Sabtu, 05 September 2015

Love in Danger - Part 11 (RIFY)

PART 11



            Mario sedari tadi berdiri di depan kamar Alyssa. Melakukan segala cara agar orang yang berada di dalam sana keluar dari sarangnya. Dari mengetuk pintu dari cara halus sampai ke cara yang kasar sudah ia lakukan tetapi sang empunya belum keluar-keluar juga, membuatnya frustasi.

“Alyssa. Ini gue, buka pintunya please.” Teriak Mario untuk kesekian kalinya. Tetapi nihil, lagi-lagi tidak ada jawaban.

“Loe tuh kurang kerjaan yah.” Bentak seseorang yang membuat Mario langsung mencari sumber suara. Dan seketika dia mendengus sebal menyadari seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah musuh Alyssa.

“Gue gak ada urusan sama loe.”

“Iya lah. Ngapain juga gue punya urusan sama loe. Tapi loe udah mengganggu ketenteraman kost gue.”

            Mario tidak mendengarkan malah melakukan kegiatan seperti sebelumnya lagi, membuat wanita yang berdiri dengan tangan bersedekap di depan dada menatapnya malas.

Jika laki-laki itu bukan mangsa Alyssa, pasti dia sudah lebih dulu menangkap laki-laki itu. Sayangnya dia sudah di pakai Alyssa, dan dia tidak akan pernah mengambil apa yang sudah dipakai oleh wanita malam itu. Batin wanita itu.

“Mario. Dengerin gue untuk sekarang ini. Alyssa gak ada di dalem. Mau loe dobrak pintunya juga loe gak akan ketemu sama dia. Karena Alyssa udah keluar dari kost gue. Loe gak mungkin gak tahu tentang hal itu kan ??”

            Mario terdiam, tangannya terkepal dan menatap wanita itu dengan tatapan tajamnya. “Alyssa gak pernah memberitahu gue tentang kepindahannya dia. Jadi loe jangan mencoba untuk membuat gue jauh dari Alyssa.”

“Jadi loe gak percaya ?? Loe gak tahu aja kalau Alyssa menyimpan semuanya dari loe. Dan gue yakin banget kalau loe gak tahu juga tentang kepindahan dia. Pikir aja, seberapa penting loe buat dia sampai dia gak memberitahukan semuanya sama loe.”

“Alyssa buka pintunya. Gue tahu loe di dalem Lys.” Teriak Mario tanpa menyambut ucapan ucapan dari musuh kekasihnya itu.

“Berisik Mario. Loe dengerin ucapan gue. Mau loe percaya atau gak gue gak perduli. Yang penting sekarang, loe jangan berisik. Ini masih pagi.”

“Loe gila ?? Ini udah jam 9. Cewe macam apa loe yang bilang jam 9 masih pagi.”

“Whatever loe mau ngomong apa tentang gue. Yang jelas loe segera enyah dari kost gue. Berisik. Kalau loe mau tahu lebih lanjut tentang cewe malam itu loe tanya langsung sama ibu kost.”

            Mario hanya diam seraya menatap kamar Alyssa dengan pandangan sayunya. Kemudian beralan menuju ke mobilnya terpakir. Dia tidak habis pikir dengan wanitanya itu. Mengapa semuanya selalu dirahasiakan ?? Tidak bisakan Alyssa menceritakan semuanya kepada dirinya ?? Apa yang perlu ditakutkan ??

            Untuk urusan kepindahan Alyssa yang Mario tidak tahu menahu tentang hal itu, Mario merasa kecewa. Sangat kecewa. Bagaimana mungkin wanita yang sudah ia beri kepercayaan lagi-lagi melakukan hal seperti ini ??

            Mario melihat ke jam tangannya sekali lagi. Kemudian memutuskan untuk pergi ke perusahaan Gabriel. Dia tahu, pasti wanita itu ada disana. Mario hanya butuh penjelasan, tidak lebih dari itu. Jika memang tidak ada disana. Mario berjanji tidak akan mencari keberadaan Alyssa jika memang itu yang diinginkan oleh wanita itu.

