gue berani lakuin itu.”
“Mau gue buang ke laut.”
“Jangan di buang ke laut deh, mendingan di buang ke hati loe
aja.” Goda Gabriel dan sukses membuat Shilla melayangkan pukulannya kembali ke
lengannya.
“Jangan ngegombal deh loe. Gue udah bilang kalau gombalan
loe gak akan mempan buat gue.”
“Oh yah.” Goda Gabriel lagi. Shilla tidak menanggapi ucapan
Gabriel. Jika perkataan pemuda itu di tanggapi, yang ada hanya kesal’lah yang
ia dapatkan. Shilla mengalihkan pandangannya kearah depan. Jalanan di depan
cukup gelap dan itu membuktikan jika hari sudah malam.
“Iel, anterin gue pulang aja deh.”
“Kenapa ???”
“Udah malem tahu. Dari sore kan gue kabur dari rumah. Mana
gue gak ngasih tahu nyokap bokap gue lagi. Ntar mereka nyariin lagi.”
“Tenang aja. Gue udah minta ijin kok tadi.”
“Gimana caranya ???”
“Gue kan punya nomer ponsel nyokap loe. Masa sama calon
mertua sendiri gak akrab. Sekalian pendekatan gitu. Ini juga cara Rio.”
“What. Loe gak bercanda kan Iel.”
“Gak sayang. Gue gak bercanda. Loe gak percaya banget deh.”
“Berhenti manggil gue sayang.”
“Shilla, gue ini calon pacar loe. Jadi, gue boleh manggil
loe sayang.”
“Baru calon. Belum tentu loe jadi pacar gue.” Shilla melipat
kedua tangannya di depan dadanya dan memasang wajah kesal. Lagi lagi Gabriel
tertawa karena kelakukannya. Hanya seorang Shilla yang bisa membuat pemuda
tampan ini tertawa lepas.
“Eh tunggu. Ini bukannya mau perumahan Nusa Indah.”
“Iya.” Jawab Gabriel singkat dan santai.
“Bukannya rumah loe ada di sana. Eh, loe mau ngapain ???
Gabriel. Loe jangan bercanda. Gue mau pulang sekarang.”
“Shilla. Selow kenapa sih. Slow Shill. Gue kan udah bilang
sama loe. Gue gak akan menculik loe. Gue Cuma mau bawa loe ke rumah gue.”
“Gak. Pokoknya gue mau pulang. Anterin gue pulang sekarang.
Gue gak mau tahu.”
“Tenang aja deh. Gue akan nganterin loe pulang. Tapi nanti.
Sekarang loe turun dulu. Gue gak akan berbuat jahat sama loe karena di rumah
gue juga ada orang tua gue.” Ucap Gabriel seraya turun dari mobil. Mereka
sekarang sudah berada di depan rumah Gabriel yang sangat mewah bak istana.
Seperti rumah Rio.
“Gak. Loe punya rencana apa. Hah. Di rumah loe ada nyokap
bokap loe kan. Terus kenapa loe ngajakkin gue kesini.”
“Nanti loe juga akan tahu. Sekarang loe turun.”
“Gak. Gue akan tetep disini.”
“Turun atau gue gendong.”
“Iya iya gue turun.” Jawab Shilla seraya turun dari mobil
dengan kesal. “Sebenernya loe punya niat apa sih. Kenapa loe bawa gue kesini.”
“Loe mau bukti dari gue kan ?? Yaudah gue bawa kesini. Biar
loe percaya kalau gue itu bener bener cinta sama loe. Ayo masuk.”
Gabriel
menggenggam tangan Shilla lembut. Shilla lagi lagi pasrah menuruti permintaan
pemuda tampan yang satu ini. Mereka memasuki rumah megah itu. Dan benar saja,
di ruang keluarga, sudah berkumpul kedua orang tuanya dan seorang gadis cantik
yang duduk di sebelah sang mama. Mereka berdua langsung menghampiri kedua orang
tua Gabriel.
“Gabriel.”
“Malam mah, malam pah.” Ucap Gabriel seraya mencium punggung
tangan mama dan papa’nya. Shilla hanya mengikuti seraya tersenyum manis.
