Senin, 16 Desember 2013

Link Benci Jadi Cinta (YOSHILL)

Hallo Yoshill lovers (?) Hehehe.
Sekarang saya akan membagikan cerbung dengan pemain Rio dan Shilla.
Jarang jarang kan ??? Makanya kalian read guys, dijamin akan tertarik :D

Genre : Family life, Marriage life, friendship and romance
penulis : Indah Nur Amalia
pemain utama : Rio dan Shilla


Part 1
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-1-yoshill.html

Part 2
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-2-yoshill.html

Part 3
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-3-yoshill.html

Part 4
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-4-yoshill.html

Part 5
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-5-yoshill.html

Part 6
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-6-yoshill.html

Part 7
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-7-yoshill.html

Part 8
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-8-yoshill.html

Part 9
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-9-yoshill.html

Part 10
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-10-yoshill.html


Lanjutanya menyusul yah guys :))
Semoga kalian menyukai cerbung karangan saya ^^
silahkan tunggu kelanjutannya yah guys ^^
Thanks !!! Pay Pay :*

Link Gue Kena Karma - RIFY

Sekarang saya akan membagikan link Gue Kena karma :))
Bagi para Indah Lovers (ciyaaa) (?) silahkan membaca cerbung ini.
karena cerbung ini penuh dengan cerita NYESEK dan penuh KESEDIHAN di pihak cowo (?)

GENRE : ROMANCE AND FRIENDSHIP
Pengarang : Indah Nur Amalia
Pemeran Utama : Rio dan Ify

Kalau kalian nemuin cerbung ini di jejaring sosial lain kecuali FB SAYA, berarti orang itu Copaster (?)
Yaudah lah, langsung aja yuk .. Happy reading guys :))



Part 1

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Part 9

Part 10

Part 11

Part 12

Part 13

Part 14
Ini udah ending guys, tapi SAYA BUAT EPILOG'NYA :))
yang kepo sama epilognya, di tunggu aja yah ^^
Insya Allah kalau ada waktu buat ngepost akan saya post :))
See You guys !!! Pay Pay :*

Link That's All Cause of Love - RIFY

Hay para readers :))
Hay para RIFY maniacs and Hay para my story lovers :D
Kali ini saya akan membagikan link cerbung KARANGAN SAYA.
Cerbung dengan penuh keremajaan (?) dan penuh hikmah (?)
dengan genre ROMANCE AND FRIENDSHIP.
Happy raeding guys :)


Part 1
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-1.html

Part 2
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-2.html

Part 3
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-3.html

Part 4
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-4.html

Part 5
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-5.html

Part 6
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-6.html

Part 7
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-7.html

Part 8
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-8.html

Part 9 (END)
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/04/thats-all-cause-of-love-part-9.html

Link Forever Love 'Versi RIFY' (Repost)

hay para forever love lovers :))
Ini link cerbung forever love karya ka Anna Jefriana guys :))
cerbung terkeren dan termenarik yang pernah saya temui ^^
Semoga dengan adanya link ini kalian bisa tambah bersemangat membaca karena tidak usah mencari kesana kemari di blog gaje gue :D
yaudah langsung aja ^^ Selamat membaca teman !!!

Genre : Family life, romance and friendship
Pemain : Rio, Ify, Rafli, etc
penulis : Anna Jefriana
Reposter : Indah Nur Amalia



Part 1

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Part 9

Sabtu, 14 Desember 2013

Forever Love 'Versi RIFY' - Part 11 (Repost) "END"

Ciyeee yang udah End .. kalian kasih saran dong guys tentang cerita ini.
jadi kan ntar 'Author' sama 'Reposter' jadi suka dan niat buat bekerja lagi (?).
jangan jadi silent readers guys :))
Karya orang lain itu harus dihargai loh .. pelajaran Agama islam SMA ada tuh :D
yaudah deh langsung aja ... HAPPY READING GUYS :))

Link FOREVER LOVE part 1 nih guys ;)
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/10/forever-love-versi-rify-part-1-repost.html

Link BENCI JADI CINTA part 1 nih guys :))
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/benci-jadi-cinta-part-1-yoshill.html

Link QUEEN IN SMA BATAVIA part 1 :))
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/03/queen-in-sma-batavia-part-1.html

Link GUE KENA KARMA part 1 ^^
http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/08/gue-kena-karma-part-1.html


“IFYYYYYY!!!!”

Rio tersentak dari tidurnya. Nafasnya terengah- engah, seluruh tubuhnya terasa lemas. Dia menatap sekelilingnya, lalu bernafas lega saat mendapati dirinya sedang berada di dalam kamarnya sendiri. Ternyata semuanya hanya mimpi. Sebuah mimpi buruk yang pernah dia alami. Apalagi pelaku semua bencana itu sudah dihukum. Yah, Shilla langsung Rio jebloskan ke dalam penjara. Dan seharusnya dia tidak perlu mengkhawatirkan mimpi barusan. Tiba-tiba ada pergerakan kecil di atas tempat tidurnya, mengalihkan perhatiannya. Wajahnya menyunggingkan senyum saat melihat perempuan yang sangat dicintainya sedang tertidur pulas di sampingnya. Perempuan itu terlihat sangat damai dalam tidurnya, perempuan yang sudah resmi menjadi isterinya pagi tadi.

Masih terlihat jelas bekas-bekas merah yang dia tinggalkan di sekujur tubuh Ify yang putih. Sepertinya semalam dia terlalu liar. Wajar saja sejak bertemu Ify saat di lift dulu, entah kenapa Rio ingin selalu menyentuh Ify. Padahal dengan perempuan lain dia tidak sampai seperti itu. Tetapi berbeda dengan Ify, berdekatan dengannya saja sudah membuatnya bernafsu untuk mencium bibir tipis isterinya itu. Perlahan tangan Rio terjulur, menyentuh wajah halus Ify, kemudian turun ke hidung Ify, lalu berhenti di bibir tipis yang selalu menggoda dirinya setiap kali Ify berbicara.

“Ehmm...Yo? Kenapa bangun? Udah pagi, yah?” Ify terbangun karena sentuhan halus Rio, wajah perempuan itu masih terlihat mengantuk. Suaranya juga terdengar serak, khas orang bangun tidur.

“Nggak, sayang. Masih jam dua malam, tidur lagi yah,” Rio menarik tubuh Ify ke dalam dekapannya. Menghirup aroma tubuh Ify yang sangat disukainya. Seketika membuat gairahnya mendadak kembali datang.

“Terus kenapa bangun?” Ify menatap Rio bingung. Entah kenapa rasa kantuknya menjadi hilang seketika.

“Nggak ada apa-apa, tidur lagi, yuk.” Rio mencium kening Ify dengan penuh kelembutan, membuat perempuan itu semakin curiga.

“Kamu mimpi buruk lagi, yah?” Ify langsung melepaskan diri dari Rio. Mengubah posisinya menjadi duduk, menatap tajam suaminya ini. Perempuan itu menutupi tubuh polosnya dengan selimut Rio, masih sedikit malu walau kini dia sudah menikah dengan Rio.

Rio mengikuti Ify yang duduk menyender di kelapa tempat tidur, masih menunggu jawaban dirinya,”Iya, bahkan kali ini mimpinya sangat buruk,” Ucap Rio pelan, mengingat mimpi yang baru saja dialaminya.”Aku mimpiin kamu pergi ninggalin aku, Fy. Hal yang nggak pernah aku bayangkan, dan nggak akan pernah mau aku bayangkan. “ Rio menatap Ify dengan penuh sayang. Perempuan itu menatap Rio tersenyum, lalu memeluknya.”Aku nggak akan pergi lagi, Yo. Aku janji, kecuali bila Tuhan yang...”

Belum sempat Ify melanjutkan ucapannya, Rio langsung membungkam mulut istirnya itu dengan bibirnya,”Jangan pernah sekali-sekali kamu ngomong kayak gitu, aku nggak suka,” Rio menatap Ify kesal. Dia sudah tau kalimat yang akan keluar dari mulut isterinya itu. Ify terkekeh mendengar ucapan Rio barusan, “Kamu lucu banget kalo marah,” Ify menahan tawanya agar suaminya itu tidak bertambah marah, namun Rio masih memasang wajah wajah galaknya,”Iya, iya, maaf yah, sayang.” ujar Ify semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Rio.

“Well, maaf ? Boleh aja, asal...”

“Asal apa?” Ify memandang suaminya dengan wajah bingung, tapi sedetik kemudian wajahnya memerah saat melihat mata Rio yang menunjukkan dengan jelas bahwa laki-laki itu sedang bergairah. Ify dengan susah payah menelan ludahnya, padahal baru saja semalam mereka melakukannya, dan sekarang sepertinya dia tidak akan bisa lari lagi. Apalagi tidak ada yang bisa menyelamatkannya kali ini. Rafli sedang berada di rumah mertuanya. Dan mereka hanya berdua di dalam apartemen Rio.

“Kok kamu kayak orang ketakutan gitu sih, sayang?” Rio tersenyum menggoda Ify. semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Ify, namun isterinya malah semakin menjauhinya.

“Eitss, mau kemana?” Rio mencekal tangan Ify sebelum perempuan itu sempat turun dari tempat tidurnya.

“Ka...kamar mandi, aku mau buang air kecil,” sahut Ify gugup.

Kedua alis Rio saling bertaut,”Kamar mandi? Well, ayo kalo gitu,” Rio menarik Ify turun dari tempat tidurnya.

“Kemana?” Kini giliran Ify yang terlihat bingung. Wajahnya kembali memerah saat melihat Rio yang dengan cueknya berdiri di depannya hanya dengan memakai boxer berwarna putih.”Katanya mau ke kamar mandi, sekalian dong kalo gitu,” Rio tersenyum menggoda.

“Apa?” Ify menatap Rio tak percaya. Jadi Rio juga akan ikut ke kamar mandi? Padahal Ify hanya beralasan tadi. Dia masih sedikit gugup. Entah kenapa setiap kali laki-laki itu menggodanya membuat Ify salah tingkah dan malu.

“Nggak jadi kalo gitu,” sahut Ify cepat. Mana mungkin dia mau masuk ke dalam kamar mandi bersama Rio. Dirinya sudah pasti tidak akan selamat bila hal itu terjadi.

“Bagus , deh,” Rio malah terlihat lebih bahagia dari sebelumnya. Membuat Ify semakin curiga.

“Bagus apa?” tanya Ify penuh selidik. Dirinya semakin menjauhi Rio, namun laki-laki itu semakin membuang jarak diantara keduanya. Menyeringai penuh arti.

“Akhhh!!! Rioo!!! Turunin aku!!!” Teriak Ify tiba-tiba saat Rio langsung menyergapnya dan mengangkat tubuhnya dari lantai.

Brukkk

Laki-laki itu langsung melempar Ify ke atas tempat tidurnya, mengurung tubuh mungil itu dengan kedua tangan kokohnya. Ify menatap Rio tak berkedip. Bahkan bergerak pun Ify tidak berani. Entah kenapa walau sudah menjadi isteri sahnya, Ify selalu merasa mereka berdua masih berpacaran.

“Bagus... karena kamu nggak akan bisa lari lagi dari aku,” Rio tersenyum penuh kemenangan, melihat Ify yang tidak bisa lagi lari darinya. Ify memberengut kesal. Rio memang tidak bisa mengabaikan setiap kesempatan yang ada. Lelaki itu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

“Kenapa cemberut?”

“Nggak apa-apa.” Sahut Ify cuek.

Rio terkekeh mendengar jawaban Ify, perlahan tangan laki-laki itu terjulur. Jari –jarinya mulai bermain di wajah Ify. Menyentuh setiap senti wajah cantik isterinya. Membuat Ify merasakan getaran aneh dalam tubuhnya. Entah kenapa setiap sentuhan jemari Rio bagai candu, membuatnya ingin terus dan terus disentuh.

Perlahan-lahan jari Rio turun, menelusuri leher Ify serta tulang selangka perempuan itu. Rio tersenyum saat mendengar desahan Ify yang sengaja ditahan perempuan itu. Walau begitu, Rio masih bisa mendengarnya dengan jelas.

“Fy, lepas,” bisik Rio saat lelaki itu ingin menarik selimut yang menutupi tubuh polos Ify. Ify menggeleng keras. Tetap memegang selimutnya erat. Tak mau melepasnya.

Rio tersenyum menyeringai, sepertinya serangannya harus ditingkatkan lagi levelnya. Kemudian wajah Rio menunduk, menelusuri wajah Ify lagi, tapi kali ini bukan menggunakan jarinya. Melainkan dengan bibir tipisnya. Ciuman itu bermula dari kening kemudian turun ke hidung, dan mendarat di bibir mungil Ify.

Ify menikmati ciuman Rio perlahan. Lembut. Menggoda. Seolah bibir itu adalah candu yang selalu membuatnya ketagihan. Ingin terus menciumnya. Rio mengerang nikmat saat jari-jari tangan Ify menelusup ke dalam rambut Rio dan meremasnya pelan. Membuat gairahnya menjadi semakin naik. Ciuman Rio beralih ke leher jenjang Ify. mencium setiap jengkal kulit mulus isterinya. Menghirup aroma tubuh Ify yang semakin membuatnya bergairah untuk terus melakukannya. Perlahan tangan Rio menarik selimut yang telah Ify lepaskan karena tangan perempuan itu telah beralih meremas rambutnya.

Rio tersenyum samar saat melihat penutup tubuh Ify satu-satunya berhasil dia singkirkan. Menikmati pemandangan tubuh polos isterinya.

“Yo...” desah Ify tanpa disadarinya.

“Ssst...sabar, sayang,” bisik Rio serak, karena masih ingin terus menyiksa Ify. Dia masih ingin terus mendengar desahan Ify yang menurutnya sangat seksi.

Rio mengangkat wajahnya, menatap wajah Ify yang terpejam, menikmati setiap kecupan Rio di sekujur tubuhnya. Laki-laki itu menyeringai penuh kemenangan. Bagaimanapun kerasnya Ify menolaknya, pasti dirinya lah yang akan menang. Akhirnya , untuk kedua kalinya Rio menyatukan tubuhnya pada Ify. Menikmati surga dunia yang sudah menjadi miliknya seutuhnya. Selamanya *astagfirullah tobat lo semua-,,-v*.





******

“BUNDA!!! AYAH!!” Teriak Rafli saat kedua orang tuanya baru saja menginjakan kakinya di teras rumah Manda, Mamanya Rio.

“Wow! Jagoan ayah kangen yah?” Rio langsung menggendong tubuh mungil Rafli, mencium puncak kepalanya dengan sayang.

“Iya, abisnya ayah sama bunda lama banget datengnya, Lapi kan kangen,” komentar Rafli lucu. Wajahnya semakin terlihat menggemaskan.

Rio dan Ify saling berpandangan, lalu keduanya terkekeh pelan. Wajar saja Rafli kangen. Mereka berdua meninggalkan Rafli ke Singapura selama seminggu untuk berbulan madu. Sebenarnya Rio ingin mengajak Rafli, tetapi saat itu mamanya sedang kurang sehat, dan obat penyembuh satu-satunya hanya Rafli, cucunya. Apalagi bulan madu mereka tidak bisa ditunda lagi untuk kedua kalinya. Semua pesawat, hotel dan lain-lainya tidak bisa dibatalkan begitu saja. Mereka sudah menunda keberangkatan mereka. Dan satu lagi, Rio dan Ify harus menghadiri resepsi pernikahan Tristan, sahabat Rio. Laki-laki itu menikah dengan perempuan blasteran amerika.

