Married by Mistake
Kebahagiaan tidak akan datang jika kita tidak bisa menerima
‘sesuatu’ yang bisa mendatangkan kebahagiaan itu.
Apalagi sampai berusaha untuk menolaknya walaupun dari hati
kita yang paling dalam justru menerimanya.
Itu adalah kesalahan terbesar yang akan kita sesali
dikemudian hari.
**********
Seorang perempuan cantik sedang berdiri di depan rumahnya. Sebut saja dia Ify –
Claudia Ify. Seorang perempuan berusia 23 tahun yang baru saja menginjak
kehidupan barunya, yaitu sebuah pernikahan. Sebuah pernikahan yang entah apa
jadinya karena bukan berdasarkan cinta.
Sekali lagi perempuan cantik itu menatap rumah yang megah di hadapannya
sekarang, rumah yang sudah menjadi tempatnya selama 23 tahun. Rumah yang sudah
menjadi teman dan sahabat untuknya. Rumah yang memiliki banyak kenangan yang
tidak akan pernah ia lupakan bersama kedua orang tuanya.
Ify menghela nafasnya pelan. Ia menatap sedih rumahnya. Karena mulai sekarang,
ia akan tinggal berdua, hanya dengan suaminya. Tidak akan ada lagi kedua orang
tuanya yang selalu menjaganya, selalu memarahinya saat ia sedang melakukan
kesalahan dan banyak hal – hal yang lain yang tidak akan pernah Ify lupakan
seumur hidupnya.
“Ternyata loe disini.”
Perempuan itu menatap sang suami yang sudah berada di sampingnya. Ia hanya
membalasnya dengan senyuman yang paling manis yang ia punya.
“Gak usah mellow, gue gak suka.” Ucap laki – laki itu
dengan acuh.
“Maaf kak.”
“Masuk gih sana, udah di tungguin sama orang tua loe.”
“Iya. Aku masuk sekarang.” Jawabnya dengan lembut. Kemudian
berjalan masuk ke dalam rumah yang sedari tadi ia amati.
Di dalam hatinya yang paling dalam ia menangis, menangisi semua hal yang baru
saja terjadi dalam hidupnya. Apakah ada sebuah pernikahan yang tidak didasarkan
atas nama cinta dapat berlangsung bahagia ?? Tentu jawabannya tidak. Dan itu
yang perempuan ini alami sekarang.
Suaminya bernama Mario – Mario Aditya. Laki laki itu merupakan putra tunggal
dari keluarga Aditya. Salah satu keluarga terkaya di negaranya. Ayahnya
memiliki banyak perusahan dimana – mana, dan ibunya merupakan designer terkenal
yang sudah mendunia.
Sungguh, Ify tidak pernah meminta untuk bisa menikah dengan putra tunggal
keluarga terkaya itu. Tapi keadaan yang memaksanya. Sudah cukup Ify membuat
keluarganya malu atas ulahnya. Dan mulai sekarang, ia akan benar – benar
bersedia untuk menerima suaminya masuk ke dalam hatinya.
Perempuan itu sedang hamil sekarang. Bahkan sebelum pernikahan itu terjadi. Dan
ini akibat kecerobohannya. Atas ulahnya sendiri yang tidak berhati hati.
Sekarang, Ify menyesali semuanya. Andai kejadian itu tidak terjadi, pasti
sekarang dia masih bisa untuk memilih suami yang benar – benar mencintainya.
Kejadian dimana Ify terbangun dari tidur pulasnya dan mendapati seorang laki
laki – yang sudah menjadi suaminya sekarang – berada di sampingnya. Dan yang
lebih parahnya lagi, mereka berdua sama – sama naked. Oh God, itu adalah mimpi
yang benar – benar tidak ingin menjadi nyata. Tapi sayangnya, kejadian itu
bukan mimpi, melainkan kenyataan.
Saat itu, Ify hanya bisa menangis. Sedangkan Rio benar – benar frustasi dan
sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan. Laki – laki itu tidak tahu harus
bertindak apa. Akhirnya hanya meyakinkan Ify agar tenang karena jika terjadi
apa – apa dengan perempuan itu, Rio bersedia bertanggung jawab.
Kejadian itu memang terjadi di luar pikiran mereka, karena mereka berdua pun
tidak tahu nama masing – masing. Saat itu, hujan deras muncul dengan tiba -
tiba. Perempuan itu akhirnya melindungi dirinya di depan sebuah apartement
entah milik siapa.
