Selasa, 09 September 2014

Love in Danger - Chapter 5 ( RIFY )

Let's read this chapter.
Hope you like it :))



Mario bersandar pada kursi kebesarannya dengan nyaman. Matanya terpejam. Entah mengapa, sekarang dia jadi tidak mood untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat. Terlalu banyak pekerjaan dan masalah yang sedang terjadi dalam hidupnya.
                
            Mario menghela nafasnya kasar kemudian mengambil kertas yang tergeletak di atas mejanya dan meremasnya dengan sorot mata penuh kebencian. Ini semua karena ayahnya. Siapa lagi yang membuat Mario sebal seperti ini kalau bukan karena ayahnya.

Apa tidak cukup penderitaan yang sudah ia alami selama ini ??

Mengapa ayahnya tidak pernah menganggapnya sebagai seorang anak ?? Mengapa ayahnya selalu menganggap dirinya hanya sebagai boneka ??

            Sedari kecil, Mario selalu hidup sendiri. Di rumahnya dia hanya tinggal bersama ayahnya dan juga beberapa pekerja. Tetapi ayahnya selalu meninggalkannya sendiri. Mario selalu tinggal hanya dengan pekerja di rumahnya. Tetapi lama kelamaan, ayahnya memecat seluruh pekerja di rumahnya. Hanya bibi Murni yang tersisa. Satu satunya bibi yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

Mengingat ibu Mario jadi sedih kembali.

            Menurut informasi yang selalu ia dapat sedari kecil, Ibu dan ayahnya sudah berpisah. Dan ayahnya memutuskan untuk mengambil Mario sedangkan ibunya mengambil kakaknya. Kakak ?? Bahkan Mario tidak tahu wajah kakaknya sekarang seperti apa. Yang ia tahu, kakaknya adalah seorang laki – laki. Hanya itu.

            Mario mengusap wajahnya gusar, dia menelungkupkan wajahnya pada meja kerjanya. Rasanya ini semua tidak adil untuknya. Sedari kecil dia tidak pernah bertemu dengan ibunya dan selalu dianak tirikan oleh ayahnya.

Apa ada yang lebih menyakitkan lagi selain itu ??

            Mario mengangkat kepalanya setelah ia mengingat satu nama yang entah mengapa sekarang menjadi seperti candu untuknya. Kemudian dia tersenyum penuh kemenangan mengingat janjinya kemarin. Dengan gerakan cepat, Mario menyambar jasnya yang tersampir asal pada kursinya dan melangkah lebar menuju pintu.

Dia siap untuk menghilangkan pikiran buruknya tadi.

Lupakan soal ayahnya ataupun keluarganya.

            Mario tidak perduli, yang harus dia lakukan sekarang adalah bersenang – senang. Yah, dengan perempuan itu pastinya.

************

            Mario masuk ke ruang kerja Alyssa dengan pelan. Sedari tadi dia mengetuk pintu ruangan perempuan itu. Tapi tidak ada sahutan dari Alyssa. Akhirnya seperti sekarang, Mario langsung masuk tanpa menunggu sang pemilik ruangan membukanya. Memangnya siapa yang berani untuk memarahi seorang direktur. Yang ada dialah yang akan memarahi orang itu walaupun orang itu tidak bersalah.

Kekuasaan tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh apapun.

            Mario kembali menutup pintu ruangan Alyssa. Setelah itu dia menatap ke seseorang yang sedang ia cari tadi sedang meletakkan kepalanya di lipatan tangan yang perempuan itu taruh di atas meja.

Mario terkekeh melihat Alyssa tertidur dengan kepalanya miring ke arah samping.

            Kemudian dia mendekat dan memperhatikan Alyssa dengan lebih seksama. Perempuan ini memang tidak secantik perempuan perempuan yang selama ini selalu menjadi mainannya. Tapi entah mengapa, Alyssa tampak menarik di matanya. Mario tidak tahu perasaan dia seperti apa untuk Alyssa. Yang Mario tahu, dia nyaman berada di sisi Alyssa.

“Memangnya loe gak cape’ tidur dengan posisi seperti ini ??” Tanya Mario pelan, tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Alyssa.

“Menurut gue loe jauh lebih cantik dari semua wanita yang pernah gue temui.”

