Sweet Moment ala RIFY
Sinar
matahari masuk ke dalam sebuah kamar yang luas di rumah minimalis yang berada
di bilangan Jakarta Selatan. Sang pemilik kamar masih sibuk berada di balik
selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan sang wanita yang sedari
tadi berusaha untuk membangunkan seseorang di balik selimut tebal itu tetapi
tidak di responya hanya bisa mengusap wajahnya frustasi.
“Sayang bangun, ini udah siang. Kamu kan ada rapat pagi.”
Tangannya
dengan sigap menarik selimut itu dan akhirnya terlepas juga. Wanita cantik itu
– Ify hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat sikap keras kepala yang
telah ditunjukkan oleh suaminya itu.
“Rio bangun, atau aku bener – bener mandiin kamu di tempat tidur.”
Rio
terpaksa membuka matanya dan menatap kesal Ify yang sekarang sedang tersenyum
tanpa dosa kearahnya. Dia mendudukan dirinya seraya mengusap wajahnya kasar.
“Kamu kenapa sih Fy, aku masih ngantuk sayang.”
“Tapi ini udah jam setengah tujuh pagi Rio. Kamu bilang ada rapat jam 9
nanti, yaudah sekarang siap – siap.”
Rio
mendekatkan wajahnya kearah Ify, dan berhenti beberapa cm saat wajahnya sudah
mensejajarkan wajah mereka. Ify hanya memasang wajah biasa saja karena mereka
memang sering melakukannya.
“Aku gak butuh di mandiin kamu di tempat tidur, aku maunya di mandiin kamu
di kamar mandi. Gimana ??”
“Tsk, pervert.”
Rio
hanya tersenyum kemudian menempelkan bibir mereka yang kemudian juga di balas
dengan senang hati oleh Ify. Rio menarik tubuh wanitanya kemudian membaringkan
dirinya di tempat tidur dengan Rio yang berada di atasnya tanpa melepaskan
tautan bibir mereka.
Ify
hanya bisa menyeimbangkan ciuman mereka dengan kedua tangannya yang melingkar
di leher suaminya itu. Mereka terus melakukan aktivitas mereka tanpa melihat
bahwa ada sepasang mata mungil yang melihat kearahnya.
“Papa, Mama. Apa yang kalian lakukan ??”
Suara
itu membuat mereka berdua saling menjauhkan dirinya. Mereka sama sama salah tingkah
dengan mengusap tengkuknya dan tersenyum kaku. Mereka bisa melihat anak mereka
yang masih berdiri di depan pintu dengan tangan kanan mungilnya masih berada di
engsel pintu.
Ify
dengan sigap menghampiri anaknya kemudian mengangkatnya ke dalam gendongannya,
anaknya yang sebentar lagi berumur tiga tahun itu. Ify hanya tersenyum melihat
putrinya yang mengalungkan kedua tangannya di lehernya kemudian menyandarkan
kepalanya di bahu Ibunya.
“Hey, putri mama yang cantik kok tidur lagi ?? Udah siang sayang. Ayo
bangun.” Ucap Ify seraya mengusap usap punggung putrinya.
“Safa masih ngantuk ma. Lima menit lagi.”
Mendengar
jawaban putrinya itu, Rio bangkit dari tempat tidur dan mendekat kearah kedua
bidadarinya itu. Setelah sampai di depan Ify, laki – laki itu kembali
menempelkan bibirnya tanpa sepengetahuan putrinya yang sepertinya memang sangat
mengantuk karena tidak menyadari perbuatan kedua orang tuanya.
Tangan
kanan Ify dengan reflek mencubit lengan suaminya itu seraya mendelik
memperingatkan. Rio hanya menanggapi santai kemudian mengambil alih anaknya dan
sekarang berpindah dalam gendongannya.
“Safa belum mandi sayang ??” Tanya Rio penuh sayang.
“Belum Pa, Safa mau tidur lagi aja.”
“Gak boleh. Safa mandi sama Mama aja ya, ayo bangun. Setelah itu kita makan
bersama. Mama udah bikinin ayam goreng kesukaan Safa.” Ucap Ify.
