Senin, 26 Mei 2014

Love in Danger - Chapter 3 (RIFY)

Lanjutannya :)) semoga kalian terhibur dengan my story ^^
HAPPY READING ALL :*

WARNING !!!
INI UNTUK KALANGAN DEWASA, UMUR DIATAS 17 TAHUN !!! JIKA KALIAN TIDAK MEMATUHI DAN TERJADI APA - APA, DOSA DITANGGUNG SENDIRI.



PART SEBELUMNYA !!!

Alyssa hanya tersenyum canggung kepada kedua orang tua itu. Mario juga memberikan senyumannya saat mereka berdua meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu kepadanya. Mario langsung menutup pintu kamar kost Alyssa saat mobil yang ternyata benar milik seseorang yang sedang bertamu ke kost Alyssa sudah menjauh.

“Gue butuh penjelasan.” Ucap Mario secara tegas seraya menatap Alyssa dengan tatapan tajamnya. Dia masih berdiri di depan pintu. Dan Alyssa masih duduk dengan gelisah dan tidak mau menatapnya.

“Loe mau tahu siapa mereka ??”

PART SELANJUTNYA !!!

“Jelas Alyssa. Loe pernah bilang sama gue, kalau loe hidup di Indonesia sendirian. Gak ada satu orang pun yang punya hubungan darah sama loe, tapi kenapa ada mereka yang datang ke sini untuk ...”

“Cukup Mario. Sampai kapan loe akan terus mencari tahu tentang kehidupan gue. Sampai kapan loe akan terus ingin tahu sama semua yang berhubungan dengan gue.” Potong Alyssa dengan kesal seraya menatap mata Mario yang masih marah.

“Karena gue ...”

“Kenapa ?? Loe gak bisa jawab kan ?? Jangan karena kejadian kemarin malam, loe bisa seenaknya ingin tahu tentang gue Mario. Gue juga butuh privacy.”

            Mario menatap bingung kearah wanita itu. Harusnya disini dia yang marah, tapi kenapa sekarang menjadi wanita itu yang marah dengannya ?? Mario mendekat kearah wanita itu dan duduk di sebelah kanan Alyssa. Alyssa masih menampakkan wajah kesalnya dan tidak juga menatapnya.

“Gue kan Cuma nanya, mereka siapa elo. Kok marah ??”

“Loe yang bikin gue marah.” Ucap Alyssa kesal. Dia masih tidak mau menatap Mario.

“Ck, padahal gue kesini ingin melupakan kelelahan gue. Disini malah di sinisin.” Ucap Mario dengan nada yang sengaja di sengsara seraya menyenderkan tubuhnya di kepala sofa. Dan berhasil membuat wanita itu menatapnya.

“Ya habis, loe dulu sih yang mulai.” Ucap Alyssa pelan seraya mendekat kearah bosnya itu. “Capek banget yah emangnya ??” Tanya Alyssa polos.

“Gak kok, biasa aja. Tapi gue butuh obat buat bikin rasa lelah gue hilang.”

“Apa ??” Tanya Alyssa was – was. Ada bau bau tidak enak disini. Apalagi melihat tatapan kerlingan nakal dari pria di hadapannya sekarang.

            Mario menatap Alyssa lama. Matanya menatap bibir tipis wanita itu dengan penuh minat. Alyssa yang sudah mengetahui bahwa dugaannya benar hanya menjaga jarak dengan pria itu dengan memundurkan tubuhnya.

“Kenapa ??” Tanya Mario heran seraya tersenyum nakal melihat tingkah Alyssa.

“Jangan mendekat. Kalau loe berani mendekat, gue akan ...”

“Akan apa ?? Emang loe berani ngapain gue ?? Loe kan sekretaris gue. Jadi gue bebas menyuruh apapun sama loe.”

“Hanya di kantor.” Jawab Alyssa seraya memberikan beberapa penekanan.

“Oh ya ?? Bukannya gue bilang kemarin, kalau loe udah sah menjadi sekretaris gue di dalam atau di luar kantor ?? Inget ??”

“Enggak.”

“Yaudah deh, loe inget inget aja dulu. Gue mau mandi.”

“Eh, gak sopan banget sih loe. Ini kan kamar milik gue. Gue gak ngijinin loe mandi disini.” Ucap Alyssa.

            Mario berhenti melangkah kemudian membalikan tubuhnya. “Yang tadi pagi bayar kamar kost loe siapa ?? Gue kan. Jadi, gue berhak buat ngapain aja disini. Termasuk tidur di kasur loe itu.”

“What ?? Mario.” Teriak Alyssa dengan kesal. Sayangnya pria tampan itu sudah masuk ke kamar mandi dengan tertawa puas. Alyssa hanya mendengus kesal seraya mengusap wajahnya secara kasar.

“Musibah banget buat gue kalau ada dia disini. Ck.”

“Alyssa.” Alyssa menatap kearah pintu kamar mandi, disana ada kepala Mario yang menyembul. Dia bisa menebak kalau pria tampan itu sudah naked.

“Loe gak salah kan ngisi kamar mandi loe dengan barang – barang pribadi kaya gitu.”

            Alyssa mengernyit bingung. Barang – barang pribadi ?? Apa yang dimaksud oleh bos’nya itu ?? Alyssa kembali menatap Mario yang masih berada di posisi sebelumnya dengan seringaian khas miliknya yang membuat Alyssa teringat sesuatu. Astaga, di dalam sana ada pakaian dalamnya yang belum sempat Alyssa taruh.

“Marioo.” Dengan gerakan cepat Alyssa masuk ke kamar mandi untuk mengambil pakaian dalamnya itu. Dan wanita ini tidak menyadari jika Mario sudah mengunci pintu kamar mandinya dan kuncinya ia letakkan di tempat yang tidak terjangkau.

“Dasar mesum.” Teriak Alyssa saking jengkelnya di depan Mario yang hanya di tanggapi dengan senyuman manis pria tampan itu.

“Itu memang ciri khas gue Alyssa. Fix, sekarang gue mau mulai membersihkan diri.”

            Alyssa menatap tajam kearah pria itu kemudian memilih mengalah dan ingin keluar dari kamar mandi, tapi kenop pintunya tidak bisa di buka. Sudah berulang kali Alyssa mencoba membuka tapi tetap tidak bisa.

“Mario, mana kuncinya. Gue mau keluar.” Ucap Alyssa geram dengan pemuda itu.

“Udahlah. Mendingan kita mandi bersama.” Ucap Mario santai seraya menarik lengan Alyssa mendekat kearahnya sampai mereka berdua sama – sama basah terkena air yang meluncur dari shower.

            Alyssa memejamkan matanya dengan kedua tangannya yang bertumpu di kedua bahu pria tampan di hadapannya sekarang. Dan Alyssa baru merasakan jika Mario hanya bertelanjang dada. Sementara celana panjangnya sudah di lepas dan hanya menyisahkan celana pendeknya.

“Lebih enak kan kalau mandi bareng.”

            Alyssa membuka matanya setelah mendengar kalimat penuh ke pervert’an dari pria ini. Dia langsung berusaha mendorong Mario untuk menjauh darinya. Tapi dengan cepat Mario menarik pinggang Alyssa hingga mereka berpelukan.

“Alyssa, loe harus tahu. Gue bener – bener lelah. Dan Cuma loe yang bisa menyembuhkan rasa lelah gue Alyssa.” Ucap Mario pelan seraya memeluk pinggang wanita itu dengan erat.

“Tapi gak dengan cara seperti ini.”

            Mario menarik bahu Alyssa yang sudah basah. Pria tampan itu menatap Alyssa dari bawah hingga keatas. Dan dia baru menyadari jika Alyssa memakai rok mini yang sangat pendek serta baju pink’nya yang menggelembung di bagian lengan. Membuat Mario menyeringai saat bisa melihat pakaian basah Alyssa.

