Lanjut !!!
Langsung aja , happy reading for readers :*
I Hope You like this story.
Ify
sedang menyusuri koridor sekolahnya. Sesekali matanya melirik kesana
kemari untuk mencari seseorang. Pasalnya, dirinya sudah berkeliling di
sekolahnya hanya untuk bertemu dengan orang itu, tapi sedari tadi tidak
ada tanda tanda munculnya orang yang ingin dicarinya. Gadis cantik ini
juga sudah berusaha untuk menanyakannya pada beberapa orang yang ia
temui. Tidak perduli apa tanggapan mereka terhadapnya setelah dirinya
selesai bertanya.
“Mana sih tuh orang. Mana gue telefon gak di angkat lagi.” Dumel Ify. Dia masih berjalan santai. “Alvin.”
Sedangkan sang pemilik nama yang merasa namanya di sebut langsung
mencari asal suara itu. Gadis cantik yang berada di sampingnya juga ikut
menoleh ke asal suara itu – Sivia. Setelah mengetahui siapa yang
memanggilnya. Alvin dan Sivia langsung menghampiri orang itu yang
ternyata adalah sahabatnya sendiri.
“Ngapain loe teriak teriak kaya gitu. Gak punya kerjaan ???”
“Ish, gue mau nanya sama loe berdua.”
“Emang kenapa Fy ???”
“Rio. Dari tadi gue nyariin dia tapi gak ketemu. Loe berdua tahu dia dimana gak ???”
“Tumben loe nyariin Rio. Biasanya juga Rio yang nyariin loe.”
“Itu dulu Alvin. Sekarang beda lagi.”
“Oh,
jadi loe sekarang udah mulai jatuh cinta nih sama sobat gue. Hmm,
ternyata karma masih berlaku yah. Gimana yah rasanya kena karma.”
“Gak usah nyindir deh. Bukannya bantuin gue nyari tahu Rio dimana, malah nyindir gak jelas kaya gitu.”
“Hehehe, Sorry deh Fy. Loe udah cari di lapangan indoor belum ???”
“Udah, gue udah nyari tahu di berbagai tempat. Tapi dia gak ada. Masa iya, gue harus ngumumin lewat speaker sekolah.”
“Ide bagus tuh. Gue yakin banget, loe sama Rio bakalan jadi berita super Hot setelah loe ngelakuin hal itu.”
“Please
deh Via. Seneng banget loe lihat gue sengsara. Udah buruan Alvin, loe
kasih tahu gue, dimana Rio sering kabur kalau jam kosong kaya gini.”
“Kalau
gak ke lapangan indoor ya ke taman. Kadang juga ke kantin. Tapi ke
perpus bisa jadi sih. Soalnya tuh anak suka numpang tidur disana. Loe
udah …”
“Thanks banget Alvin. Gue duluan yah. Bye.” Ucap Ify memotong
pembicaraan Alvin seraya berlari menjauh dari pasangan adam dan hawa
itu. Sedangkan Alvin dan Sivia hanya diam seraya memandang punggung
gadis itu yang semakin menghilang.
“Tuh anak kenapa sih. Aneh banget.”
“Tahu. Hebat juga si Rio bisa buat Ify gila kaya gitu.”
“Udah ah yuk. Aku laper. Katanya mau ke kantin.”
“Yaudah yuk.”
Alvin berjalan untuk menuju kearah kantin. Tangannya masih menggenggam
tangan kekasihnya itu dengan lembut. Selama ini, hubungan kedua insane
ini baik baik saja. Jika ada masalah pun hanya masalah kecil karena
keegoisan dari keduanya yang tidak pernah hilang sampai sekarang. Tapi
sifat dewasa Sivia dapat mengimbangi sifat Alvin yang terlalu cuek itu.
Cinta
itu memang membuat semua kaum adam dan hawa yang merasakan akan menjadi
buta. Buta dalam segala hal. Bahkan jika salah satu dari mereka berbuat
kesalahan fatal pun pasti akan di anggap sebagai ketidaksengajaan. Dan
dengan gampangnya dimaafkan oleh yang lain. Dan jika salah satu dari
mereka sedang ada masalah, maka yang lainnya dengan fasih menjawab ‘When
you need me, I promise I will be there for you and never leave you
alone’. Terdengar berlebihan, tapi itulah kenyataannya yang terjadi pada
pasangan pasangan lainnya.