“Ini siapa Iel ???” Tanya sang mama seraya menatap Shilla
dan membalas senyuman manis gadis itu.
“Kenalin mah pah. Ini Shilla. Shill, kenalin mereka orang
tua aku dan ini adik sepupu aku, namanya Aren.”
“Oh jadi ini yang namanya Shilla. Cewe yang sering kamu
ceritain itu Iel.”
Shilla
langsung melotot kearah Gabriel mendengar suara wanita parub baya di
hadapannya. Seola olah berkata ‘apa aja yang loe ceritain sama nyokap bokap
loe, hah.’ Sedangkan sang tersangka hanya memperlihatkan gigi putihnya kepada
Shilla dengan tatapan tak bersalahnya.
“Iya mah, ini Shilla yang sering Iel ceritain.”
“Cantik ya Iel. Bahkan sangat cantik. Bener kata kamu. Akhirnya
kamu berani juga bawa cewe ketemu sama mama papa.”
“Dia kan special mah. Jadi Iel berani. Mama sama papa setuju
kan kalau Iel sama Shilla.”
“Setuju dong. Ya kan pah.”
“Iya sayang. Papa juga setuju kok. Lagian gadis ini yang
berhasil bikin jagoan papa jadi lebih baik seperti sekarang.”
“Aren juga setuju kok kak, kak Shilla cantik banget. Untung
kak Gabriel udah gak playboy lagi, kalau kak Gabriel masih playboy, Aren gak
akan setuju.”
“Tuh kan Shill. Mereka semua setuju gue sama loe jadian.”
“Apaan sih.”
Shilla
tersenyum malu malu karena mendengar jawaban dari orang tua Gabriel. Dia fikir,
dia akan mendapatkan cacian dari orang tua Gabriel. Karena Shilla tidak sekaya
Gabriel. Pemuda itu benar benar luar biasa kaya. Dengan memiliki rumah yang
sangat besar dan beberapa mobil yang berjejer rapi di depan rumahnya. Tapi
ternyata pemikirannya salah, keluarga pemuda itu mau menerima dirinya dengan
hangat.
“Shilla udah makan ?? Kalau belum makan bareng aja disini
Shill.”
“Baru aja makan kok tante.”
“Oh gitu, Yaudah kita mau makan dulu yah Shill, kamu berdua
sama Gabriel gak apa apa kan ??? Kalau dia berbuat macem macem sama kamu, kamu
teriak aja. Biar tante jewer telingannya.” Shilla hanya tertawa kecil
mendengarnya. Sedangkan Gabriel sudah manyun.
“Mama apaan deh. Macem macem sama calon pacar kan gak apa
apa mah.”
“Baru calon pacar aja udah berani macem macem. Gimana kalau
calon istri Iel. Shill, tante, om sama Aren ke dalam dulu yah.”
“Iya tante silahkan.”
“Kak Shilla, Aren makan dulu yah kak. Hati hati sama kak
Gabriel kak, dia anaknya ganas. Hahaha.”
“Sialan loe.” Gabriel melempar bantal sofa kearah adik
sepupunya itu dan tidak mengenai sasaran membuat Aren menjulurkan lidahnya dan
berlari. Sedangkan Gabriel hanya bersungut sungut kesal.
“Udah ah, sekarang tugas loe nganterin gue pulang.”
“Pulang ?? Gak. Loe hari ini tidur disini.”
“Apa ?? Gila loe. Mana mungkin gue tidur disini.”
“Ya mungkin aja, kalau loe gak berani tidur sendiri, loe
bisa tidur di kamar gue. kalau masih gak berani, gue siap kok nemenin loe.” Goda
Gabriel dan lagi lagi membuat pukulan dari Shilla. Kali ini lebih keras membuat
pemuda itu meringis kesakitan.
“Makanya kalau ngomong itu dijaga.”
“Maaf deh. Shill. Gue beneran cinta loh sama loe.”
“Terus ??”
“Loe mau jadi pacar gue gak ???” Tanya Gabriel santai.
