Rio menundukkan wajahnya dalam. Dia menggeram penuh
frustasi akibat semua permasalahannya akhir-akhir ini. Dia tidak bisa marah
begitu saja pada ayah dan ibunya karena dirinyalah yang membuat semuanya
menjadi seperti ini. Dirinya sangat menyesal membuat masalah dengan kedua orang
tuanya jika hukuman yang akan ia dapatkan membuatnya menjadi sefrustasi ini.
Jika tahu seperti ini, dia pasti tidak akan membuat
masalah apapun. Ini akibat kecerobohannya. Hukuman yang ia dapatkan adalah dia
akan dijodohkan dengan anak relasi bisnis ayahnya yang tentu saja Rio tidak
tahu wajah dan bentuk tubuhnya seperti apa.
Mario Raditya Sanjaya. Putra sulung dari pasangan Sanjaya
Wibowo dan Ike Rosalina, sekaligus kakak dari Acha Cantika Rosalina ini adalah
CEO ternama yang namanya sudah ada di semua majalah bisnis termasuk majalah
paling laris di kalangan masyarakat sekalipun. Di wilayah Jakarta, seluruh
masyarakatnya sudah tidak asing lagi dengan Mario. Karena ketampanannya dan
kepintarannya yang bisa mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan yang
sangat dicari oleh siapapun untuk dijadikan relasi dalam bisnisnya.
Bukan hanya itu, tapi statusnya yang sejak terjun dalam
dunia bisnis masih berstatus sebagai seorang lelaki single, membuat kalangan hawa yang ada di seluruh Indonesia tidak
bisa mengalihkan pandangannya dari lelaki tampan yang satu ini. Punya wajah
tampan, pekerjaan mapan, tingkat kepintaran yang menjanjikan sekaligus
statusnya yang masih single, wanita mana yang tidak meliriknya ?
Dan sekarang Mario harus terjebak dalam masalah yang
membelenggunya akibat kesalahannya sendiri. Perjodohan sudah di depan mata, dan
Rio sudah muak dengan seluruh wanita yang merupakan anak dari relasi bisnis
orang tuanya. Maka dari itu, dia haruss mencari cara agar terbebas dari masalahnya
yang satu itu.
BRAK !!!
Mario menegakkan tubuhnya secara reflek mendengar bunyi
dentuman yang sangat keras tersebut. Dia langsung menemukan sahabatnya yang
memasang wajah datar dan malas menatap ke arahnya. Jika dia bukan sahabatnya,
sudah Rio tendang ke jurang detik itu juga.
“Bisa sopan gak sama pimpinan loe sendiri ??” Tanya Rio
datar.
“Gue udah ngetuk pintu ribuan kali tapi tetep aja gak ada
sahutan, sebenarnya disini yang gak sopan siapa ?? Hah ??”
“Coba aja loe bukan anak Sindunata, udah gue habisin loe
sekarang juga.”
“Coba aja kalau bisa.”
Rio
hanya menatap datar Alvin-sahabatnya, dan mengambil berkas yang tadi dilempar
sahabatnya tersebut kemudian membukanya dan mulai mengamatinya. Alvin yang
malas untuk melihat pimpinanya itu kemudian berjalan kearah sofa dan mendudukan
dirinya disana.
“Perjodohan lagi ??”
Rio
masih sibuk menggoreskan beberapa tulisan di dokumen dokumen tersebut, sama
sekali tidak memperdulikan Alvin yang mungkin saja bisa kembali bertingkah saat
dia sudah bosan dengan tingkah lakunya.
“Cari aja 1 wanita. Terus loe nikahi deh. Gampang kan ??
Gue gak jamin wanita yang bakal loe nikahin itu wanita baik-baik.”
Mario menghentikan kegiatannya kemudian menatap Alvin.
“Terus menurut loe gue harus cari dimana wanita yang katanya wanita baik baik itu
?? Hah ??”
“Wanita berkerudung, pakaian serba panjang, raut wajah
polos, lugu dan pasti mau diajak nikah sama loe.” Alvin mengetuk ngetukkan
telunjuknya di dagu tirusnya. “Loe cari di acara pengajian masjid bro. Yakin
pasti dapet wanita baik-baik”
Tanpa
pikir panjang, Rio melemparkan penggaris besinya kearah sahabatnya dan tepat
sasaran. Ilmu beladirinya selalu berguna disaat seperti ini. Dia menatap wajah
Alvin dengan wajah yang seakan akan ingin memakanya saat itu juga. Alvin hanya menunjukkan
gigi-gigi putihnya saja dan berjalan mendekat kearah pimpinannya tersebut.