Ify melangkah memasuki ruang
perpustakaan. Saat mendengar jawaban Alvin tadi, dia yakin jika pemuda
itu berada di sini. Karena di lapangan indoor, di taman, dan di kantin
sudah ia datangi tapi pemuda itu tidak ada di sana. Bahkan dirinya
seperti orang gila yang jika ada orang lewat, pasti dirinya akan
bertanya tentang keberadaan pemuda itu.
Matanya menyusuri sudut
ruangan yang ada di perpustakaan sekolahnya itu. berharap secepatnya
menemukan dimana keberadaan pemuda itu. Dirinya hanya ingin tahu apa
yang terjadi dengan pemuda itu dan musuhnya semenjak SMP – Gabriel –
kemarin sore. Bukan hanya itu. Entah mengapa, sedari pagi hingga
sekarang – menjelang pulang sekolah dirinya tidak bertemu dengan pemuda
itu malah membuatnya rindu.
Ify sekarang sedang berjalan di
bagian belakang perpustakaan, setelah mengambil buku apa saja yang bisa
menjadi pegangannya – modus supaya tidak di tegur oleh sang penjaga
perpustakaan – dirinya melangkah mendekati seorang pemuda yang wajahnya
berada di atas lipatan tangannya yang ia taruh di atas meja.
“Hmm,
gue cariin kemana mana, tahunya loe disini.” Dumel Ify seraya duduk di
sebelah pemuda itu yang ternyata orang yang dicarinya sedari tadi.
Bukunya ia letakkan di atas meja perpustakaan dan matanya menatap pemuda
itu yang ternyata sedang tertidur.
“Gue ngerasa bodoh banget tahu
gak. Gimana bisa gue dulu lebih milih Gabriel daripada loe. Kenapa gue
nyadarnya baru sekarang. Mungkin kalau dari awal gue sadar, kita bakalan
bersama sampai sekarang Yo.” Gumam Ify. Tangannya terangkat untuk
menyentuh rambut pemuda itu – Rio, dan mengusapnya dengan penuh
kelembutan.
Rio yang merasa ada seseorang yang menyentuhnya
segera menggerakkan anggota tubuhnya, setelah bergerak sedikit, matanya
terbuka dengan sempurna setelah sebelumnya mengerjap terlebih dahulu
untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Dilihatnya gadis
yang dicintainya sedang menatapnya dengan senyuman yang masih terpeta
jelas di wajah cantiknya. Rio tidak merubah posisinya. Tetap seperti
awal – kepalanya berada di atas lipatan kedua tangannya dan menatap Ify.
“Ngapain disini ???” Tanya Rio pelan.
“Harusnya gue yang Tanya, loe ngapain tidur disini ???”
“Cape’. Gak ada tempat yang lebih enak lagi buat tidur selain disini.” Jawab Rio dengan matanya yang terpejam.
“Emang tadi malem tidur jam berapa ???”
“Jam 2 pagi.”
“Kok bisa. Ngapain aja ??? Bukannya kata loe kemarin gak ada tugas buat hari ini ??”
“Iya
gak ada tugas kelas, tapi tugas buat Pentas seni ada. Emangnya loe gak
tahu kalau gue ketua panitia pentas seni – pensi - tahun ini ??? Waktu
gue di panggil sama Pak Anton dulu itu buat bahas masalah pensi nanti.”
“Bukannya Ketua Osis’nya Gabriel ??? Kenapa jadi loe yang jadi ketuanya ???”
“Ify.
Tahun sebelum sebelumnya juga gak ada istilah ketua osis jadi ketua
panitia pensi sayang. Ketua osis sama ketua panitia itu tugasnya beda.
Gue juga gak tahu, kenapa jadi gue yang di pilih sama Pak Anton buat
jadi ketuanya. Kalau mau tau Tanya aja sama pak Anton langsung.”