Safa
menggeleng gelengkan kepalanya yang sekarang bersandar pada bahu ayahnya. Rio
hanya mengangkat bahunya saat Ify menatapnya.
“Kamu udah selesai masaknya sayang ??”
Ify
mengalihkan pandangannya ke arah Rio kemudian mengangguk.
“Safa mandi sama aku aja hari ini. Kamu siapin baju buat Safa aja ya.”
Ify mengangguk. “Aku udah siapin pakaian kamu juga.”
“Makasih sayang.” Rio dengan sigap mencium pipi Ify yang hanya dibalas
senyuman oleh istrinya itu. kemudian Ify melangkah keluar setelah sebelumnya
mengusap rambut anaknya penuh sayang.
“Ayo, sekarang mandi sama papa.”
***********
Setelah
selesai berpakaian, Rio kembali menghampiri Ify yang masih sibuk memakaikan
baju untuk putrinya itu dengan segala tetek bengeknya seperti bedak bayi dan
juga minyak penghangat untuk anaknya. Dia tersenyum melihat kedua bidadarinya
itu.
Rio
sangat bersyukur karena masih bersama sama dengan Ify setelah mereka melewati
rintangan rintangan yang ada. Mulai dari saat mereka SMA yang tidak mau
mengakui perasaannya masing masing dan mulai muncul kehadiran Debo dan saat
mereka kuliah kembali muncul orang ketiga yang mendekati Rio sampai menjebak
laki – laki itu sampai mereka bisa bertengkar hebat.
Kemudian
kehadiran sekretarisnya yang dulu yang ternyata memang dikirim Debo untuk
kembali memisahkan hubungannya dengan Ify. Tetapi akhirnya mereka bisa melewati
jalan yang berliku itu dengan baik sampai 3 tahun yang lalu mereka melepas masa
lajang mereka dan memulai kehidupan yang baru bersama – sama.
“Papa.”
Rio
mengerjapkan matanya kemudian menundukkan wajahnya dan langsung menemukan wajah
putrinya yang sekarang sedang menatapnya dengan wajah polos menggemaskan
miliknya. Rio mengerti melihat kedua tangan mungil itu terulur kearahnya.
Dengan sigap Rio menggendongannya dan memutar mutar anaknya itu hingga Safa
berteriak kesenangan.
Rio
kemudian berhenti dan sekarang berganti dengan menggelitik perut anaknya itu
hingga Safa kembali berteriak kegirangan. Rio ikut tertawa dan menghentikan
aksinya saat bertatapan dengan Ify.
Ify
merasakan dunianya semakin lengkap sekarang. dunianya menjadi lebih berwarna
karena kehadiran dua malaikatnya yang sedang tertawa disana.
Dia
teringat jelas saat Safa lahir ke dunia ini dengan sehat. Dia dan Rio bingung
untuk memberikan nama karena mereka benar – benar tidak menebak jika anak
mereka akan terlahir sebagai perempuan. Awalnya Rio sangat tidak setuju saat
dia memberikan nama Safa pada anaknya.
Safa
adalah musuh terbesar Ify saat masih duduk di bangku SMA. Tapi menurut Ify,
nama itu sangat cocok untuk anaknya. Akhirnya Rio mengalah dan mau menerima
nama pemberian Ify itu. Safa Zahra Salsabila. Itu nama anak mereka berdua.
“Ayo kita makan.”
Rio
tersenyum kepada Ify kemudian mendahuluinya berjalan di depan dengan Ify di
belakangnya. Rio berhenti saat melihat meja makan yang sudah penuh dengan
berbagai macam makanan. Membuat perutnya semakin keroncongan ingin mencicipi
masakan istrinya yang menurutnya jauh lebih enak dari pada makanan yang berada
di restoran paling mahal sekalipun di dunia ini.
Rio
mendudukan dirinya di salah satu kursi dengan Safa yang berada di pangkuannya.
Ify ikut duduk di sebelah laki – laki itu.
“Mama telepon kamu Fy ?? Kemarin mama telepon aku soalnya.” Ucap Rio seraya
menyantap makanan yang telah disiapkan olehh istrinya itu.
Ify mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari putrinya itu, tangannya
masih sibuk menyuapi makanan itu untuk anaknya. “Terus gimana ?? Kamu mau ??”