Dan beberapa menit kemudian, dia melihat laki – laki yang turun dari sebuah
mobil dengan sempoyongan. Ify hanya melihat dengan memeluk dirinya sendiri
akibat udara dingin yang menusuk kulitnya. Tiba – tiba, lelaki yang ia lihat
itu terjatuh ke tanah dan air hujan membasahi tubuh laki – laki itu.
Karena hati nuraninya berkata dia harus menolongnya, maka Ify pun menghampiri
laki – laki itu dengan ketakutan yang menderanya. Ify tidak perduli jika bajunya
basah terkena air hujan. Yang terpenting sekarang adalah ia harus menyelamatkan
laki – laki itu.
“Kamu tidak apa – apa ??” Tanya Ify keras untuk bisa
mengalahkan suara hujan.
Laki – laki itu mendongak kemudian tertawa sendiri. Dia mencoba bangun tapi
selalu terjatuh kembali.
“Loe seorang perempuan ?? Hahaha. Perempuan semuanya sama
saja. Bisanya Cuma morotin uang orang kaya. Apa loe juga begitu ?? Hahaha.”
Ify hanya menggigit bibirnya dengan gelisah. Ify sekarang menjadi tahu, jika
laki – laki ini sedang mabuk. Karena bau minuman keras itu tercium sampai ke
hidung mancungnya. Dan itu membuatnya takut juga berhati – hati. Yang ia tahu,
orang mabuk itu hanya punya kesadaran 10 %. Sisanya tidak sadar. Dan orang jika
sedang tidak sadar akan melakukan apapun tanpa memikirkan akibatnya.
“Kamu mau kemana ??” Tanya Ify lagi.
“Pertanyaan macam apa itu. Loe lihat di belakang loe. Itu
apartement punya gue. Jadi mending loe minggir.” Laki – laki itu akhirnya
mendorong Ify menjauh dan berusaha untuk berjalan. Tetapi akhirnya dia terjatuh
kembali dan dengan refleks Ify langsung menahannya sehingga laki – laki itu
terjatuh dalam pelukannya.
Akhirnya dengan perasaan tidak tega, Ify memapah laki – laki itu ke dalam
apartement yang katanya milik laki – laki ini. Dan berusaha untuk menutup
kupingnya karena sedari tadi laki – laki ini terus saja mengeluarkan kalimat –
kalimat yang tidak ia mengerti. Dan berusaha untuk menutup hidungnya karena bau
alkohol berbahaya itu terus tericum ke hidungnya.
“Kuncinya mana ??” Tanya Ify saat mereka sudah berada di
sebuah kamar.
Laki – laki itu mengacuhkan pertanyaan Ify, dia hanya terus mengeluarkan
kalimat – kalimat tidak penting kemudian tertawa sendiri.
“Orang mabuk semuanya mirip orang gila.” Batinya seraya
merogoh saku baju dan celana laki – laki itu untuk bisa menemukan kuncinya.
“Loe mau apa ?? Mau ambil dompet gue ?? Loe sama aja
seperti perempuan matre di luar sana. Dan itu menjijikan. Hahaha.”
Ify hanya geleng – geleng kepala mendengar ucapan laki – laki itu. Setelah
menemukan kuncinya, Ify langsung membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam. Dia
merebahkan tubuh laki – laki itu ke atas kasur.
“Ganteng – ganteng tapi gila. Tuhan maha adil.” Ucap Ify
seraya memandang laki – laki itu. Beberapa saat kemudian, Ify memutuskan untuk
meninggalkan laki – laki ini. Tetapi dia kalah cepat karena tangannya sudah
ditarik oleh seseorang sampai perempuan cantik ini terjatuh ke ranjang.
“Apa yang kamu lakukan ??” Teriak Ify seraya mendorong
tubuh laki – laki ini dari atas tubuhnya.
“Gak usah sok jual mahal, gue tahu banget, loe itu sama
saja seperti perempuan lainnya yang rela menjual tubuhnya demi uang.” Desis
laki – laki ini membuat tubuh Ify merinding hebat.
“Hmmmpppp.”
Ify membelalakan matanya saat dirasanya bibir laki – laki itu menempel di bibir
merah mudanya. Perempuan itu hanya bisa menangis dan memberontak agar bisa
melepaskan diri.