**********

            Mario menatap Gabriel dengan tatapan permusuhannya. Mereka sekarang sedang berada di dalam ruangan mewah Gabriel di kantor laki-laki itu. Mario benar-benar datang kesana hanya untuk mencari seorang Alyssa.

“Gue Cuma mau loe kasih tau keberadaan Alyssa. Cuma itu.” Desis Mario dengan pandangan matanya yang masih mengarah ke Gabriel.

“Udah gue bilang berapa kali juga, Alyssa dari beberapa hari kemarin gak pernah berangkat kerja. Loe kira gue bego bisa kalian tipu segampang itu.”

“Gue gak ngerti apa yang loe omongin.”

“Gue tau loe bersekongkol sama Alyssa. Dan kedatangan loe kesini udah direkayasa sama kalian berdua. Seolah olah, loe memang lagi mencari keberadaan wanita gak tahu diri itu.” Jawab Gabriel dengan pandangan permusuhannya.

“Pantas aja banyak karyawan loe yang gak suka sama loe. Sifat loe kayak gini ternyata.” Sinis Mario.

“Lebih pantas gue daripada loe yang jadi pemimpin. Mana ada pimpinan yang siang-siang begini nyari seseorang. Perusahaan loe udah gak bisa dikembangin lagi ??”

Mario mengepalkan kedua tangannya, benar-benar marah dengan orang di hadapannya sekarang. “Gue kesini Cuma nyari Alyssa. Dimana dia ??”

“Gue juga lagi nyari dia. Kunci perusahaan gue ada di dia, jadi gue gak akan membiarkan tuh cewe lolos begitu aja dari jangkauan gue.”

“Percuma gue ngomong sama loe, gak ada guna.”

            Mario membalikkan tubuhnya seraya menuju ke pintu keluar. Saat menutup pintu ruangan Gabriel, dia melakukannya sediki keras membuat Shilla yang saat itu sedang ingin menuju ke ruangan Gabriel menjadi berhenti tak jauh dari Mario.

            Mario berhenti melangkah saat melihat Shilla yang berhenti tak jauh dari keberadaannya sekarang. Mata Mario menatap wanita itu, tepatnya pada mata Shilla. Pertemuan ini, pertemuan yang sangat ingin Mario hindari.

“Shilla tunggu.”

            Teriakan Mario yang menyuruhnya berhenti saat dia berniat kembali ke ruangannya benar-benar menghentikan langkahnya. Dia mencekram berkas yang dia peluk di depan dadanya. Mario berlari kemudian berhenti tepat di hadapan Shilla.

“Gue baru tahu kalau perusahaan yang loe maksud adalah perusahaan ini Shill.”

“Please Yo, gue mohon. Pura-pura kalau kita gak saling mengenal selama gue masih berada di kantor ini.” Ucap Shilla pelan tanpa memandang Mario.

“Kenapa loe gak jujur sama gue ??”

“Karena gak ada gunanya kita saling jujur satu sama lain. Jadi gue mohon, urusan apa yang membawa loe kesini, please, jangan menyangkut pautkan sama gue.”

            Mario hanya diam seraya menatap wanita di hadapannya yang benar-benar tidak ingin melihat kearahnya. Merasa bersalah. Hanya itu yang ada di benaknya saat ini untuk Shilla. Karena merasa tidak ada gunanya lagi mereka berduaan disana, Shilla mengundurkan dirinya dari sana. Kembali ke ruangannya dan membatalkan pertemuannya dengan atasannya itu.

            Mario masih tetap diam seraya menatap punggung wanita itu hingga Shilla menghilang di dalam lift. Mario menghela nafasnya pelan. Mungkin dia harus membereskan dulu masalahnya dengan Alyssa, setelah itu baru dia akan menyelesaikan masalahnya dengan keluarganya.