“Gak tahu juga, aku ragu sebenernya. Tapi Ray tetep kekeh sama
keputusannya.” Ujar Rio.
“Udah gak usah terlalu di pikirin. Nanti kamu malah sakit. Nanti kita
bicarain lagi sama Ray.”
“Mama sama Papa udah ngelarang hubungan Ray sama si Laura. Mereka tuh
setuju kalau Ray sama Acha. Tapi Ray’nya tetep gak mau. Menurut aku juga yang
pantes buat Ray itu si Acha.”
Ify
meletakkan mangkuk karena isinya sudah kosong. Tangannya mengambil tissue di
dekatnya kemudian membersikan mulut putrinya dengan telaten. Setelah bersih
tangannya ia tangkupkan ke wajah suaminya itu. Tangannya mengelus pipi suaminya
itu dengan sayang.
“Kan aku udah bilang tadi, gak usah terlalu dipikirin. Ray udah gede
sayang, dia tahu mana yang terbaik buat dia. Jadi kamu tenang aja.”
Rio
hanya tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya pada putrinya yang sedari
tadi menarik narik kerah kemejanya.
“Kenapa sayang ??” Tanya Rio seraya mendirikan Safa di atas pahanya.
“Safa mau mainan baru Pa.” Rengeknya dengan suara khas anak kecil.
“Mainan apa sayang ?? Nanti sepulang kantor Papa beliin. Mau ??”
“Enggak mau, Safa penginnya pilih sendiri.”
“Boleh, tapi belinya besok ya, hari ini Papa sibuk soalnya.”
Safa
mengerucutkan bibirnya. Wajahnya sangat menunjukkan jika anak kecil itu sedang
kesal. Dia mengulurkan tangannya kepada Ify dan dengan sigap langsung Ify ambil
ke dalam gendongannya.
“Papa jahat. Papa gak sayang sama Safa.”
Rio
menatap Ify kemudian tersenyum melihat anaknya itu malah menyembunyikan
wajahnya di dada istrinya. Memang seperti itu jika anak itu sedang kesal. Tapi
jika Safa sudah kesal, dirinya maupun Ify sendiri akan sangat susah membujuknya
untuk kembali bersahabat.
“Safa beli sama mama aja ya sayang. Nanti Safa boleh beli mainan yang Safa
mau. Gimana ??” Tawar Rio berusaha untuk membuat anaknya tidak marah.
Safa
masih menggeleng gelengkan kepalanya dengan keras. Rio mulai kewalahan saat
anak itu menangis, bahkan tangisannya semakin keras. Rio melihat jam tangannya
kemudian menghela nafasnya kasar. Tangannya terulur memberi kode kepada Ify
agar menyerahkan anaknya itu kepadanya.
“Sama papa sayang. Mama mau nyiapin tas kerja Papa dulu.” Ucap Ify.
“Enggak mau. Safa mau sama mama.”
Anak
kecil itu terus memberontak saat sudah berada dalam gendongan ayahnya. Rio
memeluknya tetapi tetap saja anak itu tidak mau diam. Dia terus memberontak dan
tangisannya bertambah keras setelah itu. Rio berjalan kearah belakang rumahnya
sambil menenangkan anaknya.
“Cup cup. Udah sayang, masa anak papa yang paling cantik nangis. Nanti
cantiknya ilang loh.”
“Safa mau sama mama.” Rengeknya lagi masih dengan suara serak dan
sesenggukan. Rio masih mengusap usap punggung anaknya itu dengan sayang
berusaha agar tangisannya berhenti.
“Sssttt. Kalau Safa diem, Papa janji, nanti sore kita beli mainan yang
banyak di tokonya tante Silvi. Mau ??”
Safa
menggeleng gelengkan kepalanya – lagi. Tangisannya sudah berhenti sekarang,
tapi masih sesenggukan membuat Rio khawatir. Karena jika Safa sudah menangis
seperti ini, nanti jatuhnya malah sakit. Wajah anaknya kini sudah bersandar
pada bahunya.
“Safa mau apa sayang ??”
“Safa mau sama mama.”
