Alyssa
merutuki dalam hati tentang kejadian kemarin di kantor Mario. Andaikan kemarin
dia tidak gegabah mungkin tidak akan menjadi seperti itu. Wanita cantik ini
sekarang sedang duduk di sofa rumah Sivia. Hari masih pagi, tetapi Sivia sudah
menghilang bersama Nathan. Subuh sekali mereka pergi. Karena saat masih tidur,
Alyssa mendengar suara mobil samar-samar dari pendengarannya.
Bagaimana
jika nanti Ayah laki-laki itu berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya. Ck,
lagian bukannya Mario mempunyai hubungan tidak baik dengan ayahnya ? Apa yang
terjadi kemarin ?
Karena
kesal tidak mendapat jawaban, akhirnya Alyssa memutuskan untuk menghubungi
laki-laki itu sekarang. Tangannya menekan tombol 1 –yang langsung menghubungkan
ke pemuda itu- kemudian menempelkan benda pintar itu ke telinga.
**********
Mario masih berada di alam mimpi. Padahal jam di
dindingnya sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tetapi Mario masih bergelung di
dalam selimut hangatnya. Wajar saja jika laki-laki ini masih berada di alam
mimpi, tadi malam dia tidur hampir jam 3 pagi. Bagaimana dia bisa menahan rasa
kantuknya jika tidur pukul 3 pagi.
Tetapi sepertinya alam tidak memihak kepadanya, beberapa
saat kemudian, terdengar lagu just the way you are yang mengalun lembut dari
handphonenya. Tetapi Mario hanya mendengus kemudian menutup telingannya
menggunakan bantal.
“Siapa sih, pagi-pagi
udah gangguan orang.” Gerutu Mario.
Tangannya menggapai meja sebelah kasur, kemudian menjawab
panggilannya dengan marah.
“Siapa sih loe, loe gak
liat jam apa, ini masih pagi woy. Loe udah mengganggu ketenteraman orang tahu
gak. Gue bisa nuntut loe kalau loe ...”
“Mario sayang.”
Deg.
Mario langsung membuka matanya, dengan cepat, dia
menegakkan tubuhnya menjadi duduk sekarang. Dengan cepat, dia menatap kearah
jam dinding. Dan matanya membelalak melihat jarum jam yang tertempel disana.
Gila, sudah jam 9 lebih. Dan Mario merasa merinding mendengar sang penelepon
memanggil namanya dengan nada yang seperti ingin memakan dirinya hidup-hidup.
“Alyssa.”
“Iya ini gue. Kenapa ??
Kaget ??”
“Lys, gue ...”
“Udah jam berapa
sekarang sayang ??”
Mario berusaha untuk menelan salivanya. Merasa
tenggorokannya sangat kering sekarang. Apa yang harus ia lakukan sekarang ?
“Iya iya. Maaf. Gue
tidur jam 3 pagi tadi sayang. Beneran.”
“Gue gak mempersalahkan
kamu tidur dan bangun berapa. Yang membuat gue marah itu, kenapa loe waktu
jawab panggilan gue dengan nada seperti itu. Loe gak inget itu nada dering
khusus buat Gue ??”
Mario menepuk jidatnya. Benar-benar habis sekarang.
Padahal 2 hari ini dia sudah memasang lagu bruno mars itu khusus buat panggilan
dari Alyssa. Tetapi dirinya melupakan hal tersebut.
“Maaf Lys, Loe pasti
tahu karena apa gue bisa melupakan hal itu.”
Mario bisa mendengar helaan nafas dari wanitanya di
seberang sana. Dia langsung bangkit kemudian menuju ke kamar mandi. Dengan
ponselnya yang masih menempel di telinga.
“Gue akan ke apartment
loe sekarang.”
“Alyssa. Lys. Halo.
Aish.” Mario mengumpat karena wanita itu dengan seenaknya menutup panggilannya
tanpa memberi salam terlebih dahulu.
Dengan kesal, dia melemparkan ponselnya ke rak yang ada
di dalam kamar mandi. Dengan kesal dia menutup pintunya kemudian melanjutkan
kegiatan mandinya.