“Loe tahu kalau gue mau kesini ?? Sengaja mau ngegoda gue ??” Goda Mario.

“Apaan sih. Tingkat kemesuman loe semakin tinggi. Menjijikan.” Ujar Alyssa seraya menatap mata Mario dengan tajam.

“Yang penting loe suka. Sekarang buka baju loe.” Perintah Mario dengan seenaknya. Mata wanita itu melebar mendengar kalimat itu.

“Loe gila ??” Pekik Alyssa dengan nada shock. Kemudian mencubit lengan pria itu dengan tidak berperikemanusiaan.

“Alyssa. Aw. Ini beneran sakit. Lepasin.” Teriak Mario berusaha menyingkirkan tangan Alyssa yang masih bertengger di lengannya.

“Kasih tahu gue dimana kuncinya setelah itu baru gue lepasin.” Ancam Alyssa.

            Mario tidak mengindahkan perkataan wanita itu. Dia langsung menarik Alyssa mendekat kemudian mencium tepat di bibir manis Alyssa. Alyssa lagi – lagi dibuat seperti ini oleh Mario membuat cubitannya terlepas. Mario tersenyum dalam sela – sela ciuman panasnya itu.

            Pria tampan itu menarik pinggang Alyssa lebih dekat setelah Alyssa menerima perlakuannya dengan memejamkan mata dan kedua lengannya melingkar sempurna di leher Mario. Bahkan sekarang wanita itu sudah bisa membalas ciuman Mario.

Pria itu terus menerus tersenyum dalam ciumannya seraya menggerak gerakkan kepalanya ke kanan dan kiri berusaha untuk mencari posisi yang paling nyaman untuknya. Dengan disengaja, tangan Mario mengangkat baju Alyssa keatas dan berusaha melepaskannya dari tubuh wanita itu.

Alyssa tersadar saat baju atasnya melewati kepalanya. Dia langsung menjaga jarak dengan pria itu seraya menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.

            Mario mendengus kesal karena saat - saat membahagiakannya harus tersapu begitu saja begitu Alyssa melepaskan ciumannya secara kasar. Dia menatap wanita itu yang masih menutup tubuhnya dengan kedua tangan.

“Please Alyssa. Gak usah lebay. Gue Cuma gak mau loe sakit. Cuma karena mandi tengah malam begini. Lagian kan ada tanktop merah muda loe itu.” Ujar Mario kesal.

“Tetep aja loe gak sopan udah membuka baju gue tanpa ijin. Loe pikir dengan gue hanya mengenakan pakaian serba mini seperti ini, gue gak kedinginan ??”

“Fine, loe kedinginan kan ?? Jadi gue boleh mengobati hal itu dengan memeluk loe.”

            Mario memeluk Alyssa kembali. Kali ini wanita itu tidak memberontak seperti sebelumnya. Karena dia benar – benar kedinginan. Bahkan sekarang Alyssa memeluk bos’nya itu tak kalah erat dengan Mario. Kepalanya ia senderkan di bahu telanjang Mario. Dan dia menyadari, jantungnya berdegup kencang. Ada sesuatu yang menggelitik yang Alyssa sendiri tidak tahu itu karena apa.

            Apa jangan – jangan karena dia sekarang sedang dekat dengan Mario ?? Apa karena pria ini dia bisa merasakan hal – hal seperti tadi ?? Alyssa menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak boleh mempunyai perasaan lebih untuk bos’nya yang satu itu. Bukan itu tujuannya dia berada di tempat kost kumuh seperti ini. Bukan itu. Dan Alyssa terus meyakinkan dirinya bahwa tidak ada perasaan disana.

***********
            
Alyssa sedang berkutat dengan bahan – bahan masakan di dapur kecilnya. Yah, di kamar kost’nya ada dapur kecil yang letaknya di sebelah kamar mandi. Alyssa sedikit beruntung karena disaat dia butuh makanan di malam hari, dia tidak perlu keluar kamar untuk mencari makanan, karena ada dapur mini yang bisa ia gunakan.

            Jam yang terpajang di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Dan dia terbangun karena merasakan perutnya yang sangat lapar. Wanita ini tadi malam terlalu sibuk untuk mengurusi dua orang yang tadi malam bertamu ke kamar kostnya. Dan setelah itu langsung diganggu oleh bos’nya itu yang datang tiba – tiba.

            Alyssa membawa mie cup’nya ke sofa. Dia mulai menikmati makanan ringannya itu. Pikirannya tanpa diperintah kembali ke tadi malam saat dua orang paruh baya itu datang ke kamar kost’nya dan memerintah tanpa bisa di bantah oleh Alyssa.

            Wanita itu terus menerus mengucapkan lafal ‘maaf’ kepada siapapun yang bersangkutan dengannya. Dia ingin berhenti menerima perintah dari mereka. Tapi tidak bisa, mengingat jika mereka adalah dua orang yang wajib Alyssa hormati karena statusnya yang lebih tua darinya.

            Alyssa ingin sekali menemukan seseorang yang bisa menyelamatkan kehidupan dirinya yang begitu rumit. Dia ingin terbebas dari semuanya. Dia ingin hidup bebas tanpa di beri beban yang cukup berat di pundaknya.

“Ehem.”

            Deheman yang cukup keras itu membuat Alyssa mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Dan dia terkesiap saat bos’nya sudah duduk di sampingnya dengan piyama birunya dan rambutnya yang acak – acakkan. Mulutnya terus menguap dan tangannya terus menerus mengusap wajahnya kasar.

“Kok bangun ??”

“Gue pasti bangun kalau gulingnya ngilang.” Jawab Mario asal. Masih setengah sadar karena baru bangun dari alam mimpinya.

“Guling ?? Seinget gue, di kasur itu gak ada guling, hanya ada ... Astaga, dasar mesum. Gimana bisa gue punya bos yang mesum banget kaya loe.” Cerocos Alyssa.

            Mario mendekatkan dirinya kearah Alyssa dan memeluk wanita itu serta menyenderkan kepalanya pada lekukan leher wanita itu. “Serius Alyssa. Gue gak bisa tidur kalau gak bisa peluk sesuatu. Apalagi kalau gulingnya itu elo. Gue tambah nyaman deh tidurnya.”

“Kok loe jam segini makan sih ?? Mie lagi ?? Mau gemukkin badan ??” Tanya Mario heran saat menyadari ada cup yang berisi mie yang masih dipegang wanita itu.

“Gue laper. Tadi malam belum makan.” Jawab Alyssa cuek.

“Gue masih penasaran, dua orang itu siapa loe ??”

“Gue udah bilang jangan membahas masalah itu lagi Mario. Kenapa sih ngeyel banget dibilangin ??” Ujar Alyssa kesal serta melepaskan pelukan Mario dengan kasar.

“Ck, gue gak bermaksud ikut campur. Gue hanya ingin tahu.”

“Itu privacy gue. Jadi jangan buat gue kesel lagi dengan keingintahuan loe itu.” Ucap Alyssa sinis seraya bangkit darisana. Dia berjalan menuju ke kamarnya.

            Mario hanya menatap Alyssa dengan tatapan sendunya. Wanita itu sama sekali tidak mau jujur dengannya. Entah apa yang dirahasiakan dari wanita itu kepadanya. Mungkin benar kata Alyssa. Setiap orang butuh privacy. Dia saja mempunyai privacy yang hanya orang tertentu saja yang boleh tahu.

            Tapi mengingat saat dirinya tadi menghampiri Alyssa. Wanita itu sepertinya mempunyai sesuatu yang sangat berat di pundaknya. Tatapannya benar – benar penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran membuat Mario tidak bisa menebak apa yang terjadi pada wanita itu.