Membuat Shilla melotot.
“Loe nembak gue ???”
“Iya lah, kan tadi gue udah nawarin.”
“Playboy tapi cara nembaknya kaya gini ?? Gimana bisa loe
punya banyak mantan kalau cara nembak loe aja kaya gini.” Protes Shilla.
“Emang loe mau yang kaya gimana ?? Yang alay kaya di
sinetron sinetron gitu. Nyiapin tempat romantis, bikin kejutan dan nembaknya
diiringi pake lagu. Alay.” Ujar Gabriel kesal.
“Ish, ya bukan gitu juga. Gue juga gak terlalu suka sama
cara nembak yang begitu.”
“Terus yang loe mau kaya gimana ???”
“Gak jadi deh, gue tolak tahu rasa loe.”
“Loe mau nolak gue ?? Emang berani ?? Bukannya seorang
Shilla itu mencintai seorang Gabriel dalam diam yah.”
“Apaan sih loe. Tuh kan, loe bikin gue bad mood lagi. Udah
ah, gue nolak loe. Bodo amat masalah cinta. Gue bisa nyari yang lain lagi.”
Shilla langsung beranjak keluar rumah tapi lengannya langsung di tahan Gabriel.
“Eits, loe gak bisa kemana mana sayang. Mulai sekarang loe
udah sah jadi milik gue.”
“Lepasin Iel. Gue belum nerima loe.”
“Gabriel sekarang udah sah jadi pacar Ashilla. Dan Ashilla
sekarang udah resmi pacaran sama Gabriel.” Ucap Gabriel gak jelas.
“Ish, sebenernya mau loe apa sih.”
“Gue Cuma mau loe nerima gue. Gue gak akan ngebiarin loe
cari cowo lain Shilla. Dan gue juga gak akan ngebiarin loe pergi dari gue
seenaknya.”
“Apa hak loe.”
“Gue punya hak karena gue adalah pacar loe.”
“Udah berapa kali gue bilang kalau gue …”
Ucapan
Shilla terhenti begitu saja karena ada sesuatu yang basah yang menempel di
bibirnya. Itu bibir pemuda itu. Ciumannya begitu lembut membuat kaki Shilla
lemas. Untung Gabriel menahan tubuhnya dengan kedua tangannya yang bertengger
manis di bahu dan tengkuk Shilla.
“Gabriel.” Gumam Shilla lirih berusaha supaya pemuda ini
melepaskan ciumannya. Tapi sepertinya pemuda itu tidak mau mendengarkan, dia
malah memperdalam kecupan lembutnya. Shilla berusaha mendorong dada Gabriel
menjauh dan akhirnya berhasil.
“Maafin gue Shill. Gue … gue .. gue gak bermaksud gitu. Tadi
gue hanya ..”
“Gue mau pulang. Jangan pernah loe menahan gue lagi
Gabriel.” Shilla langsung berlari keluar rumah itu dengan cepat. Gabriel dengan
sigap langsung mengejarnya, dan pemuda itu berhasil menahan Shilla.
“Shilla maafin gue. Iya gue tahu gue salah. Gue udah lancang
ngambil first kiss loe. Gue minta maaf Shill. Gue Cuma mau buktiin sama loe
kalau gue bener bener cinta sama loe.”
“Apa dengan ciuman loe ngasih bukti itu ke gue Iel.”
“Shilla. Maafin gue. Gue mohon maafin gue Shill. Gue janji
gak akan pernah lancang lagi sama loe.” Gabriel kini sudah berlutut di depan
Shilla.
“Gabriel.” Shilla langsung memeluk pemuda itu setelah
sebelumnya menyuruh Gabriel berdiri. Gabriel balas memeluk dengan lebih erat.
“Gue mohon maafin gue. Gue cinta sama loe. Gue Cuma mau loe
jadi pacar gue Shill. Gue sungguh sungguh dengan perkataan gue.”
“Gue udah maafin loe kok Iel. Iya gue mau jadi pacar loe.”
Jawab Shilla lirih, tapi karena jarak mereka begitu dekat, Gabriel bisa
mendengarnya. Pemuda itu langsung melepaskan pelukannya.
