Jumat, 21 November 2014

Love in Danger - Chapter 7 ( RIFY )

CHAPTER  7




Kekuatan Cinta memang mampu mengalahkan segalanya.

Tapi, kejujuran cinta, jauh lebih bisa mengalahkan segalanya.

***********

            Alyssa duduk diam di depan sebuah komputer dengan raut wajah tidak terbaca. Dia sedang mengerjakan tugasnya yang diberikan oleh pemimpin di perusahaannya yang baru – atau lebih tepatnya yang dulu karena Alyssa pernah bekerja di sini sebelumnya.

            Siapa lagi kalau bukan Gabriel – pemimpin perusahaan Damanik yang merupakan saingan terberat perusahaan Mario.

            Alyssa menundukkan wajahnya sebentar kemudian mengangkatnya lagi seraya mengambil nafas sebanyak mungkin. Membicarakan Mario membuatnya merasa sedih entah mengapa. Hatinya tidak bisa menerima kalau dia berjauhan dengan Mario. Padahal mereka tidak mempunyai hubungan yang jelas sekarang ini.

            Hampir 2 minggu dia tidak bertemu dengan Mario. Sebentar lagi, setelah semuanya beres, dia akan kembali kesana. Dia merindukan laki – laki itu. Sangat. Tapi dia berusaha keras untuk tetap bisa berjauhan dengan Mario. Dia memang sengaja mematikan seluruh alat komunikasinya dan menghindari tempat tinggalnya.

            Selama ini, Alyssa tinggal di rumah sahabatnya – Shilla. Dia hanya tidak ingin karena Mario pekerjaannya menjadi terganggu. Dan untungnya, setiap laki – laki itu ingin menemuinnya di kantor ini, akan ada satpam yang sudah menyuruhnya keluar. Kalian tahu sendiri, perusahaan Gabriel dan Mario itu bersaing. Tidak mungkin pekerjanya mengijinkan pemimpin perusahaan itu masuk ke perusahaan lainnya tanpa membuat ijin terlebih dahulu, that’s impossible.

“Lys, malah ngelamun. Tuh dicariin Pak Gabriel.”

“Gue ??” Tanya Alyssa dengan bingung.

“Ngapain nyariin loe, ya proposalnya lah, masa elonya.”

            Alyssa hanya memperlihatnya gigi giginya yang putih melihat teman satu kantornya yang bernama Laura kesal. Dia hanya mengangguk anggukan kepalanya membuat Laura mendengus kemudian pergi setelah menepuk pelan bahu Alyssa.

“Fighting.” Ucapnya pada diri sendiri. “Pokoknya gue harus bisa dapetan berkas itu setelah itu gue selesai dan bisa ketemu sama Mario lagi.”

            Alyssa tersenyum mengingat Mario kemudian melangkahkan kakinya setelah laporannya sudah siap di tangannya. Alyssa mengetuk ruangan besar itu kemudian setelah terdengar suara yang menyuruhnya masuk, dia membuka pintunya.

            Terlihatlah Gabriel yang sedang serius dengan pekerjaannya. Alyssa mendekat seraya tersenyum kemudian membungkukan tubuhnya sebagai salam hormat dan langsung dibalas oleh Gabriel dengan senyuman manis laki – laki itu.

“Ini pak laporannya.”

“Bagus Alyssa. Saya suka dengan pekerjaan kamu yang sangat cepat melaksanakan perintah dengan hasil yang sangat luar biasa. Silahkan kamu duduk dulu, ada yang ingin saya bicarakan Alyssa.”

            Alyssa menuruti perintah Gabriel. Dia mengedarkan pandangannya seraya duduk tepat di depan Gabriel yang sekarang sedang sibuk dengan laporan yang baru saja ia buat. Kemudian tatapan Alyssa beralih ke sebuah lemari kecil yang terletak di sudut ruangan. Sepertinya pemikirannya yang sekarang ini benar. Dia harus bisa membuktikannya sendiri nanti.

“Alyssa, ada sesuatu hal yang harus saya bicarakan sama kamu. Hal ini menyangkut kemajuan perusahaan kita.”

“Maksud Bapak ??”