*********

            Alyssa menegak minumannya sekali lagi. Dia menatap sinis teman-temannya yang sedang berdansa di lantai dansa dengan beberapa laki-laki hidung belang yang memang sengaja datang kesini untuk menarik salah satu wanita yang bekerja disini.

            Alyssa hanya tersenyum sinis melihat semua laki-laki yang datang kesana hanya mempunyai 1 tujuan, yaitu memuaskan diri sendiri. Entah bagaimana bisa Alyssa masih betah disana, hanya menyaksikan adegan yang sebenarnya membuat wanita itu mual seketika. Tetapi Alyssa tetap bertahan disana.

“Fy.”

            Alyssa mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Bunda Shinta. Pemilik sekaligus penerima tamu di Club itu. Alyssa hanya tersenyum tipis melihatnya kemudian melanjutkan meminum minumannya lagi.

“Yakin gak mau gabung dengan mereka ??” Ucap Bunda seraya menunjuk sekumpulan teman Alyssa yang sedang melakukan pekerjaannya.

            Alyssa menggeleng tegas seraya menyenderkan tubuhnya di sofa.

“Kamu bisa melakukannya hanya untuk hari ini Ify. Setelah itu, kalau kamu mau berhenti lagi untuk keesokan harinya silahkan.”

“Enggak Bunda. Aku dateng kesini Cuma ingin nyari ketenangan. Bukan buat bekerja.”

Bunda mengangguk anggukan kepalanya tetapi masih belum menyerah. “Banyak yang mau kamu Fy. 1 kali ya, uang yang akan kamu dapatkan akan jauh lebih banyak dari sebelumnya. 2 kali ya, tambah banyak. Apalagi 3, 4, 5 kali.”

“Ify memang lagi butuh uang Bunda, tapi bukan seperti ini caranya.”

“Lakukan aja pekerjaan kamu seperti sebelumnya Fy. Without touching. Biasanya seperti itu kan. Lakukan aja seperti kamu biasanya.”

            Alyssa terdiam. Dia memikirkan apakah akan ia ambil pekerjaan ini atau tidak. Hanya untuk 1 hari. Dia benar-benar sedang membutuhkan uang banyak sekarang. seperti kata Bunda without touching, jadi loe gak udah khawatir.

“Okeh bun, aku ambil.”

            Bunda tersenyum lebar, kemudian dia memilihkan target untuk Alyssa. Dan Alyssa memilih 1 dari hampir 10 orang yang ingin mendapatkannya malam ini. Dan seperti sebelumnya, dia melakukan pekerjaannya. Tanpa sentuh lebih dari bibir dan tangan. Setidaknya dia akan mendapatkan uang untuk malam ini.

*********

            Mario memasuki melody’s club dengan pakaiannya yang sudah sangat berantakan. Tetapi justru itulah yang membuatnya terlihat lebih keren. Kemejanya sudah keluar dari apitan celana, dan dasinya hanya menggantung sembarang di kerah kemeja. Tujuannya saat ini hanya untuk mencari Alyssa. Seperti sebelumnya. Selama Alyssa belum bisa ia temukan, Mario tidak akan pernah berhenti mencarinya.

            Berdasarkan informasi yang berhasil ia dapatkan dari Ayahnya – Pak Adit, Alyssa sedang berada di sini dari kemarin. Dan Mario langsung menuju kesini setelahnya. Dia hanya ingin berhenti dengan wanita itu, hanya ingin memastikan bahwa Alyssa baik baik saja.

            Mario menuju ke mini bar kemudian duduk disana. Memesan minuman seadanya kemudian matanya mengitari seluruh penjuru club. Mencari keberadaan wanitanya itu, Alyssa.

“Mencari seseorang mas ??”