Sebenarnya ini tidak bisa dibilang bulan madu. Karena mereka berangkat setelah genap sebulan pernikahan mereka berdua. Alhasil Rafli ditinggal di rumah Manda. Untungnya anaknya itu sangat pintar dan tidak rewel. Bahkan dengan senang hati Rafli merawat Manda. Ify dan Rio sampai tertawa keras saat mendengar cerita Manda di telpon karena Rafli bersikeras membawa Manda dengan mobil-mobilan listrik yang Rafli bisa kendarai sendiri. Seperti mobil pada umumnya. Rafli begitu sangat menyayangi Manda.

“Haha...maaf yah, sayang. Nanti kalau Rafli liburan sekolah, kita jalan bareng-bareng deh,” Hibur Rio sambil mendudukkan tubuh Rafli di sampingnya saat keduanya sudah berada di ruang keluarga.

“Pengantin barunya sudah dateng rupanya,” Manda tersenyum bahagia menyambut kedatangan Rio dan Ify. Wanita itu langsung menghampiri Ify, mencium pipi menantunya dengan sayang.

“Mama sudah sehatan?” Tanya Ify kemudian. Manda mengangguk, lalu tersenyum,” Sudah, mama sudah cerita, kan, bagaimana pintarnya cucu mama satu ini,” Manda melirik Rafli yang sedang asik dengan Hp Rio. Meminta diajarkan permainan yang ada di HP ayahnya.

“Rafli sayang banget sama mama,” Ucap wanita itu lagi.” Tapi sepertinya kamu yang kurang sehat, yah, Ify? Wajah kamu pucat gitu,” Manda terlihat khawatir melihat wajah Ify yang pagi ini terlihat pucat. Tidak seperti biasanya.

“Masuk angin, Ma. Turun dari pesawat tadi aku langsung muntah-muntah, tapi sekarang udah mendingan. Rio udah kasih obat,” sahut ify lembut, lalu tersenyum. Sebenarnya dia memang merasa kurang sehat, namun Ify sangat rindu dengan Rafli. Berpisah dengan Rafli membuatnya tersiksa. Dia tidak bisa berpisah lama-lama dengan Rafli. Begitu juga dengan Rio. Laki-laki itu terus melakukan video call di setiap kesempatan untuk mengobati rasa rindunya pada Rafli.

“Yaudah, mama mau keluar sebentar, ada acara. Kalian mau menginap di sini, kan? Atau mau pulang?” Tanya Manda kemudian.

“Nginap di sini, mah. Kasian Ify kalo mondar mandir, besok pagi baru pulang,” Kali ini Rio yang menjawab.

“Yaudah kalo gitu, nanti mama suruh pembantu buat beresin kamar kamu, Yo. Kan udah lama nggak di tunggu,” balas Manda. Pandangan Manda kemudian beralih ke Rafli yang masih serius dengan Hp Rio,” Sayang, Rafli mau ikut Oma jalan-jalan?” Tanya Manda lembut. Wanita itu senang sekali mengajak Rafli pergi keluar, apalagi Rafli bukan anak yang nakal. Setiap kali Manda mengajak Rafli ke tempat arisan teman-temannya. Cucunya itu selalu mencuri perhatian teman-teman Manda, mereka semua berharap mendapatkan cucu sepintar dan setampan Rafli. Membuat Manda sangat bangga mendengarnya.

Rafli menatap kedua orang tuanya, seolah meminta izin. Wajahnya tersenyum senang saat mendapat anggukan dari Rio dan Ify.

“Mauuuuuuuu, Oma!!!!” Teriak Rafli langsung berhambur memeluk Manda, membuat Manda terkekeh lucu melihatnya.

“Mama pergi dulu yah, kalian berdua istirahat saja dulu. Nanti malam kita makan bersama di rumah,” pesan Manda lembut.

“Iya, Ma. Hati-hati,” Sahut Ify.

“Beres, Mom!” Rio tersenyum. Manda kemudian berjalan keluar rumah, menggandeng tangan Rafli menuju mobilnya yang sudah terparkir manis di depan teras depan.

Sepeninggalan Manda dan Rafli, Ify langsung merabahkan kepalanya di pundak Rio, tiba-tiba saja rasa pusing menyerangnya.

“Kenapa, sayang? Masih belum baikkan juga?” Rio memeriksa suhu tubuh Ify. Lumayan panas. Ternyata obat yang diberikannya tadi tidak bekerja dengan baik.

“Pusing, Yo. Aku mau tidur aja, yah,” Ucap Ify lirih. Yang dia butuhkan saat ini hanya tempat tidur dan selimut yang hangat.

Rio mencium kening ify dengan sayang, kalau isterinya sudah mengeluh seperti ini. Berarti sakitnya cukup parah. Selama Rio mengenal Ify. Dia jarang mengeluh walau sedang sakit. Tapi sekarang? Bahkan Ify terlihat sangat manja. Beda sekali dengan Ify yang pemalu.

“Yaudah, yuk! Aku anter kamu ke kamar, nanti aku telpon dokter aja biar periksa kamu, takutnya kamu kenapa-kenapa,” Rio membantu Ify berdiri, namun Ify tak mau bangkit. Perempuan itu menggelengkan kepalanya,”Aku nggak mau diperiksa dokter, aku Cuma mau tidur aja,” sahut Ify, membuat Rio mngernyit heran.

“Tapi kamu, kan, lagi sakit , sayang? Jangan bandel ah,” Rio mencubit gemas pipi Ify. Membuat bibir tipis itu mengerut. Cemberut.

“Yaudah aku tidur di sini aja.” Ify mulai ngambek.

“NO!!” Tolak Rio tegas.

“Jangan panggil dokter kalo gitu,” sahutnya cuek.

Rio menghela nafas pelan, kenapa akhir-akhir ini Ify terlihat berbeda. Sifatnya sedikit kekanak-kanakan. Mau tak mau Rio harus mengalah demi kebaikan isterinya,”Oke, ntar kamu minum parasetamol aja, yaudah yuk!” ajak Rio lagi.

ify menggeleng pelan,”Nggak mau!” tolaknya lagi.

“Kenapa lagi sih, sayang? kan nggak jadi aku panggilin dokternya,” tanya Rio menahan gemas untuk tidak mencubit hidung Ify. Bisa-bisa Ify marah besar kalau diganggu di saat dia sedang ngambek.

“Gendong!” sahut Ify yang sukses membuat Rio terperangah dibuatnya. Apa tadi Ify bilang? Gendong? Dia tidak salah dengar, kan? Ify minta GENDONG padanya? Sepertinya ada yang aneh dengan isterinya ini.

“Sayang! malah bengong sih? Yaudah kalo nggak mau,” Ify mulai ngambek lagi, membuat Rio tersadar dari keterkejutannya.”Eh iya-iya, jangan ngambek, yaudah sini aku gendong,” Rio langsung menyelipkan tangannya di belakang lutut Ify lalu membopongnya menuju kamarnya di lantai dua. Huft , lumayan jauh juga pikirnya.

Ify tersenyum lalu mencium pipi Rio lembut, mengalungkan kedua tangannya di leher suaminya. Laki-laki itu tersenyum melihat tingkah manja Isterinya itu.

“Kalo mau cium tuh di bibir, bukan di pipi, memangnya Rafli,” Goda Rio yang langsung mendapat cubitan keras dari Ify. Bukannya kesakitan laki-laki itu malah tertawa.

“Mau kamu itu, mah” balas Ify. kepalanya sengaja direbahkan ke dada suaminya. Mendengarkan detak jantung Rio yang cepat, namun membuatnya merasa tentram. Bagaikan musik instrumental yang membuatnya tenang, juga mengantuk.

Rio tersenyum saat dirasakannya suara dengkuran halus dalam dekapannya. Ternyata Ify sudah tertidur nyenyak dalam gendongannya. Sesampainya di kamar, laki-laki itu membaringkan tubuh Ify pelan-pelan. Tidak mau tidur isterinya terganggu. Kemudian Rio menyelimuti tubuh Ify dan mengatur suhu AC kamarnya agar tidak terlalu dingin.

“Sweet dream, Sayang,” Rio mencium bibir Ify sekilas, lalu meninggalkan kamarnya. Dia harus menelpon gabriel dulu, menanyakan kabar perusahaanya yang ditinggalnya selama dirinya berbulan madu di Singapura.



*****

Pagi itu Ify terlihat sangat cantik dengan gaun selutut motif bunga yang dikenakannya. Dia sedang menyiapkan sarapan untuk Rafli dan juga Rio, dua orang yang sangat dicintainya itu. Hari ini Ify memasak nasi goreng spesial kesukaan keduanya. Ternyata selera Rio dan Rafli tidak berbeda jauh. Like father like son. Membuat ify tidak perlu repot-repot membuat menu lainnya.

“Pagi, Bunda?!” Rafli tersenyum masuk ke dalam ruang makan, dengan tas ransel bergantung di punggungnya.

“Pagi, sayang! Aduh anak bunda pinter banget sekarang, pake baju sendiri lagi,” ify mencium dahi Rafli penuh sayang, lalu membantunya untuk duduk. Tetapi rafli menolaknya, dan berkata,”Lapi bisa sendili, Bunda. Lapi udah besal sekalang, kan Lapi mau punya dedek,” Ucap Rafli yang berhasil membuat ify mengerutkan dahi. Dedek?

“Kata siapa Rafli mau punya dedek?” Tiba-tiba saja Rio sudah muncul di belakang Ify, lalu mencium pipinya sekilas. Rio memilih duduk di dekat Rafli, ingin mendengar jawaban dari anaknya itu.

“Semalem Lapi mimpi, yah. Lapi mimpi Bunda gendong dedek bayi lucu benel, cantik lagi. Telus kata bunda, kalo Lapi punya dedek, belati Lapi jadi kakak, telus kalo jadi kakak, Lapi halus mandi sendili, pake baju sendili,” jelas Rafli dengan logat cedalnya. Membuat Rio dan Ify tersenyum geli dibuatnya.

“Memang Rafli mau punya adik? “ Tanya Rio kemudian yang langsung dibalas anggukan oleh Rafli.

“Temen-temen Lapi udah punya dedek semua, yah. Tinggal Lapi yang belum,” Balas Rafli serius, sesekali tangannya memainkan garpu dan sendok yang ada di atas meja.

“Bilang sama bunda dong kalo Rafli mau punya adik,” Rio melirik Ify yang langsung dapat tatapan tajam dari isterinya itu.

Tatapan Rafli langsung berpaling pada Ify,”Nda, Lapi mau dedek, Nda. Lapi kan udah besal sekalang, nih Lapi udah bisa duduk sendili, ya kan, Yah?” Rafli memandang Rio, meminta dukungan dari ayahnya. Rio mengangguk semangat lalu tersenyum geli melihat raut wajah ify yang berubah merah.

Tapi tiba-tiba saja ify langsung berlari ke wastafel yang tidak jauh darinya. Dia tidak sempat ke kamar mandi.

“Kamu kenapa, Fy?” Tanya Rio khawatir.

“Huek...huek...” Ify masih berusaha memuntahkan isi di dalam perutnya. Padahal pagi ini dia belum sempat sarapan. Dan tidak ada yang keluar sama sekali dari mulutnya. Namun perutnya terasa sangat mual. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Rio membantu ify dengan memijit-mijit tengkuknya.

“Masih mual?” Tanya Rio sambil mengelap keringat di dahi ify dengan sapu tangannya. Ify mengangguk lemah.

“Kita ke dokter, yah? Aku takutnya kamu kena gejala tifus, dulu kamu waktu SMA pernah kayak gini, kan?” Rio terlihat sangat khawatir.

Ify mengangguk lemah, memang gejala sakitnya ini hampir sama seperti dulu dia mengalami sakit tifus. Namun tiba-tiba tubuhnya menegang. Membuat Rio menjadi khawatir.

“Kenapa, Fy?, mau muntah lagi?”

Ify menggeleng cepat, namun pandangannya masih terpaku di atas lemari kecil di dekat mereka berdua.

“Terus? Apa kamu mau minum obat?” tanya Rio lagi. Yang langsung dibalas gelengan oleh Ify.

“Aku nggak mau ke dokter buat berobat, aku juga nggak mau minum obat.” Balas Ify kemudian, membuat Rio semakin terlihat bingung sekaligu kesal dibuatnya. Sudah jelas-jelas Ify sakit, tetapi dia tetap menolak untuk pergi ke dokter. Padahal kesehatan ify lebih penting.

“Nggak, kamu harus ke dokter. Walau kamu menolaknya aku nggak peduli.” Ucap Rio tegas. Tidak terbantahkan.

“Tapi obatnya nggak ada di rumah sakit mana, pun, sayang. Aku yakin itu,” ify menatap wajah Rio yang semakin terlihat bingung.

“Kok kamu bisa tau, kamu kan bukan dokter?”

“Karena...karena aku sepertinya hamil,” ucap ify tersenyum. Membuat Rio terkejut mendengarnya. Laki-laki itu langsung memeluk tubuh mungil di depannya.

“Kamu hamil? Kamu beneran hamil, sayang?” Rio terlihat sangat tidak percaya. Bahkan dia tidak mampu menggambarkan bagaimana dia sangat bahagia. Baru saja dua bulan dia menikah, kebahagiaan baru kembali di dapatnya. Kehadiran anggota baru dalam keluarganya. Membayangkan hal itu semakin membut senyum Rio merekah.

“Tunggu...tunggu, kenapa kamu bisa tau kalo hamil? Kamu udah tes?” Rio menatap Ify menyelidik. Dia harus memastikan apakah Ify tidak sedang bercanda.

Perempuan itu menggeleng pelan,”Nggak. Aku udah telat sebulan, dan gejala-gejalanya juga mirip orang hamil, Yo. Sebenarnya aku nggak bakal sadar aku hamil, kalo aja tadi aku nggak liat kalender itu,” Ify menunjuk kalender yang berada di atas lemari kecil dekat wastafel. Pantas saja tadi Ify diam saja, rupanya dia sedang menghitung siklus bulanannya saat melihat kalender.

“Kalo gitu setelah mengantar Rafli, kita ke dokter kandungan,” Ucap Rio tersenyum senang.

“Tapi kamu kan harus ker...” Rio langsung memotong ucapan Ify dengan bibirnya. Lalu menggleng keras.”Itu perusahaan aku, Fy. Bisa kapan aja aku dateng. Yang penting sekarang adalah kamu,” Tolak Rio tegas. Kalau sudah begitu, Ify mana bisa menolaknya lagi.

“Ayo sayang kita berangkat,” Rio menggendong Rafli yang terlihat bingung.

“Bunda sakit, yah? “ Tanya Rafli bingung.

‘Nggak sayang, sepertinya keinginan Rafli akan terwujud nih,” Rio tersenyum membuka pintu mobil, lalu mendudukkan Rafli di kursi penumpang.

“Keinginan apa, yah? “

“Dedek, Rafli minta dedek kan?”

Rafli mengangguk semangat, senyumnya langsung merekah mendengar nama ‘dedek’ di sebut.

“Nah, sebentar lagi Rafli akan punya dedek,” Rio memasang sabuk pengaman di tubuh mungil Rafli. Kemudian menutup pintu, memutari mobi lalu duduk di belakang kemudi. Ify sudah duduk terlebih dahulu di kursi di samping Rio. Mendengarkan kedua laki-laki beda generasi itu berbicara.

“Benelan , Bunda?” Tanya Rafli tak percaya. Ify menolehkan kepalanya ke belakang lalu tersenyum, mengangguk. Rafli langsung bersorak gembira mendengarnya, membuat Rio dan Ify tertawa dibuatnya.

“Hole!!! Lapi punya Dedek!!” Teriak Rafli bersemangat. Ternyata mimpi Rafli semalam adalah pertanda bahwa akan ada keluaga baru yang mengisi keluarga kecil mereka. Yang sekaligus menambah kebahagiaan Rio dan Ify.