“Begini, saya berencana untuk merebut perusahaan milik Mario. Pastinya kamu sudah tahu kan ?? Jika kita bisa merebut perusahaan itu, perusahaan kita akan menjadi besar Lys. Saya mempercayakan kamu karena saya yakin kamu mampu membantu saya merebut perusahaan Mario.”

            Alyssa mengepalkan tangannya dengan emosi. Dia benar – benar tidak tahu lagi harus menghadapi orang seperti Gabriel. Bagaimana bisa dia bisa terjebak di perusahaan ini – dulu. Kalau seperti ini caranya, dia lebih semangat menjalankan tugas yang diberikan oleh atasannya di markas.
“Baiklah pak. Bapak bisa mengatur semuanya.”

“Bagus Alyssa, nanti saya akan membicarakan masalah ini lebih lanjut, hari ini kamu bebas. Karena saya akan mengadakan rapat di dampingi manajer perusahaan. Jadi, kamu bisa melakukan aktifitas kesenangan kamu.”

            Alyssa bisa melihat Gabriel yang sedang sibuk membereskan meja kantornya. Kemudian mengambil proposal beserta tas kerjanya dan menyambar jas yang sedari tadi digantung di pojok ruangan dengan asal kemudian Gabriel pergi meninggalkan Alyssa seorang diri disana.

“Merebut perusahaan Mario ?? Gue yakin loe gak akan bisa Gabriel. Karena gue gak akan membiarkan hal itu terjadi.” Gumam Alyssa dengan seringaian yang tajam.

            Alyssa langsung menutup pintu dan menguncinya. Kemudian langsung mencari berkas berkas yang dia butuhkan untuk ia bawa ke markas untuk disampaikan kepada pemimpin markas. Setelah tugasnya selesai dia bisa kembali lagi bersama Mario. Dan itu yang sangat dia harapkan.

“Dimana sih berkasnya.” Gumam Alyssa dengan nada frustasi.

            Alyssa membuka satu persatu lemari yang berada di sana, dia berusaha mencari tanpa merusak atau mengubah keadaan yang berada di sana supaya tidak ada yang curiga. Untungnya, CCTV ruangan Gabriel sedang mengalami gangguan, jadi dia bebas untuk memeriksa seluruh ruangan sebelum laki – laki itu kembali.

*********

            Mario menghembuskan nafasnya kesal. Sudah kesekian kalinya dia menekan nomor yang sama untuk menelepon Alyssa. Tapi tetap saja tidak tersambung. Wanita itu benar – benar mencari masalah dengannya. Apa sebegitu tidak pentingkah dirinya untuk wanita itu sampai sampai melupakannya seperti ini ??

            Kalau hanya panggilan yang tidak tersambung tidak masalah asal dia bisa bertemu dengan wanita itu, tapi masalahnya, dia mencoba untuk bertemu wanita itu di kost juga tidak bisa, karena sepertinya Alyssa sengaja untuk tidak kembali ke kost itu. Apalagi menemuinya di kantor Gabriel, yang ada dia malah di permalukan sama satpam yang seharusnya tidak berhak untuk berbuat demikian kepada seorang Mario Raditya.

            Mario menyampirkan jasnya asal ke kepala kursi di belakangnya. Tangannya langsung bergerak untuk melonggarkan dasi biru tua yang dipakainya karena merasa dasi itu benar – benar mencekik lehernya. Dan langsung menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja.

“Loe kemana sih Alyssa.”

“Gue bener – bener benci dengan keadaan kita yang sekarang ini.”

            Tangannya bergerak meraih ponselnya lagi dan menekan tombol 8 yang langsung tersambung ke Pak Adit, manajer di perusahaannya.

“Pak, tolong ke ruangan saya sekarang juga.” Ucap Mario dan langsung mematikan tanpa menunggu penolakan ataupun penerimaan dari ayah keduanya itu.

“Masuk.” Ucap Mario saat terdengar bunyi ketukan pintu.

            Mario hanya bisa tersenyum saat sadar apa yang sudah ia lakukan setelah melihat orang yang masuk ke ruangannya itu. dia menggaruk tengkuknya karena merasa salah sudah membuat kekacauan.

“Ada apa tuan muda Mario ??”

“Maaf Yah, aku tadi lagi frustasi, jadi begitu.” Ucap Mario sambil memperlihatkan gigi putihnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Lain kali, kalau manggil orang tua itu yang sopan. Jangan seperti itu lagi Mario.”

