Alhamdulillah, selesai sudah cerbung ini.
Walaupun dari part yang satu ke part yang lain jaraknya jauh banget post'nya tapi gak apa - apakan ?? kalian memaafkan saya kan ??
Ya kalian tahu lah, kalau kehidupan saya itu bukan sekedar tulis menulis, tapi masih banyak yang harus saya lakukan :))
So, let's read this story. Hope you like it :))
Tidak ada yang menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini.
Walaupun dari part yang satu ke part yang lain jaraknya jauh banget post'nya tapi gak apa - apakan ?? kalian memaafkan saya kan ??
Ya kalian tahu lah, kalau kehidupan saya itu bukan sekedar tulis menulis, tapi masih banyak yang harus saya lakukan :))
So, let's read this story. Hope you like it :))
Tidak ada yang menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini.
Semuanya mengira jika kenegatifan yang akan terjadi.
Tapi lihatlah.
Senyuman, pelukan dan ucapan penuh ketulusan yang
diterima.
Bukankah itu sebuah keajaiban ??
***********
Shilla
menggigit bibirnya dengan perasaan gelisah. Dia hanya diam dengan berdiri di
depan segerombolan anak yang juga sepertinya ingin tahu apa yang sedang
terjadi. Kedua tangan gadis itu asyik meremas rok seragam sekolahnya. Matanya
masih fokus menatap kearah kedua pemuda yang sedang berdiri di hadapannya
dengan penuh kebencian.
“Mereka berantem Cuma gara – gara Shilla ??”
“Shilla lagi ?? Gue gak tahu mesti komentar apa.”
“Kenapa mesti Shilla yang diperebutkan. Apa hebatnya tuh
cewe, coba.”
Shilla
hanya menatap sinis ke orang – orang yang membicarakan dirinya di belakangnya.
Nggak tahu malu. Kalau mau gosipin orang ya dihadapannya langsung dong, jangan
jadi pecundang. Batin Shilla merasa kesal.
Entah
mengapa dia jadi merasa tidak nyaman berada disana. Perasaannya menyuruhnya
untuk tetap berdiri disana. Tapi pikirannya memerintahkan untuk pergi dari
sana. Dia bingung. Apa yang harus dia lakukan ??
“Shilla.”
Shilla
mendesah kasar saat ada seseorang yang sangat ia kenali hanya dari suaranya
memanggilnya saat dia sudah memutuskan untuk mengikuti perintah otaknya. Tapi
dengan sukses dihancurkan oleh pemuda itu.
“Loe balik badan sekarang.”
Shilla
dengan kesal membalikan tubuhnya. Dia menatap sekeliling dan langsung melihat
semua pasang mata menatap kearahnya dengan pandangan yang berbeda beda. Shilla
tidak perduli dan kembali menatap ke fokus utamannya, siapa lagi kalau bukan
dua pemuda tampan di hadapannya yang sekarang juga tengah menatap kearahnya.
“Gue kasih pilihan sama loe.” Ucap salah satu dari mereka
dengan wajah datar plus mata tajamnya yang menembus bagian dalam retina mata
Shilla, dia Debo.
Shilla menelan salivanya dengan susah payah. Ini pertanda
bahaya.
“Pilih gue, atau Rio.”
Shilla
mengernyit bingung. Pilihan apa itu ?? Bukannya Shilla sudah berkali kali
bilang bahwa dia hanya mencintai Rio. Dan Debo sudah mendengarnya sendiri dari
mulut Shilla. Tapi sekarang dia berani untuk memberikan dirinya pilihan yang
pastinya pemuda itu sudah tahu jawabannya.
Shilla
mengalihkan pandangannya kearah Rio.
Pemuda
itu dengan santai menatap Shilla. Tidak ada tatapan tajam ataupun mengancam
disana. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya dan memasang
ekspresi datar tanpa senyum di wajahnya yang tampan itu.
“Gue ....”
Tiba –
tiba lantunan sebuah lagu kebangsaan indonesia terdengar di penjuru ruangan
menandakan bahwa bel masuk telah berbunyi. Shilla mendesah lega karena bisa
terbebas dari tontonan teman – temannya maupun seniornya itu.