*****

Selama perjalan pulang dari rumah sakit, tak henti-hentinya Rio terus tersenyum. Wajahnya dipenuhi kebahagiaan. Genggamannya bahkan tak mau terlepas dari tangan Ify. Setelah mendengar langsung bahwa Ify memang sedang hamil, dan usia kandungannya sudah memasuki minggu ke enam. Rio langsung menjabat tangan dokter tersebut, dan tak henti-hentinya mengucapkan kata terimakasih. Bahkan saat sampai di rumah, Rio langsung menyuruh Ify untuk beristirahat. Padahal dia kan bukannya sedang sakit. Namun percuma saja Ify menolaknya, Rio bersikeras melarangnya untuk beraktifitas yang berat-berat. Laki-laki itu langsung menelpon mamanya untuk memberitahu kabar gembira tersebut sekaligus meminta dikirimkan dua pembantu sekaligus untuk mengurus rumahnya. Yah semenjak ada Rafli, Rio lebih memilih tinggal di rumah yang dibelinya dulu, daripada di apartemen.

“Kamu mau makan apa, sayang? Ntar aku cariin,” Tanya Rio seraya membuka satu persatu kancing kemejanya, membuat Ify entah kenapa menjadi bergairah dengan hanya melihat Rio. Padahal dia sering melihat Rio melakukannya. Namun kali ini entah kenapa terlihat sangat berbeda. Ify turun dari tempat tidur, menghampiri Rio yang sepertinya kesusahan membuka kancing kemeja di bagian lengannya.

“Sini aku bantuin,” Ify tersenyum lembut lalu membantu Rio melepaskan kancing tersebut. Setelah kedua-duanya terlepas, tangannya beralih melepaskan kancing kemeja Rio. Melanjutkan pekerjaan suaminya yang tertunda karena lebih fokus melepaskan kancing di pergelangan tangannya.

“Wangi kamu enak banget, sayang. Aku suka,” Ify mencium leher Rio, membuat tubuh Rio seketika menegang. Satu kecupan di lehernya, mampu membuat libidonya naik seketika. Rio tersenyum senang, merasakan setiap sentuhan tangan Ify di tubuhnya. Sepertinya kehamilan Ify kali ini membuat isterinya itu lebih agresif sedikit. Dan itu membuatnya sangat beruntung.

“Tumben nih nyerang duluan, biasanya nggak pernah.” Goda Rio usil saat Ify berhasil melempar kemeja Rio di sofa dekat tempat tidur.

“Emang kamu nggak suka?” tanya Ify lembut, perlahan Ify menjinjitkan kakinya, mencium bibir Rio lembut. Menggoda Rio. Membuat laki-laki itu mengerang tertahan.

“Fy, stop it!” ucap Rio serak.

Ify menggeleng, lalu tersenyum menggoda.”No.”

Tanpa permisi lagi Rio langsung menggendong Ify, membaringkannya di atas tempat tidur. Dia tidak ingin lepas kenadali. Apalagi kandungan Ify masih sangat muda. Rio tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada calon anaknya itu.

“Istirahat,” perintah Rio tegas. Membuat wajah Ify memberengut kesal.

“ Pelit,” sungut Ify sebal.

Rio terkekeh mendengarnya,”Malam aja, yah. Sekarang kamu istirahat, oke , honey?” bisik Rio lalu mencium bibir Ify sekilas.

“Iya, iya. Aku mau petis, Yo. Beliin yah,” pinta Ify dengan wajah memelas.

Rio melirik jam dinding di kamarnya,” Kan masih pagi sayang, baru jam sembilan. Siang aja, yah.” Bujuk Rio lembut.

“Nggak mau! Maunya sekarang?”

“Yaudah aku nggak mau minum vitaminnya.”

“Oke, oke...tapi makan nasi dulu. Gimana?” tawar Rio yang langsung diangguki Ify. Wajahnya kembali berseri bahagia.

“Yaudah aku pergi dulu, kamu jangan turun dari tempat tidur, ngerti?” Rio menatap Ify tegas. Dia tidak ingin isterinya kenapa-napa. Ify terkadang suka melanggar perintahnya.

“Sip, Bos!”

Setelah berganti pakaian, laki-laki itu segera bergegas mencari petisan Ify. Sebelum isterinya itu berubah piIfy untuk meminta yang macam-macam.



******

Satu tahun setengah kemudian.

“Ayah pulang!!!” Teriak Rio saat memasuki rumah, Rafli langsung berlari menghampiri Rio dan meminta gendong, disusul Ify yang sedang menggendong buah hati keduanya. Aqila Haling (?) *saya lagi ngepens sama aqila jadi make aqila aja ya ;;)v* Bayi perempuan itu terlihat sangat sehat dan menggemaskan.

“Yah...yah..” gumamnya saat melihat Rio, membuat dia tertawa mendengarnya.

“Turunin Rafli, yah. Adek Aqila mau minta gendong ayah,” ucap Rafli yang melihat tangan mungil Aqila yang terjulur seolah meminta digendong. Rio mencium pucuk kepala Rafli sebelum menurunkannya. Anak pertamanya itu memang sangat pintar. Setelah Aqila lahir, bahkan Rafli langsung bisa berbicara lancar tanpa cedal sama sekali. Dan dia selalu mengalah pada Aqila, seperti saat ini.

“Sini sama ayah, cantik,” Rio langsung mengambil tubuh mungil bidadari kecilnya itu. Sedetik kemudian Aqila tertawa senang. Ify yang melihat Rio yang penuh kasih mencium Aqila, begitu sangat bahagia. Sekarang keluarganya lengkap sudah.

“Capek?” tanya Rio mendekati Ify, mengecup keningnya dengan sayang. Ify tersenyum menggeleng pelan. Walau begitu, Rio pasti tau Ify pasti capek mengurus dua anak sekaligus tanpa baby sitter. Setelah Aqila lahir, Ify tidak mau menyewa jasa baby sitter. Dia ingin mengurus Aqila sendiri. Seperti dirinya dulu mengurus Rafli. Dia sangat menyukai kegiatan merawat anaknya. Melihat keduanya tumbuh besar, dibawah pengawasannya dan Rio.

“Pi..pi,” Ucap Aqila saat melihat Rafli yang sedang bermain di karpet tebal di ruang tamu. Rafli sedang merakit robot Gundam yang Rio berikan kemarin.

“Kenapa, sayang? mau ke tempat Kak Rafli?” tanya Rio lembut. Dia lalu mendudukan Aqila yang memang sudah bisa duduk di dekat Rafli. Anak pertamanya itu langsung memberikan mainan bebek karet Aqila yang berada tak jauh dari keduanya. Namun bayi kecil itu menolaknya, akhirnya Rafli mengalah. Dia menyingkirkan mainannya lalu menghampiri Aqila. Membuat tampang –tampang aneh yang langsung membuat bayi cantik itu tertawa senang dibuatnya.

Rio dan Ify tersenyum bahagia melihatnya. Ify merebahkan kepalanya di dada bidang Rio. Menikmati pemandangan kedua buah hati mereka berdua yang sedang bersenda gurau. Tak ada kebahagiaan yang lebih baik dari ini. Berkumpul dengan keluarga kecil mereka di saat sore hari. Kegiatan kecil yang sangat Rio dan Ify nantikan. Rasa lelah yang didapatnya selama bekerja langsung hilang seketika saat melihat isteri serta kedua buah hatinya.

Penderitaanya selama lima tahun ini terbayar sudah. Bahkan kebahagiaan yang didapatnya berlipat ganda. Rio mencium kening Ify lembut dan lama.

“Makasih, yah, sayang. Kamu sudah memberikan kebahagiaan ini sama aku,” Ucap Rio lembut. Matanya menatap Ify dengan penuh kasih. Ify tersenyum lembut, lalu mengangguk,”Aku juga sangat berterimakasih sama kamu, karena tanpa kamu mungkin semua kebahagiaan ini nggak akan pernah aku rasakan,” Ucap Ify tulus.

Rio tersenyum lembut, menundukkan wajahnya mencium bibir Ify lembut dan lama.”I love you,” bisiknya pelan.

“I love you too,” balas Ify lalu memeluk tubuh Rio erat. Dan takkan pernah dia lepaskan lagi.

you're still the one

(When I first saw you, I saw love.
And the first time you touched me, I felt love.
And after all this time, you're still the one I love.)

Looks like we made it
Look how far we've come my baby
We mighta took the long way
We knew we'd get there someday

Bridge:
They said, "I bet they'll never make it"
But just look at us holding on
We're still together still going strong

Chorus:
(You're still the one)
You're still the one I run to
The one that I belong to
You're the one I want for life
(You're still the one)
You're still the one that I love
The only one I dream of
You're still the one I kiss good night

Ain't nothin' better
We beat the odds together
I'm glad we didn't listen
Look at what we would be missin'

(Bridge)
(Chorus)
(Chorus)

I'm so glad we made it
Look how far we've come my baby

By : shania twain


Tuh, udah ending kan ??? Gimana endingnya guys ???
keren kan ?? Seru kan ?? bagus banget kan ???
pastinya dong.
Makanya, tinggalin kalian sebagai readers dong :))
nanti kan saya jadi ngepost cerita lagi :))

NB : Cerbung karangan saya yang 'BENCI JADI CINTA (YOSHILL)' sama cerbung 'QUEEN IN SMA BATAVIA (YOSHILL)' akan segera dilanjut ..
jadi yang masih suka, diharap untuk pantengin terus yaw ;)

terima kasih buat kalian yang udah mau baca :*
Makasih makasih :* thanks banget deh pokoknya ^^
Tinggalin jejak kalian yah guys ;)

Forever Love 'Versi RIFY' - part 10 (Repost)

Selamat malam semuanyaaaaa :))
bertemu lagi bersama saya :D cewe paling kece sejagat raya, ceilaaaahhh -_-
saya mau meneruskan cerbung'nya kak Anna guys, karena saya kan baiknya gak ketulungan jadi saya bantu kalian supaya gak KEPO terlalu lama :D
bentar lagi mau END loh guys :D satu part lagi mungkin, jadi pantengin terus yaw ;)
okeh deh langsung aja deh yah ^^
Happy reading all :*



Sudah sebulan lamanya ify mengalami koma, belum ada tanda-tanda bahwa dia akan membuka matanya. Membuat laki-laki itu semakin tersiksa. Bahkan Rio selama sebulan itu tidak pernah menginggalkan ify sedikit pun. Seluruh urusan kantor serta perusahaanya dia serahkan semua kepada Gabriel, sahabatnya. Yang sekarang dipikirkannya adalah menunggu Ify siuman dan membuka matanya. Sementara Rafli, dia terpaksa meninggalkannya di rumah Mamanya.

Terkadang anaknya itu datang bersama mamanya. Menengok dirinya juga Ify. Rio harus menahan air matanya setiap kali Rafli menanyakan padanya kapan Ify akan bangun. Rio sengaja berbohong bahwa ify sedang tertidur karena sakit. Laki-laki itu tidak bisa menjelaskan bagaimana keadaan ify sebenarnya pada Rafli. Anaknya terlalu kecil untuk mengerti keadaan yang sebenarnya. Penampilan Rio yang kusut serta lingakaran hitam di bawah kelopak matanya, menjelaskan bahwa laki-laki itu terlihat lelah dan kurang tidur. Tubuhnya juga terlihat kurus. Tatapan matanya seakan hampa, seolah tidak ada jiwa di dalam raganya. Karena Rio merasa, jiwanya tertidur bersama Ify yang terbaring lemah di rumah sakit.

Pagi ini dia harus menemui dokter yang merawat ify. Ada hal penting yang harus disampaikan oleh dokter tersebut. Membuat Rio semakin ketakutan serta gelisah. Setiap langkah yang dia ambil, semakin bertambah pula ketakutan dalam dirinya. Rio merasa dirinya seperti akan di hukum mati. Bahkan lebih parah dari itu. Wajahnya yang pucat, serta keringat dingin yang keluar, memperlihatkan dengan jelas bagaimana keadaan laki-laki itu sekarang. Rio sangat terpuruk dan hancur. Setiap malam dia bahkan tidak bisa tidur karena memikirkan keadaan Ify yang belm menunjukkan tanda-tanda perempuan itu akan membuka matanya. Dengan ragu Rio mengetuk pintu ruangan dimana dokter Daud (?) berada.

“Tok..tok..tok..”

“Masuk!” perintah suara dari dalam ruangan. Perlahan Rio memutar knob pintu tersebut, laki-laki itu masuk ke dalam ruangan disambut dengan senyuman hangat dokter Daud. Dokter tampan dan masih muda itu juga (maap ya bikin fitnah(?)) terlihat lelah. Seakan memiliki beban yang berat seperti yang Rio pikul saat ini.

“Silahkan duduk Pak Rio,” Dokter Daud mempersilahkan Rio duduk.

“Terimakasih, dok,” sahut Rio lalu duduk tepat di hadapan Dokter Daud.

“Pak Rio pasti sudah tau maksud saya memanggil anda ke ruangan saya ini, “ ucap Dokter Daud menatap wajah kusut Rio. Laki-laki itu mengangguk,”Iya, Dok. Semuanya menyangkut tentang keadaan ify, kan?”

Dokter Daud mengangguk , dia diam sejenak, menyusun kata untuk menyampaikan berita buruk yang sebenarnya tidak ingin dia sampaikan. Saat terberat dalam hidupnya selama menjadi dokter adalah ketika dirinya harus menyampaikan berita duka. Sebenarnya bila disuruh memilih, dia tidak ingin menyampaikan berita buruk tersebut. Apalagi melihat penampilan Rio yang seperti mayat hidup. Tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam matanya. Hanya ketakutan serta kegelisahan dalam setiap gerakannya.

“Mengenai keadaan ibu Ify, pihak rumah sakit sudah angkat tangan. Semuanya sudah kami lakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu Ify. Namun anda bisa lihat sendiri, sampai sekarang ibu Ify belum juga membuka matanya. Koma yang dialami ibu Ify mempunyai dampak yang membahayakan dirinya. Kami hanya bisa berusaha, pak. Tapi semuanya Tuhan juga yang menentukan, jadi...dengan sangat berat hati saya sampaikan, bila dalam seminggu ini Ibu Ify tidak siuman, maka...Kita semuanya hanya bisa pasrah...kemungkinan terburuk yang harus kita terima...” ucap Dokter Daud dengan berat hati.

Mendengar itu, Rio seakan bagai disambar petir. Tubuhnya membeku, menatap kosong dokter Daud. Dugaanya ternyata tidak meleset. Ada sesuatu yang tidak beres mengenai keadaan Ify yang belum siuman sampai sekarang. Dan semuanya terjawab sudah. Cobaan apalagi yang harus dijalaninya kali ini. Lima tahun dipisahkan dengan kekasihnya sudah sangat menyiksa dirinya. Lupa ingatan yang dideritanya dulu juga telah menyakiti perempuan yang sangat disayanginya. Dan sekarang dirinya harus mendengar berita buruk mengenai Ify. Berita yang menyatakan bahwa keadaan ify sudah tidak bisa tertolong, dan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwa kekasihnya. Tangan Rio berpegang erat pada pinggiran kursi, dirinya seolah tidak mempunyai tenaga lagi. Tubuhnya serasa lemah, seakan tulang dalam dirinya menghilang begitu saja.

Tidak !!! dia tidak sanggup! Dia tidak siap kehilangan ify untuk kedua kalinya. Dan dirinya pasti tidak akan mampu menerimanya. Mata Rio memerah menahan sakit yang mulai menyerang dadanya. Nafasnya terasa sesak, seolah disekitarnya tak terdapat udara sama sekali. Kenapa? Kenapa setelah ingatanya pulih dan dia menemukan kembali Ify, perempuan itu malah akan meninggalkannya kembali. Rio tidak sanggup membayangkan dirinya tanpa kekasihnya, tanpa Ify. Apalagi sekarang mereka berdua telah diberikan Rafli, malaikat kecil yang selalu memberikan kebahagiaan padanya, juga pada ify. Nggak! Kamu nggak boleh meninggalkan aku, ify. Kamu harus tetap hidup, untukku juga untuk anak kita. Ucap Rio dalam hati.