“Gue kali ini serius, loe cari wanita lain bro. Supaya
loe bisa terhindar dari perjodohan itu. kalau loe udah nemu wanita itu dan loe
bawa kehadapan bokap nyokap loe, pasti perjodohan itu akan batal. Loe bisa
gunain wanita itu Cuma buat mainan aja. Gak harus serius kan. Tujuan awal loe
juga gak serius masuk ke jenjang pernikahan. Buat apa repot-repot menyeleksi
wanita-wanita yang akan jadi pendamping loe.”
“Keluar.” Rio menyodorkan berkas yang tadi dilemparkan
oleh Alvin dan menyuruh sahabatnya itu untuk keluar dari ruangannya.
“Yes yes yes. I
have to go, now.”
“Loe handle
pekerjaan gue. Gue ada urusan sebentar.”
Alvin
hanya mencibir melihat tingkah atasannya itu yang dengan seenaknya selalu
meninggalkan pekerjaannya dan melimpahkan semuanya pada dirinya. Rio bersiap
pergi, dia berjalan keluar ruangan seraya memakai jas kerjanya yang sebelumnya
ia sampirkan pada gantungan pakaian yang ada di sudut ruangan.
“Loe mau kemana ??”
“Cari wanita baik-baik”
**********
Rio
mengemudikan mobilnya dengan santai. Dia sedang ingin mendinginkan otaknya yang
mungkin saja sebentar lagi bisa meledak. Perjodohan itu benar-benar membuatnya
muak. Dia tidak bisa mengabaikan hukuman yang satu itu begitu saja. Terlalu
sibuk dengan pikirannya, dia tidak menyadari ada sebuah mobil yang bergerak
tidak teratur di hadapannya dan bergerak ke arahnya. Dengan reflek, Rio
langsung membanting stir agar tidak bertabrakkan dengan mobil tersebut ke kiri.
Tidak terpikirkan sama sekali olehnya, bahwa dia salah mengambil tindakan kali
ini, sebuah pohon besar yang menjulang di kiri jalan malah menjadi sasarannya
kali ini.
Rio
meringis pelan karena dahinya bertabrakkan langsung dengan stir kemudi mobilnya
menimbulkan rasa nyeri yang lumayan sakit. Dengan menggeram penuh emosi dia
keluar dari mobil dan melihat bagian depan mobilnya yang sekarang ini sudah
tidak berbentuk. Dengan marah dia membalikkan tubuhnya dan menemukan mobil lain
juga terparkir tidak jauh darinya. Dengan langkah lebar, dia melangkah
mendekati mobil tersebut.
“Keluar.” Dia mengetuk dengan tidak sabar kaca mobil
kemudi seraya berteriak marah.
“Cepat keluar atau gue akan memecahkan kaca mobil loe.”
Teriak Rio dengan tidak sabar masih mengetuk kaca mobil tersebut.
Rio
menjauhkan tubuhnya saat sang pengemudi mobil merespon ucapannya. Sesaat
kemudian Rio membelalakan matanya karena melihat seorang wanita lah yang keluar
dari mobil tersebut dengan keadaan gemetar hebat. Tetapi Rio tidak bisa menahan
dirinya untuk tidak memarahi wanita tersebut, dia langsung berteriak marah.
“Loe kalau gak bisa nyetir gak usah nyetir. Loe lihat gak
keadaan mobil gue kayak gimana sekarang. Rusak parah. Dan itu semua gara-gara
loe.”
“Maaf, aku .. aku tidak sengaja.” Jawab wanita itu seraya
menundukkan wajahnya.
Rio
mengamati wajah wanita di hadapannya. Wajahnya cantik dan putih bersih, seperti
boneka, rambutnya lurus dan panjang, warnanya hitam pekat, hidungnya mancung,
kulitnya halus, dagunya tirus dan tubuhnya tinggi langsing, badannya
benar-benar proporsional untuk ukuran wanita seumurannya. Rio bisa
mengira-ngira kira kira umurnya tidak berbeda jauh denganya, wanita itu jelas
beberapa tahun lebih muda darinya.