Mario tersenyum mendengar pertanyaan dari bartender disana. Dia mengangguk.

“Kalau boleh tahu siapa mas ?? Siapa tau saya bisa bantu.”

“Namanya Alyssa. Dia dulu kerja disini, tapi udah beberapa bulan ini dia berhenti. Loe tahu ??”

Bartender itu hanya mengerutkan alisnya heran. “Alyssa ?? Saya sudah bekerja disini bertahun tahun tapi baru kali ini denger ada pekerja disini yang namanya Alyssa.”

            Giliran Mario yang mengerutkan alisnya bingung. Baru kali ini ?? Bekerja bertahun tahun ?? Aneh. Teringat sesuatu, Mario mengeluarkan handphone’nya kemudian menunjukkan foto Alyssa yang ia ambil saat mereka masih bersama dan menunjukkannya kepada bartender itu.

“Mas salah. Ini namanya Ify bukan Alyssa mas. Sejak kapan mba Ify namanya jadi Alyssa.” Ucap Bartender itu lagi seraya tersenyum.

“Ify ??” Mario merasa bingung disini. Nama Ify disebut untuk keberapa kalinya dari nama Alyssa. Laki-laki ini benar-benar dibuat bingung oleh Alyssa.

“Yah Ify, maksud gue dia. Loe lihat ??”

“Tadi dia barusan dapat pelanggan. Tapi saya kurang tau mas dia ada di kamar nomor berapa.”

“Sial.” Sungut Mario dengan marah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal. “Gue bisa nanya siapa untuk tahu dia lagi ada di kamar nomor berapa.”

“Bunda. Wanita yang lagi duduk disana.” Ucap bartender itu seraya menunjuk wanita paruh baya yang masih cantik karena perawatan yang dilakukannya secara rutin itu.

            Mario mengangguk kemudian mendekati wanita itu yang disebut bartender itu dengan sebutan Bunda. Setelah melakukan beberapa paksaan, akhirnya Bunda memberitahu keberadaan Alyssa dimana. Mario langsung berlari dengan membabi buta menuju ke kamar yang dimaksud.

“Alyssa, buka pintunya.” Teriak Mario dari luar kamar.

“Kalau loe gak buka pintu dalam hitungan ketiga, gue dobrak pintunya.” Teriak Mario sekali lagi seraya tangannya menggedor gedor pintu kamar itu.

            Mario memundurkan tubuhnya saat tahu pintu akan dibuka. Setelah melihat siapa yang membuka, Mario langsung melayangkan pukulannya ke wajah pria hidung belang yang berada dalam 1 kamar dengan Alyssa. Alyssa ?? Mario menghentikan pukulannya kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita yang masih diam di tengah ranjang dengan pandangan mengarah padanya. Dengan cepat, dia berlari mendekati Alyssa.

“Gue gak akan mentolerir untuk hal ini Lys. Loe akan mendapatkan hukumannya setelah ini.” Ucap Mario tegas seraya membantu Alyssa membetulkan pakaiannya yang sudah tidak beraturan.

“Lepas, gue gak ada urusan sama loe lagi Mario. Lepaskan.”

“Loe ikut gue sekarang.”

“Denger, gue lagi kerja, dan gue udah dibayar. Jadi mending loe minggir sekarang.”

“Alyssa.” Teriak Mario dengan kerasnya sampai membuat Alyssa memejamkan matanya erat. “Gue bisa bayar loe lebih dari dia bayar loe. Ngerti.” Desis Mario.

            Mario langsung menarik tangan Alyssa untuk mengikutinya hingga ke mobilnya. Dan Mario langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartement’nya.

            Setelah sampai di apartement’nya, Mario langsung menarik tangan Alyssa menuju ke kamarnya. Dan dia mendudukan Alyssa diatas ranjangnya dengan kasar.

“Kenapa Lys ??”

“Loe gak ada hak untuk tanya apapun sama gue.”