Dia
bukannya tidak bisa memberikan jawaban, dia hanya tidak ingin Debo malu karena
jawaban yang akan dia berikan. Dia bisa membicarakan dengan kedua pemuda tampan
itu secara pribadi nanti tanpa harus semua orang tahu permasalahan yang terjadi
diantara mereka bertiga.
Mario
berjalan kearah Ashilla setelah sebelumnya memberikan peringatan kepada Debo
untuk tidak menunjukkan batang hidungnya di hadapannya lagi. Dia berhenti
sebentar di depan Shilla yang tidak menyadari kedatangannya dengan muka datar.
Kemudian dia tersenyum sinis seraya melirik keberadaan Debo di belakangnya yang
tentunya masih melihat kearahnya.
Dengan
cepat, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Shilla, dan Mario mempertemukan
bibirnya dengan bibir gadis itu. Hanya mengecup tanpa melakukan lebih, kemudian
dia menjauhkan wajahnya dan berjalan menjauh sebelum Ashilla benar – benar
mengamuk padanya.
Shilla masih
sibuk menyadari keadaan yang sebenarnya, setelah sadar bahwa objek yang menjadi
pikirannya pergi, dia segera menyusulnya tanpa tahu bahwa ada seseorang disana
yang sedang melihatnya dengan perasaan terluka.
“Mungkin memang sebaiknya gue mundur. Hati loe emang
bukan buat gue Shill.”
***********
“Mario.”
Shilla
terus berlari mengejar Rio yang menurutnya berjalan sangat cepat, padahal
menurut Rio sendiri, langkah Shilla saja yang kekecilan, jalan dia wajar, jalan
gadis itu yang tidak wajar.
“Berhenti atau gue bikin semua orang yang ada di sekolah
ini melihat kejadian ini.”
Mario
menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia berhenti melangkah, menunggu Shilla
untuk bisa mensejajari langkahnya. Sebenarnya, bukan ancaman gadis itu yang
membuatnya berhenti melangkah, tapi karena dia sedang malas meladeni gadis satu
itu.
“Dasar gak punya hati.”
“Apa loe bilang ??”
Shilla mengangkat dagunya angkuh. “Apa ?? Gak terima ??”
“Ngapain nyuruh gue berhenti ??” Tanya Rio mengalihkan
pembicaraan.
Shilla mendelik seraya melipat kedua tangannya di depan
dada. “Ngapain ?? Kakak masih tanya ngapain ?? Setelah nyuri ciuman aku kakak
tanya ngapain ??”
Rio
tidak menjawab, dia mendekat kearah Shilla dan meraih pinggang gadis itu untuk
lebih dekat dengannya. Shilla hanya bisa menahan nafas dengan perlakuan pemuda
itu. jantungnya sudah bekerja jauh lebih cepat dari biasanya.
“Mau lagi ??” Goda Rio seraya memeluk pinggang ramping
Shilla lebih erat lagi.
“Apa ?? Enggak.”
Rio
terus mendekatkan wajahnya membuat Shilla menutup matanya rapat – rapat. Pemuda
itu justru tersenyumm misterius dan mendekatkan wajahnya ke samping wajah
Shilla.
“Pulang bareng gue nanti, orang tua gue katanya mau
ketemu sama loe.”
Shilla
memejamkan rapat – rapat dan dia bisa merasakan bahwa mereka berdua sudah tidak
bersentuhan fisik. Dia membuka matanya pelan dan yang dilihatnya sekarang
adalah punggung kokoh Rio yang bergerak semakin jauh. Shilla kembali mengingat
apa yang dibicarain oleh pemuda itu.
“Pulang bareng ?? Kak Rio ngajakkin gue pulang bareng ??”
Shilla tersenyum gembira seraya memberikan kiss bye kepada Rio yang nyatanya
sudah tidak ada di hadapannya. Teman – teman yang melewatinya hanya tersenyum
geli melihat tingkah seorang Ashilla.
***********
Shilla
mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Sekarang ia sedang duduk berdua
dengan Rio di dalam mobil. Mereka sedang menuju ke kediaman keluarga Haling.
