Apa kabar teman ??
Gue nyediain cerita lagi yang aneh bin ajaib.
entah kenapa mood nulis gue lagi meningkat drastis :D
Semoga sukaaaa :*
HAPPY READING !!!
CHAPTER 1
Pemuda tampan dengan style modern
sedang bersender di depan kap mobilnya. Dengan memasukkan kedua tangannya pada
kedua saku celananya. Dengan rambut lebatnya tapi acak acakkan dan wajah
manisnya membuat sebagian kaum hawa menatapnya dengan pandangan kagum. Tentunya
dengan memakai seragam sekolah dengan
celana kotak kotak warna biru dan baju’nya hanya garis di sebagian sisinya
berwarna biru juga dan yang lainnya berwarna putih.
Mario Stevano Aditya. Rio. Begitulah
orang orang memanggilnya kepada pemuda tampan yang mempunyai senyum yang sangat
manis ini. Dia hanya tersenyum miring melihat kearah depan yang terdapat
beberapa orang yang sedang adu kekuatan. Tawuran. Yah memang sering terjadi
tawuran di setiap minggunya di depan SMA Cilencia. Dan setiap saat pula pemuda
ini hanya memandang remeh kejadian yang sering terjadi di depan sekolahnya itu.
Bukan hanya kaum adam yang ikut
dalam adu kekuatan itu. tapi terdapat juga beberapa kaum hawa yang termasuk
‘jago berantem’ dan mempunyai keahlian dalam bidang ini. Dilihatnya di seberang
sana, di jalan raya yang cukup sepi itu terdapat banyak orang dengan peralatan
lengkap yang sedang menyerang satu sama lain. Lagi lagi pemuda ini hanya
tersenyum miring. Bukan tawurannya yang menjadi perhatian darinya selama ini.
Tapi seorang gadis yang juga ikut masuk ke dalam tawuran tersebut.
Beberapa saat kemudian, terdenganr bunyi sirine yang semakin mendekat.
Yaps, mereka semua tahu. Pasti itu polisi yang datang. Dengan cepat mereka
semua membubarkan diri dan menyelamatkan diri sendiri. Sedangkan seorang gadis
tampak diam tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya melihat ke kanan dan ke
kiri dengan wajah bingung. Sementara pemuda tampan yang sedari diam itu
akhirnya berlari mendekati ke area kejadian dan langsung menarik gadis itu
untuk masuk ke mobilnya. Rio langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan
tinggi menghindari kejaran polisi.
Setelah cukup aman. Rio menghentikan
mobilnya di pinggir jalan yang lumayan sepi. Dia mengatur nafasnya karena ikut gugup
melihat polisi datang ke tempat kejadian tawuran berlangsung. Padahal Rio tidak
terlibat. Begitupun dengan gadis di sebelahnya. Dia juga mengatur nafasnya yang
tidak beraturan karena kaget dengan datangnya polisi yang tiba – tiba dan
mengacaukan tawuran itu bersama teman temannya tadi.
“Loe
gak ada jera jera’nya yah.” Omel Rio.
“Bodo
amat.” Ucap gadis di sampingnya dengan nada tak suka.
“Loe
tahu, perbuatan loe ini bisa membahayakan semua orang. Termasuk diri loe
sendiri. Loe lihat tuh muka loe. cewek kok babak belur setiap hari. Loe gak
malu ???”
“Buat
apa gue malu. Gue bisa berantem. Gak kaya loe. Cowo kok gak bisa berantem.”
“Udah
berapa kali gue bilang, gue bisa berantem.” Bentak Rio.
“Kalau
loe bisa berantem, kenapa loe gak pernah mau ikut tawuran.”
“Tawuran
??? Loe fikir dengan ikut tawuran bakal di anggep hebat gitu ??? Latihan karate
setiap hari gak ada gunanya kalau ujung ujungnya buat tawuran.”
“Gue
tawuran ada alesannya Rio. Mereka menghina temen temen gue. Dan gue gak terima
di perlakukan kaya gitu sama mereka.”
“Temen
temen loe kan yang di hina ??? Dan ajaibnya temen temen yang loe maksud itu
cowo semua. Loe fikir mereka gak bisa berantem sendiri ??? Dan loe fikir ilmu
karate loe udah paling tinggi, gitu.”