“Terus tugasnya apaan sampe loe tidur jam 2 pagi.”
“Di
suruh buat proposal. Gara gara keasyikan main PS sama kak Chelsea gue
jadi lupa kalau gue punya tugas dari Pak Anton. Ya jadi gue lembur deh
sampe jam segitu.”
“Ck, Gue heran deh sama kak Chelsea. Dia kan cewe,
kok hobby banget gitu main PS. Lagian gue kan udah pernah bilang. Cek
dulu sebelumnya. Jangan karena gak punya tugas kelas, loe gak buka buku
sama sekali.”
“Iya iya. Lain kali gue akan Periksa dulu. Udah ah, loe jangan gangguin gue. Gue ngantuk mau tidur lagi.”
“Ish
Rio. Loe tahu gak sih, gue udah keliling sekolah Cuma buat nyariin loe.
Dan hampir semua anak satu sekolahan gue tanyain tentang keberadaan
loe. Loe fikir ngelakuin hal itu gak cape apa.”
Rio yang
mendengarkan kalimat Ify yang terakhir langsung menegakkan tubuhnya
menjadi duduk. Dia menatap Ify lama. Tidak menyangka jika gadis yang
sekarang berada di hadapannya benar benar sudah bisa mencintai dirinya.
Bahkan Ify rela mempermalukan dirinya sendiri depan semua warga sekolah
hanya karena dirinya. Rio langsung memeluk Ify erat. Seakan akan tidak
pernah mengijinkan gadis di hadapannya pergi dari pelukannya.
Rio menenggelamkan wajahnya pada rambut harum Ify. Untung sekarang
mereka sedang berada di belakang perpustakaan yang jarang di kunjungi
oleh siswa siswi lain karena rak bagian belakang hanya berisi buku buku
pelengkap. Ify membalas pelukan Rio. Entah mengapa hatinya menjadi
hangat dan merasa nyaman saat pemuda itu memeluknya. Belum pernah merasa
sebahagia ini dengan pemuda lainnya. Hanya Rio yang bisa memberikan
kehangatan itu.
“Thanks Fy. Thanks buat semua yang udah loe lakuin buat gue.”
“Gue
minta maaf. Baru menyadari perasaan ini. Gue juga berterima kasih sama
loe karena selama ini loe udah menyayangi gue dan mencintai gue sepenuh
hati. Loe udah mau menunggu gue membuka hati gue buat loe. Thanks Rio.”
“Don’t
remember a mistake, but remember how hard I do to make a smile for
you.” Ify hanya menganggukkan kepalanya dalam pelukan Rio. Dia benar
benar bahagia sekarang. Dan hanya Rio yang bisa membuatnya sebahagia
ini.
“I’m happy, when you are beside me. Don’t go away from me. I’m afraid to loosing you.”
“Promise.”
Rio melepaskan pelukannya dan mengacak acak rambut Ify lembut. Senyum
terpeta di wajah keduanya. Walaupun status mereka masih sebagai ‘teman’
tapi mereka yakin suatu saat nanti status itu akan terganti dengan
status yang mereka inginkan sekarang.
“Kenapa Gabriel bisa melakukan hal itu ???”
“Pengakuan
Gabriel selama ini yang di tempel di madding sekolah ???” Ify langsung
mengangguk. “Gue sama dia udah baikan kemarin sore. Dan dia mengakui
semua kesalahan dia. Bahkan dia juga udah minta maaf sama gue. Dan dia
juga janji gak akan pernah gangguin gue dan loe lagi.”
“Kok bisa ???”
Rio langsung menceritakan semua hal yang terjadi kemarin sore bersama
Gabriel. Ify hanya mengangguk anggukan kepalanya dan kadang memasang
wajah kaget.
“Mmm, loe masih suka sama Sylvia ???” Tanya Ify ragu.
“Pertanyaan macam apa itu.”
“Gue
serius. Loe bilang waktu loe bersama Dea pun loe belum bisa ngelupain
Sylvia. Apa sampai sekarang loe masih belum bisa ngelupain dia ???”