**********
Alyssa memakai sepatunya dengan terburu buru. Dengan
cepat, dia menyambar tasnya kemudian keluar dari rumah sahabatnya itu. Bersiap
untuk ke tempat laki-laki itu. Saat membuka pintu rumah Sivia, dia terbelalak
melihat siapa yang datang di hadapannya saat ini. Nathan. Kekasih sahabatnya.
“Nathan, loe bikin gue
kaget aja.”
“Gue mau ketemu Sivia
Fy.”
“Stop call me Ify
Nathan. Loe jangan jadi orang nyebelin sekarang.”
“Okeh, sorry sorry
Alyssa. Gue mau ketemu Sivia sekarang, bukan berantem sama loe Lys. Sekarang
kasih tahu gue dimana Sivia sekarang.”
“Sivia ?? Bukannya dia
pergi sama loe.”
“Gue tadi berantem sama
dia, terus gue gak tahu lagi dia kemana.” Ucap Nathan dengan nada frustasi.
Alyssa mengernyit kemudian menatap laki-laki itu dari
atas ke bawah. Sepatunya sudah tidak berwarna, banyak sekali lumpur disana,
kemudian celana laki-laki itu yang sangat kotor, kemeja yang sudah sebagian
keluar dari celananya, lengan kemeja yang tergulung tidak rapi. Dan yang terakhir,
wajahnya yang kusam dan rambutnya yang sangat berantakan.
“Loe habis darimana ??
Penampilan loe ?? Ini gak seperti Nathan yang biasanya.”
“Lys, ini bukan saatnya
membahas gue. Ini saatnya gue harus nyari Sivia.”
“Kalau sampai terjadi
apa-apa sama dia, gue bakalan masukkin loe ke jurang.” Jawab Alyssa dengan
telunjuknya yang menunjuk persis di depan wajah Nathan.
“Ayo.” Lanjutnya
kemudian berlari.
Nathan dengan sigap ikut berlari kemudian mereka berdua
memasuki mobil Nathan yang sudah terpakir di halaman rumah Sivia. Alyssa
melupakan janjinya dengan Mario, bahwa dia akan datang ke apartment’nya
sekarang. Yang terpenting sekarang adalah mencari keberadaan sahabatnya yang
entah berada dimana.
**********
Mario masih berendam di dalam air hangat kamar mandinya.
Sejenak dia memejamkan matanya dengan nyaman. Tetapi pengganggu mengacaukan
segalanya. Ada seseorang yang membunyikan bel apartment’nya. Mario sudah tahu
siapa yang membunyikan bel apartemen’nya. Jadi dia masih saja berdiam di dalam
bathub’nya.
“Masuk Alyssa sayang.
Jangan bikin gue kesel.” Gerutu Mario pelan masih dalam posisinya, memejamkan
matanya dan mulutnya masih menggumamkan kalimat yang sama.
Dengan kesal, Mario bangkit kemudian menyambar baju
mandinya dan mengikatnya asal. Lihat saja nanti Alyssa, loe akan nyesel udah
bikin gue kesel. Batinya sebal seraya berjalan kearah pintu.
“Alyssa, loe ....”
Mata Mario membelalak melihat siapa orang yang berada di
depan pintu apartment’nya. Seorang perempuan asing. Mario menelisik dari bawah
keatas. Higheel merah menyala terpasang apik di kaki perempuan itu, kemudian
rok yang beberapa cm di atas lutut, kemudian baju transparan berwarna putih,
wajahnya putih halus bak putri raja, kacamata bertengger manis di kedua
matanya, dan terakhir, rambutnya yang lurus sepanjang bawah dada.
“Loe siapa ??” Tanya
Mario heran.
Perempuan di hadapan Mario membuka kacamatanya dengan
senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya. Kemudian tanpa aba-aba, dia
langsung mendorong Mario ke dalam dan mencium bibirnya. Kedua tangan perempuan
itu berada di punggung dan tengkuk Mario.
Kaki perempuan itu mendorong pintu sampai pintu itu
menutup dengan sendirinya. Mario hanya bisa pasrah mendapat serangan dari
seseorang yang tak dikenalnya. Apalagi ini seorang wanita. Tetapi laki-laki itu
tidak menyerah. Dia mencoba untuk mendorong bahu perempuan itu agar terlepas
darinya.