“Iya, Mario ngerti yah.”

“Terus, ngapain kamu nyuruh ayah kesini ??”

“Mmm, Cuma mau minta bantuan Yah. Itu, bantuan buat nyari keberadaannya Alyssa.” Ucap Mario dengan hati – hati.

            Pak Adit hanya menyipitkan matanya curiga. Kemudian dia duduk tepat di depan Mario dan masih menatap Mario dengan pandangan yang menusuk.

“Apa maksudnya ??”

“Yah, pasti ayah ngerti apa yang aku rasain. Udah hampir 2 minggu yah.”

“Dia gak cinta sama kamu mungkin.”

“Enggak, kalaupun dia gak cinta sama aku, ngapain pake pindah kost ada apa tanpa aku tahu dia tinggal dimana, terus ngapain juga pake matiin handphone’nya plus ngelarang aku buat ketemu dia di kantor Gabriel.”

“Kamu minta ijin dulu sama papa kamu. Nanti baru ayah ijinin.”

Mario memutar bola matanya malas. Disaat seperti ini selalu saja di sangkut pautkan dengan papanya. Dia tidak suka dan kenapa tidak ada satupun yang mengerti dirinya ??

“Oke ayah minta maaf. Nanti ayah bantuin. Ayah kasih kabar ke kamu secepatnya.”

Mario tersenyum senang. “Makasih Yah.”

“Yaudah ayah lanjutin pekerjaan ayah dulu. Kamu kerja yang bener sana. Inget ya Mario, kamu udah lupain kewajiban kamu sebagai pimpinan perusahaan beberapa hari terakhir ini, ayah gak mau denger kalau laporan keuangan kita mengalami penurunan. Mengerti.”

“Mario ngerti yah. Kalau ayah bisa nemuin keberadaan Alyssa, Mario janji akan kerja lebih semangat lagi.”

            Pak Adit hanya tersenyum kemudian keluar dari ruangan Mario. Mario menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi seraya tersenyum manis, apalagi mengingat bahwa sebentar lagi dia akan bertemu dengan Alyssa.

“Gue gak tahu ini perasaan apa, tapi yang jelas, gue gak suka Alyssa jauh dari gue.”

***********

            Alyssa menatap beberapa berkas yang diletakkan di atas meja dengan perasaan yang bercampur aduk menjadi satu. Dia menyeringai kemudian menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Dia harus cepat – cepat mengakhiri hal ini kalau dia tidak ingin terjadi apa – apa dengan dirinya.

“Fy.” Alyssa mendongak dan melihat Sivia – sahabatnya yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Wanita itu memutuskan untuk membenarkan duduknya saat Sivia mendekat kearahnya.

“Kenapa loe ?? Ada masalah lagi sama kerjaan loe ??”

“Enggak, gue lagi mikir aja kapan semua ini akan berakhir.”

“Ya loe harus jujur sama cowo loe dong kalau loe punya orang tua, dia kan tahunya loe anak yatim piatu, emangnya loe gak ada keinginan untuk berbagi masalah loe sama cowo loe itu ??”

“Dia bukan cowo gue.”

“Ralat, dia belum jadi cowo loe. Dalam tahun ini, gue yakin kalian akan punya status resmi tapi mengikat.”

“Cieee anak hukum sampe bawa bawa mengikat ada apa.” Sindir Alyssa membuat Sivia tertawa. Sivia kemudian merangkul pundak Alyssa.

“Seenggaknya kalau loe berbagi sama dia, dia akan jadi pendengar yang baik Fy. Dan siapa tahu aja dia bisa bantuin loe atasi masalah loe yang rumit itu.”

“Stop call me Ify, My name is Alyssa. You know ??”

“Okey okey. Terus ??”

“Gue gak yakin dia akan menerima gue saat gue cerita orang tua gue masih hidup. Kalau mereka sayang sama gue, gue gak akan nutup nutupin seperti ini Vi. Mereka yang nyuruh gue merahasiakan keberadaan mereka. Dan mereka juga yang memanfaatkan gue untuk bisa mencari uang dimanapun dan dalam keadaan apapun. Gue merasa, gue bukan anak kandung mereka.”