“Kalau
gue belum bisa ngelupain Sylvia, gak mungkin gue ngejar loe dari
beberapa bulan yang lalu Ify. Gue beneran udah gak inget lagi perasaan
gue dulu sama Sylvia. Gue juga gak punya perasaan apa apa lagi sama Dea.
Gue Cuma punya perasaan buat Allyssa Saufika Umari Apa lagi sekarang
dia udah jatuh cinta sama gue. Buat apa gue masih mengingat masa lalu
gue.”
“Beneran ???” Rio mengangguk dengan pasti. “Gue seneng
dengernya. Akhirnya Gabriel mau mengakui kesalahannya. Dan loe juga mau
nungguin gue. Sampai gue bener bener cinta sama loe sekarang.”
“Kalau
gue gak mau nungguin loe, sia sia dong perasaan gue selama ini sama
loe. Lagian seorang Mario Stevano itu gak akan pernah mau mundur gitu
aja sebelum apa yang dia dapatkan terkabulkan.”
“Iya deh percaya.”
“Kelas
yuk. Udah mau bel pulang juga.” Ucap Rio seraya melihat kearah jam
tangannya yang terpasang manis di tangan kirinya. Ify langsung
mengangguk. Mereka langsung beranjak keluar dari perpustakaan. Tentunya
dengan tangan yang bertautan satu sama lain.
***************
Kisah cinta yang dialami oleh pasangan pasangan lain memang tidak selalu
sama. Ada yang kisah cinta mereka berakhir sad ending dan ada juga yang
berakhir bahagia. Memang semua pasangan akan menginginkan kisah cinta
mereka berakhir happy ending. Tapi apakah akan semuanya berakhir seperti
itu ??? Jodoh sudah ada yang mengatur. Jika orang yang selama ini
menemani kita dalam suka dan duka bukanlah jodoh kita, kita harus
menerimanya. Walaupun akan berakhir dengan sakit hati.
Dan jika
orang yang sama sekali tidak kita harapkan malah akan mendampingi hidup
kita selamanya, kita juga harus menerimanya dengan senang hati. Bukankah
semua pasangan akan berakhir bahagia jika keduanya memiliki perasaan
yang sama ??? Belajar mencintai seseorang yang sudah ditakdirkan menjadi
pendamping hidup kita memang wajib dilakukan. Karena itulah Cinta.
Cinta memang rumit, tapi ada kalanya kita akan mengalami kebahagiaan
jika masanya telah datang.
Pagi ini, rintik tintik hujan menjadi
pemandangan pertama gadis cantik yang baru saja terbangun dari mimpi
indahnya. Cuacanya sangat mendung. Dan hal ini membuat gadis cantik ini –
Ify menginginkan kembali ke dunia khayalannya bersama mimpi yang
menemaninya. Tapi matanya terpaku menatap kalender yang berada di atas
meja sebelah tempat tidurnya. Dengan gerakan cepat, Ify langsung mencari
keberadaan handphone’nya.
“Oh God, gak ada satupun sms yang
masuk ke handphone gue. Shit. Bahkan Rio juga gak inget hari ini ???
Fine. Gak ada yang care sama gue.” Dumel Ify seraya menarik kasar
handuknya yang tergantung di rak sebelah kamar mandi dan masuk ke kamar
mandi serta menutup pintunya dengan keras.
Setelah selesai. Ify
langsung memakai baju kebanggaan sekolanya itu. Dengan gerakan cepat
gadis ini langsung merapikannya dan memasang atribut seragamnya yang
wajib untuk dipakai. Setelah menyisir rambut panjangnya yang ia biarkan
tergerai, gadis ini langsung menyambar tasnya dan berlari ke lantai
bawah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Jarak rumahnya dengan
sekolahnya membutuhkan waktu 15 menit. Dan artinya dia terlambat.
“Non
Ify kenapa baru turun non ??? Non udah terlambat loh.” Ucap bibi seraya
menatap majikan mudanya itu yang sedang meminum susu buatanya dengan
tergesa gesa.
“Aduh bibi, Ify kesiangan. Untung gerimisnya udah reda.
Oya bi, Rio belum nyampe ???” Tanya Ify yang menyadari pemuda itu tidak
ada di rumahnya.