“Berhenti, loe siapa
sih.” Bentak Mario saat bibirnya terlepas dari wanita itu.
“Aku Zahra Mario. Masa
kamu lupa sama aku ??”
“Zahra ?? Zahra Ratu
Annisa ??”
Dengan anggun, Zahra mengangguk. Membuat Mario
membelalakan matanya-lagi. Entah mengapa sejak kemarin dia selalu mendapat
kejutan yang tak pernah disangkanya. Oh tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk
memikirkan hal tersebut. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah, mengapa wanita
ini – Zahra – yang ia yakini sebagai mantan kekasihnya bisa berada di
apartment’nya ??
“Mario, you know, i
miss you so much. So much.” Ucap Zahra sekali lagi.
“Zahra, hubungan kita
udah selesai. Jadi mendingan loe keluar dari sini sekarang.”
“Enggak, aku Cuma
pengin tahu rumah yang selama ini kamu tinggalin seperti apa.”
Dengan tanpa tahu aturan, perempuan itu memasuki
apartment Mario dengan santainya. Mario hanya bisa mengacak acak rambutnya yang
masih basah. Dengan geram, dia mengikuti langkah Zahra.
“Zahra please,
kehidupan gue sekarang ini Cuma milik gue. Loe Cuma hadir di masa lalu, bukan
sekarang.”
Zahra masih acuh tak acuh terhadap perkataan Mario. Dia
duduk di sofa yang ada di ruang TV. Kemudian dengan santainya, dia melepas
sepatunya dan menaruhnya di bawah sofa, kemudian melepas baju transparannya
menyisahkan tanktop merahnya. Membuat kejutan untuk Mario-lagi.
“Apa yang loe lakuin
??”
Dengan berkacak pinggang, Mario berdiri dibelakang sofa.
Zahra masih acuh kemudian berjalan kembali tanpa menghiraukan Mario lagi.
“Zahra, loe keluar
sekarang. Gue bisa laporin loe ke polisi kalau bisa. Zahra.”
“Kamu itu berisik
banget sayang. Kamu diem dulu deh, aku Cuma pengin lihat apartment kamu seperti
apa. Udah itu doang.”
Mario mengusap usap wajahnya dengan kesal. Matanya masih
menatap tajam ke arah Zahra, tetapi perempuan itu tampaknya tidak perduli.
Mario mengikuti pergerakan perempuan itu sampai Zahra
masuk ke dalam ruangan privacy’nya – kamarnya. Mario hanya menggeleng gelengkan
kepalanya.
“Loe tahu darimana
tempat tinggal gue Zahra ??”
“Kamu pasti tahu Mario.
Aku itu banyak mata-mata. Kalau buat mata-matain kamu, aku punya banyak tangan
kanan. Okeh sayang.”
“Hah.” Dengan
santainya, dia merebahkan tubuhnya diatas kasur Mario. Dengan kedua tangannya
direntangkan keatas kemudian memejamkan matanya.
Mario hanya berdiri bersender di tembok samping pintu,
kemudian kepalanya menggeleng lagi. Dengan posisi seperti itu, membuat tanktop
wanita itu menjadi terangkat. Membuat Mario menggeleng gelengkan kepalanya dan
mencoba untuk berpikiran positif dan tidak memikirkan yang tidak tidak.
Mario mendekat kearah Zahra kemudian mencoba untuk
menarik perempuan itu menjauh dari kasurnya. Dan alhasil, yang terjadi malah
dia yang tertarik. Membuat posisi dirinya berada tepat diatas tubuh Zahra. Dan
dengan nakalnya, Zahra memeluk punggung laki-laki itu dengan erat.
“Zahra, lepasin gue.”
“Aku ijinin kamu buat
menyentuh aku lagi sayang. Seperti dulu.”
“Enggak.”
“Enggak ?? Are you sure
?? Aku gak yakin kamu gak mau nyentuh aku lagi.”
“Gue sekarang udah
punya kekasih, jadi loe berhenti buat gangguin gue mulai sekarang. Lepasin
gue.”
Dengan sigap, Zahra memutar balikan posisinya. Sehingga
sekarang Mario yang berada di bawah tubuhnya. Dengan cepat, dia kembali mencium
bibir laki-laki itu. Membuat Mario tidak bisa menghindar karena tangan Zahra
menekan kepalanya.