Rio
menghela nafasnya. Pasti, jika anaknya sudah marah seperti ini, dia akan lebih
memilih menjauhi orang yang membuatnya marah. Rio kembali masuk ke dalam rumah
dan mencari keberadaan istrinya itu. Dilihatnya Ify sedang membersihkan ruang
tamu rumahnya.
“Fy, aku harus berangkat. Udah mau jam setengah 9 soalnya sayang.”
Ify
tersenyum kemudian mendekat dan mengambil Safa yang sedari tadi sudah
mengulurkan tangan padanya meminta digendong. Anak itu langsung memeluk ibunya
erat saat sudah berada dalam gendongan Ify.
“Masih belum mau baikan ??” Tanya Ify.
Rio menggeleng. “Nanti aku usahain biar pulang cepet. Sekarang aku ada
rapat yang gak bisa ditunda soalnya.”
“Nanti aku yang bujuk Safa supaya gak marah lagi sama kamu.”
Rio
mengangguk kemudian mencium kening istrinya dengan penuh sayang kemudian
mengecup bibir wanita itu singkat. Dan beralih ke anaknya yang wajahnya
menghadap menyamping. Mencium kening anaknya dan mengusap rambut Safa penuh
sayang.
“Papa berangkat dulu ya sayang. Maafin Papa ya.”
“Aku berangkat dulu Fy.”
“Hati hati dijalan.”
*************
Rio
buru buru mengambil jasnya yang sebelumnya ia sampirkan asal diatas kursinya.
Kemudian mengambil kunci mobil dan keluar dari pintu ruangannya. Sebenarnya dia
ada meeting lagi sore ini, tapi mendapat pesan dari istrinya mengenai anaknya
yang sekarang badannya panas membuatnya ingin sampai di rumah.
Rio
mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang tidak seperti biasanya. Untung ada
sekretarisnya yang bisa diandalkan untuk menggantikannya di meeting nanti. Jadi
dia bisa bebas pulang ke rumah tanpa membawa beban apapun. Setelah sampai di
garasi rumahnya, Rio langsung berlari masuk ke kamar anaknya itu.
“Fy.”
Ify
yang sedari tadi sedang berusaha untuk memaksa Safa makan terhenti karena
panggilan dari seseorang yang sangat tidak asing baginya.
“Gimana keadaan Safa, sayang ??”
“Enggak kenapa kenapa kok, Cuma badannya panas aja karena tadi kebanyakan
nangis. Kamu udah selesai kerjanya ??”
Rio
mendekat kearah Ify kemudian memeluk istrinya itu dengan erat. Menyandarkan kepalanya
pada bahu sang istri. Ify hanya mengusap punggung lebar Rio tanpa berkomentar
apapun. Ify tahu, jika sudah seperti ini, berarti Rio memang lagi capek.
“Ini pasti gara – gara aku.” Ucap Rio dengan nada lemahnya tanda menyesal.
“Enggak kok. Safa sakit karena memang udah ditakdirin sakit sayang. Jadi
kamu gak usah merasa bersalah seperti itu.”
Rio
melepaskan pelukannya kemudian mencium kening Ify dan mencium bibir wanita itu
dengan lembut. Tentunya membelakangi Safa, karena Rio yakin, anak kecil itu
sedang melihat kearahnya. Walaupun tidak mengucapkan kalimat apapun, tapi Rio
sangat yakin akan hal itu.
“Sayang. Hey. Beneran gak mau lihat Papa ??”
Rio
duduk di pinggir kasur dengan sprei warna pink khas kasur anak perempuan.
Dilihatnya sang anak yang sedang tidur sambil membelakanginnya.
“Yaudah kalau Safa gak mau ketemu Papa. Papa mau kembali ke kantor lagi
aja. Daripada disini, Cuma dicuekkin sama anak perempuan Papa yang cantik sih.”
Safa
masih mempertahankan posisinya. Sebenarnya dia ingin memeluk ayahnya, Cuma dia
masih marah dengan ayahnya itu. Safa mengerucutkan bibirnya lucu. Anak kecil
itu merenggut kesal karena sudah tidak mendengar suara apa – apa lagi. Dia
berpikir bahwa ayahnya sudah keluar dari kamar.
Dengan
berhati hati, dia membalikkan tubuhnya berusaha untuk melihat keberadaan
ayahnya, apakah sudah keluar atau belum.