“Den Rio belum dateng non. Mendingan non jangan nungguin den Rio deh. Non udah telat loh. Non berangkat naik mobil aja.”
“Kak Cakka mana bi ???”
“Den Cakka udah berangkat tadi pagi. Katanya mau ngurusin pendaftaran buat kuliahnya non.”
“Sepagi
ini ??? Good. Yaudah deh bi, Ify berangkat. Dah bibi.” Ify langsung
melesat menuju ke mobilnya dan segera masuk dan menjalankannya.
Di
jalan pun Ify tak berhenti berhentinya mengumpat semua orang. Termasuk
bibi’nya dan kedua orang tuanya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari
buruk untuknya jika pagi pagi begini saja semua orang sudah melupakannya
dan membuatnya bad mood. Pemuda itu juga. Sudah tidak ke rumah untuk
menjemputnya, tidak mengirim kabar bahkan tidak ingat dengan hari ini.
Dan ini semua membuatnya kesal. Kesal pada semua orang yang melupakan
hari ini.
“Shit. Awas aja loe semua kalau sampai di sekolah gak
ada yang inget sama hari ulang tahun gue. Gue makan loe semua hidup
hidup.” Desis Ify tajam. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa
ketakutan.
Setelah memarkir mobilnya dengan rapi di halaman
parkir sekolahnya, Ify langsung masuk dan menatap semua orang yang ia
temui. Bahkan mereka tidak mengucapkan selamat untuknya ??? Oke Fine.
Benar benar cari mati mereka semua. Tapi Ify sangat berharap jika
sahabat sahabatnya dan pemuda itu masih mengingat hari ulang tahunya.
Tapi sepertinya harapannya tidak terkabul. Karena setelah sampai di
kelas, tidak ada kejutan istimewa untuknya. Tapi Ify beruntung, karena
guru yang mengajar belum memasuki kelasnya, dan dia bebas dari hukuman
atas keterlambatannya.
“Ify, loe tahu gak sih. Gue kemarin habis
di kasih kejutan sama Alvin. Dia romantic banget Fy orangnya.” Ucap
Sivia menggebu gebu membuat Ify tersenyum terpaksa.
“Loe gak tahu ini hari apa ???” Tanya Ify pelan berusaha menyadarkan ketiga sahabatnya yang sekarang sedang menatapnya.
“Hari
… hari Sabtu kan yah.” Jawab Sivia polos, bukannya membuat Ify
tersenyum manis, malah membuat gadis itu ingin menjitak kepala
sahabatnya keras keras.
“Loe berdua juga gak inget ???”
“Bener kan
kata Sivia. Ini hari Sabtu. Mmm, Oiya Fy gue baru inget.” Seru Agni
tiba tiba dan membuat Ify berbinar binar menunggu kelanjutan ucapannya.
“Nanti malem kak Cakka ngajakkin gue dinner di cafĂ©.” Lanjut Agni masih
dengan senyuman manisnya.
“Emangnya hari yang loe maksud itu apa Fy ???” Tanya Shilla karena melihat sahabatnya murung mendengar jawaban Agni dan Sivia.
“Gak. Gak papa kok. Gak penting juga.”
“Oh gitu. Yaudah.”
Mereka semua kembali menyibukkan diri dengan aktivitas’nya masing
masing. Sivia yang senyum senyum mengingat hari kemarin bersama dengan
kekasihnya yang ternyata sangat romantis. Agni yang juga sedang senyum
senyum membayangkan peristiwa menyenangkan yang akan terjadi padanya
nanti malam seraya mencoret coret buku tulisnya dan Shilla yang sedang
melamun dengan kedua tangan yang menopang dagunya, matanya menatap lurus
kedepan. Dia sedang memikirkan cara bagaimana supaya bisa dekat dengan
pangeran hatinya.
Sedangkan Ify ??? Jangan ditanya, gadis cantik
ini sedang menatap ketiga sahabatnya dengan raut wajah kesal. Mereka
benar benar melupakan tentang hari ini. Benar benar di luar fikirannya.