            Pria tampan itu memutuskan untuk berjalan kearah kamar mandi untuk bersiap – siap ke kantor. Banyak pekerjaannya yang sedang menunggu di kantor. Dan mungkin hari ini hingga beberapa hari ke depan, Mario akan terus berada di kantor karena pekerjaannya itu.

Tapi, pria ini tetap tidak akan menyerah, mengingat semua ini adalah kerja keras dari orang tuanya selama ini. Dia harus bisa membuat perusahaan itu semakin maju agar orang tuanya bangga kepadanya. Yah, itu yang harus ia lakukan sekarang.

*************
            Alyssa menatap layar ponselnya dengan pandangan nanar. Melihat beberapa kalimat yang tertera melalui pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang. Dia bergegas untuk pergi ke suatu tempat dahulu sebelum pergi ke kantor.

            Mengingat tadi pagi, tentang sikap Mario yang benar – benar cuek setelah mendapat kalimat sinis darinya membuat Alyssa menyesal. Mario tidak salah, dia hanya ingin tahu masalah yang sebenarnya sedang dialaminya. Tapi Alyssa sedang tidak ingin berbagi dengan siapa – siapa sekarang.

            Alyssa menghembuskan nafas secara kasar. Dia cepat – cepat bergegas untuk pergi ke suatu tempat. Dia harus cepat datang atau sesuatu yang buruk menimpa dirinya. Dan Alyssa benar – benar malas jika harus berurusan dengan masalah dengan orang yang akan ditemuinya sekarang.

            Alyssa berhenti di sebuah gedung betingkat. Entah ini gedung apa namanya yang jelas wanita ini selalu datang ke tempat ini setiap hari untuk melaksanakan tugasnya. Alyssa melihat beberapa orang yang sedang bercengkrama di dalam sana, dan dengan keberanian yang tinggi, wanita ini mendekat.

“Akhirnya datang juga devil’s girl kita yang satu ini.”

“Loe semua tahu kan, kalau gue gak suka basa – basi.” Jawab Alyssa datar.

            Mereka menganggukkan kepalanya kemudian mendekat kearah Alyssa, serta langsung menyerahkan selembar kertas yang membuat Alyssa menatap bingung ke orang itu.

“Lihat dan perhatikan baik – baik.” Teriak seseorang, Alyssa hanya menatap datar orang itu yang merupakan pemimpin di group Devil ini. Dia tidak menjawab perkataannya dan langsung memperhatikan baik – baik sesuatu yang ada di kertas.

            Mata Alyssa membulat melihat foto yang tertera jelas disana. Alyssa jelas tahu siapa orang yang ada di kertas ini. Dan mulutnya menganga begitu membaca detail tentang kehidupan seseorang itu.

“Dekati dia, dan buat semua yang dimilikinya menjadi milik kita. Loe pasti ngerti maksud gue kan ??”

            Alyssa tidak percaya dengan pendengarannya sekarang. Dia menggeleng gelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak, dia tidak sanggup jika melakukan hal itu.

“Enggak. Kalian boleh menyuruh gue buat mendekati siapapun. Tapi tidak dengan orang ini.” Tolak Alyssa tegas. Semua yang berada disana justru tertawa mendengar hal itu. Alyssa hanya diam.

“Sayangnya kami tidak menerima penolakan. Silahkan pergi dan patuhi perintah kami. Atau loe akan mendapat masalah.”

“Please.” Ucap Alyssa memohon.

“Itu target loe sekarang. Laksanakan dan jalankan dengan sebaik – baiknya seperti sebelumnya Alyssa. Dan jangan sampai gagal.”

            Alyssa sekali lagi menatap nanar ke foto itu. Dia tidak tega jika harus berbuat seperti itu. Alyssa menatap orang – orang disana dengan tatapan memelas yang dimilikinya, tapi tetap saja, hanya gelengan sebagai jawaban. Alyssa menganggukkan kepalanya karena tidak mungkin permohonannya di kabulkan.

“Baiklah. Gue permisi.”

“Laksanakan dengan cepat Alyssa.”

            Alyssa tidak mengindahkan teriakan itu. Dia hanya diam dan terus berjalan. Pandangannya kosong. Antara mematuhi dan menolak. Jika menolak, maka akan banyak bahaya yang pastinya akan datang pada kehidupannya. Dan semakin banyak pula orang – orang di sekelilingnya yang akan disakitinya.

Dan Alyssa tidak mau jika itu terjadi.

            Dengan sangat terpaksa dia mematuhi perintah itu. Dan harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Seraya berjalan, Alyssa menundukan wajahnya dan terus – menerus mengucap kata ‘maaf’ kepada orang yang akan disakitinya – lagi.

*************

            Alyssa memasuki kantor dengan tidak bersemangat. Entah mengapa hari ini ia ingin sekali sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan dia sekarang memang wajib untuk dikerjakan. Alyssa sadar diri, jika sekarang ia sudah terlambat. Tapi tidak perduli apakah dia harus di pecat atau mendapat omelan dari sang direktur itu.

“Alyssa.” Baru saja wanita ini duduk di kursinya sudah ada seseorang yang memanggil namanya. Membuat emosinya naik seketika.

            Alyssa menengadah dan terlihatlah seorang wanita yang memakai pakaian kantor cukup ketat dan mini. Alyssa melengos melihat wanita itu yang merupakan salah satu fans fanatic direktur’nya itu.

“Kamu sudah terlambat tapi tidak mau ke ruangan saya untuk mempertanggung jawabkan kelakuan kamu. Kamu pikir kamu siapa Alyssa ??”

            Alyssa berhenti mencoret – coret buku yang ada di mejanya. Tangannya memegang erat pena yang ia pegang di tangan kananya sampai jari – jarinya memutih akibat terlalu kuat mencekalnya.

“Denger yah nona Fa yang terhormat. Saya mau ijin sama kamu atau tidak, itu bukan urusan kamu. Kamu mau tahu siapa saya ?? Saya sekretaris dari bapak Direktur. Sekaligus pemilik perusahaan – Pak Mario Raditya. Jelas ??”

“Kamu pikir, pak Mario akan berpihak sama kamu setelah kesalahan terbesar kamu yang udah menantang saya dan berbuat seenaknya. Dasar wanita malam.”

Ceklek.

Dua orang yang masih berseteru itu akhirnya menoleh bersamaan setelah terdengar kenop pintu yang terbuka. Dua orang itu langsung memasang mimik muka yang sangat berbeda saat melihat siapa seseorang yang membuka pintu itu.

            Alyssa melengos tanpa menatapnya dan Fa memasang senyuman paling manis seraya membenarkan penampilannya dengan tidak sabar.

“Ada apa ini ??”

“Maaf pak. Alyssa sudah terlambat tapi tidak mau ke ruangan saya. Dia malah membentak saya dan berbuat seenaknya.” Adunya. Orang yang membuka pintu – yang ternyata Pak Direktur – menatap Alyssa yang tidak menatapnya.

            Mario mengernyit bingung melihat raut wajah Alyssa yang tidak seperti biasanya. Ah, Mario lupa, dia dan Alyssa kan sedang bertengkar akibat masalahnya tadi pagi. Ck, ini bahkan lebih sulit untuknya jika Alyssa seperti ini.

“Sudah Fa, kamu kembali ke ruangan kamu. Biar Alyssa saya yang urus.”

“Saya bantu ya pak.” Ucap Fa dengan nada manja membuat Alyssa mencibir pelan. Ck, wanita ini benar – benar menjijikan.

“Tidak usah Fa. Silahkan kembali ke ruangan kamu. Sekarang.” Ucap Mario tegas.

“Baik Pak. Permisi.”