Mario tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dia juga
laki-laki normal. Jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, dia pasti akan
tergoda juga. Dan tanpa memikirkan akibatnya, Mario melakukannya. Dalam keadaan
sadar. Sesuatu yang tidak diharapkan akhirnya terjadi.
**********
“Lys.”
Alyssa mengerjapkan matanya pelan. Sedari tadi dia
melamun ternyata. Dan tersadar begitu Nathan menepuk pundaknya dengan tidak
sabaran.
“Kenapa ??”
“Harusnya gue yang
nanya. Loe lagi mikirin apa ?? Sivia ?? Tenang aja, dia udah aman di rumah
nenek kakeknya.”
Ya, Sivia memang sudah ditemukan. Sekarang, mereka berdua
berada di sebuah taman untuk sekedar makan dan minum bersama. Yang paling
penting untuk Nathan adalah, dia sudah tahu keberadaan kekasihnya itu. Masalah
cara dia berbaikan bagaimana itu urusan nanti.
Alyssa tersenyum pelan.
“Gatau kenapa perasaan gue gak enak Tan.”
“Kenapa ?? Pikiran loe
lagi kemana emang ??”
“Rio.”
“Mario Raditya ?? Pacar
loe itu ??”
“Iyalah siapa lagi.
Pasti Sivia udah cerita sama loe masalah itu.”
“Kenapa emangnya sama
dia ??”
“Gatau. Pokoknya
perasaan gue gak enak sama dia.”
“Ayo gue anterin loe ke
apartment’nya dia. Tadi kan loe udah janji mau kesana. Gara-gara nemenin gue,
loe gajadi kesana kan.”
“Ayo.”
Di dalam mobil, perasaan Alyssa makin tidak enak. Entah
kenapa. Tangannya berkali kali melakukan panggilan ke laki-laki itu. Tetapi
tidak ada jawaban. Entah sedang apa laki-laki itu sampai tidak menjawab
panggilannya.
“Tenang aja Lys, gue
yakin banget. Cowo loe baik baik aja.”
“Percepat mobilnya
Tan.”
Nathan hanya mengikuti perintah sahabat kekasihnya
tersebut. Nathan memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah apartment mewah
milik Mario.
“Loe tunggu disini aja.
Gue Cuma bentar. Habis ini kita jemput Sivia.”
“Okeh, loe jangan
lama-lama.”
Alyssa hanya menganggukkan kepalanya, kemudian berlari
masuk ke dalam apartement Mario. Dia berkali-kali menekan bel, tetapi tidak ada
jawaban. Dengan cepat, dia memasukkan angka password yang sudah dihapalnya
diluar kepala. Dan pintunya terbuka sempurna.
“Mario.”
“Mario loe dimana.”
Teriak Alyssa. Dia masih memutari apartment mewah tersebut. Tetapi tetap saja
tidak ada tanda-tanda keberadaan Mario.
Dengan kesal Alyssa duduk di sofa. Dan matanya mengernyit
merasakan sesuatu yang janggal disana. Ada higheel wanita disana. Berwarna
merah. Dan dia merasakan memegang sesuatu. Alyssa mengangkatnya dan matanya
membelalak melihat ada baju wanita di sofa laki-laki itu.
Dengan cepat, dia berlari mengelilingi ruangan lagi.
Terakhir, Alyssa mendorong pintu kamar laki-laki itu dengan brutal, dan matanya
membelalak melihat sesuatu yang aneh disana. Alyssa hanya diam seraya menutup
mulutnya dengan shock.
Mario yang mendengar suara keributan di sekitarnya,
membuka matanya perlahan. Dan matanya langsung diarahkan ke pintu kamarnya. Dia
melihat kekasihnya ada disana. Tetapi dalam keadaan terluka.
Mario mengalihkan kembali ke samping dirinya. Dan matanya
membulat melihat dia sedang memeluk Zahra sekarang. Dengan sigap, Mario
menjauhkan dirinya dari Zahra.
Laki-laki itu kemudian berdiri dan dia baru menyadari 1
hal, dirinya dan Zahra dalam keadaaan tidak berbusana. Dan Alyssa melihatnya.