Ia kira, pagi ini ia akan mendapatkan kejutan dari semua teman temannya,
tapi nyatanya itu hanya khayalannya saja. Bahkan pemuda itu pun tidak
kelihatan batang hidungnya sampai bel tanda masuk berbunyi nyaring. Ify
hanya menghela nafas pasrah dan berusaha untuk focus mengikuti
pelajaran.
SKIP !!!
Bel tanda istirahat kedua sudah
berbunyi sedari tadi. Tapi Ify masih setia di tempat duduknya di
kelasnya. Dia benar benar sedang kesal hari ini. Selain karena semua
orang tidak ada yang mengingat hari special ini, pemuda itu juga tidak
kelihatan dari pagi. Sudah ia tanyakan pada semua orang seperti yang
pernah ia lakukan beberapa hari yang lalu, tapi lagi lagi tidak ada yang
melihat pemuda itu.
Sebagian mereka mengatakan jika pemuda itu
tidak masuk kelas hari ini karena mereka juga tidak melihat Rio sedari
pagi. Tapi di kelasnya, tas sekolahnya dengan rapi terletak di atas meja
pemuda itu. Itu tandanya pemuda itu berangkat ke sekolah kan ??? Tapi
tidak ada yang tahu dimana pemuda itu.
“Woy, ngelamun aja loe.”
Ify tersentak kaget karena jitakan pelan di kepalanya menganggu acara
melamunya, Ify menatap orang itu dengan garang.
“Ampun ampun. Hehehe. Ya lagian loe ngelamun di kelas. Hati hati loe.”
“Alvin Jonathan Sindunata. Bisa gak sih loe gak ngagetin gue.” Ucap Ify penuh penekanan dan matanya menatap Alvin dengan murka.
“Peace.
Bercanda doang. Kenapa sih loe hari ini. Dari pagi marah marah mulu.
Kalo PMS jangan marah marah ke gue juga dong Fy, kan gue gak salah apa
apa.”
“Dia tuh lagi bingung nyariin Rio. Lagian sahabat kamu yang
satu itu kemana sih. Berangkat sekolah tapi dari tadi pagi gak kelihatan
batang hidungnya.” Ucap Sivia.
“Oh, lagi nyariin Rio toh. Kangen loe
??? Tadi pagi dia dateng, terus dari jam istirahat pertama tadi sampai
sekarang gak kembali ke kelas. Tahu deh kemana.”
“Loe udah coba hubungin handphone’nya belum Fy ???”
“Udah. Tapi handphone’nya gak aktif Vi.” Jawab Ify pelan.
“Loe
udah coba ke lapangan indoor ?? Ke taman, kantin, ruang olahraga, ruang
osis, perpustakaan, ruang guru, ruang serbaguna, ruang …”
“Udah Alvin, udah. Tapi dia gak ada. Gue juga udah Tanya sama semua orang tapi gak ada yang tahu.”
“Beberapa
hari yang lalu loe juga ngalamin hal ini kan. Nanyain semua orang tahu
tahu si Rio ada di perpus lagi tidur. Nah, kenapa gak loe coba lagi ???”
“Gue
kan tadi udah bilang udah. Gue udah nyari kemana mana tapi gak ada. Loe
berdua bukanya bantuin gue malah bikin gue makin sebel.” Ucap Ify dan
melangkah keluar kelas untuk menuju ke taman. Tidak perduli beberapa
teman temannya menatapnya dengan pandangan heran.
“Loe kemana sih
Rio. Aktifin handphone loe bego. Gue butuh loe sekarang.” Teriak Ify
setelah berada di taman belakang sekolahnya.
“kenapa semuanya gak
inget sama hari ulang tahun gue ??? Sweet seventeen gue tapi malah gak
ada yang inget ??? Good job. Loe semua rese tahu gak. Bahkan orang tua
gue aja gak ngehubungin gue atau sekedar sms. Apa sebegitu gak
berartinya gue buat loe semua ??? Arrrggghhhh.”
***************
Hari ini Ify tidak pulang ke rumahnya, pulang sekolah tadi, Shilla –
sahabatnya meminta dirinya untuk ke rumahnya karena rumah Shilla sedang
sepi. Dan katanya, gadis itu takut jika di pulang ke rumahnya sendirian.