            Mario bernafas lega karena wanita itu sudah pergi. Ck, dia sama sekali harus berpikir keras untuk bisa mencari jawaban jika wanita itu selalu meminta yang aneh – aneh. Seperti tetap kekeh untuk berada di sampingnya. Membuatnya muak.

“Alyssa. Permasalahan di luar kantor tolong jangan di sangkut pautkan disini.”

            Alyssa tetap pada posisinya semula. Dan mencibir pelan akibat ke sok tahuan yang dilakukan oleh Direkturnya ini. Memangnya dia seperti ini akibat masalah mereka tadi pagi ?? Ck, bahkan masalah yang satu ini jauh lebih sulit untuknya.

“Saya lagi berbicara Alyssa.” Ujar Mario memberi peringatan untuk wanita itu.

“Saya minta ijin untuk pulang ke rumah Pak. Saya sedang tidak enak badan hari ini.”

“Apa yang kamu maksud dengan tidak enak badan ?? Kamu pikir saya anak TK yang bisa dibohongin sama kamu ??”

            Mario memandang Alyssa dengan tatapan tajamnya. Dia benar – benar emosi sekarang. Baru kali ini ada seseorang yang sangat berani kepadanya. Apalagi jabatan yang dimilikinya jelas sangat di bawah Mario.
“Kamu ikut ke ruangan saya Alyssa.” Perintah Mario seenaknya.

            Alyssa memandang Mario yang sudah masuk lebih dulu ke ruangannya dengan tatapan nanar. Wanita ini menundukan wajahnya dalam – dalam. Dia amat sangat merasa bersalah kepada seseorang, dan dia ingin sendiri dulu untuk menenangkan pikirannya. Mengapa Mario sangat tidak perduli tentang hal itu ??

            Dengan tidak bersemangat, Alyssa mengikuti Mario memasuki ruangannya. Dia membuka pintu itu dan terlihatlah Mario yang sedang duduk di kursi tertingginya dengan tidak melakukan apa – apa, hanya menatap Alyssa dengan tatapan mengintimidasinya. Membuat Alyssa gugup sendiri di tatap seperti itu.

“Duduk.”

            Alyssa mengikuti perintahnya dengan duduk di depan Mario – yang hanya di batasi dengan meja besar di ruangannya – dengan gugup.

            Tanpa Alyssa sadari, Mario mendekat kearah Alyssa dan mengambil tempat duduk di sebelah Alyssa dan didekatkan kearah wanita itu. Sehingga sekarang, Mario sudah duduk di sebelah Alyssa dengan jarak yang sangat dekat.

“Ada apa Alyssa ??”

            Wanita itu tersentak saat merasakan ada tangan yang menyentuh pipi’nya. Dia mengalihkan pandangannya ke samping kananya dan sudah terdapat Mario yang masih menatapnya seperti sebelumnya.

“Pak, lepas. Ini di kantor.”

“Kamu tenang saja. Disini hanya ada kita berdua. Ruangan ini kedap suara dan CCTV di ruangan saya hanya saya yang bisa melihatnya.”

            Mario menarik wajah Alyssa mendekat. Sehingga sekarang mereka berdua berhadapan dengan wajah yang hanya terpaut beberapa cm. Alyssa menahan nafas saat Mario mendekatkan wajahnya kearahnya. Pandangan pria itu terus tertuju pada bibirnya. Dan benar saja, Mario menciumnya tepat di bibir.

            Alyssa bisa melihat mata Mario yang tertutup. Perlahan – lahan, Alyssa mengikutinya dengan menutup matanya. Dia berusaha untuk menerima perlakuan Mario dengan mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu.

            Mario menarik pinggang Alyssa untuk berdiri begitupun dengan dirinya. Lalu mendudukan wanita itu di meja besar di ruangannya. Dan itu bisa membuat Mario bebas untuk menjelajah lebih lanjut bibir manis milik wanita itu. Tangannya sudah masuk ke dalam baju kerja Alyssa dan mengelus punggung wanita itu dengan ahlinya.

            Alyssa terus mendesah menikmati permainan Mario. Entah mengapa, sentuhan pria ini membuatnya seperti candu yang selalu saja ingin diperlakukan seperti ini terus. Sentuhannya sangat lembut dan membuatnya bergairah. Dan seumur hidupnya baru kali ini Alyssa merasakan sentuhan seorang laki – laki.

            Alyssa meremas rambut pria itu dengan eratnya. Berusaha meredam semua desahannya lewat itu. Ciuman mario bertambah panas. Dan sekarang bibir pria itu sudah ada di lehernya dan mengecupnya berkali – kali membuat Alyssa mendesah tidak karuan. Pria itu membuat tanda kepemilikan disana. Dan setelah puas, mario kembali melumat bibir Alyssa dengan rakus.

“Ehem.”

            Alyssa mendorong Mario menjauh saat tersadar ada seseorang pria yang berdiri di pintu dengan menyenderkan tubuhnya disana dan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. Entah berapa lama pria itu berdiri disana. Yang jelas itu membuat Alyssa salah tingkah dan cepat – cepat membenarkan penampilannya.

            Mario juga ikut menatap ke orang yang sudah menganggu acaranya. Dia menatap tajam ke orang itu dan langsung menurunkan Alyssa dari atas mejanya. Dia sempatkan untuk mengecup pipi kiri wanita itu membuat Alyssa mencubit lengannya dengan keras dan menyebabkan Mario meringis kesakitan.

“Gue ganggu yah.”

            Mario mencibir pelan karena kalimat sok imut yang keluar dari mulut orang yang mengganggu acaranya yang ternyata sahabatnya – Alvin William. Sedangkan Alvin sendiri sudah tertawa puas melihat sahabatnya yang sepertinya sangat sengsara karena kehadirannya.

“Sorry bro, gue kan gak tahu kalau loe lagi berbuat, ehem.” Goda Alvin.

“Permisi, saya keluar dulu.” Sela Alyssa membuat dua pria tampan itu menatapnya.

“Loe yakin mau keluar setelah gue membuat kiss mark di leher loe ??” Tanya Mario tanpa pikir panjang. Alyssa langsung menutupi lehernya serta menundukkan wajahnya karena perkataan Mario yang tidak tahu aturan. Dalam hati, dia terus menerus merutuki perkataan direkturnya itu yang membuatnya malu.

“Ck, sopan banget omongan loe bro. Disini ada anak baru gede nih.”

Mario menatap tajam kearah Alvin yang nyengir gaje. “Loe punya tugas bro. Mumpung loe lagi ada disini. Beliin syal buat Alyssa. Dan gak pake lama.”

            Mata pemuda itu melebar sempurna. What ? Seorang Alvin di perintah begitu saja oleh seorang Mario Raditya ?? Ini keterlaluan.

“Loe yakin nyuruh gue ??” Tanya Alvin tidak santai.

“Loe mau backstreet loe gue bocorin ke nyokap bokap loe ??” Ucap Mario langsung.

“Loe kan udah janji sama gue gak bakalan bocorin sama siapa – siapa bro.” Ucap alvin memelas. Ancaman sahabatnya merupakan kekalahan telak buat Alvin.

“Yaudah, silahkan keluar dan patuhi perintah gue.” Ucap Mario tegas dan tidak berperasaan. Terpaksa, Alvin menyetujui walaupun dengan cibiran - cibiran pedas yang keluar dari mulutnya.

“Aw.” Pekik Mario keras saat dirasakan jitakan yang mendarat di kepalanya serta cubitan pedas di lengan kananya. Pintu sudah tertutup kembali saat sahabatnya sudah keluar untuk mematuhi perintahnya.

“Loe tahu, loe itu orang yang paling nyebelin. Sahabat loe sendiri loe suruh ?? Ck.”