            Mario tersenyum kemudian meletakkan tangan kananya di tengkuk Alyssa dan meletakkan tangan kirinya di bawah lutut wanita itu kemudian mengangkatnya. Dengan tidak mempunyai rasa bersalah, Mario menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu cukup lama. Hanya menempelkan, karena dia tidak mau menganggu tidur Alyssa yang sepertinya karena cape’.

Mario melirik jam dinding di ruangan Alyssa yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

            Dia mendesah kasar kemudian membawa Alyssa keluar ruangan. Janjinya tadi pagi untuk ‘bermain’ malam ini sepertinya akan gagal. Yah, menjadi orang baik untuk malam ini sepertinya tidak masalah. Dia akan membiarkan Alyssa beristirahat untuk saat ini. Tapi lihat saja besok. Mario tersenyum miring kemudian terkekeh pelan dengan pemikirannya.

Sepertinya, Alyssa mengubah dunianya.

Tidak masalah, asal Mario selalu diijinkan wanita itu untuk berada di sisinya.

************

            Alyssa menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. Matanya ia pejamkan rapat – rapat, kemudian membukanya dengan perlahan. Alyssa mengerjap ngerjapkan matanya yang entah mengapa terasa berat untuk ia buka seluruhnya.

            Setelah berusaha untuk menyesuaikan cahaya dengan retina matanya, Alyssa sekarang sudah bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekelilingnya. Matanya menyipit bingung menyadari jika ini bukan kamarnya. Kamarnya tidak seberantakan ini. Setelah mengumpulkan nyawanya, dia baru menyadari jika ada sesuatu di atas perutnya. Dan dengan ragu, Alyssa melihatnya dan ...

“Mariooooooo.” Teriaknya kencang seraya mendorong tubuh Mario hingga pria itu terjatuh ke bawah kasur.

            Mario yang kesadarannya belum pulih benar merasakan sakit yang teramat sangat di pantat juga punggungnya yang mencium lantai dengan tingkat kekerasan yang tinggi. Pria itu hanya bisa meringis kemudian berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

“Apa yang loe lakuin sama gue.”

            Teriakan itu berhasil mengembalikan nyawa Mario. Pria itu bangkit kemudian menatap seseorang yang baru saja berteriak dan yang menyebabkan pantat juga punggungnya merasakan nyeri luar biasa.

Ini keterlaluan. Seumur hidupnya, baru kali ini dia dibangunkan dengan cara tidak manusiawi seperti ini.

Mario berusaha berdiri dengan tangan yang masih memijat pinggangnya yang juga terasa nyeri. Kemudian dia naik keatas kasur dan mendekati Alyssa dengan raut wajah yang membuat Alyssa bergidik ngeri.

“Apa yang mau loe lakuin sama gue.” Ucap Alyssa terbata. Dia sepertinya sudah membangunkan seekor macan yang sangat buas. Bersiaplah Alyssa, mungkin di pagi yang cerah ini, kau yang akan menjadi santapannya. Batinnya berteriak.

“Apa yang gue lakuin ?? Loe udah tahu pasti kan, apa yang mau gue lakuin sama loe.”

“Mario. Ini bukan candaan. Gue serius.”

            Mario tersenyum miring – lagi. Membuat Alyssa kesulitan bernafas. Mario mengubah posisinya menjadi di atas Alyssa. Tangan kananya mencekal tangan kiri Alyssa begitupun tangan kiri Mario mencekal tangan kanan Alyssa. Alyssa memejamkan matanya erat berusaha untuk menormalkan pernafasannya.

“Gue dimana sekarang ??” Tanya Alyssa dengan suara tercekat.

“Menurut loe ??”

“Mario.” Teriak Alyssa karena rasa kesal terhadap pria ini sudah mencapai puncaknya. Kedua tangannya berusaha agar terlepas dari genggaman tangan Mario.

            Mario mendekatkan wajahnya pada wajah Alyssa. Alyssa hanya menggigit bibir bawahnya seraya menutup kedua matanya dengan erat. Dia bingung apa yang harus ia lakukan. Mario selalu membuatnya tidak bisa bergerak bebas.

            Mario tersenyum sinis menatap wanita di hadapannya. Sungguh, dia paling tidak suka jika tidurnya diganggu oleh seseorang. Ck, kalian harus tahu kalau tadi malam Mario baru bisa memejamkan kedua matanya pukul 3 pagi. Dan sekarang pukul 5 pagi tapi sudah dibangunkan oleh Alyssa dengan cara yang tidak masuk akal.