Ini benar-benar neraka buatnya.
“Alyssa, ini bukan
seperti apa yang loe lihat.”
“Alyssa, gue ...”
Alyssa hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Tidak ingin
mendengar penjelasan apapun dari laki-laki itu. Dia merutuki air matanya yang
turun membuat dirinya terlihat menyedihkan sekarang. Dengan cepat dia berlari
keluar kamar. Dan tentu saja Mario mengejarnya, berusaha untuk meluruskan apa
yang salah disini.
“Alyssa, dengerin
penjelasan gue dulu. Ini gak seperti yang loe pikirkan. Gue Cuma ..”
“Cuma apa ??” Teriak
Alyssa dengan tangisanya yang benar benar menyayat hati Mario. Air mata
kesakitan. Dia terluka karena loe Mario.
“Dia Zahra Lys. Loe
harus mendengar penjelasan gue dulu.”
“Gue gak mau tahu apa
yang terjadi antara loe dan dia. Gue kecewa sama loe Mario.”
Dengan cepat, Ify berlari keluar apartment’nya. Dan Mario
hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia melakukan ini. Ini
semua salah Zahra. Jika saja wanita itu tidak muncul, pasti kejadiannya tidak
seperti ini.
Mario mengacak rambutnya dengan kasar. Kemudian dia
berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengejar Alyssa. Dia akan
melakukan apapun agar Alyssa percaya padanya.
Dia
tidak akan membiarkan wanita itu salah paham secara terus menerus. Karena hidup
Mario sekarang ini bergantung pada Alyssa. Laki-laki ini sudah sangat mencintai
Alyssa. Sangat. Entah mengapa, di dalam hatinya sekarang ini Cuma ada nama
wanita itu. Dan dia akan meluruskan kesalahpahaman ini.
********
Shilla sedang melamun di ruang kerjanya. Hari ini, tidak
banyak pekerjaan yang dia kerjakan. Hanya memeriksa beberapa proposal dari
teman-temannya. Dan sekarang waktunya istirahat siang. Tetapi Shilla tidak
ingin kemana-mana. Pikirannya bercabang kemana-mana.
Dia teringat dengan ucapan orang tuanya saat dia pulang
kemarin. Orang tuanya berniat untuk menjodohkan dirinya dengan rekan bisnis
ayahnya. Ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana mungkin dijaman sekarang ini masih
ada acara perjodohan segala. Memangnya ini tahun berapa ??
“Shill, kasih ini ke
Pak Gabriel gih. Gue mau makan siang soalnya.”
Shilla mengalihkan pandangannya kearah rekan kerjanya. Alisnya
mengangkat heran melihat proposal yang sekarang berada di atas mejanya.
“Kenapa harus gue ??”
“Gak harus Shill, gue Cuma
minta tolong sama loe. Gue udah janjian sama pacar gue soalnya. Loe kan tahu,
gue habis berantem. Gue mau memperbaiki hal itu sekarang. please Shill.”
Sekar-rekan kerja Shilla memohon dengan muka memelas membuat Shilla terkekeh
pelan.
“Iya iya, gue bantuin.”
“Thanks Shill, loe baik
banget. Gue duluan yaaa. Ntar kapan-kapan gue traktir loe.”
Shilla hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat
tingkah laku temannya itu. Apa memang seperti itu yah jika sudah merasakan
jatuh cinta. Entahlah.
Sejujurnya, Shilla sangat malas untuk bertemu dengan
Gabriel saat ini. Bukan waktu yang tepat untuk dirinya bertemu dengan laki-laki
itu. Shilla menumpukkan kepalanya pada lipatan tangannya di meja. Kemudian menghela
nafasnya secara dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
“Semangat Shilla.”
Perempuan itu bangkit kemudian berjalan menuju ke tempat
dimana pemimpin perusahaannya itu berada.
“Kamu mau ngapain
Shilla ??” Tanya seseorang yang ia yakini ketua bagian HRD menggantikan Alyssa
yang menghilang entah kemana.
“Mau ketemu Pak
Gabriel, dia ada di dalam ??”
“Pak Gabriel sedang tidak
ingin ditemui siapapun saat ini.” Jawabnya dengan nada kesal.