“Ada
cewenya Rio.” Bantah gadis itu dengan cepat.
“Iya.
Dan temen cewe loe yang ikut tawuran itu juga sama sama gila kaya loe.”
“Loe
nyebelin banget sih.” Teriak gadis ini seraya melotot tajam kea rah pemuda di
sampingnya.
“Gue nggak akan nyebelin kalau loe nurutin omongan gue.”
“Ish.
Ngeselin loe.” Ucap gadis itu seraya membuang muka dan melihat kearah jendela
mobil Rio.
“Loe
mau ke rumah sakit gak ???”
“Gak.”
“Beneran
??? Loe mau pulang dengan keadaan kaya gitu. loe mau orang rumah tahu kalau loe
abis ikut tawuran ???”
“Yang
loe maksud orang rumah siapa ??? Pembantu gue ??” Ujar gadis itu dengan sinis
membuat Rio terdiam. Dia lupa akan hal itu.
“Loe
kenapa sih. Gimanapun juga nyokap bokap loe itu orang tua loe. tapi loe gak
pernah mau nganggep mereka orang tua loe.”
“Gue
bakalan nganggep mereka orang tua gue, kalau mereka juga nganggep gue sebagai
anaknya.”
“Loe
ngertiin mereka kenapa sih Fy. Mereka lakuin semua itu demi kebahagiaan loe.”
“Oya
?? Kebahagiaan. Apa loe pernah lihat gue bahagia selama ini ???” Tanya gadis
yang Rio panggil ‘Fy’ itu yang ternyata bernama Ify.
“Jadi
loe gak pernah bahagia sama gue ???”
Gadis itu hanya diam. Tidak tahu
harus menjawab dengan balasan apa. Pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda di
sampingnya terlalu mematikan dirinya. Iya, dia memang selama ini tidak merasa
bahagia. Hanya pemuda di sampingnya lah yang selalu ada untuknya. Entah alasan
apa yang membuat Rio sebegitu ngototnya tetap berada di sampingnya. Setelah apa
yang ia lakukan selama ini yang menurutnya sendiri tidak normal untuk seorang
gadis sepertinya.
Alyssa Saufika. Putri tunggal Bapak
Umari dan Ibu Gina. Keluarga kaya yang mempunyai banyak perusahaan yang sudah
berdiri kokoh atas jerih payahnya sendiri. Gadis cantik ini biasa di sapa
dengan ‘Ify’. Hanya orang orang tertentu yang memanggilnya dengan nama ‘Ify’.
Termasuk pemuda di sampingnya. Dengan memiliki hidung mancung, kulit putih
bersih, wajah cantik, rambut hitam lebat yang selalu ia kuncir selama berada di
luar rumah, dan tinggi yang cukup untuk gadis sepertinya serta berat badan yang ideal membuat para
kaum adam menatap terpesona.
Tapi karena sifatnya yang suka main
kekerasan. Dan selalu bersikap galak kepada siapa saja yang di temuinnya
membuat kaum adam mundur ketakutan. Ify jika di lihat secara luar pasti sudah
banyak yang terpesona kepadanya. Tapi setelah tahu seperti apa sifat gadis ini
yang sebenarnya, para kaum adam tidak ada yang berani mendekatinya kecuali
pemuda yang berada di sampingnya sekarang.
Ify kembali melihat kearah pemuda di
sampingnya yang juga ikut melihat ke arahnya. Pemuda ini berhasil membuat
hatinya menjadi serba salah. Apa yang ia lakukan selalu merasa salah di hadapan
pemuda itu. Pemuda yang berhasil merebut hatinya selama beberapa bulan
belakangan ini.
“Jadi
bener, loe gak pernah bahagia sama gue selama ini ???” Ulang Rio membuat gadis
yang berada di sebelahnya kembali ke alam nyata.
“Gue
bahagia Rio.” Jawab Ify
pelan.
“Fy,
gue tahu apa yang loe rasain. Gue juga alamin Fy. Bokap nyokap gue juga sering
kaya gitu. Tapi gue selalu positive thinking selama ini, karena gue yakin, apa
yang mereka lakuin itu buat gue.”