“Pak Rio!” panggil Dokter Daud menyentakkan Rio kembali ke alam nyata. Laki-laki itu menatap dokter Daud dengan sorot mata penuh kesedihan. Membuat dokter Daud tak tega melihatnya.

“Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan ibu Ify, pak. Dan semoga keajaiban itu diberikan juga pada ibu Ify,” Dokter Daud berusaha memberikan semangat untuk Rio. Laki-laki itu mengangguk lemah. Lalu bangkit dari duduknya,”Terimakasih, dok. Kalau tidak ada yang ingin dokter sampaikan saya permisi,” sahut Rio lemah.

Dokter Rio mengangguk , tersenyum simpul,”Iya, pak. Silahkan,” ujar Dokter Daud. Rio mengangguk sekilas, melangkah gontai menuju pintu.

Dokter Daud menghela nafas pelan setelah tubuh Rio menghilang di balik pintu. Kenapa setiap dia menyampaikan berita buruk, bebanya malah semakin bertambah. Dirinya tidak bisa membayangkan bila dia berada di posisi Rio. Pasti sama terpuruknya. Laki-laki itu meraih bingkai kecil di atas mejanya lalu tersenyum simpul. Foto seorang perempuan cantik yang menggendong seorang bayi laki-laki dengan senyum kebahagian terpancar jelas di wajahnya. Tidak ! dia tidak berani membayangkan bila dia mengalami hal itu. Dan takkan pernah.





*****

Rio melangkah gontai menuju ruang ICU dimana ify dirawat, namun wajahnya memucat saat menemukan ruang itu kosong. Tidak ada sosok orang yang dikasihnya berbaring di sana. Tubuhnya menegang. Ketakutan mulai menyerangnya, dia hanya meninggalkan perempuan itu sebentar. Tapi kenapa dia menghilang dari kamarnya. Segala piIfy buruk mulai menghampirinya. Tidak ! tidak mungkinkan ify meninggalkannya begitu saja? Rio segera berlari menelusuri koridor menuju ruangan dokter Daud, namun saat di tengah jalan dia berpapasan dengan Gabriel yang wajahnya terlihat sangat pucat. Kembali rasa ketakutan itu menyerangnya lagi.

“Lo dari mana aja, Yo? Gue telpon ke Hp lo tapi nggak aktif?” tanya Gabriel dengan nafas terengah-engah. Sepertinya laki-laki itu habis berlari jauh.

“Hp gue mati. Gue lupa ngecharge, ada apa?” tanya Rio panik. Nafasnya juga ikut terengah-engah sehabis berlari tadi.

Gabriel berusaha mengambil nafasnya sebelum berbicara,”ify, ify lagi kritis, dia ada di ruang operasi sekarang,” ucap Gabriel yang seketika membuat wajah Rio memucat. Tanpa pikir panjang, Rio langsung berlari menuju ruang UGD yang terletak paling ujung rumah sakit. Bahkan laki-laki itu tak mengiraukan makian orang yang tak sengaja ditabraknya tadi. Yang ada di dalam piIfynya saat ini adalah ify. Hanya perempua itu.

Aku mohon Tuhan, aku mohon jangan pisahkan kami lagi.

Langkahnya terhenti saat sudah berada di depan ruang operasi. Rupanya di sana sudah ada mamanya, Rafli, Sivia juga Bik Imah. Perlahan Rio melangkah mendekati mamanya yang sedang memeluk Rafli. Wajah wanita itu terlihat pucat serta berlinang air mata. Rio tau mamanya sangat menyayangi Ify. Sama seperti dirinya.

“Ma? Ify kenapa?” tanya Rio serak, berusaha mengontrol emosinya yang sudah mencapai ubun-ubun. Dia mulai takut. Sangat takut. Apalagi ucapan dokter Daud yang kembali melintas di piIfynya saat ini. Membuat tubuhnya terasa amat lemas. Ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

“Ify sedang kritis, Yo. Saat mama menjenguknya tadi, tiba-tiba saja detak jantungnya berhenti, dan sekarang dokter sedang berupaya menyelamatkan Ify,” sahut Manda dengan suara bergetar, isak tangis itu kembali terdengar dari bibirnya.

Rio terdiam.

Tubuhnya membeku.

Pandangannya kosong.

Kata –kata Mamanya yang mengatakan detak jantung ify berhenti selalu terngiang di telinganya, seperti kaset yang diputar berulang kali. Laki-laki itu terhuyung menabrak tembok yang ada di belakangnya. Seketika semua kinerja tubunya melumpuh. Ketakutan itu kembali menyerangnya. Dadanya sakit. Nafasnya sesak. Bayangan mimpi-mimpi buruknya kembali datang menerjangnya. Bayangan tubuh ify yang terbungkus kain putih mulai menghampirinya. Tidak !! Itu tidak mungkin. Ify akan selamat. Perempuan itu kuat. Ify adalah perempuan yang kuat.



Tuhan! Aku mohon jangan hukum aku seperti ini. Jangan pisahkan lagi aku dengannya.

Rio langsung berdiri tegak saat melihat pintu ruang operasi terbuka. Seorang suster keluar diikuti seorang dokter di belakangnya. Wajah dokter itu menunjukkan kesedihan. Membuat ketakutan itu kembali menyerangnya.

“Bagaimana keadaan ify, dok?” tanya Rio bergetar menahan emosi.

Dokter itu menghela nafas sebentar, lalu menggeleng lemah, “Maaf, pak. Ibu Ify tidak dapat di selamatkan. Beliau telah meninggalkan kita semua,” jawab dokter tersebut lirih,”Saya turut berduka-“

“NGGAK!!!! ITU NGGAK MUNGKIN! ANDA BOHONG!!” teriak Rio tiba-tiba membuat semuanya terkesiap. Gabriel yang melihatnya langsung menghampiri sahabatnya itu. Sementara Manda dan Sivia kembali menangis mendengarnya. Ify telah meninggalkan mereka semua selamanya. Dan tak akan pernah kembali. Kenyataan itu membuat sebuah luka di hati mereka berdua.

“Yo, tenang. Relakan Ify...” ucap Gabriel memegang bahu laki-laki itu, namun segera ditepisnya. Mata Gabriel merah menahan tangis. Dia juga merasa kehilangan, sama seperti Rio.

“Nggak! Ify nggak mungkin ninggalin gue! Nggak mungkin!” teriak Rio semakin lantang.

Tak lama kemudian dua orang perawat laki-laki keluar dari ruang UGD dengan mendorong sebuah bangkar dengan tubuh ify yang terbujur kaku di atasnya. Rio langsung mengampirinya, menahan perawat tersebut untuk membawanya.

“FY! IFY !! BANGUN FY! BUKA MATA KAMU!!!” Teriak Rio mengguncang tubuh kaku Ify. Tubuh cantik itu terasa amat dingin. Tanda bahwa sudah tidak ada jiwa di dalamnya. Wajahnya pucat seputih kapas. Bibirnya pun berwarna biru. Mata indahnya kini terpejam. Takkan pernah terbuka lagi. Mata indah itu sekarang terpejam selamanya.

“Fy! Jangan tinggalin aku! Aku mohon sama kamu,” Rio terisak memeluk tubuh Ify. Dia tidak membayangkan bahwa semua ketakutannya menjadi nyata. Rasa sakit itu seakan membunuh jiwanya. Menorehkan luka di hatinya yang akan terus menganga, entah sampai kapan. Tangisan pilunya bahkan membuat orang disekitarnya yang melihat ikut menitikan air mata. Merasakan kepedihan dan kesakitan yang laki-laki itu rasakan.

“Fy, Bangun! Jangan hukum aku kayak gini, jangan tinggalin aku dan Rafli.” Air mata Rio semakin mengalir deras. Apalagi dia teringat akan malaikat kecilnya yang masih membutuhkan sosok seorang ibu. Dan yang pantas mengisi posisi itu adalah Ify. Kekasih yang sangat dia cintai.

“Beri aku kesempatan, Fy. Beri aku kesempatan kedua untuk menjaga kamu dan Rafli,” Tubuh Rio meluruh di sisi bangkar, seakan sudah tidak kuat lagi menopang berat tubuhnya. Laki-laki itu menunduk kedua tangannya kembali terkepal. “Aku mohon...”

Bugh!

Manda tersentak kaget saat Rio meninju lantai rumah sakit yang keras. Darah segar langsung mengalir di buku buku tangannya.

“Rio!! Apa yang kamu lakukan?” Manda menghampiri anaknya, berusaha menahan tangan Rio agar tidak kembali meninju lantai. Dia sudah tidak kuat melihat Rio yang melukai dirinya sendiri.

“BIAR , MA! BIAR IFY SADAR! BIAR IFY TAU! DIA SUDAH BERHASIL MENGHUKUM AKU!! ” teriak Rio histeris. Semakin membuat orang yang melihat terisak.

“Kenapa, Ma? Kenapa Ify tega menghukum aku seperti ini, Ma? Kenapa?” ucap Rio lirih. Tubuhnya bergetar hebat.

“Ayah!”

Sebuah suara menyentakkan Rio kembali ke alam nyata. Dia mendongak, melihat malaikat kecilnya berjalan menghampirinya. Wajahnya penuh dengan air mata. Rafli menangis menatap dirinya.

“Bunda kenapa, Yah?” tanya Rafli dengan suara isakan yang semakin membuat hati Rio hancur berkeping-keping. Dia lupa akan kehadiran buah hatinya. Melihatnya histeris memeluk tubuh Ify yang sudah terbujur kaku. Pasti Rafli terkejut melihatnya.

Rio langsung merengkuh tubuh mungil itu, memeluknya dengan erat.”Bunda nggak pelgi ninggalin kita kan, Yah?” tanya Rafli terisak. Memeluk tubuh Rafli erat.

Rio tak mampu berkata-kata, dia hanya membalas dengan gelengan pelan.

“Bunda nggak boleh pelgi , Yah. Bunda udah janji sama Lapi, kata bunda...ka...ta Bunda, Lapi mau diajak ke...ta-taman belmain sama ayah juga,” dengan sesenggukan Rafli memberitahukan janji Ify dulu padanya. Semakin membuat hati Rio sakit, bagai ditusuk dengan beribu-ribu jarum. Bagai luka yang disiram air garam.

Tiba-tiba saja Rafli melepaskan pelukannya, menghampiri bangkar yang masih berada di samping mereka bertiga.

“Nda!, bangun, Nda!” tangan kecil Rafli menepuk pelan tangan Ify yang masih bisa dia capai. “Bunda jangan tidul telus, bunda udah janji sama Lapi mau ke taman belmain,” Rafli masih menepuk-nepuk pelan lengan Ify.

“Maaf, Pak, Bu. Kami harus membawa Ibu Ify segera ,” ucap salah satu perawat. Rio segera menghampiri Rafli lalu menggendongnya.

“Bunda! Bunda mau dibawa kemana, yah?” Rafli menatap kepergian perawat itu yang mendorong tubuh Ify. Tangisnya yang sempat terhenti kembali pecah.

“Ayah! bunda dibawa pelgi, yah!” teriak Rafli meronta-ronta dalam gendongan Rio. Sementara Rio berusaha kembali menahan tangisnya. Semuanya sudah berakhir, Ify telah meninggalkan dia dan Rafli. Selamanya.

“Bunda! Bunda jangan pelgii!! BUNDAAA!!!!”



*****

Pemakaman umum itu mulai terlihat sepi, para pelayat sudah mulai meninggalkan pemakaman tersebut. Jasad ify langsung dimakamkan tadi pagi setelah sampai di rumah duka. Rafli langsung jatuh sakit mengetahui bahwa ibunya telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Untuk umur empat tahun, anak kecil itu ternyata sudah mengerti akan arti kematian. Dan semua itu membuat Rio semakin terpukul.

Rio bersimpuh di samping makam Ify, sejak setengah jam yang lalu laki-laki itu belum juga meninggalkan makam kekasihnya. Dia masih belum bisa menerima semuanya ini. Dan masih belum sanggup.

gabriel memandang Rio dari dalam mobil yang terparkir tak jauh dari pemakaman. Sementara Sivia masih terisak melihat Rio yang terlihat sangat hancur dan kehilangan. Seperti dirinya yang kehilangan seorang sahabat terbaik selama hidupnya. Mereka berdua sengaja membiarkan Rio untuk sendiri. Membiarkan laki-laki itu mengungkapkan perasaanya yang terluka untuk terakhir kalinya.

“Kenapa, Fy? Kenapa kamu tega ninggalin aku seperti ini?” Rio meremas tanah merah di hadapannya yang basah karena rintik hujan yang sejak pagi mengiringi pemakaman ify. Bahkan laki-laki itu tidak menghiraukan tubuhnya yang basah kuyup. Baju hitamnya sudah basah oleh air hujan.

“Kenapa...” rintih Rio lirih. Air matanya kembali mengalir, menyatu dengan tetesan air hujan. Tiba-tiba saja Rio merasakan seseorang menyentuh bahunya. Laki-laki itu menoleh, tubuhnya menegang saat melihat siapa yang menyentuhnya. Ify tersenyum manis di samping Rio. Perempuan itu terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya. Wajahnya tidak pucat seperti yang terakhir Rio lihat. Wajah itu malah terlihat begitu cantik dengan binar-binar kebahagiaan. Seolah tidak ada lagi beban dan rasa sakit serta kesedihan di dalam mata cantik itu. Namun anehnya tubuh ify tidak basah sama sekali, ada cahaya putih yang melindungi tubuh perempuan itu.

“I...Fy!” Rio langsung memeluk tubuh perempuan itu. Mendekapnya dengan erat. Menumpahkan kerinduan yang selama ini dia pendam.

“Jangan menangis...” ucap Ify lembut, mengusap punggung Rio dengan lembut.

“Jangan tinggalin aku, Fy! Aku mohon!” ucap Rio terisak masih memeluk Ify dengan lembut. Perempuan itu terdiam, namun tangannya masih terus mengelus punggung Rio dengan sayang.

“Kembali sama aku, jangan hukum aku seperti ini , Fy. Sudah cukup kamu menjauh dariku selama lima tahun...” Tubuh Rio bergetar hebat. Kembali isak tangisnya keluar, bercampur dengan hujan yang kian menderas. Sesekali suara petir yang menggelegar terdengar. Namun tak dipedulikannya.

“Maaf, Yo. Tapi aku nggak bisa, aku nggak bisa bareng kamu lagi,” sahut Ify lirih.

“Nggak, pasti kamu bisa, Fy. Kita bisa bareng lagi kayak dulu, please...” mohon Rio pilu.

Ify menggeleng pelan, perlahan dia melepaskan pelukannya, menatap mata kekasihnya yang penuh kesedihan.”Maafin aku...” Ucap Ify lirih, tangan terjulur menyentuh pipi Rio yang mulai terasa dingin. Tubuh laki-laki itu mulai mengigil kedinginan. Namun tak dipedulikannya sama sekali.

Rio menggengam tangan Ify yang menyentuh wajahnya, menatap wajah perempuan itu lekat.”Fy, kembali sama aku. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu,” mohon Rio lagi.

Ify menggeleng lemah,”Kita sudah beda dunia, Yo. Kita sudah nggak mungkin bersama lagi.”

“Kenapa, Fy? Kenapa kamu lakukan ini sama aku? Kenapa?” tanya Rio pilu. Rasa sesak itu datang kembali karena kenyataan yang menyentakkan dirinya ke alam nyata. Ify yang ada di depannya bukanlah Ify yang dulu, bukan Ify miliknya yang dulu.

“Semua sudah takdir, Yo. Aku nggak bisa melawan takdir. Begitu juga dengan kamu.”