“Lepasin gue.” Teriak Ify seraya tangannya berusaha untuk
mendorong lelaki itu.
“Loe tinggal diem, setelah ini loe akan mendapatkan uang
yang loe mau.”
“Gue enggak mau, jadi lepasin gue. Tolong.”
Perempuan itu hanya bisa menangis. Kedua tangannya sudah berusaha untuk
melindungi tubuhnya dari laki-laki itu. Tetapi tidak bisa. Tenaga lelaki pasti
jauh lebih besar dari tenaganya, apalagi dia hanya perempuan mungil yang tidak
berdaya. Dia menyesal menolak permintaan Ayahnya yang menginginkan dirinya
untuk berlatih silat, agar suatu saat nanti, jika ada bahaya yang mengancam,
dia bisa melindungi dirinya sendiri. Dan disaat seperti ini, hal itu sangat
amat diperlukan.
Malam itu berlangsung panjang bagi mereka berdua. Benar-benar tidak pernah ada
dalam pikirannya dia akan menyerahkan kegadisannya pada seseorang yang bahkan
dia tidak mengenalnya. Malam itu adalah malam sialnya, malam dimana kehidupan
suramnya dimulai.
Dan benar saja, setelah kejadian itu, dia benar-benar harus menyiapkan dirinya
untuk mendapaykan bentakan dan ucapan ucapan tidak terima dari kedua orang
tuanya karena mendapatkan dirinya hamil.
Setelah itu, dia berusaha untuk menemui Rio, karena dulu, sewaktu dia
keluar dari apartament laki-laki itu setelah melakukan hubungan terlarang itu,
Rio menyerahkan kartu namanya tanda laki-laki itu benar-benar akan bertanggung
jawab dengan hasil dari perbuatan mereka.
Entah itu keberuntungan atau tidak untuk dirinya, laki-laki itu bersedia untuk
menikahinya. Walaupun dengan beberapa syarat yang diajukan oleh Rio. Juga
beberapa test atas suruhan laki-laki itu untuk membuktikan apa benar, janinnya
ini adalah darah daging laki-laki itu.
“Aku berangkat kantor dulu. Kalau mau tidur, kunci
pintunya.” Suruh Rio dengan wajah datar setelah laki-laki itu menyelesaikan
sarapannya.
Dia hanya mengangguk seraya berjalan mengikuti laki-laki itu keluar rumah.
Rumah yang sudah menjadi rumahnya bersama dengan suaminya itu. Rumah pemberian
mertuanya, dan segala macam isinya adalah hasil kerja keras suaminya. Semua itu
dibeli menggunakan uang Mario. Tanpa campur tangannya.
“Hati-hati dijalan kak.” Ucap Ify untuk melepas kepergian
suaminya ke kantor.
Rio menatap datar istrinya kemudian mendekat. Mengusap wajah perempuan itu
menggunakan ibu jarinya dan mengecup kening Ify lama.
“Aku pergi. Jaga kandungan kamu. Kalau ada apa-apa langsung
hubungi aku.” Titah Rio. Ify hanya mengangguk karena dia sudah sering
mendapatkan petuah seperti itu sebelum suaminya berangkat kerja.
Dia hanya melambaikan tangannya saat mobil suaminya keluar dari pekarangan
rumahnya. Kemudian menutup pintunya dan menguncinya kembali. Walaupun mereka
tidak saling mencintai, tetapi bisa Ify lihat dari tingkah laku suaminya selama
ini, dia sangat menyayangi janin yang sedang berada dalam tubuhnya. Dan itu
membuat Ify bahagia.
Apalagi kebiasaan Rio sebelum naik ke mobil mewahnya, dia akan mengusap pipinya
dan mencium keningnya. Walaupun dengan wajah datar tanpa rasa cinta di
dalamnya, tetapi Ify bahagia. Setidaknya, dia merasa dihargai sebagai seorang
istri.
Dia masuk ke dalam rumah kemudian memulai aktifitasnya seperti biasa.
Membersihkan rumah, membersihkan ruang kerja suaminya yang selalu digunakan
laki-laki itu setelah bangun tidur. Karena katanya, dia ingin mengecek kembali
pekerjaannya, barang kali ada yang salah sebelum dibawa kembali ke kantor.