“Apa Shill ??? Loe mau jadi pacar gue ???”
“Iya Iel, gue mau. Tapi loe harus janji sama gue kalau loe
bakalan setia sama gue. Jangan jadi playboy lagi kaya dulu, jangan coba coba
selingkuh dari gue dan jangan coba coba buat mainin hati gue.”
“I promised my dear. Sekarang kita resmi pacaran kan ???”
Tanya Gabriel yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Shilla. Gabriel
langsung memeluk Shilla.
“Thanks Shill, thanks. Gue janji bakalan berhenti jadi
playboy demi loe. Gue akan selalu jagain loe dan akan selalu ada di samping
loe. I love you Shilla.”
Shilla
hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda tampan ini. Dia yakin, kalau rencananya
selama ini telah membuahkan hasil. Karena ia yakin, Gabriel yang sekarang resmi
menjadi kekasihnya ini tidak akan pernah mempermainkan perasaannya. Dan sifat
playboy’nya pasti akan hilang dengan sendirinya. Ia yakin itu. Karena cinta
bisa merubah segala sesuatu yang ada. Termasuk merubah seseorang menjadi lebih
baik. Dan Shilla berhasil melakukannya.
***************
Keempat
pasangan ini sedang menikmati saat saat kebersamaan mereka. Rio, Alvin,
Gabriel, Cakka beserta sang pacar masing masing sekarang sedang berada di
lapangan kompleks dekat dengan rumah Alvin. Para cowo itu sedang asyik berebut
bola basket di tengah lapangan sedangkan sang cewe sedang asyik berada di
pinggir lapangan seraya bergosip dan menatap kearah sang pacar.
“Ciyeee yang baru jadian. Pajaknya belum nyampe ke gue loh.”
Sindir Agni seraya melirik kearah Shilla.
“Jangan minta ke gue dong. Minta sono sama Gabriel. Dia yang
nembak gue.”
“Bilang aja loe suka ditembak sama pujaan hati loe. Akhirnya
penantian loe selama ini gak sia sia Shill. Rencana loe sukses bikin playboy
tingkat akut itu tobat.”
“Apaan deh loe Via. Loe juga sama kak Alvin makin lengket.”
“Lebih lengketan loe sekarang sama kak Gabriel. Iya gak guys
???” Ucap Sivia dan disetujui oleh Ify dan Agni dengan Anggukan.
“Hey, lagi ngomongin gue yah.” Ucap Gabriel tiba tiba
diikuti oleh para cowo di belakangnya. Para cewe dengan sigap memberikan sapu
tangannya dan air minum.
“PD banget sih loe. Siapa juga yang ngomongin loe.”
“Ish, sayang Shilla gitu banget sama Iel.” Ucap Gabriel sok
imut membuat yang lain menoyor kepalannya.
“Sumpah, gue jijik banget denger omongan loe bro. Bisa jatuh
posisi loe sebagai playboy akut tuh.” Ucap Rio.
“Biarin aja. Kan gue udah janji sama sayang Shilla bakalan
berhenti jadi playboy.” Ucap Gabriel kembali menatap Shilla yang sekarang
sedang membuka tutup botol minumannya.
“Udah gak usah ngomong terus. Nih minum.” Shilla menyerahkan
botol itu kepada Gabriel yang langsung diminum oleh pemuda itu.
“Ini rambutnya kenapa deh, kan aku udah bilang jangan di
berantakin.” Omel Ify seraya membenarkan rambut kekasihnya itu.
“Sayang, ini tuh lagi trend tahu. Kenapa malah gak suka.”
“Berantakan kaya gini di bilang trend ??? Yang ada kaya orang
gila.” Dumel Ify membuat Rio bersungut sungut, dia memang selalu tidak bisa
membantah perintah Ify. Gadis itu selalu bisa membuat dirinya tidak berkutik.
Membiarkan rambutnya di tata sedemikian rupa sesuai dengan permintaan Ify yang
ia sendiri tidak suka.