“Alyssa Sellina. Bisa gak sih loe gak make kekerasan setiap memberi peringatan sama gue ?? Lama – lama gue bisa masuk rumah sakit gara – gara kekerasan loe.” Ucap Mario, tangannya masih mengelus lengannya yang memerah.

“Bodo. Loe aja gak mikirin perasaan orang lain. Buat apa gue mikirin perasaan loe.”

            Mario langsung menarik pinggang wanita itu mendekat. Tidak perduli dengan teriakan Alyssa, pria itu sudah mencium bibir Alyssa dengan penuh minat. Alyssa berusaha berontak tapi Mario selalu menahan pingangnya dan mencekal lengan kananya, membuat wanita itu tidak bisa kemana – mana.

            Ciuman kali ini lebih panas dari sebelumnya. Mario menggerak gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha mencecap semua bibir manis nan mungil milik Alyssa. Tangannya aktif mengelus bagian depan tubuh wanita itu membuat Alyssa mengerang dalam ciumannya.

            Mario mendorong Alyssa hingga wanita itu menempel pada meja. Ciumannya beralih ke leher wanita itu dan menciumnya dengan tidak sabaran. Alyssa hanya bisa meremas rambut Mario dan menggigit bibir bawahnya untuk meredam desahannya. Ini gila, baru kali ini dia merasakan kenikmatan seperti ini seumur hidupnya. Dan dia menyukai sentuhan Mario. Dan entah mengapa, dia menginginkan lebih.

Ini benar – benar gila. Sentuhan Mario membuatnya gila.

            Mario sudah melepas blazer Alyssa tanpa wanita itu tahu karena terlalu fokus pada sentuhan Mario yang membuatnya melupakan semua hal yang ada di pikirannya sebelumnya. Oh, ini benar – benar nikmat. Sampai membuatnya seperti di surga. Mario juga sudah bertelanjang dada karena tangan Alyssa – yang tanpa sadar – sudah membuka kemeja pria itu.

Hanya tersisa celana panjang Mario dan rok hitam sebatas paha milik Alyssa. Dan bra yang masih melekat di tubuh atas Alyssa.

Mereka benar – benar lupa sedang berada dimana dan melakukan perbuatan apa.

Alyssa tidak bisa berhenti mendesah karena sentuhan Mario. Ini gila !!!

            Mario terus tersenyum mendengar desahan wanita yang berada dalam pelukannya sekarang. Cukup bangga bisa membuat wanita yang – pertama kali – melakukan hal ini dengannya seperti berada di langit ke tujuh. Tangan pria itu terus saja menjelajah kemana saja yang bisa disentuh di tubuh wanita itu.

Mario sudah bergairah saat ciuman pertama mereka tadi. Dan sekarang semakin bergairah karena respon yang diberikan wanita ini.

Ceklek !!!

            Mata Mario melebar mendengar suara pintu yang dibuka oleh seseorang. Dia langsung memeluk Alyssa dengan lebih erat untuk menutupi bagian depan tubuh wanita itu yang terbuka.

“Siapa ??” Tanya Mario penuh dengan kegugupan.

            Alyssa juga sama gugupnya melihat seseorang paruh baya yang sedang berdiri disana menatap kearahnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Alyssa. Dia malu. Sungguh. Sudah dua kali dia kepergok sedang berbuat ‘mesum’ bersama dengan direkturnya ini. Entah dia harus bagaimana lagi jika harus berhadapan dengan seorang paruh baya yang masih berdiri mematung di pintu itu.

“Siapa Alyssa ??” Tanya Mario sekali lagi dengan tidak sabaran.

“Pak Adit.” Jawab Alyssa dengan lirih.

“APA.”

***********


Selesai untuk post hari ini :D
Sekali lagi teman :* PLEASE, DON'T BE A SILENT READERS !!!
Gak ninggalin jejak, gak lanjut :p
Au revoir :*

Minggu, 25 Mei 2014

Love in Danger - Chapter 2 (RIFY)

Salut Salut mes amis :*
maafkan atas keterlambatan post saya ya teman :D buat kalian yang demo saya minta maaf :D
okeh, hari ini aku post 2 chapter karena ke potong jadi gak enak kan -__-
okeh dah, langsung aja nih yah ^^
HAPPY READING GUYS :*


Cahaya pagi menembus ke dalam sebuah kamar melalui ventilasi di semua lubang yang ada di kamar kost tersebut. Kedua insane manusia  berbeda kelamin itu masih asyik bergelut dalam mimpi indahnya. Mereka tidur dengan posisi saling merapat satu sama lain.

            Beberapa saat kemudian, salah satu dari mereka menggeliatkan tubuhnya. Alyssa membersihkan matanya dan wajahnya dengan menggunakan kedua tangan. Dia langsung membuka kedua matanya dan mengernyitkan keningnya saat dirasakan ada sesuatu yang menindih perutnya. Sesuatu yang berat membuat dia cepat – cepat mengecek ada apa disana.

            Dan matanya membelalak begitu melihat ada seorang pria yang masih tertidur pulas di sampingnya. Pria itu dalam keadaaan telanjang bagian atas. Dengan cepat, dia membuka selimut yang sedari tadi menutup tubuhnya dan ...

“Mariooooooooo.” Teriaknya membuat pria disampingnya menggeliatkan tubuhnya.

            Mario membuka matanya dan menatap siapa orang yang sudah mengganggu tidur pulasnya. Dan matanya membulat begitu melihat seorang wanita yang sangat ia kenali sedang tertidur di sampingnya. Cepat – cepat dia bangun dan menarik tangannya dari perut wanita itu.

“Apa yang loe lakukan ??” Tanyanya lagi seraya berteriak. Dia berusaha duduk dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lain berusaha menahan selimut agar tidak merosot dan memperlihatkan tubuh telanjangnya.

“Gue ... gue ..” Ucap Mario terbata. Dia hanya menatap takut ke wajah wanita di sampingnya. Dia juga tidak tahu, mengapa dia bisa berada disini bersama dengannya.

“LOE.” Bentak Alyssa. Dan tanpa disadari, air matanya mengalir di kedua matanya. Menatap benci ke bos’nya yang hanya memasang wajah tidak bersalahnya.

“Alyssa. Gue bisa jelasin, gue gak ngerti kenapa ini bisa terjadi. Tadi malam, kita ...”

“Diem.” Potong Alyssa cepat. Mario membungkam mulutnya rapat – rapat.

            Alyssa menatap kearah sprei ranjang dengan pandangan nanar. Dia tidak menyangka, ada noda darah disana. Sesuatu yang ia jaga selama ini harus berakhir sia – sia sekarang. Wanita ini menundukkan wajahnya dengan air mata yang masih mengalir di kedua mata indahnya.

            Mario mengikuti pandangan wanita itu. Dan dia terkesiap saat melihat noda darah disana. Dan pria ini sangat yakin, itu berasal dari kegadisan wanita yang tengah menundukkan wajahnya ini. Pria ini tidak menyangka, ternyata wanita di sampingnya masih menjadi seorang gadis.

“Alyssa. Gue minta maaf.” Lirih Mario seraya mendekatkan diri kearah Alyssa.

“Andaikan tadi malam gue gak memaksa loe minum wine itu, pasti gak seperti ini jadinya. Gue minta maaf. Sekali lagi gue minta maaf.”

            Alyssa menatap Mario dengan wajah sendunya. Air matanya tidak bisa ia hentikan, semakin mencoba untuk berhenti, semakin banyak pula yang mengalir. Mario meneguk saliva’nya dengan pelan. Entah mengapa, kerongkongannya terasa kering. Dia merasa bersalah sekarang.

“Apa dengan permintaan maaf loe, sesuatu yang hilang dalam diri gue akan kembali lagi ?? Apa bisa ?? Hah.”