“Tapi
bokap nyokap gue gak pernah perduli sedikitpun sama gue Yo. Gue ngerasa
kesepian selama ini.”
“Loe
punya gue Fy. Loe masih nganggep gue cowo loe kan ???” Ify hanya mengangguk.
“Kalau
mau ngelampiasin semuanya bukan dengan cara kaya gini sayang. Bukan dengan
tawuran. Loe ikut karate itu supaya kalau ada bahaya yang mengancam nyawa loe,
loe bisa bertindak. Bukan dengan adu kekuatan kaya gini.”
“Tapi
gue suka ngelakuinnya.”
“Fy,
setiap hari wajah loe tuh babak belur kaya gini. Loe masih bilang suka ??? Loe
cewe, sehebat apapun ilmu karate yang loe punya, tetep aja loe bakal kalah.
Apalagi lawan loe itu cowo. Cowo yang tingkatannya masih di bawah juga bisa
menang lawan loe. loe gak bisa kaya gini terus Fy.”
“Gue
suka Rio. Loe gak berhak ngatur hidup gue.” Bentak Ify.
“Gue
punya hak Fy. Gue pacar loe.”
“Oh,
jadi kalau kita putus loe gak akan pernah bisa seenaknya lagi sama gue. Okeh,
sekarang juga kita ……”
“Apa.
Loe mau minta putus lagi. Loe gampang banget yah ngomong kaya gitu. loe fikir
gue apaan. Boneka loe, yang di saat lagi loe butuhin selalu siap buat loe
peluk. Dan kalau loe gak butuhin loe buang ke bawah kasur. Gitu.” Ucap Rio
emosi.
“Gak
gitu Yo.”
“Gue
manusia Fy. Tugas gue sebagai pacar loe itu buat ngasih yang terbaik buat loe.
buat bimbing loe supaya loe ngelakuin hal yang positif. Bukan buat jadiin loe
salah satu anggota tawuran yang namanya pernah ada di kantor kepolisian.”
“Cukup
Yo. Cukup. Okeh gue tahu apa yang selama ini gue lakuin itu selalu salah di
mata loe. Gak pernah bener kan gue ??? Tapi ini hidup gue Yo. Loe itu Cuma
pacar gue. Loe gak berhak memasuki kehidupan gue lebih jauh lagi. Ini pilihan
gue Yo.”
“Fy.
Loe tahu, gimana perasaan gue waktu loe di tahan sama pihak kepolisian karena
tawuran ??? Dan loe tahu perasaan gue kaya gimana setiap loe lagi tawuran sama
temen temen loe itu ??? Loe gak pernah mikirin perasaan gue Fy. Loe egois tahu
gak. Loe selalu ingin menang sendiri. Loe gak pernah mau dengerin omongan orang lain.”
“Terus
mau loe apa ???”
“Gue
pengin loe berubah. Jadi Ify yang dulu. Ify yang ceria dan penuh semangat. Gue
pengin lihat loe berhenti ikut tawuran. Gue pengin lihat loe peringkat satu di
kelas kaya dulu. Gue pengin loe …”
“CUKUP.
Loe fikir gue bakal lakuin itu ??? Gak. Jadi kalau loe gak suka, silahkan pergi
dari hidup gue.”
“Jadi
itu yang loe mau ???” Tanya Rio penuh emosi karena gadis di sebelahnya selalu
menganggap remeh dirinya.
Sepertinya
pemuda ini sudah kehabisan kesabaran menghadapi gadis keras kepala ini. Emosi
dia sudah mencapai puncak. Tapi Ify tidak ada takut sama sekali. Dia malah
menatap mata tajam Rio dengan tatapan penuh tantangan. Pantang bagi seorang Ify
menyerah dengan tatapan tajam seorang cowo seperti Rio. Dia tidak akan pernah
berubah. Itu janjinya yang telah di tanamkan di lubuk hatinya yang paling
dalam. Dan dia tidak akan pernah melanggarnya hanya karena seorang Rio.
“Iya,
gue lebih suka kalau loe itu pergi dari hidup gue. Gak usah ngurusin gue lagi.