“Loe enggak boleh ngomong begitu Lys. Mereka orang tua loe, gue yakin kok, mereka itu sebenarnya sayang sama loe. Gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya. Loe Cuma salah paham. Dan ending dari cerita kehidupan loe, loe akan menemukan jawabannya sendiri.” Ucap Shilla memberikan penjelasan.

            Alyssa hanya menundukkan wajahnya. Dia tidak bisa untuk tidak menangis jika sudah menyangkut kedua orang tuanya yang selalu memperlakukannya seperti anak buahnya, bukan sebagai anaknya yang seharusnya dimanja dan didampingi seperti anak pada umumnya. Alyssa berbeda. Dan ini yang membuatnya tertekan.

“Gue Cuma bisa bilang itu Lys. Terus loe mau apain nih berkas ??”

“Gue akan kasih ke bos secepatnya.”

“Loe yakin ini bener ?? Ini keinginannya bos ??”

             Alyssa mengangguk. Sivia juga membalasnya dengan anggukan. Kemudian gadis itu berdiri dan menepuk pundak Alyssa pelan.

“Jaga diri, gue pergi dulu.”

“Mau kemana ??”

“Dari kemarin Nathan ngajakkin ketemuan terus Lys, tapi gue gak pernah bisa. Hari ini gue mau menebus kesalahan gue sama dia.” Ucap Sivia seraya memperlihatkan gigi – giginya yang putih.

“Oke, hati – hati dijalan.”

            Sivia hanya mengacungkan ibu jarinya seraya berjalan keluar rumah. Alyssa hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Kalau liat orang pacaran memang paling aneh. Senyum – senyum sendiri dan ngobrol sendiri.

            Alyssa jadi ingat, dia dulu yang mempertemukan Nathan dengan sahabatnya itu. Alyssa sangat tahu, jika dari dulu pemuda itu sangat mencintai sahabatnya tapi tidak pernah punya keberanian untuk mengatakannya. Jadi saat itu, saat Alyssa duduk di bangku kelas 3 SMA, dia mempunyai rencana untuk mempersatukan mereka. Dan akhirnya seperti ini.

“Bangga sih, bisa buat dua orang yang punya rasa ‘mau’ tapi ‘malu’ bersatu. Sampe sekarang lagi. Udah berapa tahun tuh dari gue kelas 3 SMA.” Alyssa geleng geleng kepala sendiri dengan pemikirannya.

            Beberapa saat kemudian, ada bunyi telepon dari telepon rumah Sivia – sahabatnya. Dengan ragu, dia mendekat dan mengangkat telepon itu.

“Halo.”

“..........”

“Halo, ini siapa ?? Dengan kediaman Ibu Zahra, ini siapa ??”

            Alyssa mengerutkan alisnya tidak mengerti. Mengapa ada orang aneh yang meneleponnya malam malam begini. Dia melirik jam sebentar, dan oh, sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan orang ini dengan tidak sopannya tidak berkata apa – apa saat teleponnya sudah diangkat.

“Kamu jangan main – main sama saya, saya bisa aja melaporkan kamu kepada ....”

“Alyssa.”

            Alyssa membeku ditempat. Dia tidak percaya dengan pendengarannya kali ini. Dia tidak salah kan, yang ia dengar tadi adalah suara pemuda itu. Pemuda yang hampir 2 minggu ini dia anggurkan. Dan Alyssa masih sangat tidak percaya, bagaimana bisa dia bisa tahu nomor telepon rumah Alyssa.

***********

            Mario memegang selembar kertas kecil di tangan kananya. Matanya tertuju pada isi kertasnya – berisi nomor telepon yang bisa menghubungkan dia dengan Alyssa. Walaupun hanya memakai cara seperti ini, dia tetap senang. Itu jelas, karena dia memang sudah sangat ingin mendengarkan suara lembut wanita itu.

            Dengan ragu, tangannya memindahkan nomor tersebut ke ponselnya. Dan dengan gugup, dia menekan tombol merah kemudian mendekatkan ke telingannya. Dia menunggu dengan sabar sampai kemudian suara wanita yang sudah sangat dinantikan dia selama ini menunjukkan tanda – tanda kehidupannya.

“Halo.”

“Halo, ini siapa ?? Dengan kediaman Ibu Zahra, ini siapa ??”