“Kena kamu.”
“Papa.”
Safa
berteriak saat dirinya sudah membalikkan tubuhnya dan langsung di gendong oleh
Ayahnya. Safa hanya berteriak kegelian – yang terdengar lucu oleh Ify dan Rio,
saat Rio menggelitiki pinggangnya.
“Makanya jangan marah sama Papa. Sekarang masih marah apa enggak.”
Safa
menggeleng gelengkan kepalanya, masih berteriak kegelian khas anak kecil yang
terdengar sangat lucu. Rio terpaksa menghentikan aksinya saat Ify sudah
mencubit lengannya. Rio duduk di atas kasur dengan Safa duduk di atas pahanya
menghadap kearahnya.
“Gara – gara nangis, badan Safa jadi panas kan. Kalau udah sakit, siapa
yang khawatir. Papa dan Mama, sayang.”
“Papa gak sayang sama Safa.” Rengek Safa seraya kerah kemeja Rio.
“Siapa yang bilang. Emang Papa pernah bilang sama Safa ??”
“Enggak, tapi Papa gak mau nurutin maunya Safa.”
“Kalau Safa udah sembuh, kita langsung berangkat beli mainan yang banyak
buat Safa. Okey ??”
Safa
langsung memeluk Ayahnya erat. Tangan mungilnya melingkar di leher ayahnya dan
mencium ayahnya bertubi tubi di wajahnya. Rio hanya tertawa melihat tingkah
anaknya itu. Rio menatap Ify yang sedang mengangkat mangkuk berisi makanan
untuk Safa. Melihat kode yang diberikan oleh Ify, akhirnya Rio menurunkan Safa
dan mendudukannya di atas kasur.
“Sekarang Safa makan dulu sama Mama. Ayo buka mulutnya.” Ucap Ify seraya
membalikkan tubuh anaknya itu menghadap kearahnya.
“Enggak mau. Safa gak mau makan.” Rengek Safa seraya menutup mulutnya
menggunakan tangannya dan menggeleng gelengkan kepalanya tanda penolakan.
Rio
hanya tersenyum seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur anaknya itu. Dia
menutup matanya sejenak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang entah kenapa
terasa melelahkan untuk hari ini. Sedangkan Ify yang melihat hal itu hanya
geleng geleng kepala dan melanjutkan untuk membujuk Safa agar mau makan.
“Kalau capek istirahat di kamar aja sayang. Nanti biar aku yang ngurusin
Safa hari ini. Wajah kamu udah kusut banget kaya gitu.” Ucap Ify kepada
suaminya itu.
“Enggak apa – apa kok. Ini tugas kamu malam ini supaya badan aku gak pegel
– pegel lagi.” Ucap Rio seraya mengedipkan matanya genit kearah Ify.
“Maksud Papa apa mah ??” Tanya Safa dengan wajah polosnya.
“Safa belum boleh tahu karena masih kecil. Nanti kalau udah besar, Papa
kasih tahu, okey. Sekarang Safa makan dulu sama mama biar cepet sehat.” Ucap
Rio seraya mendudukan dirinya dan mengangkat Safa meletakkannya di pangkuannya
lagi menghadap ke Ify.
Dilihatnya
Ify yang sedang mencibir pelan kearahnya setelah sebelumnya memberikan
peringatan kepadanya. Rio hanya menyeringai kearah Ify yang membuat ify sangat
gemas dengan tingkah suaminya itu.
“Kalau Safa makan, Papa harus janji mau ngasih Safa mainan yang banyak yah.
Kalo papa nggak mau, Safa gak mau makan.”
“Iya, papa janji.”
Ify
tersenyum kemudian mulai menyuapi Safa. Rio hanya mengelus rambut Safa penuh
sayang seraya melihat Ify yang juga sedang melihat kearahnya.
“I Love You.”
Ucapan
Rio tanpa suara itu membuat Ify tersenyum malu. wajahnya sudah merona merah.
Dia fokus menyuapi Safa tapi matanya melirik Rio yang sekarang sedang tertawa
melihat kegugupannya. Wanita itu hanya menggerutu kesal melihat tingkah
suaminya. Tapi akhirnya ikut tersenyum bahagia. Huh, dia berharap keluarganya
bisa terus seperti ini. Selalu ada cinta di tengah tengah mereka.