Tiba-tiba Ify melepaskan genggaman Rio, membuat laki-laki itu terkesiap,”Fy, kamu mau kemana?” Rio langsung bangkit mendekati Ify yang perlahan menjauh darinya.

“Maaf, Yo. Aku harus pergi, titip anak kita yah, jaga Rafli dengan baik, yah“ Ucap Ify tersenyum lembut, langkahnya semakin menjauhi Rio.

“Fy! Tunggu , Fy?! Kamu mau kemana?” teriak Rio histeris.

“Aku harus pergi, selamat tinggal Rio. I love you,” tubuh Ify semakin menjauh darinya. Dan pelan-pelan bayangan itu menghilang dari hadapan Rio.

“Fy, tunggu, Fy! Jangan pergi, Fy! Aku mohon! IFYYYYYYY!!!!!”

Sabtu, 07 Desember 2013

Forever Love 'Versi RIFY' - Part 9 (Repost)

Malem semuanyaaa :)) Maaf banget baru munculin cerita ini sekarang ^^
Gue lagi sibuk semesteran nih guys, jadi baru bisa REPOST sekarang ..
Gimana Part 8'nya kemarin ??? Keren kan ??? Kak Anna emang the best author deh pokoknya :D
Okeh deh guys, langsung aja ..
HAPPY READING ALL !!!


“Kamu mau tau siapa gadis itu?” Ify menatap kedua manik mata Rio. Mata coklat itu menatapnya bingung.”Maksud kamu?”

“Aku tau siapa gadis yang selalu hadir dalam mimpi dan piIfy kamu, Yo.”

“Siapa?”

“Dia...”

“Bunda!!” Panggil Rafli yang berdiri di depan pintu kamar Rio, mengalihkan perhatian keduanya. Anak kecil itu terlihat masih mengantuk, sesekali mengucek matanya, “Lapi takut bubu sendilian,” ucapnya lirih. Ify memang memindahkan Rafli ke kamar sebelah agar Rio tidak merasa terganggu. Namun Ify lupa bahwa Rafli tidak terbiasa tidur sendiri di kamar yang bukan miliknya.

“Sini jagoan!” tiba-tiba saja Rio memanggil Rafli untuk mendekat ke tempat tidur. Rafli memandang ragu Rio, dia melirik Ify seakan meminta izin. Anggukan kecil yang Ify berikan membuat anak itu tersenyum lalu berlari mendekati Rio yang masih duduk di ranjangnya.

“Upss, sini sayang,” Rio mengangkat tubuh mungil Rafli, mendudukannya di sisi kanannya yang kosong.

“Sekarang Rafli tidur sama Om ya, jagoan. Oke?” Rio tersenyum lembut mengelus rambut Rafli yang memandangnya dengan wajah berseri-seri.

“Benelan, Om?! Lapi boleh tidul sama Om Lio?” tanyanya tak percaya.

Rio mengangguk,”Iya, sekarang Rafli bubu yah,” laki-laki itu membantu Rafli membaringkan tubuhnya di ranjang.

“Yo, tapi kamu butuh...”

“Nggak apa-apa, Fy. Aku seneng melakukannya, Rafli sudah aku anggap seperti anakku sendiri, jadi biarkan dia tidur bareng kita,” sahutnya kalem.

Mata Ify terbelalak, Kita? Maksudnya Rio dirinya juga harus tidur di sini? Bersama dengan dirinya? Nggak! Ify tak ingin kejadian tadi terulang kembali. Apalagi ada Rafli disampingnya. Lebih baik dirinya yang mengalah tidur di sofa.

“Nggak, aku tidur di sofa aja,” sahutnya cepat hendak berdiri, namun tangan besar Rio segera mencengkramnya.

“Please, aku nggak bakal ngapa-ngapain kamu, Fy. Mana mungkin aku gangguin kamu sementara ada Rafli di dekat kita, atau kamu memang mau...” Rio menggantung ucapannya dengan sengaja, lalu mengerling nakal pada Ify, membuat perempuan itu mendengus kesal.

“Nda, jangan tidul di sofa, bunda tidul di sini aja sama Lapi dan Om Lio, yah Nda..Pelisss,” mohon rafli tiba-tiba yang langsung membuat Ify terperangah. What ? bagaimana bisa anaknya melakukan hal itu. Ify langsung melirik Rio tajam, menyaksikan wajah tampan laki-laki itu tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya Ify harus ekstra sabar menghadapi Rio dan Rafli, tidak duplikat Rio. Anaknya sekarang mulai menampakan sifat ayahnya. Yah buah jatuh tak jauh dari pohonya.

Dengan terpaksa Ify mengangguk, apalagi sekarang sudah sangat larut. Dia tidak ingin berdebat lagi. Saat Ify hendak naik ke tempat tidur, dia baru menyadari dirinya masih menggunakan gaun, membuatnya susah untuk bergerak. Rio yang menyadari hal itu segera turun dari tempat tidur, membuka lemari bajunya, mengambil sehelai kemeja coklat mudanya serta celana panjang, kemudian memberikannya pada Ify.

“Mending kamu ganti baju dulu, pasti nggak nyaman tidur dengan gaun,” ucap Rio kemudian memilih berbaring di samping Rafli. Ify menerima baju itu lalu masuk ke dalam kamar mandi.

“cklek”

Ify menutup pintu kamar mandi. Mulai melepas gaun sutranya dan mengganti dengan kemeja milik Rio. Kemeja itu terasa besar di tubuh mungilnya, Ify kemudian memakai celana panjang laki-laki itu, namun ternyata kebesaran, membuatnya susah bergerak. Dengan kesal perempuan itu melepaskan celana Rio, untung saja dirinya memakai celana street, sehingga kemeja Rio yang hampir mencapai selutut itu tidak terlihat terlalu pendek. Akhirnya Ify memilih tidak menggunakan celana laki-laki itu. Toh penampilannya juga tidak terlalu vulgar. Setelah membersihkan wajahnya, perempuan itu keluar dari kamar mandi.

Namun, tiba-tiba saja pemandangan dihadapannya membuat perempuan itu menitikan air mata.Air mata bahagia. Pemandangan Rio yang memeluk Rafli penuh rasa sayang, seperti seorang ayah yang memberikan ketentraman dan perlindungan pada anaknya, membuat Ify bahagia. Sangat sangat bahagia. Akhirnya keinginan Rafli terpenuhi. Masih segar diingatannya bahwa keinginan Rafli adalah tidur dengan ayahnya saat Rafli demam dulu. Sebuah permintaan sederhana namun membuat sesak dada Ify.Bahkan perempuan itu sampai menangis terisak tak bisa memenuhi permintaan anaknya itu. Tapi tidak untuk saat ini, Ify akan memulihkan ingatan Rio secara perlahan, dia harus melakukannya. Demi Rafli, Rio dan juga dirinya. Karena sekarang tak akan ada lagi yang menghalangi dirinya untuk bersatu dengan laki-laki yang sangat dicintainya itu.

Perempuan itu tersenyum lembut, lalu menyeka sisa air matanya dengan lengan kemeja Rio, dia melangkah pelan mendekati tempat tidur, perlahan naik ke ranjang tersebut dan membaringkan dirinya di sisi kanan Rafli yang kosong. Dia memiringkan tubuhnya, menatap wajah Rio yang sudah tertidur pulas. Wajah itu terlihat sangat damai, membuat hati Ify hangat. Di dekatnya tubuhnya dengan tubuh Rafli, lalu memeluk tubuh mungil itu. Seperti Rio yang memeluk tubuh mungil Rafli. Kali ini Ify bisa tertidur dengan nyenyak. Bermimpi indah bersama kedua laki-laki yang sangat dicintainya. Walau harus menunggu selama lima tahun untuk bisa kembali kembali pada Rio. Dirinya rela, sangat sangat rela. Karena semua pengorbananya terbayar sudah dengan kebahagiaan yang berlipat.



Oceans apart day after day and I slowly go insane

I hear your voice on the line but it doesn’t stop the pain

If I see you next to never how can we say forever



* Wherever you go whatever you do I will be right here waiting for you

Whatever it takes or how my heart breaks I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times that I though would last somehow

I hear the laughter, I taste the tears but I can’t get near you now

Oh, can’t you see it baby you’ve got me goin’ crazy



I wonder how we can survive this romance

But in the end if I’m with you I’ll take the chance

Oh, can’t you see it baby you’ve got me goin’ crazy

(Richard Marx – Right Here Waiting)



*****

Perempuan itu menatap pemandangan luar apartemennya. Wajahnya yang dingin menyiratkan kebencian yang sangat mendalam. Senyum sinis di wajah cantiknya membuat dirinnya semakin terlihat kejam. Rasa sakit hatinya sudah tidak bisa ditolerir lagi, dan seseorang harus membayarnya dengan setimpal. Dan dia tau siapa orang itu.

“Ini semua berkas yang anda inginkan, Boss,” seorang laki-laki berbaju serba hitam meletakkan sebuah amplop coklat di meja kopi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Perlahan perempuan itu mendekati meja, mengambil amplop tersebut lalu membuka isinya.

“Bagus, atur semuanya sesuai perintah saya, dan jangan sampai gagal,” perintahnya dingin. Laki-laki berbaju hitam itu mengangguk mengerti, kemudian berbalik dan menghilang di balik pintu.

“Now we will see, dear. Who will win? “ desisinya menyeringai.





*****

Ify melirik jam tangannya dengan gusar, sudah setengah jam yang lalu dirinya menunggu taksi, namun belum ada yang lewat sama sekali. Ify jadi menyesal sendiri menolak tawaran Rio untuk menjemputnya. Dan sekarang pasti laki-laki itu sangat marah. Mereka berdua berjanji akan bertemu di taman kota, Rio rupanya masih penasaran dengan gadis yang ada di dalam mimpinya itu. Dan dia ingin mendengar jawaban Ify yang sempat tertunda semalam. Laki-laki itu baru teringat saat sudah berada di kantornya. Dan akhirnya keduanya berjanji akan bertemu di taman kota tersebut. Tempat bersejarah dimana keduanya pertama kali bertemu.

Ify sengaja memilih bertemu di sana karena berharap proses pemulihan ingatan Rio bisa berjalan dengan baik apabila laki-laki itu berada di tempat kenangan mereka. Karena sudah terlalu lama menunggu, akhirnya perempuan itu memutuskan untuk naik ojek yang ada di depan jalan kantor tempatnya bekerja. Yang berarti dirinya harus menyeberang terlebih dahulu. Saat lampu merah menyala, segera perempuan itu melangkahkan kakinya, menyeberangi jalan aspal agar bisa sampai di pangkalan ojek itu.

Namun semua terjadi begitu cepat, bahkan perempuan itu tidak sempat menoleh saat sesuatu yang keras menghantam tubuhnya dan terpental jauh. Pekikan dan jeritan orang –orang di sekitarnya yang melihat dirinya terpental jauh masih bisa dia dengar. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit, bahkan dirinya bisa melihat samar samar darah segar mengalir di seluruh tubuhnya.Terakhir yang Ify ingat adalah wajah Rio dan Rafli yang sedang tersenyum, sebelum semuanya menjadi terasa gelap.





*****

Langit siang itu terlihat mendung, bahkan angin dingin mulai berhembus menerpa tubuh Rio. Sudah setengah jam dirinya menunggu Ify di sini. Namun belum ada tanda-tanda kedatangan perempuan itu. Padahal dirinya sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan Ify tentang gadis yang selalu datang di setiap mimpi dan di saat –saat rasa sakit menyerang kepalanya tiba-tiba. Apakah perempuan itu adalah Ify? bagaimana bisa? Dia dan Ify baru bertemu pertama kali saat perempuan itu melamar di perusahaannya.

Walau sampai sekarang Rio masih sedikit bingung kenapa Ify bisa tau nama kecilnya. Seharusnya hanya keluarga dan sahabat-sahabatnya lah yang memanggil dirinya dengan sebutan Rio. Namun tidak dengan Ify yang bahkan tampak terkejut saat pertemuan pertama mereka. Ify juga sempat menghindari Rio, walau akhirnya perempuan itu akhirnya luluh juga oleh cintanya. Dan semua itu masih menjadi rahasia yang sebenarnya selalu bersarang di kepalanya. Namun secepat mungkin Rio selalu membuang perasaan itu. Dia tidak ingin membuat pemiIfy aneh yang akan menghancurkan kebahagiaanya saat itu.

Tapi entah kenapa, Rio yakin bahwa suara gadis yang ada dalam mimpinya adalah suara Ify. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, melantunkan lagu call your name-nya daughtry.

08033xxx Calling

Rio mengernyitkan dahi saat melihat nomer tak dikenal yang menelponya. Dia pikir Ify yang menelponya. Laki-laki itu segera menerima panggilan tersebut.

“Hallo?” sapa Rio tenang.

“Den! Gawat den, gawat...” tiba-tiba saja terdengar suara panik di seberang sana yang diyakininya adalah suara Bik Imah.

Wajah Rio berubah pucat seketika, entah kenapa dia langsung merasakan sesuatu hal yang buruk sedang terjadi pada Ify. Namun segera ditepisnya piIfy anehnya itu. Dia tidak ingin negarif thinking sebelum semuanya jelas. Mungkin saja Bik Imah ingin memberitahu bahwa Rafli sedang sakit atau hal-hal yang lainnya yang tidak terlalu mengkhawatirkan.

“Tenang, Bik! Jangan panik, Bibi jelasin semuanya pelan-pelan yah?!” bujuk Rio berusaha menenangkan wanita paruh baya itu. Dia sudah tau watak Bik Imah yang memang sedikit paranoid dan gampang gugup.

“Den..Non Ify Den! Non Ify...” isakan serta rasa panik mulai terdengar dari seberang. Semakin membuat wajah Rio memucat. Apa yang terjadi dengan Ify?

“I...iya, bik. Pelan-pelan yah, Ify kenapa bik? Dia kenapa?”

“Non Ify kecelakaan, den! Dia sekarang berada di rumah sakit....”

Seketika tubuh Rio menegang. Handphone di tangannya terlepas begitu saja dan jatuh berantakan. Entah mengapa mendengar berita buruk itu seolah membuat dunianya menjadi runtuh. Laki-laki itu segera berlari menuju mobilnya yang dia parkir tak jauh dari tempatnya duduk. Rio masuk ke dalam mobil dan langsung mengendarai mobilnya dengan gila-gilaan. Caci maki dari para pengendara lain tak dihiraukannya, bahkan semua peraturan lampu-lalu lintas tak digubrisnya sama sekali. Yang ada di dalam piIfynya sekarang adalah bertemu dengan Ify, memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja. Dan semua yang dia dengar baru saja adalah hanya kebohongan semata atau hanya kesalahpahaman saja.

Rio berlari sekuat mungkin menuju ruang ICU saat dia sudah sampai di rumah sakit Pelita Harapan. Bahkan hampir saja dia menabrak pasien yang melintas andai saja dirinya tidak secepat kilat menghindar. Sampai di depan pintu ruang ICU, langkahnya perlahan terhenti. Pintu ruangan itu masih tertutup.

“Om Lio !!” tiba-tiba saja seorang makhluk kecil menabrak kakinya, Rio menunduk dan langsung merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapannya. Kenapa Rafli bisa ada di sini? Dengan siapa dia datang kemari? Rio mengedarkan pandangannya mengitari sekelilingnya, dan berhenti pada satu titik. Mama? Kenapa mama bisa ada di sini?

“Rio...” wajah Manda terlihat sangat pucat. Bahkan sisa-sisa air mata di wajahnya masih terlihat jelas. Wajah tampan Rio terlihat sangat bingung melihat mamanya berada di sini bersama Rafli.

“Ma? Mama ngapain di sini? Kenapa mama bisa ada di sini?” tanya Rio bingung.