Shilla hanya mendecak kesal. Dia sangat tidak ingin bertengkar
saat ini. Tetapi wanita di hadapannya sudah membuatnya kesal. Memang, dia
selalu mendengar gosip bahwa wanita ini tidak suka dengannya saat awal masuk. Dia
juga mendukung Gabriel saat lelaki itu menginginkan dirinya untuk tidak berada
di perusahaannya.
Dan yang Shilla tahu sekarang adalah, wanita ini – Bu Ratna
menyukai Gabriel. Tetapi sama seperti Shilla. Selalu ditolak.
“Saya hanya ingin
menyerahkan proposal ini. Tidak untuk apapun.”
“Saya mengerti Shilla. Tetapi
Pak Gabriel saat ini tidak ingin ditemui siapapun.”
Shilla menatap atasannya itu dengan geram. Andaikan dia
tidak dikantor, mungkin sedari tadi Shilla sudah menjambak rambut Ratna dengan
brutal.
Dengan sebal, Shilla langsung berjalan kemudian membuka
pintu ruangan Gabriel tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“Apa yang kamu lakukan
Shilla ??” Bentak Gabriel marah.
Laki-laki itu sedang tiduran di sofa dengan penampilan
yang tidak menampilkan dia sebagai seorang pimpinan. Rambut berantakan, wajah kusam
dan kemeja yang sudah keluar semua dari celananya. Sangat tidak rapi. Tidak seperti
Gabriel seperti biasanya.
“Maaf Pak. Tetapi, saya
ingin menyerahkan laporan ini kepada Bapak.” Jawab Shilla dengan nada
takut-takut.
“Maaf Pak Gabriel, tadi
saya sudah melarang Shilla agar tidak masuk. Tetapi dia tetap kekeh dan memaksa
masuk.” Ujar Bu Ratna seraya menundukkan wajahnya.
“Yasudah, kamu keluar
sekarang Ratna.”
“Baik Pak.” Ratna keluar
dengan menyenggol bahu Shilla lumayan keras membuat perempuan iyu terhuyung ke
belakang.
“Kapan kamu tidak
membuat keributan Shilla.” Ucap Gabriel lagi dengan nada kesal.
“Maaf Pak. Saya hanya
ingin menyerahkan ...”
“Kamu bisa
menitipkannya di meja sekretaris.” Bentak Gabriel lagi. Shilla hanya
menundukkan wajahnya. Sudah sering dia mendapat bentakan, maka dari itu, dia sudah
kebal dengan segala yang Gabriel ucapkan padanya. Entah itu kata-kata kasar
ataupun kata-kata yang menyakitkan hatinya.
“Kamu tahu ?? Kamu itu
orang yang paling ingin saya jauhkan. Kapan kamu tidak membuat saya marah Shila
?? Kapan ??”
“Maaf Pak.”
“Maaf ?? Apa Cuma kata
itu saja yang ada dalam pikiran kamu Shilla ?? Hah ??” Ucap Gabriel dengan nada
kasar. “Gue pengin loe pergi jauh dari kehidupan gue. Gue mau loe pergi dari
sisi gue. Tapi kenapa loe gak pernah mau ngerti ?? Gue tahu loe butuh kerja. Bisa
gak kalau di kantor loe gak usah menampakkan wajah loe di depan gue.” Lanjut Gabriel
dengan nada kasar.
Shilla hanya memejamkan matanya denga erat. Tangannya terkepal
di kedua sisinya. Dan tanpa sadar, wanita itu sudah mengeluarkan air matanya. Sangat
menyakitkan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh laki-laki itu.
“Loe tahu Shilla, semua
makanan yang loe kasih ke gue berakhir di tempat sampah. Dan semua yang loe
berikan ke gue hanya berakhir mengenaskan. Asal loe tahu, gue gak pernah
menerima pemberian loe dengan senang hati, justru gue membuangnya dengan senang
hati.”
Shilla sudah tidak bisa menahan laju air matanya. Dia
memberanikan diri menatap Gabriel yang sekarang sedang menatapnya dengan
tatapan mengerikannya. Tatapan mata Shilla terlihat sangat terluka. Entah mengapa
membuat hati Gabriel sedikir tersentuh. Gabriel langsung mengalihkan
pandangannya.