Sekarang gue mau kita PUTUS Mario.”
“Okeh,
kalau itu mau loe. loe fikir loe siapa ??? Loe fikir dengan gue putus sama loe
gue akan jadi cowo paling menyedihkan di dunia ini. Loe salah besar. Silahkan
loe bangkit sendiri sekarang. Seperti yang loe mau tadi. Gue akan pergi dari
kehidupan loe.”
“Bagus.
Itu lebih baik.” Sinis Ify seraya membuka pintu mobil Rio dan menutupnya dengan
keras dan gadis itu langsung berlari menjauh dari mobil Rio.
Sedangkan di dalam mobil, Rio hanya
diam memandang punggung gadis itu yang berlalu pergi meninggalkannya. Meninggalkan
semua kenangan yang sudah mereka lalui bersama selama 6 bulan ini. Rio menghela
nafas’nya secara kasar. Sepertinya dirinya dengan gadis itu benar benar sudah
END. Tapi hatinya masih ragu meninggalkan gadis itu sendirian dalam
kesepiannya. Tapi ia berusaha untuk tidak perduli, toh Ify juga tidak
memperdulikannya kan.
Lagi lagi pemuda tampan ini menghela
nafasnya secara kasar. Kemudian dia melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas
rata rata. Dia tidak perduli dengan pengemudi yang mencaci maki dirinya karena
melajukan mobilnya tidak normal. Toh sekarang hatinya juga lagi tidak baik.
Jadi di marahi oleh pengemudi lain mah tidak ada apa apannya. Rio terus
melajukan mobilnya ugal ugalan membelah jalanan ibu kota yang selalu ramai.
Berharap dengan itu, dia bisa melupakan kekasihnya, ralat ‘mantan kekasihnya’.
*********
Beberapa bulan berlalu setelah
kejadian tidak menyenangkan yang dialami oleh Rio dan Ify. Rio menjalani
kehidupannya seperti biasa, dia sudah tidak memperdulikan apapun yang dialami
oleh mantan kekasihnya itu. Tapi dia juga belum bisa untuk melupakan perempuan
itu. Masih ada nama Ify yang terukir manis di dalam hatinya.
Sedangkan Ify, entah mengapa dia
bertambah frustasi akhir akhir ini. Tidak ada orang yang memperdulikannya lagi.
Satu satunya orang yang ia yakini akan menjadi orang yang selalu ada untuknya
juga sudah pergi meninggalkannya sendirian. Entah apa yang salah dengan dirinya
sehingga Tuhan menghukumnya dengan memberikan kehidupan yang menyedihkan kepada
dirinya.
Ify sudah siap dengan sepatu
kets’nya. Dengan pakaian baju longgar dan hotpants di atas lutut dia siap untuk
berkumpul dengan teman – temannya lagi. Ify mengambil tas slempangnya yang
tergelatak asal di sofa rumahnya. Dia bersiap keluar dari rumahnya.
“Non mau kemana
??”
Ify menghentikan langkahnya. Dia
diam kemudian melirik pria paruh baya di hadapannya dengan tatapan dinginnya.
Pria paruh baya ini sudah bekerja di rumahnya dari dia bayi. Maka dari itu, Ify
sudah menganggapnya sebagai pamannya sendiri.
“Mau pergi sebentar
paman.”
“Non, non Ify kan
baru pulang dari sekolah. Apa gak sebaiknya non istirahat di kamar aja ??”
“Paman gak usah
ikut campur urusan Ify. Ify bukan anak kecil lagi yang mesti di kasih ceramah
dulu sebelum melakukan apapun. Ify udah gede.”
“Paman anter ya
non ??”
“Gak usah paman,
Ify bisa jalan kaki.”
Paman Galih hanya menggeleng
gelengkan kepalannya. Dia menghela nafasnya kasar. Dia merasa bersalah atas
berubahnya nona mudanya itu. Dulu, Ify sangat ramah dan murah senyum kepada
semua pekerja di rumahnya. Tetapi beberapa tahun belakangan dia tidak pernah
menunjukkan keramahannya lagi justru sebaliknya. Dan itu terjadi setelah kedua
orang tuanya sering bertengkar.