Ify mengerjakannya dengan hati yang bahagia dan langkah hati-hati, karena usia
kandungannya sudah memasuki bulan ke lima. Membuatnya harus ekstra hati-hati
dengan segala sesuatu yang dilakukannya.
Mengingat kandungannya, dia belum tahu jenis kelamin calon anaknya itu.
Mengingat Rio yang tidak pernah ada waktu untuk mengantarnya ke rumah sakit
untuk melakukan USG. Sebenarnya bukan karena suaminya tidak ada waktu, tetapi
dia sendiri yang takut untuk meminta. Takut suaminya akan menolaknya mengingat
pekerjaan Rio yang setiap harinya tidak pernah ada habisnya.
Saat Ify sedang berbaring di sofa ruang keluarga seraya menonton televisi yang
menampilkan acara kartun disana, bel rumahnya dibunyikan oleh seseorang dengan
tidak sabar. Ify mengeryit bingung, siapa yang bertamu ke rumahnya dengan
memencet bel rumahnya dengan tidak sabaran seperti itu ?? Batinnya bingung.
“Apa aku harus menelepon kak Rio.” Ucap Ify karena takut
terjadi apa-apa dengan dirinya, seraya duduk di atas sofa.
Karena tidak mendapatkan jawaban atas pemikirannya, dia bangkit kemudian
berjalan ke pintu rumahnya.
“Iya sebentar.” Teriak Ify pelan seraya membuka pintunya,
sebelumnya dia sudah mengambil pisau dapur untuk berjaga-jaga dengan kedatangan
tamunya itu.
“Kamu darimana aja sih, lama banget buka pintunya.”
Bentakkan itu membuat Ify memejamkan matanya erat. Semua tubuhnya terasa lemas
mendengar kalimat bernada tinggi itu. Dia hanya menundukkan wajahnya
dalam-dalam. Menyesali tingkahnya tadi yang tidak langsung membuka pintunya
yang ternyata adalah suaminya dibalik pintu itu.
“Maaf kak, Ify takut tadi. Gak biasanya kak Rio pulang jam
segini kan.” Jawab Ify membela dirinya sendiri.
“Kamu ngapain bawa pisau segala ?? Kamu berniat buat bunuh
aku ??” Tanya Rio yang masih berada di puncak kekesalannya dengan nada
tingginya lagi.
“Enggak. Tadi Ify Cuma jaga-jaga aja sama orang yang neken
bel, takut orang jahat. Ify gak tahu kalau itu kakak.”
Rio menatap wajah Ify yang terlihat ketakutan mendengar ucapannya dengan nada
tinggi. Dia hanya berjalan masuk tanpa memperdulikan perempuan itu yang masih
terlihat takut dengannya. Dia sedang lelah, kesal dan marah akibat masalah di kantornya
tadi. Sekarang ditambah ulah Ify yang membuatnya bertambah marah.
“Tutup pintunya.” Perintah Rio seraya menaiki tangga
rumahnya menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Ify hanya menghela nafas pelan, merasa menyesal dan merasa bersalah. Dia sangat
tahu jika suaminya itu sedang ada masalah di kantor –karena hal ini yang
menjadi alasan mengapa suaminya itu pulang cepat padahal jam masih menunjukkan
pukul 5 sore.
“Kak, ini minum dulu.” Ujar Ify seraya duduk di pinggir
kasurnya, memperhatikan suaminya yang terbaring dengan posisi telungkup di atas
kasurnya. Wajahnya terlihat lelah dan matanya terpejam rapat. Pakaiannya tidak
ada yang berubah saat dia pulang tadi –kemeja biru dongker dengan celana kain
hitamnya- hanya sepatunya saja yang kini sudah terlepas dengan berserakan
diatas lantai kamarnya.
“Gue mau wine.” Pinta Rio dengan nada datarnya dan
posisinya yang masih terbaring. Dia tidak ingin minum susu hangat yang
dibuatkan oleh Ify, baunya tercium hingga hidungnya.
Ify terdiam.
“Cepet ambilin.” Perintah Rio lagi seraya membuka matanya.
“Tapi kak, itu gak bagus buat kesehatan. Kakak minum ini
aja. Bisa menyegarkan tubuh lagi.” Ucap Ify pelan.
“Ck, loe pikir gue anak kecil yang dikasih minuman kayak
gitu. Gue butuh wine. Cuma wine yang bisa menyegarkan tubuh gue.”