“Aku minta maaf buat
semuanya. Terima kasih buat kalimat-kalimat kamu Gabriel. Aku permisi.” Ucap
Shilla dengan suara yang bergetar. Dia keluar dari ruangan Gabriel kemudian
berlari ke ruangannya.
Gabriel langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai begitu
saja saat Shilla sudah pergi dari hadapannya. Dia menundukkan wajahnya dalam
dan merasa menyesal sudah mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan seperti
itu. Tidak seharusnya Gabriel mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu. Apalagi
Shilla adalah seorang perempuan. Laki-laki ini merasa menyesal entah karena
apa.
**********
“Kenapa Lys ?? Loe udah
mau cerita sama gue ??”
Alyssa hanya duduk diam seraya menumpukkan wajahnya pada
lipatan kedua tangannya yang bertengger diatas meja. Sekarang ia dan Nathan sedang
berada di rumah makan tradisional yang ada di daerah terpencil di Jakarta. Alyssa
ingin menenangkan diri.
“Gue gak apa-apa.”
“Dari tadi loe
ngomongnya gitu mulu. Gue bosen dengernya.”
“Mendingan loe jemput
Sivia Tan. Gue gak kenapa napa.”
“Sivia udah aman sekarang
Lys, loe yang gak aman. Ini gara-gara CEO tampan loe itu lagi ??” Tebak Nathan
dengan nada kesal.
“Dia selingkuh Tan. Gue
benci menyadari hal itu tahu gak. Apa yang kurang dari gue ?? Gue udah memberi
segalanya sama dia. Kenapa dia masih selingkuh Tan ??”
Nathan hanya menghela nafasnya kesal. Lama-lama
mendengarkan curhatan cewe yang sedang patah hati membuatnya bosen juga. Entah sudah
berapa banyak teman perempuannya yang menjadikan dirinya sebagai teman curhat.
“Loe dengerin penjelasan
Mario dulu Lys. Mungkin aja loe salah lihat.”
“Salah lihat ?? Loe
yakin ?? Gue melihat dengan mata kepala gue sendiri Tan, mereka itu gak memakai
apa-apa dan tidur dalam posisi berpelukan. Apa yang ada di pikiran loe kalau
melihat Sivia yang ada di posisi mereka Tan ?? Jawab gue.”
“Alyssa. Loe biasa aja
bicaranya. Orang-orang ngelihatin kita Lys.” Ucap Nathan pelan seraya tersenyum
meminta maaf kepada semua orang karena telah mengganggu ketenteraman mereka di
tempat itu.
“Gue mau ke rumah orang
tua gue.”
“Loe yakin ?? Loe tahu
kan kalau loe pulang loe bakalan di apain sama orang tua loe ??” Ucap Nathan
merinding membayangkan yang tidak-tidak. Dia mendengar cerita dari Sivia jika
orang tua Alyssa orang yang tidak mengenal kasihan. Bisa jadi jika Alyssa
pulang, perempuan itu dijadikan tempat uang oleh mereka. Dengan dijadikan
wanita malam tentunya. Apalagi ?? Dan Nathan tidak ingin membayangkannya.
“Gue kangen orang tua
gue Tan.” Nathan panik saat melihat tangisan Alyssa malah semakin menjadi. Kelemahan
Nathan adalah, dia paling tidak bisa menenangkan seseorang yang sedang menangis
seperti sekarang.
“Lys, diem dulu. Orang-orang
ngelihatin kita Lys.”
“Gue kangen orang tua
gue yang dulu Tan.”
Dengan gemas, Nathan mengambil handphone’nya kemudian
mengsms Mario. Dia mendapat nomor laki-laki itu dari Sivia. Berjaga jaga jika
suatu saat nanti dia butuh Mario untuk Alyssa.
‘Gue gak mau tahu, loe
harus ke rumah makan Cempaka sekarang. Ada di daerah Bukit Sari. Dalam waktu 10
menit loe belum sampai, habis loe sama gue. Nathan.’
Dengan kesal dia menekan tombol send. Lebih baik dia
membantu kedua orang ini untuk berbaikan. Daripada dirinya dijadikan tumbal
oleh Alyssa. Lebih baik dia bertemu Sivia dan menjelaskan semuanya. Urusan percintaannya
juga belum benar, dia pake sok untuk membantu orang lain.