‘Cantik’ batin Rio secara tidak sadar. Kemudian dia
langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali ke dunia nyata.
“Sekarang loe ikut gue.” Rio reflek memegang pergelangan
tangan wanita itu dan menariknya mendekat kearah mobilnya dan berdiri di depan
mobilnya yang sudah berbentuk.
“Loe lihat, apa yang udah loe lakuin sampe mobil gue
hancur kayak gitu.”
Wanita
itu meringis pelan dengan menggigit bibir bawahnya melihat mobil Rio yang sudah
tidak layak pakai itu. Dia tidak mau menatap lelaki itu yang ia tahu sekarang
sedang menatap dirinya secara intens.
“Maaf, aku ..”
“Maaf maaf maaf. Apa dengan kata itu loe bisa balikin
mobil gue lagi ?? Gue gak terima mobil kesayangan gue yang harganya sangat amat
mahal ini hancur begitu aja. Gue mau minta bantuan polisi biar mengurus masalah
ini.”
Wanita
itu dengan reflek langsung membelalakan matanya dan menatap Rio ketakutan. Dia
menggeleng gelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan, aku mohon. Aku janji akan ganti rugi semuanya.”
“Ganti rugi ?? Oh jelas itu harus. Tapi loe gak bisa
ganti rugi dahi gue yang merah ini akibat benturan tadi, dan loe juga gak bisa
bikin mobil gue sempurna lagi seperti sedia kala. Right ??” Jawab Rio santai, berbeda dengan sikap wanita
dihadapannya yang tidak bisa santai mendengar sebutan polisi keluar dari
mulutnya.
“Aku mohon jangan bawa-bawa polisi dalam masalah kita.
Aku mohon. Aku janji akan melakukan apapun. Please.”
“What’s your name
??”
“Alyssa. Alyssa Putri Kencana.”
Rio
mengangguk-anggukkan kepalanya. Nama yang cantik, secantik orangnya. Rio pikir,
ini moment yang pas untuk mengungkapkan
keinginannya dan bisa terbebas dari hukuman dirinya dari kedua orang tuanya
tersebut.
Rio
mengambil handphone’nya dan bersiap
menelepon seseorang. Dia melihat wanita di hadapannya memasang wajah
ketakutannya mengisyaratkan permohonan yang amat sangat dengan mata
berkaca-kaca dengan kedua telapak tangannya yang ditautkan di depan dada. Rio
terkekeh pelan kemudian menarik wanita itu secara reflek ke dalam dekapannya.
Dia bisa merasakan tubuh wanita itu yang menegang dalam pelukannya.
“Hallo.”
Rio
merasakan jasnya di genggam erat oleh tangan mungil itu dan wajah wanita itu
menggeleng-geleng secara terus menerus. Rio bisa merasakan bagian depan
tubuhnya basah, dan dia bisa menebak jika wanita itu sedang menangis sekarang.
Tangan kiri Rio yang tidak memegang ponsel melingkar di punggung mungil Alyssa
dan menepuk nepuknya pelan.
“Cepat datang ke Jalan Ternate. Tidak jauh dari kantor
sekitar 10 km ada mobil saya disini. Bawa mobil saya ke bengkel untuk
diperbaiki, dan jangan banyak bertanya. Satu lagi, tidak perlu membocorkan
masalah ini pada siapapun. Mengerti ??”
Rio
memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya setelah menyuruh orang
kepercayaannya untuk mengurus mobilnya. Dia beralih pada wanita yang masih
menangis di pelukannya.
“Hey, tidak ada polisi. Gue tadi cuma menghubungi orang
kepercayaan gue untuk mengurus masalah ini. Jadi loe bisa tenang sekarang.”
Alyssa
menjauhkan tubuhnya dan Rio bisa melihat wajah berantakan wanita itu. Mata
sembab, hidung memerah dan kulit wajahnya yang penuh dengan air mata. “Sekarang
loe harus menebus jasa gue ini. Ngerti.”
Alyssa
menganggukkan wajahnya. Dia pasrah saja saat Mario berjalan kearah mobilnya dan
memintanya untuk menaiki mobilnya di sebelah bangku kemudi, kemudian lelaki itu
duduk di bangku kemudi, kemudian menjalankannya entah kearah mana.