“Kakak minum ini dulu, ntar baru Ify bolehin kakak minum
wine.” Titah Ify yang tidak mau kalah. Baru kali ini dia mendapat keberanian
untuk membalas ucapan suaminya itu.
Rio reflek langsung terduduk di atas kasurnya. Dia menatap Ify tajam. Berani
sekali dia membalas ucapan gue. Batinya tidak terima.
“Loe mau durhaka sama suami loe sendiri ??” Bentak Rio yang
tidak terima Ify membalas perkataannya dengan berani.
“Bukan gitu kak, Ify Cuma gak mau kakak kenapa-napa. Ify
tahu wine itu sangat gak baik buat tubuh. Makanya Ify gak pernah ngijinin kakak
buat minum itu.”
“Ck, udah berani loe sekarang sama gue.”
Ify mendongak, menatap mata suaminya yang berkilat kilat marah seraya
menatapnya. Kemudian pandangannya terfokus pada tangan suaminya dan
menggenggamnya erat.
“Kak, Ify sayang sama kakak. Ify gak mau kakak kenapa-napa.
Bukan karena Ify udah mulai berani sama kakak.”
Rio menyentak tangan Ify dengan keras kemudian keluar dari kamarnya.
Meninggalkan istrinya itu dengan genangan air mata yang sudah membasahi kedua
pipi putihnya. Dia menutup pintunya dengan keras membuat Ify memejamkan matanya
erat.
“Kapan kakak bisa menganggap aku istri kakak.”
**********
Ify terbangun dari tidurnya. Dia mencoba untuk duduk diatas kasurnya. Matanya
melirik jam yang sekarang sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Kemudian melirik
suaminya yang masih tertidur pulas. Tangannya terangkat ke wajah suaminya yang
terlihat sangat tampan bahkan saat lelaki itu sedang tidur sekalipun.
Kemudian memandang perutnya dan mengusapnya pelan. Dia merasa lapar, dan sangat
menginginkan sesuatu. Nasi padang. Tetapi dia tidak tega untuk membangunkan
suaminya itu. Karena yang ia tahu, suaminya baru tidur pukul 11 malam tadi. Dan
juga, dia tidak percaya diri, suaminya akan mengabulkan permintaannya itu.
“Sayang. Maafin Bunda ya. Lagi-lagi Bunda gak bisa ngabulin
permintaan kamu.” Gumamnya pelan seraya tangannya mengusap usap perut setengah
besarnya itu.
Dengan pelan, dia bangkit kemudian berjalan dengan susah payah keluar kamar.
Berniat untuk membuat makanan apa saja untuk dirinya dan calon anaknya.
Beberapa saat kemudian, Rio menggeliatkan tubuhnya. Masih dengan mata tertutup
dia meraba tempat di sampingnya. Kosong. Membuat matanya terbuka sempurna. Dan
memang benar, tidak ada Ify disampingnya.
“Kemana dia.” Gumam Rio setelah melirik jam dinding
kamarnya.
Kemudian, Rio mencium bau masakan. Dan ia yakin benar, itu berasal dari dapur
rumahnya. Dengan malas dan masih mengantuk, Rio keluar kamarnya menuju ke
dapur. Masih menggunakan piyama tidurnya dan sandal rumahnya dia berjalan
dengan langkah pelan dan mulut menguap karena masih mengantuk menuju dapur.
“Ify.”
Ify berhenti menyuapi dirinya saat dirasakan ada yang memanggil dirinya membuat
sendoknya terhenti tepat di depan mulutnya. Dia menoleh, dan melihat suaminya
itu sedang memperhatikannya di bawah tangga.
“Kak Rio. Kok bangun ?? Ify bikin kakak bangun ya. Maaf.”
Rio hanya diam di bawah tangga dengan matanya yang masih menatap tajam istrinya
itu. Merasakan sakit di bagian dadanya melihat istrinya yang sedang makan
sendiri disana.
Rio yakin, ini pasti permintaan buah hati mereka. Karena yang selalu Rio dengar
dari para sahabatnya yang sudah mempunyai anak, istri mereka selalu ngidam saat
malam. Membuat mereka kelimpungan sendiri mencari sesuatu yang diinginkan oleh
istri mereka. Dan, Ify sedang mengalaminya.
‘Apa dia mengalami hal ini sebelumnya ??’ Batin Rio merasa
sedikit menyesal.