“Kamu jangan main – main sama saya, saya bisa aja melaporkan kamu kepada ....”

Mario langsung memotong pembicaraan wanita itu.

“Alyssa.”

            Mario sangat tahu, wanita itu pasti sangat shock mendengar suaranya, dia bisa menebak jika Alyssa pasti sedang membeku ditempatnya. Mario jadi ingin cepat – cepat bertemu dan langsung mengurung wanita itu di kamarnya.

“Mario.”

“Ya, gue Mario. Gue kangen banget sama loe Lys.”

“Gue ....”

“Loe jangan berkata apapun, gue hanya ingin menceritakan bagaimana menyedihkannya gue saat ditinggal sama loe. Jadi loe cukup jadi pendengar yang baik saat ini untuk gue.”

Mario menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya.

“Gue gak ngerti apa yang ada di fikiran loe Lys. Loe menghilang dari jarak pandang gue tanpa ngasih jejak ke gue. Loe tahu, gue frustasi banget waktu loe menghilang. Gue kehilangan Lys. Dan gue gak punya semangat untuk menjalani apapun.”

            Alyssa yang berada di seberang sana hanya meremas telepon itu dengan kuat. Dia tidak bisa mendengarkan hal ini lebih jauh lagi. Dia juga ingin jujur kepada Mario sekarang, tapi tidak bisa, dia tidak ingin bertemu dengan laki – laki itu sebelum masalahnya mengenai perusahaan Gabriel selesai sudah.

“Maaf Mario.”

            Dengan cepat dia langsung mematikan sambungan teleponnya setelah mengeluarkan dua kata yang sedari tadi sulit untuk disampaikan. Dia menundukkan wajahnya dan tanpa di cegah aliran bening keluar dari mata indahnya membasahi kedua pipi mulusnya. Alyssa menangis meratapi kesalahannya dan kebodohannya.

***********

“Pagi Pak Gabriel.”

            Sapaan lembut itu membuyarkan lamunan pemuda tampan yang sedang berjalan ke lantai atas – ruang kerjanya. Dia hanya menoleh sebentar melihat gadis yang sangat cantik dalam balutan pakaian kantornya, kemudian langsung berjalan kembali tanpa menoleh atau membalas sapaan gadis itu.

            Gabriel bisa melihat dari ekor matanya, kalau gadis itu yang sedari tadi tersenyum ceria saat menyapanya, sekarang melunturkan senyum itu berganti dengan senyum kepedihan dan menundukkan wajahnya. Gabriel hanya tersenyum sinis saat melihatnya. Baginya, semua perempuan sama saja.

            Ya, menurut pandangan Gabriel, semua perempuan itu sama saja. Hanya mementingkan uang. Dan dia yakin, kalau gadis itu – Shilla mendekatinya bertujuan untuk merampas sebagian hartanya.

“Pak Gabriel tunggu.”

            Gabriel menatap tidak suka saat melihat Shilla sekarang sudah berada di hadapannya dengan senyum lebarnya. ‘Cepat sekali merubah mood’nya.’ Pikir Gabriel seraya tersenyum miring. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Wajahnya ia alihkan ke pemandangan lain membuat Shilla tersenyum miris.

“Cuma mau memberi ini. Ini titipan dari Ibu. Katanya buat Pak Gabriel.” Ucap Shilla seraya menyodorkan sebuah kotak kepada Gabriel.

            Gabriel hanya melihat sebelum akhirnya menjawab.

“Gue bisa beli sendiri pake uang gue.”

“Iya aku tahu, tapi ini titipan dari Ibu saya. Seenggaknya Pak Gabriel menerimanya. Jika suka atau tidaknya, terserah Pak Gabriel.”

“Setelah gue terima, boleh gue buang ??” Tanya Gabriel menantang membuat Shilla semakin menundukkan wajahnya.

“I .. ya. Terserah bapak.” Gumam Shilla lirih.

            Gabriel dengan cepat mengambil kotaknya kemudian berlalu tanpa mengucapkan apapun lagi. Shilla hanya melihatnya dengan perasaan yang sangat hancur, bahkan dia bingung harus menatanya bagaimana lagi.