Tapi raut wajah Shilla terlihat sangat tidak bersemangat, dia mengerucutkan
bibirnya seraya melipat tangannya di depan dada.
“Udah kenapa sih Shill. Jangan seperti anak kecil.”
Shilla
mendengus kemudian menatap Rio dengan raut wajah yang sama. Dia menatap tajam
tepat pada mata Rio.
“Gue Cuma tanya, kita ke rumah loe ngapain, kenapa orang
tua loe ingin ketemu sama gue. Tapi loe gak mau jawab kak Rio. Kurang nyebelin
apa sih loe.”
“Makanya loe sabar. Ntar juga tahu sendiri.”
“Mau bikin orang kepo, malah jadinya bikin orang emosi.”
Gumam Shilla sebal seraya memandang keluar jendela mobil – lagi.
Rio
hanya tersenyum kemudian mengacak – acak rambut Shilla penuh kasih sayang.
Kemudian dia fokus kembali untuk menyetir. Mobil Rio sudah berada di depan
rumah pemuda itu sekarang.
“Turun.” Perintah Rio seenaknya.
“Gak mau.”
Rio
hanya geleng – geleng kepala kemudian membuka pintu mobilnya dan dengan cepat
memutar mobil dan membukakan pintu samping kemudi tempat Shilla duduk. Dia
mengulurkan tangannya kepada Shilla, namun gadis itu masih diam di tempatnya.
Dengan gemas, Rio meletakkan tangannya di bawah leher Shilla dan di bawah lutut
gadis itu kemudian mengangkatnya.
“Kak Rio turunin gue sekarang juga.” Teriak Shilla dengan
perasaan kesalnya yang sudah mencapai ke titik maksimal. Untung saja dia
menggunakan baju olahraga setelah ia selesai pelajaran yang diakhiri dengan
pelajaran olahraga, bukan pakai rok yang nantinya akan terbang kemana mana.
“Diem, atau gue jatuhin loe sekarang juga.” Ancam Rio.
Shilla
hanya mengerucutkan bibirnya seraya melingkarkan tangannya di leher pemuda itu
agar tidak benar – benar jatuh.
“Kamu udah pulang nak ??”
Mereka
berdua mengalihkan pandangannya pada ruang keluarga. Dan matanya membelalak
kaget melihat semuanya sudah berkumpul di ruangan itu. Dan jangan lupakan bahwa
Shilla sekarang sedang berada di dalamm gendongan Rio. Dengan cepat, dia
meronta disana agar bisa terlepas.
Rio hanya
terkekeh kemudian benar – benar menurunkan Shilla dari gendongannya dengan
pelan. Dan dia mengacak – acak melihat senyum malu plus canggung yang
diperlihatkan oleh gadis itu untuk keluarganya.
“Kenapa Shilla kamu gendong begitu Yo ?? Dia sakit ??”
“Iya pah, sakit hati.” Ucap Rio asal membuat Shilla
refleks mencubit lengannya yang langsung membuat Rio memekik kesakitan.
“Udah jangan berantem. Shill, sini duduk di sebelah
tante.”
Shilla
dengan canggung mengangguk pelan, kemudian dia mendekat ke arah mama Rio
kemudian duduk di samping kirinya.
“Kamu ngapain Yo ngumpulin mama papa disini ??” Ucap
papahnya. Membuat Rio melangkah mendekat dan duduk di sebalah Ray yang sedang
asyik dengan ponselnya.
“Tahu nih kak Rio gak punya kerjaan.” Cibir Ray yang
membuat Rio memelototkan matanya kearah pemuda kecil itu.
“Gini pah, sebenernya Rio mau minta restu sama mama
papa.”
“Restu ??” Ucap mama papanya bebarengan.
“Iya pah, mah, jadi Rio berniat untuk menjadikan Shilla
menjadi istri Rio. Apa mama sama papa merestui kami ??”
Shilla
langsung menegakkan tubuhnya dengan perasaan campur aduk, matanya melihat
kearah Rio dengan pandangan bermacam macam, kaget itu jelas karena Rio tidak
memberitahunya sebelumnya, kecewa karena Rio melamarnya disaat dia sedang dalam
keadaan tidak ‘mewah’, lihat saja pakaiannya Shilla yang masih memakai pakaian
olahraga dengan keringat dimana mana yang telah mengering, dan pandangan
bahagia karena akhirnya setelah beberapa bulan bahkan sudah mencapai tahun dia
menunggu akhirnya pemuda itu melamarnya juga.