Setiap berada di rumah, mereka tidak
pernah absen untuk bertengkar. Memecahkan semua barang barang kaca yang mahal
di rumahnya dan melempar barang – barang itu kemanapun. Setelah selesai, mereka
pasti memutuskan untuk pergi sendiri sendiri dan akan pulang beberapa bulan
sekali. Mereka tidak pernah memikirkan anak tunggalnya.
Dan semenjak itu, Ify berubah. Semua
yang ada pada diri Ify semua tertutup karena rasa bencinya kepada kedua orang
tuanya. Pekerja di rumah itu hanya merasa prihatin dengan nona mudanya itu.
Merasa kasihan dan merasa bersalah. Semoga suatu saat nanti, nona mudanya itu
bisa berubah seperti dulu lagi.
*********
“Nih Fy.”
Ify mengernyit menatap bungkusan
yang ia yakini itu bungkusan rokok dengan heran. Kemudian menatap teman laki –
lakinya masih dengan kening berkerut.
“Ambil aja.
Cobain. Gue yakin loe pasti ketagihan.”
“Enggak ah, gue
gak pernah ngerokok.”
“Cemen loe.
Beginian aja gak mau nyobain, gimana loe mau jadi ketua geng kalau begini aja
gak mau.”
Ify menatap tajam temannya itu.
kemudian matanya beralih ke bungkusan yang masih disodorkan oleh Rava – salah
satu teman satu geng’nya. Kemudian dia mengambilnya dengan kasar. Ify bisa
mendengar suara tertawaan teman – temannya.
“Ayo Fy, cobain.
Sempurna loe kalau loe mau ngerokok kaya kita – kita.”
Ify dengan ragu – ragu mengambil
satu batang rokok. Kemudian menatap Rava lagi yang sekarang sedang menyodorkan
korek api kearahnya. Dengan ragu, Ify mulai menyalakan rokoknya dan
menghisapnya.
“Uhuk uhuk.”
Ify bisa mendengar lagi suara tawa
teman – temannya. Dia tidak perduli lagi dengan mereka. Dengan nekad, Ify
kembali menghisapnya walaupun tubuhnya tidak mau merespon dengan baik. Dia akan
membuktikan pada teman temannya bahwa dia bukan wanita lemah yang takut apapun.
“Setelah ini kita
pikirin gimana caranya menyingkirkan Sma Pelita. Dan yang paling penting gak
ketahuan polisi. Gue gak mau nama gue tercantum disana lagi.”
“Kayaknya ada
seseorang dibalik ini semua bro. Gak mungkin kan polisi selalu nemuin kita. Di
tempat tersembunyi aja polisi tahu. Loe semua yakin gak sih, ada seseorang yang
sengaja nusuk kita dari belakang.”
“Siapa ??”
“Rio.”
Ify menegang di tempat. Nama itu.
Mengapa nama Rio bisa disebut sebagai salah satu orang yang akan mencelakakan
mereka semua ?? Tidak. Rio tidak terlibat disini. Dia tidak pernah melaporkan
tawuran mereka kepada siapapun apalagi polisi.
“Loe lihat gak
sih bro, Rio selalu ada di tempat kalau kita lagi tawuran. Siapa lagi kalau
bukan dia. Dia gak pernah takut juga kan kalau ada polisi dateng.”
“Dia kan cowonya
Ify.”
“Sebagai cowonya,
harusnya Rio ikut ngebantuin Ify dong. Tapi ini enggak. Dia Cuma ngeliatin
doang. Loe tahu kan, Rio itu salah satu emasnya Sma Cilencia. Ya siapa tahu aja
dia mau nyari muka sama guru guru di sekolah kita.”
Ify sudah tidak
tahan lagi sekarang. Dia tidak mau Rio ikut terlibat. “Guys, Rio gak mungkin
ngelakuin hal itu. Dia gak tahu apa – apa. Dia Cuma mau gue berubah kok. Dan
dia gak mungkin nusuk gue dari belakang. Dia gak pernah ikut campur masalah
tawuran itu guys, dia Cuma gak suka gue ikut tawuran itu.” Jelas Ify.