            Gabriel hanya diam memandangi kotak itu selama berada di lift. Dia membolak balikkan kotak itu kemudian kembali menghempaskannya ke bawah. Dia teringat Shilla. Gadis yang sudah mengejarnya saat dirinya masih duduk di bangku kuliah. Gadis yang selalu membututinya kemana mana. Gadis yang selalu menyusahkannya dan gadis yang tahan berhadapan dengan sikap Gabriel yang tidak bisa menerima.

            Dan sekarang gadis itu sudah menjadi karyawannya. Sebenarnya Gabriel bisa melihat jika kinerja Shilla sangat bagus. Sempat terpikirkan menjadikan Shilla sebagai sekretarisnya. Tapi mengingat kemungkinan terburuk yang akan terjadi, dia membatalkan niatnya.

            Gabriel tahu bagaimana perasaan Shilla saat dulu – saat pemilihan menjadi sekretaris – dia ditolak. Padahal hanya ada dua orang yang berhasil lolos dari seleksi pertama, ada dia dan Alyssa – sekretarisnya yang sekarang telah kembali lagi. Tapi dengan sadisnya Gabriel memutuskan secara sepihak dengan menerima Alyssa menjadi sekretarisnya dan menjadikan Shilla karyawan biasa yang tidak punya kewenangan apapun.

            Gabriel duduk di kursi tertingginya dengan menyandarkan tubuhnya seraya mengusap wajahnya kasar. Dia kembali memandangi kotak pemberian Shilla dengan perasaan yang tidak bisa ditebak itu apa. Kemudian dengan cepat, dia bangkit dan melempar kotak itu ke tempat sampah – entah untuk keberapa kalinya Gabriel sudah membuang pemberian gadis itu dengan Cuma Cuma.

“Gue bukan pria bodoh yang bisa loe bodohi semau loe. Gue tahu apa motif loe mendekati gue, loe hanya mengincar harta gue kan Shill, sama seperti wanita wanita yang gue kenal selama ini.”

“Loe harus selalu mengingatnya, sampai kapanpun seorang Gabriel tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis macam loe.”

***********

            Mario menekan tombol di sebelah pintu dengan santai. Dia sekarang sedang berdiri di depan sebuah rumah minimalis. Tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celananya dan tangan kananya sibuk menekan tombol itu. Pakaiannya cukup berantakan, dengan kemeja hitamnya yang sudah keluar dari celananya, jasnya yang tersampir asal di bahu kananya dan rambutnya yang sangat acak – acakkan.

            Mario kembali menekan tombol itu dengan tidak sabaran. Sudah hampir 5 menit dia berdiri di depan pintu tapi tetap saja tidak ada yang membuka. Mario berharap apa yang ia dapat dari orang kepercayaannya tentang keberadaan orang yang ia cintai benar. Yaitu di tempat ia berdiri sekarang.

“Buka pintunya Lys, loe kemana sih.” Ucap Mario sebal.

            Tangan kananya sibuk menekan tombol itu dan sekarang tangan kirinya juga berfungsi, dia mengetuk bahkan sudah sampai tahap menggedor gedor pintu tapi tetap tidak ada yang membukakan.

            Mario terus menerus melakukan itu sampai ada bunyi yang bertanda pintu sudah akan dibuka oleh sang pemilik kamar. Mario hanya berdiri dengan memasukkan kedua tangannya seraya tersenyum lebar. Dan benar, yang membukakan pintu adalah orang yang sangat dirindukannya belakangan ini.

            Mario bisa melihat ekspresi kaget dari wajah cantik wanita itu. Mario mengalihkan pandangannya dari bawah – kaki wanita itu hingga naik keatas. Hanya menggunakan sandal rumah yang berbentuk kucing bulu yang lucu kemudian hot pants yang sangat pendek dan baju kebesaran dengan gambar kucing juga. Rambutnya di kuncir satu tetapi lebih ke berantakan membuat wanita itu bertambah seksi dan cantik di mata Mario.

“Mario.”

“Hai Alyssa.”


***********

Sebelumnya saya mau minta maaf kepada kalian semua yang sudah saya PHP'in yaa :D
Maaf banget baru bisa post sekarang, entah mengapa ini lagi sibuk banget ^^
.
Tinggalkan jejak kalian teman :*
Please Comment or like this story :))
Thanks, Pay Pay ^^