Dia berjalan mendekat kemudian duduk tepat di hadapan perempuan itu.
Memperhatikan Ify yang entah mengapa malah berhenti makan sekarang. Jelas saja
dia sedikit menyesal, selama ini, dia tidak pernah memperhatikan Ify dan calon
anak mereka yang berada dalam tubuh perempuan itu.
“Laper ??” Tanya Rio dengan nada halus.
Ify mengangguk. “Iya kak, maaf kalau Ify bikin kakak bangun.”
“Bener mau nasi goreng ??” Tanya Rio melihat nasi gorenglah
yang sedang dimakan oleh perempuan itu sekarang.
Ify hanya mengangguk pelan. Tidak mau jujur karena ia yakin ini akan
memperpanjang masalahnya dengan Rio. Menurutnya dia tidak harus menceritakan
masalah keinginannya disaat suaminya itu sedang banyak pikiran.
“Aku tahu, bukan nasi goreng yang kamu pengin.”
Ify mendongak menatap suaminya dengan mata membelalak. Baru kali ini suaminya
itu berkata padanya dengan suara yang halus dan lembut seperti itu. Dia tanpa
sadar tersenyum, merasa bahagia. Bukan menggunakan gue-elo seperti yang biasa
suaminya itu gunakan pada dirinya, tetapi sekarang menjadi aku-kamu.
“Jujur sama aku, kamu mau apa ??” Tanya Rio dengan lembut
seraya mengusap usap punggung tangan kanan perempuan itu.
“Sebenernya Ify mau nasi padang kak. Tapi karena gak ada,
yaudah Ify bikin nasi goreng aja. Kakak mau ??” Ify menyodorkan piring itu
lebih mendekat kearah Rio.
“Enggak. Kamu tunggu disini dulu sebentar.”
Ify hanya melongo menatap suaminya yang sekarang sudah berlari menuju ke arah
kamar mereka. Ify hanya menggeleng gelengkan kepalanya seraya tersenyum dan
melanjutkan makannya. Beberapa saat kemudian, dia melihat Rio yang setengah
berlari menuju kearahnya dengan pakaian yang sudah rapi.
“Ayo, aku anterin kamu nyari nasi padang.”
Ify melongo sekali lagi. Dia tidak habis pikir dengan suaminya itu. Ternyata
Rio kembali ke kamar mereka untuk mengambil kunci mobil dan jaket miliknya. Rio
memasangkan jaketnya pada tubuhnya setelah sebelumnya menghadapkan dirinya
kearah laki-laki itu.
“Kamu pake jaket biar gak dingin.” Ujar Rio seraya
tersenyum kearahnya.
“Yuk, kita nyari nasi padangnya.” Lanjutnya seraya menarik
bahu Ify dengan lembut sampai membuat perempuan itu berdiri.
“Kakak gak lagi sakit kan ??” Tanya Ify yang masih belum
sadar apa yang terjadi.
Rio hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kemudian merangkul perempuan
itu dan menuntunya berjalan kearah mobilnya. Ify terus-menerus melirik suaminya
yang entah mengapa malam ini terlihat berbeda. Menjadi sangat romantis dan
terlihat sayang kepadanya.
Sudah berapa banyak tempat yang mereka lalui, tetapi tetap saja tidak ada nasi
padang yang buka. Rio terus menerus menggenggam tangan perempuan itu untuk
menguatkan, bahwa sebentar lagi mereka akan mendapat nasi padangnya.
Ify hanya tersenyum menanggapi dan bersyukur terus menerus kepada Yang Maha
Kuasa karena telah memberikan suaminya dengan sifat yang sangat ia harapkan
sekarang. Dan mudah-mudahan akan selalu seperti ini sikap suaminya kepada
dirinya.
“Itu ada nasi padang Fy. Alhamdulillah.”
Ify mengikuti arah pandang suaminya kemudian tersenyum. Benar saja, disana ada
penjual nasi padang. Sepertinya rumah makan itu dibuka selama 24 jam. Dengan
bahagia dia menerima uluran tangan suaminya dan berjalan mendekat.
“Pak, 1 porsi ya.”
Terlihat Bapak yang sudah renta yang menjadi penjualnya. Dia tersenyum menatap
pasangan muda itu kemudian berucap.
“Istrinya ngidam yang mas.”