“Mama...mama...maafkan mama Rio...” wanita itu menutup mulutnya menahan suara isak tangis yang mulai terdengar dari bibirnya. Rafli segera meminta turun pada Rio, lalu menghampiri Manda.

“Oma! Oma jangan nangis..” bujuk Rafli menarik gaun panjang yang dikenakan Manda, wajah Rafli bahkan terlihat seperti ingin menangis melihat mamanya yang menangis, membuat Rio semakin terlihat sangat bingung. Sekarang Rafli memanggil mamanya dengan Oma? Sebenarnya apa yang terjadi?

“Ma? Ada apa sebenarnya ini? Ify? gimana keadaan Ify ,Ma?” Rio memegang kedua bahu Manda. Meminta penjelasan dari mamanya.

“Ify di dalam , sayang! Kita harus menunggu di sini..sampai operasinya selesai.” Ucap Manda di sela-sela tangisnya.

Rio melepaskan kedua tangannya dari bahu Manda, mengacak rambutnya dengan frustasi. Bagaimana? bagaimana semua ini bisa terjadi?

“Bagaimana Ify sampai kecelakaan, Ma? Dan kenapa mama bisa ada di sini? Mama kenal Ify kan? Jawab, Ma!” bentak Rio frustasi. Apa lagi sekarang yang harus dirinya hadapi? Ada hubungan apa mamanya dengan Ify?

“Om Lio...” panggil Rafli ketakutan karena melihat Rio membentak mamanya. Membuat Rio sedikit bersalah karena tak menghiraukan kehadiran anak kecil itu. Rio segera menghampiri Rafli , kembali memeluknya.

“Duduk dulu, Sayang! mama akan ceritakan semuanya...” bujuk Manda menarik tangan Rio agar duduk di kursi dekat ruang ICU. Laki-laki itu diam seribu bahasa, tatapannya tajam menuntut agar sang mama segera menceritakan semuanya dengan jelas dan detail.

“Sebenarnya kamu dan Ify dulu...” kemudian mengalirlah cerita tentang masa lalu Rio. Saat keduanya pertama kali bertemu, dan bagaimana keduanya saling jatuh cinta. Namun semua itu harus berakhir saat papa Rio mengetahui hubungan Ify dengannya, memaksa agar Rio menjauhi Ify yang berasal dari keluarga yang miskin. Tak sepadan dengan keluarga Haling yang merupakan orang terpandang. Sampai insiden Ify yang memberitahu bahwa dirinnya mengandung anak Rio, sampai kecelakaan itu terjadi. Merenggut semua memori Rio tentang Ify juga kebahagiaan keduanya.

“Akhhh” tiba-tiba saja rasa sakit itu datang kembali. Rio memegang kepalanya merasakan kepalanya seperti ditusuk-tusuk beribu-ribu jarum. Kembali bayang-bayang yang silih berganti seperti slide show menghampirinya. Namun semua masih sama seperti sebelumnya, ingatan-ingatan samar yang tak terlalu jelas.

“Yo! Kamu kenapa sayang?” wajah panik Manda terlihat jelas, melihat kesakitan yang dirasakan Rio membuat hatinya sangat sakit. Kenapa dulu suaminya sangat tega memisahkan keduanya seperti ini. Apalagi sekarang kondisi menantunya yang sedang dalam keadaan kritis.

“Shhh...kepala Rio ...sakkitt Mah,” Rio meringis menahan rasa sakit itu. Bahkan rasa sakit itu begitu menyiksanya karena sakitnya berkali-kali lipat dibandingkan rasa sakit yang sering muncul akhir – akhir ini. Kepalanya seolah seperti dipalu oleh ribuan palu berukuran besar.

“Sayang, tahan sebentar yah. Mama panggilin dokter!” ucap Manda lalu hendak beranjak pergi, namun baru saja dua langkah dia berjalan. Tubuh Rio langsung ambruk di lantai rumah sakit. Pingsan.

“RIOOO!!!”

>>>>>>>


Sore itu seperti biasa Rio yang sedang bermain basket di lapangan taman kota terlihat tampan dengan seragam basketnya. Sudah menjadi kebiasaan laki-laki itu bermain basket di sana setiap minggu pagi. Tristan, sahabat Rio yang juga satu kampus dengan laki-laki itu sedang duduk di pinggir lapangan sambil menatap lurus kedepan. Membuat Rio penasaran apa yang sedang sahabatnya itu perhatikan. Bahkan panggilannya pun tak digubris.

“Lo lagi ngeliatin apaan sih? Sampe tuh muka mupeng gitu?” penasaran dia langsung mengikuti arah pandang Tristan. Dahinya mengerut karena yang dia lihat hanyalah pedagang gula-gula kapas. Masa iya sahabatnya itu suka sama pedagang gula-gula kapas yang sudah tua, bahkan berjenis kelamin laki-laki pula.

“Hei! Jangan bilang lo suka sama pedagang gula-gula itu? Karena gue yakin lo pasti nggak akan tertarik sama tuh kapas manis!” sungut Rio sambil menggeleng kepala. Apa ini efek dari sahabatnya yang baru saja broken heart dengan seniornya di kampus kemarin pagi?

“Sialan Lo! Gue masih stright kali! Mata lo aja yang nggak merhatiin pandangan gue, yang seharusnya lo liat tuh bukan pedagangnya, tapi yang beli,” cibir Tristan tak terima dia dibilang Gay oleh Rio. Sudah jelas-jelas dia lelaki tulen, malah dikira gay. Kalau tidak kenapa dia kemarin bisa berpacaran dengan kembang kampusnya, yah walaupun sekarang sudah putus. Tapi tetap saja dia berarti laki-laki yang normal.

Rio mengangkat bahu tak peduli, dia lebih baik melanjutkan bermain basket daripada melihat keanehan sahabatnya yang sedang patah hati. Dalam hati Rio bertekat akan segera mencarikan Tristan pacar baru sebelum sahabatnya itu benar-benar menjadi seorang gay. Bagaimanapun caranya, atau kalau perlu dia menyewa mak combalng sekalian untuk mencarikan Tristan pacar. Laki-laki itu mendrible bolanya dengan santai, dia bermaksud ingin melakukan three point sekalian berlatih memperlancar gerakan three pointnya. Setelah mengambil ancang-ancang, Rio langsung melemparkan bola orange itu ke dalam ring, namun sayangnya gagal, bola itu menghantam pinggiran besi ring dan terlempar jauh entah kemana.

“Augghhh” sebuah pekikan keras mengalihkan perhatian Rio. Laki-laki segera menoleh ke samping dan mendapati seorang gadis sedang berjongkok memegangi kepalanya.

“Eh Bego! Kalo latihan tuh liat-liat, kena orang tuh! “ Umpat Tristan yang langsung menghampiri gadis itu.

“Lo nggak apa-apa , kan?” tanya Tristan lembut ikut borjonkok di samping gadis tersebut.

“Sakit tau!” jawab gadis itu sedikit kesal. Rio yang melihat gadis itu masih menunduk dan kedua tangan mungilnya mengelus-elus kepalanya yang terkena bola basketnya itu lalu menghampirinya.

“Maaf yah gue nggak sengaja,beneran. permen lo nanti gue ganti juga deh,” kata Rio menyesal, dia sempat melirik ke samping gadis itu dan melihat permen kapas gadis itu terjatuh.

“Permen? Gula-gula kapas maksud kamu?” tanya gadis itu bingung lalu mendongakkan wajahnya lalu menatap Rio. Tangannya masih tetap mengelus-elus kepalanya yang tersa sakit.

Rio langsung ternganga ketika melihat wajah gadis itu yang menurutnya sangat cantik. Seolah-olah semua bagian tubuhnya itu tercipta khusus hanya untuknya. Bahkan dalam keadaan kesakitan saja masih tetap terlihat cantik. Rambutnya yang lurus sengaja dia kuncir, walau hanya mengenakan baju olah raga, tapi sama sekali tidak mengurangi kecantikannya.

Rio hanya mengangguk karena masih terpesona dengan wajah cantik dihadapannya. Bahkan dirinya tak memerhatikan Tristan yang juga ikut terpana oleh kecantikan gadis itu.

Gadis itu tersenyum geli, lalu menggeleng pelan,”Nggak perlu, aku masih bisa beli lagi,” sahutnya kalem.

Saat Rio ingin bertanya nama gadis itu namun sebuah panggilan dari arah lain menahannya.

“Fy!!!” salah satu sahabat gadis itu memanggil dari pinggir lapangan bola Voli yang tak jauh dari lapangan basket tempat gadis itu berdiri.

Ify menoleh lalu menjawab iya dengan suara yang tak kalah kuatnya. Dia menoleh sebentar kearah Rio.

“Lain kali hati-hati kalo main basket. Untung kepala aku nggak bocor,” katanya cuek lalu memutar tubuhnya untuk menghampiri sahabatnya itu.

“Tunggu! Nama Kamu siapa?” pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Rio tanpa lelaki itu sadari. Menahan langkah sang gadis, dia memutar tubuhnya menghadap kembali kearah Rio. Mata gadis itu menyipit seperti sedang memikirkan sesuatu. Mungkin dia sedang bertarung dengan hati kecilnya apakah dia akan menjawab pertanyaan Rio atau tidak. Membuat Rio merasa sangat resah, entah kenapa dia bisa sampai seperti itu. Padahal Rio adalah salah satu play boy di kampusnya. Namun sekarang dia dibuat resah oleh seorang gadis yang baru saja dia temui. Sungguh tidak bisa dipercaya.

“Ify.. nama aku Ify,” sahut gadis itu tersenyum kemudian memutar tubuhnya dan berlari menghampiri sahabat-sahabatnya.

“Ify...” ucap Rio lirih, sedetik kemudian senyum manis tersungging dari bibirnya. Sebuah senyum penuh makna yang hanya dia dan dirinya yang tau apa maksud dari senyuman tersebut.







“Happy birthday!” ucap Ify tersenyum bahagia, kedua tangan mungilnya memegang kotak berisi black forest yang dia buat sendiri di kostanya pagi tadi. Malam itu, dia sengaja membuat kejutan untuk kekasihnya tersebut dengan datang langsung ke apartemen mewah Rio.

Rio tersenyum bahagia melihat kedatangan Ify, lalu mengecup pipi Ify lembut.”Makasih sayang,” kemudian menyuruh Ify duduk di sampingnya. Gadis itu memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan kekasih tercinta yang sudah dia kenal sejak enam bulan yang lalu.

“Make a wish dulu ,” perintah Ify saat melihat Rio hendak meniup lilin kecil di atas kue tersebut.

“Hehehe sorry lupa cantik,” sahutnya terkekeh geli. Kemudian setelah mengucapkan permohonannya pada Tuhan, dia segera meniup lilin tersebut.

“the last a gift for you,” Ify meletakkan kue tersebut di meja, lalu mengeluarkan sebuah kotak mungil dari dalam tasnya. Memberikan kotak tersebut itu pada Rio.

“Buat aku?” tanya Rio tak percaya , atau lebih terdengar terkejut. Bukannya dia tidak pernah diberi kado, namun entah kenapa kado yang Ify berikan jauh lebih sangat berharga untuknya. Walaupun kado itu murah, namun Rio tak peduli. Dia sudah sangat senang dengan kejutan yang Ify buat untuknya.

Ify tertawa geli melihat reaksi Rio,”Iya, tapi itu Cuma kado murah, jadi jangan marah yah,” sahutnya kalem.

Rio menarik hidung Ify gemas , dia sedikit kesal mendengar kekasihnya bicara seperti itu. Membuat wajah Ify cemberut.

“Sakit tau!” sungutnya kesal.

“Abisnya kamu kenapa bilangnya gitu? Kamu kan udah janji sama aku untuk nggak menyinggung soal materi, aku nggak suka.” Tukasnya cepat.

“Iya...maaf.”

“Yaudah kamu diem aja, aku mau buka kadonya dulu,” perintah Rio sedikit galak, pelan-pelan dia membuka kotak kecil berhiaskan pita itu. Wajahnya berubah cerah saat melihat isi dalam kotak tersebut. Sebuah jam tangan sederhana namun terlihat sangat maskulin. Jam itu adalah jam yang sempat Rio inginkan, namun karena limited edition, sehingga dia tidak bisa memilikinya. Walau Rio tau jam yang diberikan Ify bukanlah jam yang asli, namun baginya itu tak menjadi masalah. Ketulusan gadis itu yang membuatnya semakin mencintainya. Apalagi membayangkan kekasihnya menghabiskan uang sakunya demi membeli kado untuknya membuatnya menjadi terharu.

“Makasih sayang, aku suka banget kadonya,” Rio langsung menarik Ify ke dalam dekapannya. Meletakkan dagunya di puncak kepala Ify mengecup rambutnya. Harum tubuh Ify membanya dalam kenyamanan.

“Sama-sama.. maaf yah sayang itu hanya imita...” belum sempat Ify melanjutkan ucapannya. Bibirnya sudah lebih dulu dibungkam oleh bibir kekasihnya. Membuat Ify terkesiap dengan serangan dadakan itu. Kebiasaan Rio yang membuat Ify menjadi kesal dibuatnya.

“Sekali lagi kamu bilang kayak gitu, jangan menyesal kalo kamu langsung aku bawa ke kamar,” ancam Rio yang langsung mendapat pelototan dari Ify. Namun melihat wajah kekasihnya yang terlihat sangar itu membuat nyali Ify menyusut. Dia tau bahwa Rio tak main-main dengan ucapannya barusan. Membuat wajah putih Ify merona. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi bila laki-laki di hadapannya ini melaksanakan ancaman tersebut.

“Maaf...” katanya menyesal.

“Aku akan maafin kamu asal...”

“Asal apa?”

Rio memasang senyum licik, menunjuk bibirnya.”Cium aku.”

“Apa? Nggak mau!” tolak Ify cepat , dia tidak terbiasa mencium Rio dibibir. Paling berani hanya di pipi saja. Gadis itu terlalu malu untuk melakukan hal itu. Berbeda dengan Rio yang terkadang tak melihat sikon bila mencium Ify. Bahkan di depan sahabatnya sendiri pun Rio tetap cuek.

“Yakin? Okay, now let me take control...” ucap Rio kemudian sebelum Ify menolaknya, dia sudah lebih dulu menarik lengan gadis itu lalu mencium bibir tipis Ify. Melumat bibir Ify yang merupakan candu untuknya. Rio tidak akan pernah merasa puas kalau belum mencium bibir itu. Membuat Ify terkadang merasa kesal dengan sikap mesum Rio. Dibelainya dengan lembut bibir Ify, seakan menggoda agar bibir itu mau membukakan ruang untuknya. Saat ruang itu sudah terbuka, lidah Rio langsung menyeruak ke dalam mencari lidah gadisnya untuk saling mengecup. Rio mengakhiri ciumannya saat dirasakannya nafas Ify yang hampir habis.

“Thanks, Honey... i love you,” ucap Rio lembut mencium kening Ify dengan rasa sayang. Ify memejamkan matanya merasakan kelembutan ciuman di dahinya. Betapa beruntungnya dirinya mendapat seorang kekasih yang menyayanginya dengan segenap jiwa. Bahkan status sosial yang berbeda di antara keduanya tak dihiraukannya.

“I love you too,” bisik Ify merebahkan kepalanya di dada bidang Rio. Merasakan kelembutan dekapan kekasih tercintanya.





“Yo... kamu lagi dimana?” tanya Ify saat Rio menelponya. Suara Ify yang serak menandakan gadis itu habis menangis. Membuat Rio di seberang sana menjadi khawatir.

“Aku masih di kampus sayang, kenapa? Kamu lagi sakit yah? Suara kamu serak?” terdengar jelas nada khawatir di seberang.