            Mario langsung memeluk Alyssa dengan sayang. Dia mengusap usap rambut wanita itu supaya tenang. Alyssa masih terus menangis dengan tangannya yang selalu memukuli dada bidang milik pria itu.

“Gue akan tanggung jawab kalau terjadi sesuatu sama loe. Gue janji. Tapi please, berhenti nangis. Gue akan tanggung jawab Alyssa.”

            Mario bisa merasakan gelengan kepala dari gadis itu. Ini pertama kalinya dia melakukan ini, sama seperti Alyssa. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini, pria tampan ini selalu memegang prinsip, dia akan melakukan perbuatan ini bersama dengan pendamping hidupnya nanti. Tapi sekarang, dia bahkan melanggar sendiri prinsip yang sudah ia tetapkan susah payah.

“Gue mohon berhenti nangis.” Mohon Mario seraya menarik kedua bahu telanjang milik Alyssa dengan lembut. Kemudian dia menghapus air mata yang masih mengalir dari kedua mata cantik milik wanita itu.

            Alyssa menatap pria di hadapannya dengan wajah kecewanya. Bagaimana bisa dia melakukan ini dengan bos’nya sendiri. Bagaimana bisa dia merelakan miliknya yang paling berharga untuk pria di hadapannya.

“Apa yang akan terjadi sama gue setelah ini.” Gumam Alyssa lirih.

Mario mengusap wajahnya kasar. Dia langsung mencium bibir Alyssa dengan lembut. Kemudian melumatnya dan menggigit bibir bawah wanita itu. Hanya beberapa detik, dan detik berikutnya, Mario langsung mencium dahi wanita itu cukup lama dengan penuh rasa sayang.

“Loe akan selalu sama gue. Loe gak akan sendirian lagi Alyssa. Gue janji bakalan selalu ngelindungin loe dan ngejagain loe. Gue janji. Loe bisa pegang janji gue.”

“Tapi kita gak saling mencintai.”

“Bantu gue untuk bisa mencintai loe.” Ucap Mario tegas. Alyssa hanya menatap kedua mata pria itu, mencoba untuk mencari kebohongan disana. Ternyata tidak ada, dia yakin ucapan pria itu dapat dipercaya.

“Gue yatim piatu. Gue gak punya barang mewah. Dan gue hanya seorang wanita yang bekerja di sebuah pub untuk bertahan hidup. Apa loe masih mau sama gue ??”

            Ucapan lirih wanita itu benar – benar membuat Mario tidak tega. Pria ini tahu, jika kedua orang tua Alyssa sudah meninggal dunia entah karena apa. Saat pertama kali wanita ini bekerja di kantornya, Mario sempat menanyakan perihal itu, tapi Alyssa tidak menjawab dan mengalihkan perhatiannya.

“Gue udah bilang kan tadi. Loe gak akan sendirian lagi sekarang. Apalagi menjadi seorang yatim piatu. Gue bisa jadi ayah, ibu, bahkan kakak buat loe.”

“Loe Cuma merasa bersalah kan sama gue.”

“Itu bener Alyssa. Gue gak mau menyangkal hal itu. Maka dari itu gue mohon sama loe, bantu gue untuk bisa mencintai loe. Loe hamil atau enggak, gue tetep akan ada di samping loe.”

“Janji ??” Tanya Alyssa seraya menyodorkan jari kelingkingnya pada Mario. Mario hanya tertawa dan menautkan jari kelingkingnya pada jari Alyssa. Kemudian Mario mengecup bibir wanita itu secara singkat.

“Gue mau, loe berhenti bekerja di melody’s club. Sekarang profesi loe Cuma sebagai sekretaris Mario di dalam kantor ataupun di luar kantor. Mengerti ??”

            Saat Alyssa ingin membalas ucapan Mario, pria itu sudah lebih dulu memotong pembicaraan wanita itu. “Tidak ada penolakan Alyssa. Kalau sampai loe berani datang ke tempat itu lagi tanpa gue, gue akan ngurung loe seharian penuh di ranjang ini.”

            Alyssa mencubit lengan pria itu tanpa perasaan membuat Mario memekik kesakitan. Pria itu menatapnya dengan garang, tapi Alyssa hanya menganggapnya angin lalu, dia mengangkat bahunya acuh kemudian turun dari ranjang.

“Alyssa gue serius.” Teriak Mario kesal.

“Terserah.”

“Alyssa.”

Tok tok tok.

            Mario mengalihkan perhatiannya pada pintu kamar kost Alyssa. Dia menatap bingung pintu itu, siapa yang bertamu pagi – pagi begini ke kost wanita itu ?? Pria itu mengalihkan tatapannya pada Alyssa sekarang. Wanita itu juga sama dengannya, hanya menatap bingung pintu kamar kost’nya.

“Siapa ??” Tanya Mario heran. Wanita itu hanya mengangkat bahunya acuh.

“Loe masuk ke kamar mandi gih, biar gue bukain pintunya. Jangan sampai orang di balik pintu kamar kost loe tahu apa yang udah kita lakuin semalem.” Ucap Mario seraya memakai pakaiannya dan membenarkannya. Kemudian dia merapikan ranjangnya dan menutup dengan kain tepat di bagian noda darah milik Alyssa.

            Setelah memastikan Alyssa masuk ke kamar mandi, dia berjalan untuk membukakan pintu. Dan dia mengernyitkan keningnya saat melihat wanita paruh baya dengan sebuah kipas yang dikibas kibaskan di tangan kananya serta perhiasan yang menempel dimana - mana. Postur tubuhnya yang melebar sempurna serta wajahnya yang garang membuat Mario sedikit ngeri.

“Ibu siapa ?? Ada apa ya kemari ??” Tanya Mario berusaha untuk lembut.

“Kamu tanya saya siapa ???” Bentak wanita paruh baya itu membuat Mario mundur beberapa langkah karena kaget.

“Maaf bu, tapi saya kan tidak ta ...”

“Seharusnya saya yang menanyakan kamu siapa. Mengapa kamu bisa berada di dalam kamar Alyssa ?? Apa yang sudah kalian lakukan ??” Bentaknya lagi dengan keras.

Mario hanya bersungut sungut kesal. Jarak mereka tidak terlalu jauh dan cukup dekat, tapi kenapa harus membentak dengan berteriak di depannya ?? Memangnya kuping gue gak sehat apa. Gerutu Mario dalam hati.

“Bu. Jarak kita deket. Dan kuping saya masih sehat. Ibu tidak usah berteriak seperti itu saya juga bisa mendengarnya.” Jawab Rio kesal.

“Kamu ...”

“Mario.”

            Teriakan dari dalam membuat kedua orang yang masih berseteru itu menatap kearah sumber suara. Alyssa berlari ke arah pintu dan langsung mencubit lengan pria itu membuat Rio lagi – lagi meringis kesakitan.

“Maaf bu, dia itu pemimpin di perusahaan tempat saya bekerja bu. Ada apa ya bu ??” Tanya Alyssa sopan.

            Bisa Mario lihat wanita paruh baya itu menatap kearahnya dengan matanya yang melebar kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada Alyssa.

“Pemimpin perusahaan, seperti ini. Perusahaan mana yang dia pimpin ?? Apa ada pekerja yang mau bekerja disana ?? Tidak sopan sekali.” Sindirnya.

            Mario hanya menatap geram wanita itu karena Alyssa sudah memberikan isyarat menggunakan matanya bahwa ia tidak boleh membalas perkataan wanita itu.

“Saya tidak perduli lagi dengannya. Saya kesini hanya ingin menagih uang sewa kost ini Alyssa. Sudah 4 bulan kamu menunggaknya, teman – teman kamu yang lain bilang kamu punya dua pekerjaan dengan bayaran yang mahal. Tapi kenapa bayar kost saja tidak bisa ??” Omel Wanita paruh baya itu dengan kesal.