Mama papanya
juga langsung membelalakan matanya mendengar penuturan anaknya itu. Ray yang
sedari sibuk dengan ponselnya langsung menjatuhkan ponselnya ke samping dan
memutuskan untuk mendengarkan lebih lanjut.
“Kamu masih sadar kalau kamu masih kelas 3 SMA kan Rio ??”
Tanya Mama Rio dengan pandangan kaget mendengar penuturan putra sulungnya itu.
Rio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. ‘benar juga
kata Mama’, bahasa gue salah sepertinya’.
“Maksud Rio, Rio tunangan dulu sama Shilla mah, biar dia
keiket gitu.” Jawab Rio.
“Bahasa loe apaan deh kak. Kalau mau, iket aja kak Shilla
di ranjang loe, biar dia gak bisa kemana mana tapi loe bisa ketemu dia setiap
hari.” Ucap Ray asal.
Mama mereka
berdua yang mendengarnya langsung menjewer telinga Ray dengan tatapan tajam
yang ditunjukkan untuk putra bungsunya itu. Ray yang terkena amukan dari
mamanya hanya bisa meringis kecil seraya berusaha melepaskan jeweran yang
sangat pedas dari mamanya itu.
“Belajar darimana kamu kata – kata begitu. Mama sama Papa
gak pernah ngajarin kamu untuk ngomong begitu Ray.”
“Maaf mah, maaf. Ray khilaf. Lepasin mah, sakit.”
“Sekali lagi mama denger kamu ngomong begitu, semua yang
udah mama kasih sama kamu mama sita. Ngerti.” Ucap Mamanya tajam membuat Ray
mengangguk pasrah dan mengusap telingannya yang sudah dilepas oleh mamanya.
‘telinga gue jadi gak seksi lagi pasti, pedes’. Batin Ray.
Shilla yang
melihat itu hanya tertawa. Dia suka jika sedang berkumpul di tengah keluarga
Haling, pasti membuat hatinya berbunga bunga. Dia melirik kearah Rio yang
sedari tadi hanya diam. Dan ternyata pemuda itu sedang menatapnya, dan melalui gerakan
tangannya dia menyuruh Shilla untuk mendekat, untuk duduk di sebelahnya.
“Ya deh papa ngalah. Sini Shilla pindah, biar om yang
disitu.”
Papanya
yang menyadari kode yang diberikan tangan Rio untuk Shilla segera mengalah. Shilla
hanya mengangguk canggung dan malu, Rio yang melihatnya hanya terkekeh melihat sikap
peka papanya. Shilla yang sekarang sudah duduk di sebelah kanan Rio langsung
disambut pemuda itu dengan rangkulan di pinggangnya erat.
“Kok gak bilang bilang dulu kalau mau ada acara beginian.”
Bisik Shilla merajuk.
“Ya memangnya kenapa kalau aku gak bilang.”
“Aku – kamu ??” Tanya Shilla hati – hati.
“Why ?? Kamu gak suka ??”
Shilla menggeleng membuat Rio tersenyum. “Yaudah jawab.”
Ucap Rio – lagi.
“Ya seenggaknya kalau kakak bilang, aku bisa persiapin
semuanya dulu.”
“Emang apa yang kamu akan siapin Shill ??”
“Aku kan bisa tampil pake pakaian yang lebih bagus,
bukannya malah pake baju olahraga yang keringatnya udah nempel semua disini.”
“Kamu tahu ?? Aku suka bau keringet kamu.” Ucap Rio
gombal membuat Shilla langsung mendorong wajah pemuda itu membuat Rio terkekeh.
“Ehem ehem, udah dong mesranya. Nih, udah jamuran kami
disini Yo.” Ucap papanya.
Shilla menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal dengan muka salting. Jelas saja, dia juga tidak
sadar jika dari tadi sibuk sendiri dengan Rio.