            Memikirkan penyebab dia tidur pukul 3 pagi membuat mood’nya kembali buruk. Mario menghela nafasnya secara kasar kemudian menyingkir dari atas tubuh Alyssa. Mengusap wajah kasar kemudian turun dari kasur dan berjalan keluar kamar tanpa menatap Alyssa kembali.

            Alyssa mengernyit bingung, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan pria itu hingga Mario melakukan tindakan yang menurutnya agak berbeda hari ini. Biasanya dia akan diserang seperti biasanya jika dia berbuat sesuatu yang menyebabkan pria itu marah.

Apa yang terjadi dengan pria itu ??

            Perasaan khawatir hinggap hingga ke hatinya. Tapi dia juga tidak bisa melakukan sesuatu untuk membuat mood pria itu kembali baik. Ada sesuatu hal yang harus dia lakukan tentang ‘pekerjaannya’ sebagai devil’s girl.

            Alyssa menghela nafas kesal memikirkan dia adalah member devil’s girl. Dia ingin keluar, tapi resikonya begitu besar yang ia sendiri tidak yakin dia bisa menghadapinnya mengingat hidupnya yang juga selalu dipenuhi dengan segala sesuatu yang Alyssa sendiri tidak yakin dengan semuanya.

            Alyssa turun dari kasur dan dengan cepat mengambil tasnya yang ternyata diletakkan di atas kursi santai. Dia langsung bergegas keluar dan menemukan Mario yang duduk di atas sofa dengan mata terpejam. Alyssa berhenti sebentar dan mengamati pria itu.

“Mengangumi gue ??”

Alyssa tersentak kaget. Kalau gini caranya, mendingan gue langsung kabur tadi. Batin Alyssa berteriak.

“Enggak, gue Cuma mau pamit sama loe.”

“Loe mau kemana ??” Tanya Mario seraya berjalan menuju ke arah Alyssa. Sedangkan Alyssa sudah siap siaga dengan memundurkan langkahnya. Semakin Alyssa mundur, Mario semakin mendekat dan begitu seterusnya sampai dia tertahan oleh tembok di belakangnya.

            Mario tersenyum sinis kemudian mendekat kearah wanita itu. dan berdiri tepat di depan Alyssa. Tangan kananya terangkat ke wajah Alyssa. Wanita itu menutup matanya dengan rapat rapat.

“Ngapain loe nutup mata ??”

“Gue tahu loe mau ngelakuin sesuatu sama gue.” Jawab Alyssa dengan mata masih terpejam erat.
“Sesuatu ?? Gue Cuma mau nunjukkin sama loe jam berapa sekarang.”

            Alyssa membuka matanya perlahan. Tangan besar dengan jam tangan bertengger disana berada di depan matanya. Alyssa menunduk malu. Dia berusaha untuk tidak memunculkan rona merah di wajahnya.

Bodoh. Loe bodoh Alyssa. Umpatnya dalam hati.

“Lihat ?? Sekarang udah jam delapan pagi. Dan loe mau pergi ?? Pergi kemana nona Alyssa ?? Loe gak lupa kan, kedudukan loe sekarang sebagai sekretaris gue.”

            Alyssa menggigit bibirnya dalam. Tidak. Hari ini dia sepakat untuk membolos. Benar – benar ada sesuatu yang harus ia lakukan untuk keberlangsungan hidupnya. Dia tidak mau mendapatkan amarah dari seseorang yang ia cintai, tapi orang itu tidak pernah mencintainya. Tidak.

            Mario mengernyit heran. Tidak biasanya Alyssa seperti ini. Wanita ini selalu punya cara apapun untuk bisa menghindar dari Mario. Tapi sekarang dia hanya berdiri di depannya dengan tatapan penuh keresahan.

Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres disana.

“Ehem.”

            Alyssa tersadar dari lamunanya. Dia mendongakan kepalanya berusaha untuk menatap Mario yang memang lebih tinggi darinya. Tapi belum sempat dia mendongak, ada sesuatu yang basah menempel di bibirnya. Alyssa memejamkan matanya erat. Entah mengapa dia selalu tidak bisa menolak berciuman dengan Mario.

Alyssa merasa menjadi wanita yang tidak punya harga diri.