Beberapa menit kemudian, Nathan melihat Mario datang
dengan pakaian yang sangat berantakan. Entah habis melakukan apa laki-laki itu.
Nathan tidak perduli. Yang terpenting sekarang, ia terbebas dari situasi
menyebalkan ini. Dengan memberi isyarat kepada Mario untuk mendekat. Menggantikan
dirinya.
“Gue pergi dulu. Diemin
sahabat gue. Kalau loe sampai bikin dia menangis lagi, habis loe sama gue.”
Ucap Nathan seraya pergi berjalan keluar.
Mario duduk di hadapan Alyssa. Perempuan itu masih belum
menyadarinya. Dengan ragu dia mendekatkan tangannya dan mengusap rambut Alyssa
dengan sayang. Dia sangat menyesal sudah membuat kekacauan sekarang.
“Gue benci Mario Tan,
gue benci sama dia. Gue juga benci orang tua gue. Kenapa semua orang yang gue
sayangi selalu gue benci Tan ?? Kenapa ??”
“Alyssa.”
Alyssa mengangkat kepalanya, dan matanya membulat melihat
siapa yang ada di hadapannya. Matanya melirik ke penjuru ruangan itu. Dan dia
tidak menemukan keberadaan Nathan. Kemana perginya laki-laki itu ?? Mengapa
jadi Mario yang sekarang ada di hadapannya ??
“Ngapain loe disini ??”
“Gue mau jelasin sama
loe Alyssa. Gue minta maaf buat semuanya. Ini gak seperti yang loe pikirin. Gue
khilaf. Entah karena apa gue bisa terpancing sama dia. Sungguh Lys, gue Cuma sayang
sama loe.”
“Gue gak percaya.”
Mario berlari untuk mengejar Alyssa. Menarik lengan
perempuan itu kemudian memutar kearahnya. Sekarang mereka menjadi berhadapan.
“Biar gue buktiin sama
loe, seberapa besar gue serius sama loe.”
Dengan cepat, Mario mendekatkan tubuhnya kearah perempuan
itu. Kemudian mencium bibir Alyssa dengan lembuat. Alyssa terkejut dan berusaha
untuk lepas dari laki-laki itu. Dia bisa merasakan semua orang yang ada disana
sedang menatapnya. Laki-laki ini memang tidak pernah melihat situasi dan
kondisi. Membuat Alyssa sebal.
Mario tetap tidak perduli. Dia semakin menekan tengkuk
Alyssa agar Alyssa tidak menjauhkan wajahnya. Mario tetap melumat bibir Alyssa
dengan membabi buta. Dia sangat merindukan moment seperti sekarang. Dia sangat
merindukan segala yang ada didiri perempuan itu.
Alyssa hanya pasrah sekarang. Dia yakin, dia tidak akan
bisa keluar dari jebakan ini. Maka dari itu, dia membalas semua perlakuan
Mario. Dengan ragu, kedua tangannya melingkar di leher laki-laki itu.
mendekatkan wajahnya ke wajah Mario. Alyssa juga sangat merindukan moment ini.
Dia ingin waktu berhenti sekarang. Dia ingin hanya dia
dan Mario sekarang. Tidak ingin ada orang ketiga diantara mereka. Kapan mereka
berdua bisa bersatu ?? Kapan mereka berdua bisa menikmati waktu kebersamaan
mereka ??
Mengapa cinta sangat
merumitkan ??
Mengapa takdir tidak
pernah berpihak padanya ??
Mengapa tidak ada yang
mendukung hubungannya ??
Tuhan, aku hanya ingin
bersama dia. Kapan Engkau akan mengabulkan permintaanku Tuhan ??
**********
Gak nyangka bisa menyelesaikan cerita ini saat aku juga lagi ada segudang kesibukan -_-
Maaf banget guys, bukannya mau PHP'in kalian.
Ini hadiah aku sebelum puasa buat kalian yaaaa :)
Kalau minta lanjut pas puasa nanti, berarti gak ada adegan 'sensor'nya :D
Pilih yang mana ?? Haha.
Please, Leave a comment or like guys ;)