“Bisa kamu mampir ke kostan aku sebentar? Aku...aku mau bicara,” pinta Ify dengan suara bergetar menahan isak tangisnya.

“Iya, sabar yah sayang. sebentar lagi aku sampai ke sana,” sahut suara di seberang lalu sambungan terputus.

Ify terduduk lemas di lantai. Akhirnya tangis yang sempat di tahannya pecah. Dia takut. Bahkan sangat takut. Dilihatnya sebuah benda kecil yang ada di tangannya itu. Alat tes kehamilan yang dia beli diam-diam di sebuah apotik yang lumayan jauh dari kostnya. Dua buah garis merah terlihat jelas di sana. Menandakan dirinya positif hamil. Dia tidak mengira bahwa kejadian di apartemen Rio sebulan yang lalu membawa masalah baginya. Dia baru saja lulus sekolah, bahkan minggu depan gadis itu akan mengikuti ujian masuk PTN di kotanya. Namun hanya dengan dua garis merah itu, semuanya berubah . gadis itu belum siap menjadi seorang ibu. Apa reaksi kedua orang tuanya bila mengetahui anaknya hamil di luar nikah. Penyesalan itu mulai datang. Andai saja Rio tidak mabuk dan memaksanya, pasti semuanya tak akan menjadi seperti ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Segala penyesalan itu semua percuma. Karena tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula.

Air mata Ify semakin menetes deras, apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak mungkin mengugurkan kandungannya. Dia tidak akan tega membunuh darah dagingnya sendiri. Tapi yang membuat Ify takut, Rio tidak akan mau tanggung jawab bila laki-laki itu mengetahui bahwa dirinya hamil anaknya. Membuat Ify sangat takut. Dunianya seakan runtuh seketika.

“Tok..tok...Fy! buka , ini aku” panggil Rio dari luar . gadis itu terkesiap segera bangkit dari duduknya bergegas membuka pintu.

“Kamu kenapa?” tanya Rio khawatir memegang wajah Ify yang pucat dan berlinang air mata.

“Aku... aku...” Ify kembali terisak tak bisa melanjutkan kata-katanya. Entah kenapa semua kalimat yang sudah dia susun sejak tadi menguap begitu saja di kepalanya. Hilang tak berbekas.

Rio segera membawa Ify ke dalam sebelumnya dia menutup pintu dahulu, membawa gadis itu untuk duduk di sofa kostan Ify.

Melihat kondisi Ify yang sangat kacau, wajahnya pucat dan matanya bengkak seperti habis menangis lama. Rio segera mengambilkan segelas air minum untuk kekasihnya itu. Dia harus membuat Ify tenang terlebih dahulu sebelum bertanya penyebab gadis itu terlihat kacau seperti ini.

“Minum dulu yah, sayang.” bujuk Rio menyerahkan segelas air tersebut pada Ify, semula Ify menolak. Namun karena Rio terus memaksanya, akhirnya dia melaksanakan perintah Rio dengan meminum air tersebut.

“Sekarang kamu ceritain sama aku apa yang terjadi?” pinta Rio lembut mengelus rambut Ify dengan sayang.

Ify menunduk, menggigit pinggir bibirnya menahan tangisnya agar tak kembali keluar. Seperti ada sesuatu yang besar di dalam tenggorokannya yang menghambat suaranya. Dan lagi-lagi air mata itu keluar tanpa bisa dicegahnya. Rio yang melihat keadaan Ify semakin khawatir. Membuatnya tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya pada Ify.

Kedua tangannya terjulur memegang wajah Ify, memaksa agar gadis itu mau menatapnya.”Please, Fy... tell me what happened?” bujuk Rio lembut membuat Ify semakin merasa sakit dan sesak di dadanya. Dengan tangan gemetar Ify memberikan test pack tersebut kepada Rio. Ragu –ragu Rio menerima benda kecil tersebut, namun masih bingung apa maksud Ify memberikan benda tersebut.

“Aku...” Ify menatap Rio sedih,”Aku...aku hamil, Yo!” lanjutnya dan tangisnya lagi-lagi kembali pecah.

Rio membeku dan benda kecil itu langsung terjatuh dari tangannya. Dia bagaikan terkena petir di siang hari. Bahkan andai saja dia mempunyai penyakit jantung mungkin saja dia sudah mati saat itu juga.

“Aku...aku harus gimana, Yo?” tanya Ify terisak. Hanya Rio harapan satu-satunya. Gadis itu berharap kekasihnya akan bertanggung jawab dan menikahi dirinya. Namun melihat reaksi Rio yang terkejut dan tak merespon apa-apa membuat Ify semakin dirasuki ketakutan yang sangat besar.

“Fy...”

Rio terkesiap lalu menatap Ify yang sedang ikut menatapnya dengan wajah yang bingung dan sedih. Semua gara-gara minuman sialan itu! Andai saja Rio menuruti perintah Ify, pasti semuanya takkan terjadi. Jujur saja dia belum siap menjadi seorang ayah. Bahkan dalam mimpi liarnya pun dia tidak berani memimpikannya. Apalagi dia masih kuliah dan belum bekerja. Namun sekarang Ify sedang hamil. Dan yang sedang Ify kandung adalah darah dagingnya sendiri. Dia tidak mungkin membunuh darah dagingnya sendiri. Rio juga bukan seorang pengecut. Dia laki-laki yang bertanggung jawab. Dan dia harus menikahi ify, apapun caranya.

Perlahan Rio mengulurkan tangannya meraih Ify ke dalam dekapannya. Mencium lembut rambut kekasihnya itu.”Aku bakal tanggung jawab sayang, kita akan menikah.” Ucap Rio tegas. Membuat Ify terisak bahagia mendengarnya. Sungguh beruntung dia memiliki kekasih seperti Rio.

“Tapi, Yo...papa kamu gimana?” tanya Ify dengan nada ketakutan. Apalagi hubungan Rio dan Ify ditentang keras oleh ayah Rio. Lelaki itu bahkan tidak merespon saat Ify pertama kali diajak Rio datang ke rumah kedua orang tuanya. Tatapan dingin serta merendahkan terlihat jelas di wajah ayah Rio. Berbanding terbalik dengan ibu Rio yang lembut dan baik hati, namun yang sangat disayangkan wanita itu takut sekali dengan suaminya. Sehingga dia tidak berani membela Rio dan Ify.

Rio semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Ify. Dia sekarang tak peduli lagi dengan sikap papanya. Yang terpenting adalah anaknya harus lahir dengan seorang ayah di sampingnya. Dia tidak bisa membayangkan bila dia tidak ada disamping Ify saat gadis itu melahirkan anaknya. Membayangkannya saja Rio tidak berani. Walau sekalipun dia diusir dari rumah atau tidak diangap lagi oleh keluarga haling dia tidak peduli. Dia masih bisa mencari kerja sekaligus kuliah. Karena sedari kecil Rio memang laki-laki yang mandiri dan tidak manja.

“Sssstt sayang, jangan pikirin itu, apapun yang terjadi aku akan tetap menikahi kamu, ngerti?” sahut Rio lembut kembali mendaratkan ciuman kali ini di dahi Ify. Ify mengangguk mengerti. Ify tersenyum lega.

“Apapun yang terjadi aku akan selalu ada di samping kamu sampai maut memisahkan kita,” Rio mengangkat wajah Ify agar menatap matanya. Jari –jarinya menghapus sisa air mata di wajah cantik Ify. Gadis itu menatap Rio dengan wajah penuh kelegaan. Seolah –olah beban berat dipundakknya baru saja terangkat.

“I’m trully” Rio menunduk mencium dahi Ify dengan lembut,”Madly” lalu turun ke hidungnya,”deeply,” berpindah ke pipi Ify,”and desperately in love with you,” terkahir Rio mencium bibir Ify dengan lembut. Menggodanya untuk membalas ciuman tersebut. Dan entah kenapa kali ini adalah ciuaman terindah yang pernah Ify rasakan dalam hidupnya. Sebuah ciuman tanpa nafsu, hanya ada kasih sayang dan kelembutan didalamnya. Membuat keduanya semakin terhanyut dalam ciuman lembut itu.









Rumah itu tampak begitu menakutkan bagi Ify, untuk kedua kalinya dia kembali ke rumah mewah ini. Namun kali ini dalam kondisi yang berbeda. Ketakutannya berlipat-lipat kali daripada yang dulu. Rio mengenggam erat tangan Ify yang dingin, bermaksud memberikan dorongan pada gadis itu. Hari ini kedua orang tua Rio sedang berada di rumah, dan hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu keduanya.

“Yo...aku takut!” bisik Ify, memegang erat lengan Rio yang duduk di sampingnya.

Mereka berdua sedang duduk di ruang tengah, menunggu kedatangan kedua orang tua Rio .

“tenang aja, sayang. semuanya akan baik-baik saja,” Rio menenangkan.

“Tapi...” belum selesai Ify berbicara sebuah suara langkah kaki yang menggema di rumah besar itu menghentikannya ucapannya. Dan kembali ketakutan itu menghampirinya saat kedua orang tua Rio mendekati mereka berdua. Kedua orang tua Rio lalu duduk di sofa tepat di hadapan keduanya. Tatapan dingin papanya seakan membuat nyali Ify menciut. Membuat gadis itu menunduk, tak berani melihat keduanya.

“Ada apa kamu datang kemari?”tanya Zeth Haling , ayah Rio. Wajahnya terlihat sangat tidak suka dengan keberadaan Ify.

“Aku mau bicara sama papa dan mama ,” jawab Rio tegas.

Alis Zeth Haling naik sebelah,menatap tajam anaknya,”Mau bicara soal apa?” tanyanya datar.

“Rio mau menikahi Ify, Pa, Ma” jawab Rio jelas. Menatap kedua mata orang tuanya yang terbelalak kaget.

“Apa kamu bilang? Menikah?” teriak Zeth murka langsung berdiri dari duduknya. Wajahnya menyiratkan kemarahan yang luar biasa. Seakan-akan ingin menelan keduanya hidup-hidup. Kedua tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Manda, Mama Rio langsung ikut berdiri, berusaha menenangkan amarah suaminya tersebut.“Pah, sabar ...” bujuk Manda, mama Rio memegang lengan suaminya yang sudah terkepal. Takut kalau-kalau suaminya langsung memukul Rio.

Zeth langsung menepis tangan Manda,”Bagaimana bisa , Ma? Rio masih kuliah, dan dia belum bisa mencari uang sama sekali!” pekik Zeth membuat Ify tersentak kaget. Air mata gadis itu kembali mengalir perlahan. Hal ini lah yang paling dirinya takutkan. Papa Rio akan sangat marah dan menentang pernikahan mereka berdua. Dan sekarang benar-benar terjadi.

“Tapi kan bisa kita bicarakan baik-baik, Pah. Dengan kepala dingin, tidak dengan emosi,” bujuk Manda berusaha kembali meredam amarah Zeth. Walau sebenarnya terkadang semua itu sia-sia. Karena Zeth lah yang akan mengambil alih kendalinya. Melihat suaminya yang kembali duduk, Manda langsung bernafas lega. Setidaknya laki-laki itu kali ini mau mendengarkannya.

“Sayang, kamu bisa jelasin ke mama dan papa kenapa kamu mau menikahi Ify secepat ini? Ify baru lulus sekolah, dan kamu juga masih kuliah sayang,” tanya Manda lembut dan berhati-hati. Membuat Rio merasa sedikit bersalah karena membuat kedua orang tuanya kecewa. Namun semua sudah tejadi dan tak bisa kembali lagi.

“Ify...hamil , ma! Dia hamil anak Rio,” ucap Rio lirih

“PLAAKKKK” sebuah tamparan kuat bersarang di pipi kanan Rio, bahkan sudut bibirnya sampai terluka dan mengeluarkan darah.

“PAPA!!”

“RIOO!!”

“Dasar anak tak tahu diri! Kamu membuat malu nama keluarga!” maki Zeth penuh amarah. Bahkan dia hendak memukul Rio lagi, kalau saja Manda tidak menahannya.

“Pa! Sabar Pa sabar!” bujuk Manda berusaha menengakan Zeth.

“Rio memang salah, Pa. Rio sudah membuat nama besar keluarga Haling tercemar, tapi Rio harus menikahi Ify.” ucap Rio tegas. Membuat Zeth semakin ingin menghajarnya, namun pandangannya langsung tertuju pada gadis yang duduk di samping Rio. Gadis itu menangis terisak pelan. Menundukkan wajah karena tak berani menatap wajah kedua orang tua Rio.

“Dasar perempuan sialan! Gadis murahan! Kamu sengaja menjebak anak saya, kan? JAWABB!!!” bentak Zeth yang semakin membuat isak tangis Ify semakin menjadi. Rio langsung memeluk tubuh Ify, membisikkan kata-kata lembut agar gadis itu tak menghiraukan caci maki ayahnya. Bahkan sekarang Rio berani menatap mata papanya, dia tidak terima dengan ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut papanya.

“Cukup, Pa! Jangan menghina Ify lagi, kalau papa tidak mau menerima Ify. Rio masih bisa terima, dan mulai sekarang Rio anggap saja anak papa yang bernama Rio sudah mati, mulai detik ini Rio keluar dari keluarga Haling,” ucap Rio menahan amarah. Kemudian dia segera mengajak Ify untuk keluar dari rumah tersebut. Bahkan teriakan dan tangisan Manda tidak bisa menghentikan kepergian Rio.

“Dasar anak durhaka!!! Tidak tau diri!!!” samar – samar Rio dan Ify masih bisa mendengar suara Zeth yang memaki-maki Rio. Namun Rio tak menggubrisnya. Dia tetap berjalan keluar menuju pintu gerbang dengan memeluk bahu Ify posesif. Takut kekasihnya itu pingsan seperti tadi pagi. Apalagi wajah Ify yang sangat pucat seperti mayat.

“Yo... lebih baik kita kembali dan memohon sama papa kamu, itu lebih baik kan? Pasti beliau akan mengerti,” bujuk Ify pelan menatap wajah Rio yang menatap lurus jalan di depannya. Rahangnya terlihat mengeras menahan amarah.

“Nggak Ify! aku nggak mau papa mencaci maki kamu lagi, aku nggak terima. Karena dalam masalah ini akulah tersangkanya, bukan kamu.” Jelas Rio keras kepala. Dia malah semakin mempercepat langhkanya agar bisa cepat sampai di pintu gerbang . Bahkan laki-laki itu memaki pelan karena jarak gerbang dan rumahnya ternyata lumayan jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki.

“Kita , Yo. Kita tersangkanya, bukan kamu,” sanggah Ify lirih, mengingat bahwa dia juga ikut andil dalam masalah ini. Andai saja malam itu dia bisa menahan Rio, pasti semua tidak akan menjadi seperti ini.

“Cukup! Lebih baik kita nggak usah ngebahas masalah ini dulu. Sekarang yang penting kita harus cari tempat tinggal baru buat kita, tapi untuk sementara ini, kita akan tinggal di kostan kamu,” ucap Rio tegas.





Malam itu Ify tidak bisa tidur sama sekali, dia masih memikirkan bagaimana nasib Rio, lelaki yang sangat dia cintai. Ify tidak bisa membayangkan Rio bekerja dan tidak bisa melanjutkan kuliahnya lagi demi dirinya dan calon anaknya itu. Suara gemerisik tubuhnya yang selalu berganti posisi, membuat Rio yang memerhatikan Ify dari sofa dekat tempat tidur Ify mengernyitkan dahi. Laki-laki itu langsung memutuskan mendekati kekasihnya itu. Dia memilih duduk di pinggir tempat tidur Ify yang berukuran kecil itu.

“Kamu kenapa , Sayang? sudah malam, lebih baik kamu tidur. Kasian anak kita, kalau kamu kurang tidur, atau kamu pengen sesuatu? Aku masih sanggup beliin kok walau aku sekarang jatuh misk...awww!! “

“Syukurin! “ cibir Ify yang berhasil mencubit perut Rio karena becandaan Rio yang membuat Ify tak suka.