            Kedua mata Mario membulat sempurna mendengar pernyataan yang baru saja di jabarkan oleh wanita itu yang ternyata adalah pemilik kost ini. 4 bulan ?? Wanita ini tidak membayar kost selama 4 bulan ?? Tapi kenapa ?? Bukankah penghasilan Alyssa cukup banyak ?? Mengingat dia pernah bekerja di perusahaan Damanik dan bekerja di sebuah pub. Mario benar – benar bingung sekarang.

“Berapa bu jumlah semuanya ??” Tanya Mario cepat.

“4 juta.” Ucap wanita paruh baya itu secara santai. Mata pria itu membulat.

“4 juta ??? Ibu bercanda ?? Ini hanya kost kecil dengan fasilitas yang tidak meyakinkan. Bagaimana mungkin 1 bulannya 1 juta ??” Ucap Mario kaget.

“Itu karena Alyssa tidak membayar tepat waktu.”

“Bu, saya janji. Minggu ini saya akan melunasinya. Saya janji bu.” Sela Alyssa.

            Mario menatap Alyssa bingung. Wanita itu benar – benar misterius. Pria ini merasa dipermainkan dengan kehidupan rumit milik Alyssa. Sebenarnya uang yang selama ini wanita itu dapatkan untuk apa ?? Kemana uangnya ??

“Tidak bisa Alyssa. Ibu sudah memberi waktu kamu. Tapi kamu selalu berkata seperti itu. Ibu tidak percaya lagi. Sekarang bayar uangnya.”

“Tapi bu ...”

“Biar saya yang membayarnya.” Sela Mario. Pria itu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan kertas yang ternyata cek dan menuliskan disana. Kemudian dia menyerahkan cek itu kepada wanita paruh baya itu.

“Ini bu. Saya tidak membawa uang cash sekarang. Jadi silahkan ibu ambil cek ini dan jangan pernah menganggu ketenteraman kamar kost Alyssa lagi.”

“Terima kasih. Saya permisi.”

            Mario menutup pintu kamar Alyssa dengan pelan. Kemudian dia menarik kedua bahu wanita itu agar menghadapnya. Wanita itu hanya menundukkan wajahnya.

“Tatap gue Alyssa.” Ucap Mario tegas.

            Alyssa menggeleng gelengkan kepalanya membuat Mario geram lantas menaikkan dagu wanita itu dengan telunjuknya.

“Gue tanya sama loe dan jawab dengan jujur. Buat apa uang yang selama ini loe dapatkan dari pekerjaan loe. Kemana uangnya Alyssa ??”

“Itu bukan urusan loe.”

“Tapi loe menunggaknya udah 4 bulan.” Ucap Mario gemas. Menatap wanita itu dengan tatapan mengintimidasi, berusaha agar Alyssa jujur.

“Uangnya buat beli baju sama yang lainnya.” Jawab Alyssa pelan.

            Mario menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia menegakkan tubuhnya kembali setelah sebelumnya membungkukkan sedikit tubuhnya. Dia tahu, jika wanita di hadapannya berbohong. Tapi pria tampan ini juga tidak berhak untuk memaksa wanita itu supaya jujur karena Mario sadar diri, dia bukan siapa – siapa Alyssa.

“Gue gak akan memaksa loe buat jujur. Karena gue yakin banget, jawaban loe barusan bukan jawaban yang sebenarnya. Ayo siap – siap. Kita harus ke kantor sekarang. Gue pinjem kamar mandi loe.”

            Mario berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Alyssa hanya menatap punggung lebar itu dengan tatapan menyesalnya. Setelah itu, wanita itu menundukkan wajahnya dan menahan agar air matanya tidak keluar. Ucapan pria itu memang benar, jawaban tadi bukan jawaban yang sebenarnya.

“Gue pasti akan memberi tahu loe, suatu saat nanti.”

***********
            
Hari ini Mario disibukkan dengan berbagai meeting dengan beberapa clien. Dia harus rela mengeluarkan tenaganya lebih banyak sekarang. Dan dengan berat hati, Alyssa mengikuti kemana bos’nya itu pergi. Karena jabatan dia di bawah pria tampan itu sebagai sekretaris di kantor Mario.

“Hari ini kegiatan gue banyak Lys ??” Tanya Mario seraya menatap wanita yang sedang sibuk membereskan berkas – berkas pentingnya.

“Pak, ini di kantor. Bahasa formal dong. Ntar kalau ada yang denger kan gak enak.”

“Ya di bikin enak dong.” Jawab Mario asal membuat Alyssa mendengus kesal.

“Saya serius pak Mario yang terhormat.” Ujar Alyssa geram seraya menatap bos’nya itu dengan tatapan membunuhnya.

“Iya iya. Sensi banget sih.”

            Alyssa hanya mengangkat bahunya acuh. Dia kembali mengerjakan tugasnya atas suruhan bos’nya itu. Huft. Ini sih namanya bukan sekretaris, lebih tepatnya gue itu baby sitter’nya dia. Batin Alyssa sebal.

“Hey, jawab pertanyaan saya dong Alyssa.” Ucap Mario gemas karena wanita itu tidak menjawab pernyataannya.

“Tugas bapak hari ini sangat padat. Hampir full. Jadi, gak ada waktu buat bercanda apalagi bersenang senang.” Ucap Alyssa tegas seraya berjalan kearah Mario dengan susah payah. Kemudian menyodorkan beberapa berkas kearah pria itu untuk di tanda tangani oleh Mario.

            Mario memperhatikan Alyssa dengan serius saat wanita itu berjalan kearah dirinya, karena tidak seperti biasanya. Ada sesuatu yang janggal disana. Membuat Mario mengernyit bingung.

“Kenapa jalan loe ?? Kok aneh gitu ??”

            Alyssa menatap wajah menyebalkan di hadapannya. Pertanyaan macam apa itu. Bukannya dia sendiri yang membuatnya menjadi seperti ini ?? Ini kesalahan Mario atas apa yang sudah mereka lakukan semalam. Dan itu semua karena minuman anggur itu. Semuanya menjadi tak terduga seperti ini.

“Bapak tanda tangani kertas - kertas itu sekarang. Saya tidak punya waktu lagi.”

“Kok mengalihkan pembicaraan sih, jawab saya Alyssa.”

            Alyssa menatap tajam ke arah Mario. Dia terus menunjukkan raut sebalnya kearah pria itu. Mario balik menatap Alyssa. Berusaha untuk bisa membaca tatapan wanita itu. Setelah dia mengetahuinya, Mario tersenyum menggoda kearah wanita itu yang masih berdiri di depannya hanya terbatasi oleh meja besar. Ternyata perubahan itu karena perbuatan mereka semalam.

“Ehem, okeh gue tanda tangani berkas – berkas ini. Tapi gue punya syarat, loe cium gue disini.” Ucap Mario seraya menggoda wanita itu dengan menaruh jari telunjuknya di bibirnya.

“LOE GILA ???” Pekik Ify dengan kerasnya membuat Mario langsung maju kearah wanita itu dan menutup mulutnya dengan telapak tangan kananya.

“Loe yang gila, kalau ada yang denger gimana ??” Bisik Mario gemas plus geram. Dia melepaskan bekapannya dan menarik kedua bahu wanita itu agar menghadapnya. Dan tanpa meminta persetujuan wanita itu, Mario langsung mencium bibir merah muda Alyssa dan melumatnya perlahan kemudian melepaskannya.

            Alyssa hanya menatap kosong kearah pria itu yang sekarang sedang berkutat pada berkas – berkas penting itu. Kemudian tersadar saat Mario sudah berada di hadapannya dengan tangan kananya yang mengelus pipi kirinya dengan lembut.