“Bener kata Rio lagi Fy. Itu lagi trend. Kan cowo loe jadi
kelihatan lebih keren. Bukannya cowo lebih keren kalau rambutnya berantakan
???”
“Itu menurut loe Shilla. Menurut gue nggak.” Jawab Ify tanpa
mengalihkan pandangannya dari rambut Rio. “Nah, kaya gini kan keren.”
Lanjutnya.
“Hahaha. Loe kelihatan cupu banget Yo kaya gitu.” Ujar Alvin
seraya menahan tawanya. Gabriel dan Cakka juga menahan tawanya melihat tampilan
‘baru’ Rio. Sedangkan sang korban hanya bersungut sungut kesal.
“Sekarang gue yang lebih ganteng sekarang.” Ucap Alvin
narsis.
“Apaan, tetep gue dong. Dimana mana itu Cakka yang paling
ganteng.”
“Gak usah ribut siapa yang paling ganteng deh. Jelas Gabriel
yang lebih ganteng.”
“Mendingan kita Tanya aja sama cewe cewe loe bertiga, siapa
yang paling ganteng. Menurut loe bertiga siapa yang paling ganteng guys ???”
Tanya Ify.
“Riooooo.” Teriak Shilla, Sivia, dan Agni secara serempak
membuat Ify melotot sebal kearah mereka. Sedangkan Rio hanya tersenyum penuh
kemenangan. Sedangkan ketiga cowo lainnya hanya mendumel dalam hati.
“Apaan sih loe semua. Dia cowo gue tahu.” Omel Ify seraya
menjitak kepala ketiga sahabatnya dengan sadis membuat mereka meringis.
“Gue juga tahu dia cowo loe. Lah emang nyatanya Rio lebih
ganteng. Apalagi kalau rambutnya kaya gini. Nih.” Ucap Sivia seraya
memberantakin rambut Rio yang udah Ify tata dengan baik. Shilla dan Agni juga
ikut memberantakin rambut Rio. Dan mereka langsung berlari menjauh dari amukan
Ify.
“Awas aja loe bertiga. Gue buang loe semua ke tempat sampah
baru tahu rasa loe.” Teriak Ify seraya mengejar ketiga sahabatnya yang sudah
berlari menjauh.
“Nasib rambut gue. Berantakan deh.” Ucap Rio pasrah
“Nasib loe bro. Akibat karena loe udah membuat ketiga gadis
itu bilang loe ganteng. Padahal kemana mana juga gantengan gue.” Ucap Gabriel
narsis.
“Udah bro, yang kalah diem aja. Mengakui aja lah kalau gue
jauh lebih ganteng dari loe semua.” Ucap Rio dengan bangganya. Dan sukses
membuat kepalanya sakit karena dapat jitakkan dari ketiga sahabatnya itu.
Mereka langsung tertawa bersama.
Keempat
pemuda tampan itu hanya duduk berdampingan seraya menatap kearah lapangan
dimana para gadisnya sedang berada di sana. Mereka semua tersenyum secara
bersamaan. Tidak menyangka jika kisah mereka yang dulu pahit berubah menjadi
manis, bahkan sangat manis. Dan karena kisah ini juga mereka bisa bersama
membentuk sebuah persahabatan. Persahabatan yang mereka yakini akan abadi. Dan
mereka juga yakin, kisah cinta mereka akan abadi selamannya. Tentunya bersama
dengan seorang gadis yang mereka cintai.
************
selesai sudah cerbung gue ini :))
fix ini cerbung terpanjang yang pernah gue bikin ^^ Tapi insya Allah, bakalan ada cerbung yang jauh lebih panjang dari cerbung ini :D
terima kasih buat pembaca setia GUE KENA KARMA :))
terima kasih juga buat Rio Ify karena udah berperan penting dalam penulisan cerita gue ini ^^
berharap banget gue kalau kalian menjalin hubungan yang lebih dari sekedar 'temen' :D
sekali lagi, thanks for your visit !!!
berkat kalian juga gue semangat nulis.
monggo komentarnya guys. gue selalu menanti kritik dan saran dari kalian :))
Au revoir mes amis :))