“Iya...iya Maaf deh. Sekarang kamu tidur yah, besok aku mau cari kerja dulu, jadi kamu di rumah aja, ngerti ?” ucap Rio lalu menundukkan kepalanya, mencium dahi Ify penuh rasa sayang, lalu ciuman itu turun ke perut Ify yang masih rata. Memberikan kehangatan dalam hati gadis itu. Belum pernah dia merasakan dicintai sedalam ini, seperti yang Rio lakukan untuknya. Bahkan Ify rela menukar nyawanya sendiri demi kebahagiaan Rio. Kebahagiaan kekasih yang sangat dicintainya lebih dari nyawanya sendiri.

“Iya...iyaa...” gerutu Ify cemberut, bibirnya mengerucut membuat Rio tersenyum geli melihat tingkah Ify yang kekanak-kanakan itu.

“Kamu mau kemana?” Ify langsung menangkap lengan Rio saat laki-laki itu hendak berdiri, menjauh darinya.

“Mau tidur , sayang. Aku mau tidur di sofa,”

“Jangan!” tolak Ify yang langsung mendapat tatapan bingung dari Rio. Kalau dia tidak boleh tidur di sofa lalu dia tidur dimana?

“Kamu tidur di sini aja yah? Please, temenin aku” mohon Ify tiba-tiba yang membuat lipatan di dahi Rio semakin bertambah. Bahkan suara Ify terdengar manja, beda dengan Ify yang biasnya. Apakah Ify sedang ngidam? Tanya Rio dalam hati.

“Oke, tapi kamu memang nggak kesempitan tidurnya?”

Ify menggeleng sambil tersenyum, dia menggeser tubuhnya memberikan ruang untuk Rio tidur. Rio tersenyum hangat lalu naik ke atas tempat tidur itu. Merebahkan tubuhnya di samping Ify.

“Sini!” Rio menarik Ify agar mendekat padanya. Gadis itu menurut, meletakkan kepalanya di lengan besar milik Rio. Bahkan Ify memeluk tubuh Rio, membuat Rio kembali tersenyum melihatnya. Ternyata bayi yang ada dalam kandungan Ify ingin dekat-dekat dengan ayahnya, pikir Rio bahagia.

“Yaudah sekarang pejamin mata kamu, dan jangan melawan” perintah Rio pura-pura galak. Mencium kening Ify penuh dengan rasa sayang. Tangan Rio mengelus-elus punggung mungil Ify, membuat gadis itu merasa sangat nyaman dan mengantuk.

“Iya, bawel!” bisik Ify , dan hanya dalam hitungan detik dengkuran halus gadis itu mulai terdengar.

“Good nite, honey,” bisik Rio, kemudian memejamkan matanya yang memang sudah terasa sangat berat. Keduanya tertidur dengan penuh kebahagiaan.





Siang itu Rio pulang ke kostan Ify dengan wajah bahagia, dia ingin menyampaikan kabar baik yang dia bawa. Laki-laki itu akhirnya berhasil mendapat pekerjaan sebagai marketing di toko spart part kendaraan roda empat milik salah satu sahabatnya, untung saja Rio memiliki sahabat yang masih peduli padanya. Jadi laki-laki itu masih bisa kuliah sambil bekerja. Masih dengan senyum merekah di bibirnya Rio memasuki pelataran kostan Ify. Tangan laki-laki itu membawa plastik berisi petisan yang sempat Ify pesan tadi pagi sebelum dia berangkat untuk menemui sahabatnya itu.

“Fy! Ify! Aku pulang, sayang!” panggil Rio saat laki-laki itu masuk ke dalam rumah. Namun tak ada jawaban sama sekali. Apa Ify sedang tidur? Pkirnya. Segera laki-laki itu masuk ke dalam kamar, namun Ify juga tidak ada di dalam kamar.

“Fy! Kamu dimana?” panggil Rio sekali lagi membuka pintu kamar mandi, namun kosong. Tiba-tiba rasa khawatir mulai merasuki piIfy Rio. Ify tidak ada dimana-mana, laki-laki itu lalu membuka lemari Ify, memastikkan apakah dugaannya benar.

Rio terduduk lemas di tempat tidur. Wajahnya berubah menjadi pucat. Beberapa pakaian Ify sudah tidak ada di lemari. Koper besar yang ada di sudut ruangan juga sudah lenyap. Tas coklat yang sering Ify gunakan pun sudah raib.

Ify pergi dari rumah ini. Tapi kenapa? Kenapa gadis itu malah pergi meninggalkannya.

Rio langsung berlari keluar rumah, siapa tau Ify masih berada di sekitar kostannya. Namun , beberapa kali Rio mencari, gadis itu tak dia temukan juga. Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

Saat Rio melihat seseorang yang sedang menelpon, barulah dia ingat dia belum menghubungi Ify. Siapa tau gadis itu hanya pergi ke rumah orang tuanya. Laki-laki itu langsung menelpon Ify, butuh waktu sedikit lama sampai telpon Rio diangkat.

“Hallo?!” Suara Ify terdengar gemetar, seperti sedang menahan tangis.

“Ify kamu dimana? Aku nyariin kamu! Bilang sama aku sekarang kamu dimana?” tanya Rio dengan nada khawatir. Kenapa Ify tidak memberitahunya kalau dia ingin pergi. Bahkan sampai membawa pakaian segala.

“Yo...kamu nggak usah nyariin aku lagi. Hubungan kita sampai di sini aja,”

Rio mengernyitkan dahi bingung, tidak mengerti maksud ucapan Ify, kenapa dia berbicara seperti itu.”Maksud kamu apa, sayang? Aku nggak ngerti!”

Ada jeda sejenak sampai Ify berbicara,”Mulai saat ini...kita...putus...”

Tubuh Rio menegang mendengar ucapan Ify. Bagaimana bisa dia berbicara seperti, padahal ify sedang mengandung anaknya. Tidak pasti ada yang tidak beres,”APA??? PUTUSS? Kamu jangan main-main Ify! Aku nggak suka!” teriak Rio kesal. Dia tidak suka dengan ucapan yang keluar dari mulut kekasihnya itu. Bahkan dia tidak pernah membayangkan dia akan putus dengan Ify.

“Aku nggak main-main, dari awal aku...aku Cuma mengincar harta kamu,” balas Ify , kali ini suarnya seperti sedang menahan tangis. Membuat Rio semakin curiga. Rio sangat tau Ify seperti apa. Dia bukanlah gadis matre seperti gadis-gadis lainnya.

“Apa? Kamu bohongkan, Fy? Aku tau kamu bukan perempuan seperti itu,aku tau kamu,Fy. kita bicarakan masalah ini baik-baik yah, sayang” bujuk Rio lembut. Berusaha membuat luluh hati gadis itu. Mungkin saja Rio telah melakukan kesalahan tanpa sepengetahuannya, sehingga membuat Ify yang memang sedang sensitif karena sedang mengandung akhir-akhir ini menjadi marah.

“Aku nggak bohong. Dari awal aku deketin kamu, aku hanya mengincar harta kamu. Mulai sekarang jangan cari aku lagi. Selamat tinggal.”

Dan sambungan itu terputus, membuat wajah Rio pucat pasi

“Halo! Fy! Ify!” teriak Rio frustasi. Dia semakin yakin ada yang tidak beres dengan semua ini. Rio kembali menghubungi nomer Ify, namun hp itu sudah tidak aktif.

Papa.

Hanya satu kata itu lah kunci dari semua permasalahannya dengan Ify. Pasti papanya lah dalang dari semua ini. Apa yang dia perbuat sehingga Ify pergi meninggalkannya. Papanya pasti mengancam Ify Apalagi dia sedang mengandung anaknya. Darah daging Rio. Dia tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada kedua orang yang sangat dia cintai. Untuk itu dia harus memastikan terlebih dahulu, dia harus menemui papanya. Menanyakan keberadaan Ify saat ini. Dan kalau sampai tejadi sesuatu dengan Ify dan anaknya, papanya harus membayar semuanya.

Laki-laki itu segera masuk ke dalam mobil yang sempat dia pinjam dari sahabatnya itu. Sebenarnya dia tadi berencana mengajak Ify ke dokter untuk mengecek kandungannya. Tanpa gila-gilaan, bahkan spidometer mobilnya sampai mencapai hampir 180km/jam. Amarah yang merasuki dirinya membuatnya tidak bisa berpikir dingin. Peraturan rambu-rambu lalu lintas pun tak digubrisnya. Caci maki dari pengendara lain juga tak dia hiraukan. Tanpa Rio sadari sebuah kendaraan beroda empat yang berlawanan arah dengannya melaju sama kencangnya seperti mobilnya. Rio yang terkejut melihatnya beusaha menghindarinya, namun sayang. Gerakannya kurang cepat, Sehingga tabrakan keras itu pun tak bisa dihindari lagi.

“TIDAKKK!!”

*******

“Sayang, bangun sayang. Ini mama!” Manda menepuk-nepuk pelan pipi Rio yang masih terpejam. Laki-laki itu terbangun dan langsung terduduk. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, nafasnya terengah-engah, naik turun tak teratur.

“Kamu kenapa, sayang?” Manda menatap wajah Rio khawatir. Apalagi wajah Rio yang terlihat pucat. Laki-laki tiu pingsan selama kurang lebih empat jam, membuat Manda menjadi khawatir dibuatnya. Dan ketika Rio terbangun anaknya itu malah menjerit ketakutan. Terbangun dengan nafas terengah-engah dengan wajah pucat.

“Ma...Rio... Rio sudah ingat semuanya , Mah! Rafli, Rafli adalah anak Rio kan, Mah? Iya kan? ” ucap Rio menatap Manda dengan tatapan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Tatapan antara kebahagian, kesedihan dan kekecewaan serta rasa sakit itu menjadi satu.

Manda mengangguk, air matanya kembali mengalir. Dadanya terasa sakit melihat kesedihan yang terpancar di mata anaknya.”Iya, sayang. Rafli adalah anak kamu,” Manda melirik Manda yang tertidur di sofa kamar rawat Rio.

Rio seketika loncat dari tempat tidur rumah sakit mendekati Rafli yang terlelap dengan tenang. Bahkan laki-laki itu tak menghiraukan selang infus yang terlepas karena gerakan spontannya itu.

Dia tersenyum penuh rasa bahagia, anaknya, darah dagingnya masih hidup. Bahkan tumbuh menjadi anak yang tampan dan sehat. Perlahan tangan Rio yang gemetar menyentuh dahi Rafli, kemudian turun ke hidung mungilnya, lalu ke pipi chubby anak itu. Jadi selama ini dia sudah hidup bersama dengan perempuan yang dia cintai juga dengan anaknya.

“Om Lio?” Rafli membuka matanya yang masih terlihat mengantuk, mungkin gerakan tangannya telah membuat Rafli terbangun.

Rio tersenyum bahagia lalu merengkuh tubuh mungil itu dalam pelukkannya,”Sttt...mulai sekarang Rafli jangan panggil Om Rio lagi yah, panggil Om dengan sebutan Ayah,” ucap Rio bergetar menahan emosi yang sudah lama dia pendam. Lima tahun dia lalui tanpa melihat perkembangan buah hatinya sendiri.

“Ayah? Kenapa?” tanya Rafli polos.

“Karena Om Rio adalah ayah kamu, “ sahut Rio mencium kening Rafli penuh rasa sayang.

Rafli menatap Rio dengan bingung, namun sedetik kemudian senyum Rafli terlihat, “Hole!!! Lapi sekarang punya Ayah!” tangan mungil Rafli langsung memeluk leher Rio penuh rasa sayang. Anak itu terlihat begitu sangat bahagia. Rio kembali tersenyum melihat Rafli yang begitu bahagia mengetahui bahwa dirinya ayah anak itu. Dia melepaskan pelukkannya, kembali menatap wajah Rio yang pucat serta mata yang merah.

“Ayah kenapa menangis?” tanya Rafli sedih saat melihat sudut mata Rio yang sedikit basah. Tangan mungil Rafli terulur dan jari-jari mungilnya mulai menghapus sisa air mata tersebut. Sebuah air mata kebahagiaan. Untuk kedua kalinya Rio menangis karena orang yang dicintainya.

Rio tersenyum mengecup tangan mungil Rafli,”Ayah menangis karena bahagia, sayang. Karena Ayah telah menemukan kedua permata Ayah yang telah lama hilang,” ucap Rio lembut. Manda yang melihat kejadian tersebut ikut menangis. Dia merasa sangat bahagia karena ingatan Rio telah kembali, dan sebentar lagi keluarganya akan menjadi utuh kembali.

“Pelmata? Pelmata itu apa Ayah?” tanya Rafli polos membuat Rio terkekeh geli mendengarnya.

“Benda yang sangat berharga dan tak ternilai harganya, sayang. Suatu saat Rafli akan tau maksud dari ucapan Ayah ini.” Rio kembali memeluk buah hatinya penuh sayang. Begitu juga dengan Rafli yang memeluk leher Rio dengan erat, seakan tak ingin dipisahkan lagi.





******



Perlahan Rio memasuki ruang ICU itu, mendekati tubuh lemah Ify yang terbaring tak berdaya di tempat tidur. Mulut ify yang ditutup masker oksigen, serta sekujur tubuhnya yang dipasang kabel-kabel yang menghubungkannya dengan monitor pendeteksi jantung begitu menyakiti hatinya. Sekarang perempuan yang sangat dicintainya melebihi dirinya sendiri terbaring tak berdaya. Rio duduk di kursi di samping ranjang Ify.

“Aku datang , Sayang.” bisik Rio menahan gejolak di dalam dadanya. Tangannya meraih tangan kiri Ify yang bebas tanpa adanya kabel-kabel yang dipasang.

Laki-laki itu memerhatikan wajah Ify yang sangat pucat, seolah-olah di dalam tubuh Ify tak terdapat darah sama sekali.

“Maafin aku, Fy... maafin aku,”ucap Rio lirih, “Maafin aku karena telah membuat kamu menderita selama lima tahun ini, “ Rio diam sejenak, mencium punggung tangan Ify penuh rasa sayang.”Untuk itu, aku mohon...buka mata kamu, beri aku kesempatan kedua untuk menebus semuanya,” pinta Rio dengan serak, air mata laki-laki itu mulai mengalir di pipinya. Kenapa di saat ingatannya kembali, dia harus membayarnya dengan melihat perempuan yang sangat disayanginya terluka seperti ini. Membuat hatinya terasa amat sakit.

“Beri...beri aku kesempatan untuk menebusnya, Fy...please” tangis yang sudah dia tahan sejak tadi itu akhirnya pecah. Bahkan tubuh Rio sampai bergetar karena tangisnya. Bahkan Sivia dan juga Manda yang melihatnya ikut menangis mendengar tangisan laki-laki itu yang begitu menyakitkan.

“Demi aku , fy dan demi anak kita, please buka mata kamu. Aku janji, saat kamu bangun nanti aku nggak akan pernah ninggalin kamu untuk kedua kalinya ...untuk itu...buka mata kamu,” mohon Rio terisak pilu.



And I will take you in my arms

And hold you right where you belong

‘Til the day my life is through

This I promise you

This I promise you



I’ve loved you forever

In lifetimes before

And I promise you never

Will you hurt anymore



I give you my word

I give you my heart

This is a battle we’ve won

And with this vow

Forever has now begun

Just close your eyes





Each lovin’ day

And know this feeling won’t go away

‘Til the day my life is through

This I promise you

This I promise you



( This I Promise You –N’sync)


TBC teman teman :))
Semoga tambah menyukai yaaaa :*
Jangan lupa buat ninggalin jejak kalian kalau mau cerita ini lanjut :)