“Gak ada hak ?? Jadi cowo pertama yang mengambil mahkota berharga loe masih anggep gak punya hak tentang loe ??”

“Jangan pernah mengungkit hal itu lagi.” Teriak Alyssa frustasi.

“Gue akan menuruti perintah loe kalau loe juga menuruti perintah gue.”

“Mario, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Gak lebih dari itu.”

“Terserah loe Alyssa. Mulai sekarang, loe tinggal sama gue di apartement gue. Gak ada alasan loe untuk nolak permintaan gue.”

“Otoriter. Gue benci sama loe.”

            Mario mendekat kearah Alyssa kemudian membaringkan tubuh Alyssa dengan tubuhnya yang berada di atas tubuh wanita itu. Alyssa berusaha mendorong Mario untuk menjauh dari tubuhnya. Tetapi tetap saja tidak bisa, Mario terlalu kuat jika dibandingkan dengan tubuhnya sendiri yang kecil.

“Gue gak suka tubuh loe disentuh orang lain. Apalagi sama orang yang seharusnya pantas menjadi ayah loe Alyssa. Gue gak suka. Dan gue akan menghapus bekas dia di tubuh loe. Semua yang ada di diri loe, adalah milik gue.”

            Mario langsung mencium Alyssa dengan membabi buta setelah mengucapkan kalimat itu. Selanjutnya, Mario benar-benar melakukan kegiatan yang sudah ia rindukan selama Alyssa tidak berada dalam jangkauannya. Dan sekarang, ia benar-benar melampiaskannya langsung kepada wanita yang selalu berada dalam pikirannya.

            Alyssa juga tidak bisa menolaknya. Karena sesungguhnya, dia juga merindukan Mario. Merindukan semua yang berada dalam diri laki-laki itu. Alyssa benar-benar merindukannya. Malam itu, mereka melakukannya sekaligus melepas rindu yang sudah lama mereka pendam.

**********

            Alyssa mengerjap ngerjapkan matanya. Berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk melalui jendela kamar tersebut. Dia menguap sebentar kemudian merasakan berbeda dengan tempat yang sedang dirinya tempati sekarang.

            Alyssa memutar bola matanya ke penjuru ruangan dan baru menyadari jika dia sekarang sedang berada di dalam kamar Mario. Terbukti karena laki-laki itu sedang berada di sebelahnya dengan tangan kanan Mario memeluk perutnya. Kemudian Alyssa memejamkan matanya erat karena baru mengingat apa yang sudah mereka lakukan semalam.

“Lepasin tangan loe Mario.” Ucap Alyssa seraya menyingkirkan tangan besar Mario. Bukannya melepaskan, laki-laki itu malah memeluk perutnya semakin kencang.

“Mario, please. Lepaskan. Gue mau ke kamar mandi.”

            Mario membuka matanya perlahan kemudian tersenyum seraya menatap wajah Alyssa yang tetap cantik walaupun baru bangun tidur. Dia semakin mengeratkan pelukannya membuat Alyssa menghembuskan nafas frustasi setelahnya.

“Akhirnya bisa melepaskan rindu juga sama loe Lys.”

“Gue gak kangen sama loe.” Ucap Alyssa cuek.

“Yakin ?? Gue gak yakin tuh. Yang paling jelas, gue udah bisa menghapus bekas sentuhan pria hidung belang yang udahh nyentuh loe tadi malem.”

“Udah berapa kali gue bilang, kerjaan gue gak serendah itu Mario.”

“Gue tahu. Gue Cuma gak suka sama pekerjaan loe itu. Dan mulai sekarang, gue gak akan pernah mengijinkan loe menginjakkan kaki loe di Club itu.”

“Emang loe siapa ??”

“Gue Mario, satu-satunya cowo yang pernah menyentuh loe.”

“Pervert. Sekarang lepasin tangan loe, gue mau ke kamar mandi Mario.”