“Jadi gimana mah, pah. Rio udah boleh ngiket cewe di
sebelah Rio apa enggak ??”
“Tunangan dulu, nikahnya kalau kamu udah punya kerjaan
tetap.”
“Pah, itu kan masih lama, gak bisa gitu dong, masa jarak
tunangan sama nikah jauh banget pah.” Protes Rio membuat Shilla mencubit
lengannya.
“5 tahun Rio, dan itu gak lama. Terserah, mau iya atau
enggak sama sekali.”
Rio langsung
menekuk wajahnya. Shilla yang menyadari itu langsung menghadap kearah pemuda
itu, tangannya sudah bertengger di pipi pemuda itu dan mengusapnya pelan.
“Gak usah lebay. Gak ada bedanya nikah 3, 4, 5, atau 6
tahun lagi. Toh kita juga bakalan bareng – bareng. Lagian apa sih yang kamu
pengin.”
“Seenggaknya gak ada cowo yang berani deketin kamu karena
kamu udah keiket sama aku. Kamu tahu ?? Aku udah frustasi banget dengan
kehadiran Debo yang selalu aja ganggu hubungan kita. Belum nanti kalau kita
udah di kampus. Pasti banyak banget orang – orang yang ganggu hubungan kita.”
“Kan perasaan yang berperan Mario Stevano. Kita harus
percaya satu sama lain buat menghindari hal hal seperti itu.”
“Tapi ...”
“Ssssttt, gak ada tapi tapian atau semuanya batal.”
“Yo, mama sama papa sama Ray keatas dulu yah, daripada
disini ngelihat kalian berdua mesra mesraan terus.”
“Maafin Shilla tante.”
“Gak apa – apa Shill, anak tante lagi terpesona banget
tuh sama kamu. Yaudah tante tinggal yah, nanti kalau Rio ngapa – ngapain kamu,
teriak aja. Biar tante suruh dia tidur diluar malam ini.”
“Ide bagus mah, ntar Rio bisa tinggal sama Shilla.”
“Hush. Awas aja kalau kamu berani tinggal berdua sama
Shilla dirumahnya. Mama pecat kamu jadi anak. Mau ??”
Rio meringis
dan menggeleng gelengkan kepalanya. Mama dan papa Rio Ray langsung berlalu dari
situ, Ray yang sedari tadi diam langsung memeletkan lidahnya kearah Rio
kemudian berlari menyusul mama papanya.
“Cium aku Shill.”
“Apaan sih.” Shilla langsung membuang wajahnya cemberut
mendengar permintaan pemuda itu yang terdengar sedikit mesum.
Rio menghembuskan
nafasnya pelan, dia sudah yakin, gadis itu pasti tidak mau menciumnya terlebih
dahulu, maka dari itu, dia yang harus turun tangan.
Rio memeluk
Shilla dari belakang karena gadis itu sudah membelakanginya. Dagunya ia
letakkan di bahu Shilla. Tangan satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan
Shilla dan mengelusnya.
“Maaf okey ?? Aku Cuma kebawa suasana aja tadi.” Ucap Rio
seraya menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Ashilla.
“Iya, tapi sekarang lepasin.” Rio masih tidak mau
melepaskan pelukannya, dia malah semakin erat memeluk gadis itu. “Rio aku
serius.” Ucap Shilla penuh penekanan.
Rio dengan
berat hati langsung melepaskan pelukannya. Dia menatap Shilla dengan raut wajah
tidak bersahabat.
“Sekarang aku harus ke rumah Agni buat ngerjain tugas. Jadi,
aku harus pergi sekarang kak.” Ucap Shilla sambil mengelus pipi Rio.
“Okeh aku anterin. Yuk, pamit ke mama papa dulu.”
Shilla mengangguk
kemudian mereka pamit kepada kedua orang tua Rio dan langsung melesat menuju ke
rumah Agni. Shilla sepanjang perjalanan hanya diam seraya melihat ke luar
jendela. Rio melirik ke arah depan yang menampakkan pemandangan lampu lalu
lintas berwarna merah. Dia lantas melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada
Shilla.
“Nih pake sayang, kamu kedinginan kan.” Ucap Rio.