“Iya Pak. Kebetulan pengin nasi padang katanya.” Jawab Rio
lembut.
“Semoga anaknya selalu sehat ya mas. Monggo mas, mba, duduk
dulu.”
Rio dan Ify hanya mengamini kemudian berjalan ke salah satu bangku yang ada
disana. Ify benar-benar terlihat bahagia. Karena baru kali ini, permintaan
anaknya akhirnya terkabulkan. Belum lagi sikap Rio yang sangat manis kepadanya
malam ini.
“Maaf Fy, kalau selama ini aku selalu cuek sama kamu. Maaf
karena aku selalu bentak kamu. Maaf karena aku selalu marah sama kamu dan maaf
karena aku gak pernah menganggap kamu sebagai istri aku.”
Ucapan Rio tersebut membawa efek yang sangat besar bagi tubuhnya. Dia menegang,
belum lagi tangan laki-laki itu yang tidak berhenti mengusap punggung tangannya
dengan gerakan yang sangat pelan dan lembut. Membuatnya terbuai. Dia menatap
mata suaminya itu, berusaha mencari kebohongan disana. Tetapi Nihil, semuanya
nyata dan didalam sana terdapat keseriusan suaminya.
“Aku gak pernah marah sama kakak.” Jawab Ify pelan karena
tidak tahu lagi harus bilang apa.
“Aku tahu, kamu perempuan baik Fy. Bahkan dulu saat aku
menodai kamu dan mikir kamu enggak-enggak serta nganggep kamu perempuan yang
sama seperti perempuan lainnya kamu Cuma diem. Tapi sekarang aku butuh
permintaan maaf dari kamu.”
Ify mengangguk dengan antusias. Menjawab permintaan maaf suaminya yang artinya
perempuan itu sudah menerimanya. “Aku maafin kakak.”
“Makasih sayang. Aku akan belajar buat menjadi suami yang
baik buat kamu juga belajar menjadi Ayah yang baik untuk anak-anak kita kelak.”
“Iya kak, terima kasih juga untuk semuanya.”
Suaminya hanya mengangguk kemudian mencium punggung kedua tangan Ify dengan
lembut. Ify hanya melihatnya dengan perasaan luar biasa bahagia. Akhirnya,
semua yang telah ia jalani selama ini, semua yang ia lakukan untuk membuat
suaminya menganggapnya sebagai seorang istri berhasil.
Dia kembali mensyukuri semuanya. Walaupun jalan awalnya dengan Rio tidak bisa
disebut baik, karena kesalahan yang mereka perbuat pada malam itu hingga
membawanya ke dalam jenjang pernikahan dan dirinya harus terjebak dengan
laki-laki itu. Tetapi sekarang terbayar sudah, Rio sudah berada di hadapannya,
sebagai seorang suami yang sangat menyayangi dirinya. Semoga untuk selamanya.
Cinta datang memang tidak terduga. Ada kalanya, bersama orang yang mungkin kita
tidak pernah yakini akan bersama kita, tetapi akhirnya akan bersama kita juga.
Sebaliknya, orang yang selalu bersama kita, dan kita sudah meyakini bahwa akan
berakhir dengan dirinya, tetapi salah. Takdir malah menggariskan hidup yang
berbeda, bukan bersamanya tetapi bersama dengan orang lain yang tidak pernah
berada dalam bayangan kita.
Ify bersyukur, dia adalah satu dari ribuan orang yang mengalami nasib seperti
ini. Married by Mistake. Tetapi dia juga merupakan satu dari beribu orang yang
mendapat keberuntungan. Akhirnya keluarga kecilnya akan menjadi seperti yang
diharapkan.
Mereka menunggu si kecil dengan penuh rasa bahagia. Saling menguatkan satu sama
lain. Hingga nanti, jika calon anak mereka sudah lahir ke dunia dengan sehat
dan selamat, dia akan menjadi orang tua yang sangat amat bersyukur atas
kelahiran anak mereka.
Tuhan Maha Adil bukan ??
Memberi sesuatu yang dibutuhkan oleh umatnya. Tanpa
melebihkan atau menguranginya.
*********
Alhamdulillah, cerpen ini clear juga.
sebenernya cerpen ini udah membusuk di dalem folder.
Udah lama banget, tapi endingnya gak ketemu, ini baru nemu
:D
Leave a comment guys, like also :)
See you next time ^_^