Mario menganggukkan kepalanya. “Boleh, tapi syaratnya loe harus ngasih gue morning kiss dulu. Baru gue lepasin.”

            Karena habis kesabaran, Alyssa menghadapkan tubuhnya kearah Mario kemudian memberikan ciumannya di bibir laki-laki itu. Setelahnya, dia menjauhkan wajahnya dan melihat Mario yang sedang tersenyum puas karena keinginannya lagi-lagi berhasil ia dapatkan.

“Okeh tuan putri. Silahkan.”

            Alyssa hanya mendengus kesal karena laki-laki itu selalu menggodanya. Dia bergegas bangkit kemudian menuju ke kamar mandi. Mario tersenyum puas karena bisa membuat Alyssa tidak bisa berkutik seperti itu. Dia memandang langit kamarnya. Misinya kali ini adalah menyelidiki tentang semua hal yang berhubungan dengan Alyssa. Dia sudah mencapai tingkat maksimum untuk ingin tahu apa saja yang terjadi dengan wanita itu yang tidak diketahui oleh dirinya.

            Teringat jika pintu kamar mandi yang sekarang sedang ditempati Alyssa tidak mempunyai kunci, Mario bergegas menyusul kesana dengan seringainya yang membuatnya terlihat tampan. Dan kalian mengetahui sendiri apa yang terjadi di dalam sana.

********

“Shilla kemana ??” Tanya Gabriel saat dia sampai di depan ruang receptionist di lantai 4. Seperti sebelumnya, dia terlebih dahulu pergi ke lantai 4 untuk melihat Shilla. Seperti sudah menjadi kebiasaan sekarang.

“Mohon maaf pak. Sepertinya Ibu Shilla hari ini ijin libur karena ada kepentingan keluarga. Sebelumnya sudah mengatakan pada Ibu Sarah Pak.

            Gabriel mengangguk anggukkan kepalanya, untungnya dia sudah bilang pada Sarah yang notabene adalah atasan Shilla. Jika tidak, Gabriel pasti mempunyai alasan untuk bisa bertemu dengan wanita itu, walaupun hanya untuk memarahinya. Karena alasan dia memarahi Shilla, salah satunya adalah untuk bisa dekat dengan wanita itu. Walaupun caranya salah, menurut Gabriel sendiri, ini cara yang wajar.

“Okeh, pastikan pekerjaan hari ini dilakukan dengan benar oleh karyawan lain.”

“Baik Pak.”

            Gabriel mengangguk kemudian beranjak menuju ke ruangannya sendiri. Kembali memasuki ruangannya yang baginya seperti neraka baginya. Karena jika Gabriel sudah masuk ke dalam sana, rasanya waktu istirahatpun dia tidak mempunyai hal itu.

            Gabriel berhenti di depan meja sekretaris. Harusnya meja itu ditempati oleh Alyssa, tapi lagi-lagi wanita itu hilang entah kemana. Dia juga masih belum tahu, apakah Mario berhasil menemukan Alyssa atau tidak. Meja itu terpaksa ditempati oleh Eva, salah satu bagian HRD untuk menggantikan posisi Alyssa untuk sementara.

“Tolak semua tamu untuk hari ini selama saya belum memberi ijin kamu untuk menerima tamu, Paham.”

            Eva hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian Gabriel bergegas memasuki ruangannya. Dia hanya ingin ketenangan hari ini. Ingin memikirkan apa yang Alyssa lakukan sehingga wanita itu tidak pernah kembali ke dalam kantor lagi. Ck, seharusnya dulu dia menyelidikinya terlebih dahulu alasan Alyssa kembali ke perusahaannya. Sial.

            Mungkin sore nanti, dia akan menuju ke rumah Shilla untuk meminta bantuan wanita itu. Hanya wanita itu yang bisa membantunya untuk saat ini. Setidaknya, dia bisa lebih dekat dengan wanita itu. Walaupun bukan dengan cara yang seharusnya.