“Enggak, aku gak kedinginan.” Sangkal Shilla, padahal
dari bahasa tubuhnya sudah memperlihatkan bahwa dia kedinginan.
“Udah gak usah protes atau aku cium kamu sekarang, tuh
liat, lampunya masih merah. Kesempatan emas kan.” Goda Rio membuat Shilla
mendengus kemudian memakai jaketnya dengan ogah – ogahan.
“Dasar pemaksa.”
“Maksa ke calon istri mah gak apa – apa.”
Shilla tersenyum malu. “Apaan sih.”
Rio hanya
terkekeh seraya mengacak – acak rambut Shilla, kemudian dia kembali menjalankan
mobilnya saat lampunya sudah berubah menjadi warna hijau. Mobil Rio berhenti
tepat di depan sebuah rumah yang sangat asri karena terdapat banyak tanaman di
depan rumah itu yang dibuat taman bunga oleh pemilik rumah. Rio dan Shilla
langsung masuk ke dalam setelah mendapat pesan singkat dari Agni yang
menyuruhnya untuk langsung masuk ke dalam.
“Weiss, ada bos kita nih guys, gue kira loe gak ikutan
Yo.”
Rio memandang
ke penjuru ruangan, dan terlihatlah ketiga sahabatnya yang sedang tertawa
bersama seraya melihat kearahnya.
“Yaudah aku ngerjain tugas dulu, kamu ke sana aja gih.”
Rio mengangguk
kemudian mengecup kening Shilla dan setelahnya di lanjut mengecup bibir gadis
itu sekilas dan langsung berlari darisana menghindari amukan dari gadis itu.
Rio hanya tertawa melihat Shilla yang benar – benar menahan marah seraya
menatap tajam kearahnya. Kemudian gadis itu membuang muka dan berjalan kearah
teman – temannya dengan menghentakkan kakinya kesal.
“Kenapa loe ?? Dicium bukannya seneng malah cemberut
begitu.” Goda Sivia.
“Udah ah, kita fokus aja biar cepet selesai.”
Suara tawa
yang tertahan terdengar dari kerumunan pemuda pemuda tampan itu. Gadis gadis
itu mengernyit bingung melihat mereka yang sepertinya asyik menonton sesuatu
yang berada di laptop Cakka. Tunggu. Laptop Cakka ??
“Guys, ayo.” Para gadis itu mendekati mereka karena
pemikirannya pasti benar.
Shilla,
ify, Sivia dan Agni yang sudah ada di belakang para pemuda itu hanya bisa
menahan amarahnya. Kalian bisa tau sendiri apa yang para laki – laki tonton jika
sudah berkumpul dengan mata yang menatap penuh minat ke layar laptop seperti
yang dilakukan oleh keempat pemuda tampan itu.
Video yang tidak pantas untuk dilihat oleh orang – orang yang
tidak bisa menahan nafsunya. Apalagi anak SMA seperti mereka.
“Ehem.” Dehem Agni dengan keras, mereka masih menahan
amarahnya.
Rio,
Gabriel, Alvin dan Cakka yang mendengar suara deheman itu langsung menatap ke
sumber suara. Dan nafas mereka tercekat serta matanya melebar melihat para
wanita cantik itu sedang menatap mereka dengan tajam, tangan Alvin yang paling
dekat dengan laptop Cakka reflek menutup laptop itu sedikit keras membuat Cakka
mendelik kearah Alvin.
“Sorry bro, gue reflek.” Ringis Alvin karena merasa
bersalah.
“Oh jadi gitu yah kelakuan kalian selama ini.” Omel ify. “Kamu
juga, maksudnya apa coba sampai nonton video begituan, aku udah larang kamu
udah dari dulu ya Gab, tapi kamu gak mau nurut sama aku.” Lanjutya dengan
sebal.
“Fy gak gitu, tadi aku Cuma ngikut mereka aja. Aku gak
ada niat buat nonton kok. Beneran deh gak boong.” Jawab Gabriel dengan nada
meyakinkan.
Ify
hanya mendengus kemudian menghentakkan kakinya lalu pergi menjauh, Gabriel yang
menyadari ada yang tidak beres langsung berlari untuk mengejar kekasihnya itu.