“Loe ngebelain dia ?? Bukannya kalian udah end
??”
“Iya. Dan loe
semua tahu kan, setelah gue putus sama dia, dia gak pernah ada lagi disaat kita
tawuran. Dan polisi tetep dateng, jadi gue yakin banget bukan Rio orangnya.”
Ucap Ify berusaha meyakinkan. Walaupun mereka sudah putus, tetap saja perasaan Ify
ke Rio tidak pernah berubah. Dia hanya mencintai Rio. Tidak ada pemuda lain
lagi.
“Bener juga.”
Ify menghembuskan nafas lega.
Seenggaknya Rio gak terlibat disini. Dia tidak mau pemuda itu kenapa napa.
Cukup dia saja yang hatinya hancur berantakan. Jangan Rio. Dia tidak bisa
memaafkan siapapun yang berani menganggu pemuda itu.
“Guys, gue dapet
info kalau nanti malem Sma pelita bakalan ada di Markas.”
“Ladenin. Dan
kita gak boleh kalah kali ini.”
Mereka menganggukkan kepalanya
bersamaan. Ify ikut mengangguk. Kali ini dia harus bisa mengalahkan mereka
semua. Dia tidak ingin membiarkan Pelita menang. Itu bukan gayanya. Dan dia
berharap tidak ada polisi lagi malam ini.
*********
Rio sedang melajukan mobilnya ke
arah rumah. Dia baru saja pulang sekolah sekarang. Rio benar benar lelah. Dia
harus menghadapi beberapa adik kelasnya yang mau ikut olimpiade untuk diberikan
soal latihan. Dan tentu saja dia harus mau, mengingat gurunya sendiri yang
menyuruhnya.
Rio menepikan mobilnya saat
merasakan getaran ponsel di saku celananya. Dia mengambill handphone’nya
kemudian mengernyitkan dahinya bingung. Tumben pekerja rumah Ify meneleponnya.
Sepertinya ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Dan ini bukan pertanda
baik.
“Halo Pak.”
“Halo den Rio,
maaf den bapak menganggu.”
“Tidak apa – apa
pak. Ada yang bisa Rio bantu ??”
“Begini den, non
Ify .. non Ify.”
“Kenapa pak ??”
“Non Ify sekarang
berada di kantor kepolisian den. Dia terlibat tawuran sama pemakaian obat
obatan terlarang den. Bapak gak tahu lagi harus minta tolong siapa.”
Rio terdiam di dalam mobilnya.
Matanya ia pejamkan erat – erat dan tangan kananya mengepal di atas kemudi.
Obat – obatan ?? Sejak kapan Ify memakainya. Rio benar – benar tidak habis
pikir Ify bisa sampai serusak ini.
“Rio akan kesana.
Bapak tenang aja dirumah. Berdoa yang terbaik aja pak.”
“Terima kasih den
Rio.”
Rio melempar ponselnya asal ke jok
belakang mobilnya. Dia benar – benar tidak habis pikir. Dengan kesal dia
mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata – rata untuk menuju ke kantor
kepolisian.
Rio melihat Ify yang sedang
menundukkan wajahnya di sudut meja. Bersama teman – temannya tentunya. Mereka
semua menatap Rio dengan bingung. Berbeda dengan Ify. Dia mendekat kearah
mereka semua. Dan berdiri tepat di depan Ify.
“Kamu puas sekarang
Fy.”
“Bro, loe
mendingan selamatin kita – kita sekarang. Gak usah menghakimi Ify kaya gitu.”
“Loe semua diem.
Gue gak ngomong sama loe semua.” Ucap Rio dingin. Teman – teman Ify langsung
diem mendengar suara Rio yang tidak biasanya. Setelah mencibir, mereka semua
kembali diam.
“Kamu ikut aku
sekarang.”
Dengan kesal, Rio menarik tangan Ify
menuju ke ruangan pemeriksaan di kantor kepolisian itu. Rio berusaha meyakinkan
bahwa Ify tidak bersalah. Dia hanya korban disana. Dan selama itu pula, Ify
hanya diam menunduk. Tidak berani menatap Rio ataupun orang – orang yang ada
disana.