*************
Ify
keluar dari kamar mandi dengan piyama birunya. Dia melihat Rio yang sedang
bersandar di kepala ranjang dengan sebuah laptop di atas pangkuannya. Wanita
itu menggeleng gelengkan kepalanya, kemudian memutuskan untuk mendekati
suaminya itu dan berbaring di sebelah Rio.
“Kapan kamu gak selingkuh sama laptop itu sih.” Gerutu Ify yang sekarang
sedang tidur menyamping menghadap kearah suaminya itu.
Rio melirik istrinya sebentar kemudian memfokuskan pandangannya kembali ke
laptop. “Kamu cemburu sama laptop aku ?? yakin ??”
“Rio aku serius.”
Rio
menghela nafasnya pelan, kemudian menutup laptopnya dan menaruhnya di atas meja
rias milik istrinya. Malas jika harus keluar kamar dan menuju ke ruang kerjanya
yang berada di lantai bawah, kemudian berbaring di sebelah istrinya dengan
menghadap kearah istrinya. Jadi sekarang posisi mereka berhadapan.
“Safa udah tidur ??”
“Udah. Tadi dia sempet minta kamu aja yang niduran dia. Tapi aku bujuk
akhirnya dia mau juga tidur sama aku.” Jawab Ify.
Rio
tersenyum kemudian memeluk istrinya itu dengan sangat erat. Ify membalas
pelukan suaminya itu dengan tidak kalah eratnya. Rio menumpukkan dagunya di
atas puncak kepala Ify. Ify memejamkan matanya seraya menyembunyikan wajahnya
pada dada suaminya.
Hangat,
hal seperti ini yang sangat ia rindukan jika Rio tidak bisa pulang ke rumah
karena ada urusan kantor yang membuat suaminya bertahan disana. Saat seperti
ini yang paling ia rindukan. Harum tubuh Rio membuatnya kecanduan. Dan Ify
sangat menyukai posisi seperti ini.
“Fy, gak kerasa yah, sekarang Safa udah mau tiga tahun.” Ucap Rio.
“Iya. Rasanya baru kemarin aku melahirkan Safa, tapi sekarang dia udah
gede.”
“Mmm Fy. Gimana kalau kita buat ade buat Safa.”
“Enggak.”
Ify
langsung mendorong Rio kemudian menjauhkan tubuhnya dari pemuda itu. Dia
menatap suaminya tajam yang hanya dibalas oleh senyuman polos Rio. Dia menyesal
karena telah menanggapi ucapan suaminya yang dia sudah tahu pasti akan berujung
kemana.
“Ayolah, udah lama kamu gak melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri
sayang. Lagian Safa kan udah gede.”
“Dia itu masih kecil Rio. Dia masih butuh kasih sayang kita sepenuhnya.”
“Emangnya kalau kita ngasih ade buat dia, dia gak dapet kasih sayang ??”
Ify
terdiam. Tapi sebenarnya bukan hanya alasan itu dia menolak permintaan suaminya
itu. Itu karena dia belum siap untuk melakukannya lagi dengan Rio. Asal kalian
tahu saja, terakhir dia melakukan itu adalah 1 tahun yang lalu. Dan sekarang
Rio menuntutnya, bagaimana dia tidak takut ??
“Sebenernya kamu tahu kalau aku gak butuh penolakan sayang.”
Ify menatap Rio yang sekarang sedang menyeringai kearahnya.
“Dan sekarang, mau gak mau kamu harus mau.”
Dengan
cepat Rio menarik ify mendekat yang membuat wanita itu memekik kaget. Rio tidak
perduli. Dia mengunci tubuh Ify karena sekarang tubuh Rio sedang berada diatas
tubuh perempuan itu.
“Let’s make a baby, honey.”
“Rio.”
Cinta
itu sederhana. Yang terpenting adalah, dua insan yang berbeda selalu bersama
dalam satu lingkaran yang sama. Mengunci hatinya, dan menetapkannya dalam hati
jika hanya ada dia dan aku. Hanya itu. One heart for one Love.
*************