Jadilah sekarang Ify terkurung di dalam kamar Shilla sementara si
empunya sedang mandi.
Tapi Ify tidak masalah, karena mood’nya
juga sedang tidak enak hari ini, jadi dia fine fine aja di ajak Shilla
ke rumahnya. Toh jika dia pulang ke rumahnya juga belum tentu kakak
sepupunya itu ingat dengan hari ulang tahunya. Masalahnya sampai
sekarang belum ada satupun sms yang masuk ke handphone’nya. Entah itu
dari teman temannya, sahabatnya, kakak sepupunya, orang tuanya, dan juga
dari pemuda yang memiliki hatinya itu. Tidak ada sama sekali, dan itu
membuatnya semakin kesal.
“Heran gue, apa enaknya mandi malam
malam gini yah. Tuh orang gila kali. Padahal kan tadi habis hujan. Pasti
airnya dingin banget tuh. Dasar Shilla gila.” Gumam Ify seraya
merebahkan tubuhnya di kasur king size milik Shilla.
“Gue denger bego.”
“Hehehe.”
Ify menatap Shilla yang sekarang sedang mengobrak abrik isi lemarinya.
“Ya lagian loe mandi malam malam gini. Kaya lagi mandi kembang tujuh
rupa aja loe.”
“Enak aja. Udah sekarang giliran loe sono yang mandi.”
“What. Mandi jam segini ??? OGAH.”
“Oh,
loe gak mau ??? Yaudah. Terserah loe sih. Tapi loe pake baju ini.” Ucap
Shilla seraya melempar kotak yang lumayan besar kearah Ify dan tepat
mengenai kepalanya.
“Shillaaaaa, loe rese banget tahu gak sih. Pantas
aja cowo pujaan loe itu gak mau ngelirik loe. Cewe ganas yang gak punya
sopan santun.”
“Whatever. Sekarang loe pake itu. Buruan.”
“Ogah.
Nih buat loe aja.” Ucap Ify kesal seraya melempar kotak itu kembali
kearah Shilla membuat gadis itu meringis kesakitan karena tepat mengenai
kepalanya juga. Sedang Ify hanya tertawa karena bisa membalasnya.
“Ify. Cepetan loe pake gaun ini. Kalau loe gak mau. Jangan harap loe bisa ketemu sama Rio lagi.”
“Rio ??? Kok loe bawa bawa nama dia ???”
“Iya karena gaun ini dari dia. Tadi di paketin ke sini. Dan loe wajib make malam ini. Dia mau ngajakkin loe nge-date.”
“Nge-date ??? Loe serius ??? Gimana bisa dia ngajakkin gue kencan setelah seharian ini dia gak muncul di hadapan gue ???”
“Bisa
aja. Dan loe wajib nurutin perintah gue kali ini. Buruan masuk kamar
mandi dan ganti seragam sekolah loe itu dengan gaun ini kalau loe masih
pengin ketemu sama Rio. Buruan Ify.” Ucap Shilla seraya mendorong dorong
tubuh Ify memasuki kemar mandi.
Dengan langkah pelan dan bibir
manyun akhirnya Ify masuk kamar mandi. Dia kesal dengan sahabatnya yang
satu itu yang tidak ada lembut lembutnya. Tapi dia juga bahagia karena
sebentar lagi dia akan kencan dengan pangeran hatinya itu. Biarlah semua
orang lupa dengan hari ulang tahunnya. Yang penting dia akan berkencan
dengan Rio malam minggu ini. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan
kecuali bisa melihat pemuda itu. Pemuda yang berhasil memiliki hatinya
secara utuh. Mario Stevano Aditya Haling - pangeran hatinya.
LIKE and COMMENT'nya tetep dong guys,
jangan jadi pembaca gelap - mencurigakan kalau jadi pembaca gelap :D
gue juga butuh saran dan kritik dari kalian semua yang membaca cerbung ini.
Thanks for readers. tinggalin jejak kalian dulu, baru gue mau lanjut :p