“Jelasin sama gue kenapa loe bisa hilang kendali saat loe
nyetir.”
“Ini pengalaman pertama aku setir mobil.”
Jawaban lirih wanita itu membuat Mario membelalakan
matanya. “Loe baru pertama nyetir dan loe udah beraninya masuk ke jalan raya
begini. Wah, amazing.”
“Loe tahu gak perbuatan loe itu bisa bikin loe di
penjara. Loe baru pertama setir mobil yang artinya loe gak berpengalaman, dan
loe nabrak orang, satu lagi loe pasti belum SIM.” Wanita itu dengan polosnya mengangguk.
Rio hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya.
“Kartu loe ada di gue sekarang. Gue mau dapat sesuatu
yang setimpal dari loe.”
“Kamu mau apa ??”
“Loe.”
Alyssa mengerutkan dahinya bingung. “Maksudnya ??”
“Loe bener-bener polos banget. Gue mau elo. Gue mau loe
menikah sama gue secepatnya.”
“WHAT.” Alyssa
menatap tajam lelaki di sampingnya dengan tidak sabar mendengar permintaannya.
“Aku gak kenal sama kamu, dan kamu udah beraninya ngajak aku menikah.”
“Pilih aja, loe mau menikah sama gue, atau loe akan
mendekam di penjara selama bertahun-tahun.”
“Aku gak tahu siapa kamu.”
“Itu tugas loe. Loe cari tahu sendiri gue siapa.”
“Kita mau kemana ??”
“Ke kantor gue.”
“Enggak.”
“Sure, gue tinggal menekan tombol angka dua di handphone
gue dan langsung tersambung ke kantor kepolisian kalau loe selalu menolak
permintaan gue. Mau ??”
Alyssa
menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca kembali. Dia ingin
menangis sekarang. Andai saja dia menuruti permintaan kedua orang tuanya untuk
tidak pernah mengendarai mobil, pasti semua ini tidak terjadi. Dia merasa
menyesal sekarang. Dia ingin memutar waktu ke beberapa bulan sebelumnya. Dia
berjanji akan merubah sikapnya, tapi itu hanya ada di khayalanya sendiri.
Faktanya, dia sekarang sedang berada di dalam mobilnya dengan lelaki asing yang
sedang mengemudikan mobilnya. Serta yang lebih mengejutkan lagi, lelaki itu
baru saja memintanya untuk menikah dengannya.
“Satu yang harus loe inget selalu mulai sekarang, nama
gue Mario Raditya Sanjaya.”
**********
Di hotel
termegah dan termewah di Jakarta yaitu hotel Clarissa yang terletak di pusat
kota, sedang ramai karena adanya pernikahan putra sulung keluarga Sanjaya.
Banyak relasi-relasi bisnis ayahnya yang juga datang ke pesta tersebut. Sudah
tidak terhitung lagi berapa banyaknya tamu undangan yang hadir pada hari itu.
Membuat Mario menggeleng gelengkan karena merasa malas harus pasang senyum
pura-pura bahagia pada ribuan tamu undangan yang datang di pesta pernikahannya.
Mario
melirik wanita cantik yang sudah sah menjadi istrinya di sebelah kirinya.
Wanita itu tampak menundukkan wajahnya sejak acara ijab qabulnya selesai pagi
tadi. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan tamu undangan belum
selesai mengucapkan selamat pada dirinya dan juga wanita cantik di sebelahnya.
Padahal dirinya sudah sangat lelah karena sedari tadi harus berdiri untuk
menyalami ribuan tamu undangan yang hadir pada hari itu.
“Loe sekarang udah sah jadi istri seorang Mario Raditya
Sanjaya. Jadi mulai sekarang, biasakan angkat dagu loe untuk menatap ribuan
orang yang akan loe temui nanti. Mengerti ?”
Wanita
itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca seraya
menatap gaun pernikahannya sendiri. Tidak pernah ada dalam pikirannya dia akan
menikah di umurnya yang masih menginjak 23 tahun. Dia merasa baru tahun kemarin
dia lulus dari kampusnya dan tahun ini dia sudah memiliki jabatan sendiri yaitu
istri sah Mario Raditya Sanjaya. Rasanya ini seperti mimpi. Dia masih belum
bisa mempercayai semuanya.