“Terima kasih
atas pengertiannya pak. Saya permisi dulu.”
Rio kembali menarik tangan Ify
berjalan keluar kemudian menuju ke mobilnya dan Rio dengan kasar membuka
pintunya kemudian menyuruh Ify masuk. Perempuan itu hanya menuruti saja
permintaan pemuda itu. Rio langsung memutar mobil kemudian duduk di bangku
kemudi dan melajukannya penuh emosi.
Rio memberhentikan mobilnya tepat di
depan rumah Ify. Dia masih tidak menatap Ify. Selama perjalanan tadi mereka
juga hanya saling diam. Tidak ada yang berniat membuka suaranya.
“Keluar.”
Perintah Rio dengan nada dingin.
Ify hanya diam dalam posisi yang
sama. Tanpa sadar air matanya sudah menetes membasahi kedua pipi putihnya. Dia
masih tidak beranjak dari duduknya.
“Gue bilang
keluar.” Bentak Rio dengan nada tinggi.
Ify menundukkan kepalanya, air
matanya tidak berhenti mengalir. Ify selalu menghapus kasar air matanya tetapi
tetap saja keluar. Bahkan semakin deras. Dan kini suara tangisannya sudah tidak
bisa ditahannya lagi membuat Rio memejamkan matanya erat.
Dengan tergesa, Rio keluar dari
mobilnya dan memutar mobilnya kemudian membuka pintu mobil yang lain. Dia
menarik Ify dengan kasar untuk keluar dari mobilnya. Dia tidak perduli lagi
dengan tangisan perempuan itu. Dia sudah lelah untuk memberitahukan Ify tentang
betapa salah kelakuan perempuan itu selama ini.
“Kenapa nangis
??”
Ify tetap diam seraya tangannya
sibuk mengusap air matanya yang semakin menetes. Dia menggelengkan kepalanya
menjawab pertanyaan Rio.
“Apa yang membuat
loe nangis ??”
“Gue udah capek
memperingatkan loe Fy. Bahkan sekarang loe udah berani pake obat – obatan
terlarang. Apa yang membuat loe begini ??”
Bentak Rio di akhir kalimatnya. Dia masih menatap tajam perempuan itu.
“Dan ini apa.”
Rio mengangkat bungkusan rokok di tangan kananya yang ia temukan di dalam tas
perempuan itu saat tadi dia membantinya ke jok belakang dan menemukan bungkusan
itu.
“Loe ngerokok ??”
Tanya Rio dengan tatapan tidak percaya.
Jelas saja pemuda itu tidak percaya.
Dulu, saat masih berpacaran dengannya, Ify masih belum berani menghisap
bungkusan laknat itu (read : rokok), dan Ify juga belum berani memakai obat –
obatan terlarang. Tetapi sekarang perempuan ini benar – benar sudah melebihi batas
kelakuannya.
“Loe punya mulut
kan ?? Kenapa Cuma diem ??”
Rio menatap perempuan itu sebentar
kemudian melempar bungkusan itu ke tempat sampah yang tidak jauh darinya. Rio
langsung menarik perempuan itu ke dalam pelukannya setelahnya.
Pemuda itu bisa mendengar suara
tangisan Ify yang jauh lebih keras dari sebelumnya. Dia hanya mengusap usap
punggung perempuan itu dengan penuh sayang dan membiarkan Ify menumpahkan
semuanya dalam pelukannya.
“IFY.”
Teriakan itu membuat Rio langsung
mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Dan matanya membelalak begitu
melihat Ayah Ify berdiri di depan pintu rumahnya. Dan dia bisa merasakan
pelukan Ify yang semakin mengerat di tubuhnya.
*********
Hanya membuat cerita aneh bin ajaib guys :D
Cuma berharap kalian suka, seneng, cinta sama karangan gue yang satu ini :*
Semoga aja yaaaa.
Gue butuh jejak kalian guys, gak sekedar jadi silent readers :p
Komentarnya ya guys ;)
Cuma berharap kalian suka, seneng, cinta sama karangan gue yang satu ini :*
Semoga aja yaaaa.
Gue butuh jejak kalian guys, gak sekedar jadi silent readers :p
Komentarnya ya guys ;)