*********

            Mario tersenyum melihat wanitanya yang sedang menyantap makananya dengan lezatnya. Alyssa hanya tersenyum tipis menyadari laki-laki di hadapannya yang selalu menatap kearahnya. Walaupun lama-lama merasa risih juga dilihat secara terang-terangan seperti itu.

“Mulai hari ini, loe resmi tinggal disini.”

            Alyssa hanya melirik dan menatap sinis laki-laki di hadapannya. Percuma saja dia menolak, ujung-ujungnya Alyssa akan menuruti kemauan laki-laki itu juga.

“Percuma kan gue nolak.”

“Pinter.” Mario tersenyum puas melihat Alyssa yang tidak bisa menolak keinginanya.

“Mario.”

            Mario mengangkat wajahnya seraya menatap wanita di hadapanya. Dia mengernyit melihat Alyssa malah menjadi diam. “Kenapa ??” Tanyanya.

“Gue mau masuk ke perusahaan loe lagi. Gue akan keluar dari perusahaan Gabriel.”

            Mario hanya tersenyum mendengarnya kemudian melanjutkan makannya lagi. Dia menganggukkan kepalanya tanda sudah menyetujui permintaan wanitanya.

“Meja itu emang milik loe Lys. Alasan apa lagi sekarang ??”

“Enggak, gak ada alasan apa-apa. Gue Cuma udah menyelesaikan urusan gue sama perusahaan Damanik aja.”

            Mario hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Merasa percuma jika harus bertanya lebih lanjut mengenai hal-hal yang pastinya Alysssa tidak akan menceritakannya kepada dirinya.

“Sorry, gue Cuma belum bisa mengungkapkan semuanya sama loe Mario. Gue janji, suatu saat nanti. Loe akan tahu semuanya.”

Mario lagi lagi hanya mengangguk. “Tapi gue Cuma ingin tahu satu hal dari loe Alyssa. Mengenai keluarga loe. Loe yakin orang tua loe udah meninggal ?? Dan loe gak punya 1 keluarga pun yang deket sama loe ??”

            Alyssa terdiam. Dia menundukkan wajahnya dalam. Sebenarnya tidak ada salahnya jika dia memberitahukan semuanya kepada Mario. Tetapi yang jadi ketakutannya, Bunda dan Ayah menjadi tahu jika ada orang lain yang mengetahui mengenai masalahnya itu. Akan bahaya untuk Mario nantinya.

“Lys, loe bisa percaya sama gue.”

“Orang tua gue emang beneran udah gak ada Mario.”

            Mario terdiam seraya menatap wajah Alyssa. Menunggu kelanjutan cerita wanitanya. Mungkin Alyssa memang belum bisa percaya sepenuhnya dengan dirinya. Dan dia akan membuat wanitanya percaya kepada dirinya.

“Gue masih punya kakak. Kakak kandung gue. Satu-satunya saudara kandung yang gue punya.”

“Seseorang yang loe sebut Bunda itu siapa ??”

            Alyssa menatap wajah Mario yang menunggu jawabannya. Mungkin jika dia bercerita kepada laki-laki itu, Mario bisa membantunya suatu saat nanti untuk menyelamatkan seseorang yang sangat dia sayang dan dia cintai.

“Gue dulu pernah diangkat menjadi anak oleh sebuah keluarga. Dan Bunda adalah Ibu tiri gue. Kalau tahu seperti ini kehidupan gue setelah menganal Bunda. Gue gak akan menerima mereka mengangkat gue menjadi anak Yo.”

            Mario hanya bisa mengusap lengan wanitanya untuk menenangkannya. Dia juga baru tahu jika Alyssa mempunyai orang tua yang ternyata bukan orang tua kandungnya. Setidaknya, wanitanya sudah mau menceritakan masalahnya pada dirinya, walaupun belum semuanya diceritakan oleh Alyssa.