“Alyssa.”
Wanita
itu mendongakan wajahnya saat merasa ada yang memanggilnya. Melihat siapa yang
memanggilnya dan sedang berdiri di hadapanya, wanita itu langsung mendekat dan
menubrukkan tubuhnya pada tubuh ibunya kemudian memeluknya erat-erat. Tangisnya
pecah saat itu juga.
“Mama.”
“Ada suamimu sayang. Kau tidak malu dilihat olehnya
sedang menangis memeluk mama seperti ini ?? Hm ?? Kau bahagia sekarang sayang
??”
Alyssa
hanya bisa menangis di dalam pelukan ibunya tanpa mampu mengucapkan 1 kata pun
dari mulutnya. Lidahnya kelu. Dia terlalu bingung untuk menghadapi semua ini.
Dia menikah dengan lelaki yang dikenal hampir seluruh masyarakat Indonesia
karena segala hal yang lelaki itu punya. Laki-laki berusia 27 tahun itu
akhirnya yang menjadi suaminya. Sungguh, Alyssa benar-benar tidak menyangka.
“Rio, tadi Mama sudah ijin pada ibumu, kau diperbolehkan
untuk membawa putri Mama pergi ke apartemenmu sekarang. Biarkan tamu-tamu ini
kami yang mengurusnya. Kau dan Alyssa sedari tadi belum istirahat. Jadi Mama
akan membiarkanmu dan putri Mama istirahat sekarang. Kalian akan diantar oleh
salah seorang kepercayaan kami.”
Rio
hanya mengangguk seraya tersenyum tulus. Dia benar-benar bahagia mendapatkan
mertua seperti Mama Alyssa. Sangat baik dan ramah padanya. Awal dia meminta
menikahi putrinya saja Mama Alyssa dengan tenang menghadapi permintaannya.
Tidak seperti Papa Alyssa yang cenderung mewawancarai Mario terlebih dahulu
sebelum mengijinkan dirinya menikahi putrinya.
Dengan
langkah pelan, dia menghampiri Alyssa yang sudah tidak memeluk ibunya dan
menarik tangan wanita itu untuk berdiri di sebelahnya. Kemudian dia dan Alyssa
pamit kepada Mama Alyssa dan berjalan keluar gedung setelah sebelumnya juga
sudah ijin untuk pulang pada orang tuanya dan ayah Alyssa. Mereka duduk di
bangku belakang sementara sang supir kepercayaan keluarganya mengendarai
mobilnya.
“Gue udah bilang kan, tidak ada air mata Alyssa. Dan loe
selalu melanggar ucapan gue.” Ujar Rio dengan raut wajah datar. “Jangan jadi
manja seperti itu, gue gak suka.”
Alyssa
mengangguk dan membiarkan Mario tenggelam dalam tidurnya. Biarkan saja. Dia
sedang tidak ingin diajak bicara oleh siapapun saat ini. Lagipula jarak gedung
ke apartemen lelaki itu cukup jauh jadi biarkan saja lelaki itu istirahat
selama perjalanan.
Saat dia
sibuk dengan pemikirannya sendiri, tiba-tiba dia tersentak kaget merasakan
pelukan erat dari seseorang dan dia merasa tempatnya ia berada sekarang
terombang ambing membuat kepalanya pusing juga jeritan dan teriakan yang
memenuhi tempatnya berada saat itu. Dia mencekram baju orang yang memeluknya
erat dan dia mendengar teriakan bersahut sahutan yang menyebutkan namanya juga
suara gebrakan yang memekakan telinga sebelum semuanya menjadi gelap.
**********
Gue hadir lagiii. Sorry gengs baru hadir kembali dalam dunia maya.
Aku kangen banget sama couple Rify jadi gatau kenapa ada ide aja buat menghadirkan cerita baru gue. Hehe. Untuk love in danger gue udah lupa sama jalan ceritanya. Jadi pending dulu ya gengs.
Happy reading aja wis buat kalian yang mau baca.
Insya Allah gue bakalan bikin moment Rify lagi. Lagi nge feel aja di tengah kesakitan gue.
Jangan lupa tinggalin jejak ya gengs :) :*