Agni sudah mengambil laptop Cakka kemudian membawanya menjauh sehingga Cakka
juga mengikuti gadis itu.
Alvin ??
Jangan ditanya, dia sudah meringis kesakitan karena telingannya sudah ditarik
Sivia sekuat tenaga gadis itu. Dan Sivia langsung membawa Alvin menjauh dengan
tidak melepas jewerannya.
“Apa ??” Tanya Shilla galak karena Rio dengan tidak
berdosanya malah melihat penderitaan teman – temannya. Rio hanya meringis kemudian
mengusap usap tengkuknya dan mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Barusan aja kamu minta aku buat jadi tunangan kamu
bahkan istri kamu, tapi kamu udah kaya gini.” Ucap Shilla sebal.
“Itu kan wajar Shill buat cowo yang seumur kita. Kamu tahu
kan kalau cowo itu punya nafsu yang jauh lebih besar dari cewe. Lagian kan aku
sama yang lainnya gak melampiaskan nafsu kita sama cewe di luar sana. Kita kan Cuma
lampiasin ke kalian aja.” Jawab Rio asal karena tidak punya alasan lain selain
itu.
“Terserah, gue benci sama loe.” Jawab Shilla ketus, gadis
itu berniat untuk pergi dari sana tapi tangan Rio menariknya hingga gadis itu
duduk di atas pangkuannya dalam keadaan menyamping.
“Kak, lepasin aku sekarang, ntar kalau ada yang lihat
gimana ??”
“Ya biarin aja, biar mereka bisa melihat kalau kamu Cuma punya
aku.”
Rio mendekatkan
wajahnya pada Shilla, sehingga sekarang wajah mereka berhadapan. Shilla hanya
bisa menahan nafasnya melihat jarak wajah mereka yang benar – benar dekat. Rio
terus terusan mendekatkan wajahnya kearah gadis itu membuat Shilla mau tak mau
menutup matanya, Rio menyeringai nakal sebelum mempertemukan bibirnya dengan
bibir Shilla. Dan mereka mulai berciuman mesra.
Tangan Shilla
langsung terangkat dan melingkar sempurna di leher pemuda itu, tangannya
meremas rambut Rio hingga membuat rambut pemuda itu berantakan. Tangan Rio
sudah mulai masuk ke dalam baju olahraga yang dipakai Ashilla, dan mulai
mengusap perut rata gadis itu, membuat Ashilla menggelinjang geli.
Rio melepaskan
ciuman mereka saat dirasanya nafasnya sudah mulai habis, wajahnya ia sandarkan
ke bahu Shilla kemudian membisikannya ke telinga gadis itu.
“I Love You Mrs. Mario.”
Shilla tersenyum dan mengangkat wajah Rio kemudian
menatap di manik mata pemuda itu. “Loe you too Mr. Mario.”
Rio juga
tersenyum mendengarnya kemudian mencium Ashilla lagi. Mereka sekarang sudah
tidak memikirkan apapun di sekitar mereka lagi. Yang mereka pikirkan adalah
mereka sedang bersama dan selamanya akan terus bersama.
Cinta
itu membutakan segalanya, Cinta itu mengubah segalanya, dan cinta itu membuat
orang kehilangan pikirannya. Itu terbukti pada remaja saat ini yang sudah
mengenal apa itu cinta. Dan seperti kisah Yoshill diatas. Mereka bersama sama
membangun cinta agar tercipta diantara mereka.
Awalnya pahit, dan berakhir dengan manis.
Penuh jalan yang berkelok, tapi akhirnya menemukan jalan
yang lurus.
Penuh teka – teki, tapi akhirnya bisa menemukan
jawabannya.
Awalnya banyak perasaan yang terluka, yang akhirnya
berakhir dengan perasaan bahagia.
************
Selesai guys, gimana ???
Saya tahu ceritanya gak jelas, saya juga tahu ceritanya gak bagus.
tapi please, tunjukkin kalau kalian memang masih punya hati.
Please like this or little comment in this part :))
Thanks banget buat kalian yang udah mau bersedia membaca sampai akhir :)) Love you so :*
Bye bye ^^