“Jangan ngelamun terus.” Ucap Mario geli. “Nih berkasnya, jangan sampe salah ngerjainnya, itu berkas penting.”

            Alyssa hanya mendengus kemudian menarik kasar berkas – berkas itu dari tangan Mario. Kemudian berlalu pergi setelah sebelumnya mendorong dada pria itu dan menatap tajam pria itu yang dengan seenaknya hanya ditanggapi dengan kekehan kecil penuh godaan.

“Lumayan, buat hiburan.” Gumam Mario seraya terkekeh pelan dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

***********
            
Mario menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia mengusap usap wajahnya berkali kali. Tubuhnya ia senderkan ke senderan kursi tertingginya. Keadaannya sudah amat sangat berantakan. Kemeja putihnya sudah keluar dari celananya dan lengannya di tekuk sampai ke siku, sedangkan jas’nya hanya tersampirkan asal pada kepala kursi serta rambutnya yang acak acakkan.

            Pekerjaannya sudah berhasil ia selesaikan. Dan rasanya sekarang, ia ingin sekali meminum wine kesukaannya. Untuk mengusir rasa lelah pada tubuhnya. Mario melirik ke jam tangannya yang terpasang apik di tangan kirinya. Ternyata sudah hampir jam 11 malam, dan dia baru saja merampungkan pekerjaannya.

            Mario sungguh menyayangkan Alyssa yang sudah pulang lebih dulu darinya. Karena merasa tidak tega membiarkan wanita itu yang sudah sangat kelelahan, akhirnya dia mengijinkan Alyssa pulang lebih dulu.
“Mendingan gue ke kost’nya deh.” Putus Mario.

            Pria itu mengambil jas’nya kemudian keluar kantor. Dia memutuskan untuk ke kost Alyssa. Tidak enak juga jika kembali ke apartement’nya dan hanya dia sendiri disana. Dia hanya butuh teman sekarang. Karena sahabatnya – Alvin – sedang ada urusan bersama keluarganya sekarang. Jadi, Mario tidak bisa meminta bantuan ke pria itu untuk menemaninya.

            Mario berhenti di depan kost Alyssa. Dan dia mengernyit bingung saat mendapati sebuah mobil di depan kost Alyssa. Masalahnya pintu kamar wanita itu terbuka, tandanya ada seseorang yang bertamu disana. Mario memutuskan untuk menunggu sampai pemilik mobil keluar.

Tok Tok Tok !!

            Mario menatap ke samping kananya. Sudah ada dua orang wanita disana, dan dua wanita itu yang Mario yakini sebagai wanita yang telah menghina Alyssa kemarin. Kemudian, pria itu memutuskan untuk membuka kaca mobilnya.

“Kenapa ??” Tanyanya heran.

“Loe mau ke kost Alyssa ??” Tanya salah satu wanita itu dengan senyuman miringnya.

“Iya. Emang kenapa ??”

“Gak apa – apa sih. Saran gue, tunggu sampe orang tuanya pulang. Gak mungkin kan loe ketemu sama mereka dengan memperkenalkan diri loe sebagai teman kencan ‘wanita malam’ itu ??” Ucap wanita yang satunya dengan nada menyebalkannya.

“Alyssa bukan wanita malam.” Desis Mario marah.

“Dia kerja di pub saat malam hari. Apa namanya kalau bukan wanita malam ??”

“Jaga ucapan loe.” Ucap Mario marah. “Gue gak suka kalian menyebut Alyssa sebagai wanita malam, ngerti.”

“Whatever.”

“Loe bilang tadi di dalem ada orang tua Alyssa ?? Kok bisa ?? Bukannya orang tuanya udah meninggal ?? Kenapa mereka membiarkan Alyssa tinggal di kost sementara orang tuanya aja punya mobil mewah ??” Tanya Mario beruntun dengan heran.

“Kita gak akan menjawab pertanyaan loe karena loe udah membentak kita tadi.”

“Ck, loe tinggal jawab. Loe minta berapapun gue bayar.”

“Sayangnya gue gak tertarik. Mendingan gue cari cowo lain daripada bekas dari seorang Alyssa.” Ucapnya dengan marah kemudian berlalu dari hadapan Mario.

“Shit. Mereka cari masalah sama gue.”

            Mario kembali menatap ke kamar kost Alyssa yang pintunya masih terbuka. Mobil mewah ini benar – benar milik orang tua Alyssa ?? Di dalam sana benar – benar ada orang tua Alyssa ?? Bukannya kata Alyssa sendiri orang tuanya udah meninggal ?? Ck, sayangnya gak ada satupun pertanyaannya yang terjawab.

“Apa perlu gue percaya sama omongan mereka berdua ?? Mariooo, kenapa loe bodoh banget disaat seperti ini. Seharusnya loe percaya sama Alyssa.”

            Mario terus menerus merutuki kebodohannya yang hampir saja percaya pada dua musuh Alyssa. Seorang musuh pasti selalu ingin membuat musuhnya sendiri menderita. Dan bukti itu sudah di depan mata. Jadi, tidak ada alasan bagi Mario untuk percaya pada ucapan dua gadis tadi.

            Beberapa saat kemudian, Mario memutuskan untuk turun dari mobilnya. Dia berjalan mendekat kearah kamar kost Alyssa.

“Permisi.” Ucapnya sopan saat sudah berada di depan pintu kamar kost Alyssa. Orang orang yang berada di kamar kost Alyssa langsung menatap kearahnya. Dan dibalas dengan senyuman paling manis milik Mario.

            Mario tersenyum kepada Alyssa yang masih menatapnya dengan kaget. Bisa pria tampan ini lihat, wanita itu sepertinya sangat terkejut melihat kedatangannya. Beberapa detik kemudian, Alyssa menundukkan wajahnya dalam.

“Kamu siapa ??” Tanya wanita paruh baya yang sangat cantik. Mario menatap wanita itu kemudian menatap Alyssa, kemudian mengernyit saat hatinya mengatakan jika mereka berdua mirip.

“Ehm, maaf bu. Saya Mario, teman Alyssa.”

            Pria paruh baya yang ada di sebelahnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya seraya menatap Mario dari atas hingga bawah. “Kamu Mario Raditya kan ?? Pemimpin perusahaan ternama di Indonesia.”

            Mario tersenyum canggung. Kemudian menganggukkan kepalanya. Dia menatap Alyssa yang juga sedang menatapnya untuk meminta penjelasan.

“Om, Tante. Dia bos aku di perusahaan.” Sela Alyssa.

            Bisa Mario lihat kedua orang yang ada di sana mengangguk anggukan kepala kemudian menatap Alyssa.

“Ya sudah kalau begitu, kami pergi dulu Alyssa. Kamu baik – baik disini.”

            Alyssa hanya tersenyum canggung kepada kedua orang tua itu. Mario juga memberikan senyumannya saat mereka berdua meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu kepadanya. Mario langsung menutup pintu kamar kost Alyssa saat mobil yang ternyata benar milik seseorang yang sedang bertamu ke kost Alyssa sudah menjauh.

“Gue butuh penjelasan.” Ucap Mario secara tegas seraya menatap Alyssa dengan tatapan tajamnya. Dia masih berdiri di depan pintu. Dan Alyssa masih duduk dengan gelisah dan tidak mau menatapnya.

“Loe mau tahu siapa mereka ??”

Mario menatap Alyssa dengan datar. Alyssa juga tidak terlalu memusingkan tentang itu semua.

"Mereka adalah ..."


************

Sekian :D silahkan next ke chapter berikutnya teman :*
Don't be a silent readers !!!
tinggalin jejak kalian kalau merasa readers yang baik dan bertanggung jawab :))
Sekian dan terima kasih ... wassalam.