“Kakak kandung loe ??”

“Dia ....” Alyssa menghentikan kalimatnya. Menatap dalam mata Mario. Antara yakin dan tidak yakin untuk menceritakan hal itu kepada lelakinya.

“Gue gak akan maksa kalau loe gak mau cerita.”

            Alyssa bangkit dari bangkunya kemudian menuju ke tempat Mario yang duduk di hadapannya. Lalu dia duduk di atas pangkuan Mario. Sedangkan laki-laki itu merasa senang karena Alyssa bersedia untuk berdekatan dengannya tanpa harus ia paksa seperti biasanya.

Alyssa mengecup bibir Mario kemudian mengalungkan tangannya di leher laki-laki itu. “Loe harus janji kalau loe akan jaga rahasia gue, dan gak akan pernah menanyakan lebih lanjut mengenai hal itu.”

            Mario mengangguk seraya menata rambut Alyssa yang berantakan. Dia mengusap usap pipi wanitanya dengan sayang membuat Alyssa merasa yakin untuk menceritakannya.

“Kakak kandung gue pernah mengalami kecelakaan dulu. Yang membuat kaki dia patah dan terpaksa kaki kakak gue diamputasi dan menjadikan kakak gue gak punya kaki kananya.”

            Mario mengusap lengan Alyssa dengan sayang. dia menggelengkan kepalanya jika Alyssa tidak mau menceritakan semuanya. Mario mengecup bibir wanita itu untuk menguatkannya. Alyssa melepasnya kemudian tersenyum kepada laki-laki itu.

“Dan karena itu juga, gue yang harus jadi tulang punggung keluarga. Ayah sama Bunda nyuruh gue nyari uang buat membiayai mereka. Kalau gue enggak bisa menghasilkan uang, kakak gue akan dibunuh.”

“Kok bisa tega banget orang tua tiri loe ??”

“Gue enggak tahu.”

“Itu alasan loe, kenapa loe bisa sebegitu giatnya nyari uang ??” Alyssa hanya mengangguk sebagai jawabannya.

            Mario hanya mengusap rambut halus Alyssa dengan sayang. Dia akan berjanji kepada diri sendiri jika dia akan melindungi Alyssa juga kakak iparnya itu dari siapapun. Dan dia akan berjanji menyelamatkan kakak kandung Alyssa.

“Gue tahu gimana sedihnya loe. Gue janji akan membantu loe. Loe gak sendirian sekarang.”

            Alyssa hanya mengangguk. Dia tahu, bahkan sangat tahu. Jika dia menceritakannya kepada Mario, maka hasilnya akan membuat dirinya bahagia. Dia juga percaya kepada laki-laki itu. Dia sangat percaya Mario.

“Thanks Mario.”

            Mario tersenyum begitu manis kemudian mencium bibir wanita itu dengan lembut. Alyssa ikut tersenyum seraya menyambut perlakuan Mario. Alyssa benar-benar mencintai pria ini. Tapi dia masih belum bisa menebak apakah Mario mencintainya atau tidak. Entah apa jadinya jika Mario tidak mencintainya melainkan hanya memanfaatkannya saja sebagai pemuas nafsu pria itu.

            Alyssa tidak ingin melihat Mario dengan wanita lain. Mulai saat ini, dia harus bisa membuat Mario mencintainya. Harus. Karena Alyssa sudah meyakinkan dirinya bahwa dia benar-benar mencintai pria itu. Dan mulai saat ini, dia akan berusaha untuk bisa membuat Mario hanya mencintai dirinya seorang.


**********

Alhamdulillah part 11 clear juga :)
Tinggalkan jejak kalian ya guys, kalau bisa saran dan komentarnya :)
Semakin banyak saran dan komentar, maka makin semangat gue nulisnya, dan makin cepet gue ngepost'nya :)
See you next time ^^