            Tapi tidak bisa dipungkiri jika ciuman Mario membuatnya nyaman. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Mario menciumnya begitu lembut. Penuh perasaan. Dan entah mengapa, membuat jantung Alyssa berdebar lebih cepat dari biasanya.

            Tanpa sadar tangan wanita itu sudah berada di dada Mario. Mengusapnya pelan membuat ciuman itu semakin menggebu. Mario mengerang karena tidak kuat menerima siksaan dari tangan wanita yang berada di pelukannya sekarang. tangannya tidak tinggal diam, dia taruh di pinggang Alyssa dan mengusapnya penuh gairah.

            Pikiran Alyssa berputar pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya menerima siksaan lahir dan batin. Tanpa sadar, dia mencium Mario dengan tuntutan yang begitu menggebu. Tangannya menekan tengkuk Mario agar semakin mendekat kearahnya. Dia mencium Mario dengan perasaan emosi. Ingatannya berputar lagi lagi dan lagi. Membuatnya emosinya menjadi tak terharankan sekarang.

            Mario berhenti mencium Alyssa. Dia berusaha menjauhkan wajahnya dari Alyssa, tapi sepertinya wanita itu tidak mengijinkannya, terbukti dari tangan Alyssa yang semakin kencang menekan tengkuknya. Pria itu mengernyit heran. Tidak biasanya Alyssa seperti ini.

            Mario hanya diam. Dia tahu, Alyssa sedang melepaskan emosinya lewat ciummannya yang ia pimpin sendiri. Entah apa yang membuat wanita itu menjadi seperti ini. Tapi yang jelas, sekarang Mario hanya ingin membuat Alyssa merasa tenang.

Tidak ada ruginya dia membiarkan Alyssa melampiaskan emosinya kepadanya.

            Alyssa tersadar saat merasakan tangan Mario yang sudah berjelajah kemana – mana. Bahkan sekarang, blazer yang masih terpasang rapi di tubuhnya tadi sudah hilang entah kemana. Alyssa langsung mendorong Mario dan berusaha bernafas dengan teratur. Dia menundukkan wajahnya karena belum siap untuk menghadapi pria di hadapannya kini.

            Mario hanya tersenyum kecil seraya berusaha untuk menormalkan pernafasannya. Perlahan dia mengangkat wajah Alyssa menggunakan jari tangannya. Dia bisa melihat bibir wanita itu yang sudah membengkak karena kejadian tadi. Perlahan tangannya naik dan berhenti di bibir Alyssa dan mengusapnya pelan.

“Ada masalah ?? Cerita sama gue.” Bisik Mario tepat di depan mulut wanita itu. Menimbulkan rasa panas yang entah mengapa cepat sekali menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Enggak. Maaf atas perlakuan gue tadi.”

“Alyssa. Gue tahu loe lagi ada masalah. Mulut loe bisa aja bohong sama gue. Tapi mata loe gak bisa bohong.”

“Kalaupun gue ada masalah, apa urusannya sama loe. Loe bukan siapa – siapa gue.” Ucap Alyssa dengan begitu sinis. “Sorry, gue gak bisa kerja hari ini. Ada hal yang lebih penting yang harus gue lakukan.” Lanjutnya seraya menyentak tangan Mario dan berjalan keluar dari apartement pria itu.

            Mario tidak berniat menahan wanita itu untuk tetap berada disini. Tapi dia akan mengikuti kemana Alyssa pergi. Dia tahu dia bodoh karena baru saja ayah angkatnya memberi tahu bahwa hari ini banyak meeting yang harus ia hadiri, dan sekarang Mario memilih mengikuti Alyssa.

Gue jauh lebih bodoh kalau gue gak tahu apa masalah Alyssa. Batin Mario.

            Tanpa perduli dengan yang lainnya, Mario mengambil kunci mobil kemudian keluar apartement dengan cepat. Seorang Mario tidak akan pernah gagal mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan jawaban atas perubahan emosi dalam diri Alyssa.

************

            Kedua tangan Mario mengepal di kedua sisi tubuhnya. Matanya menatap tajam ke dua orang yang berada jauh disana. Pria ini melihat semuanya dari awal. Melihat segalanya yang dilakukan oleh dua orang itu. Jika orang lain tidak masalah, dia tidak akan perduli. Tapi lihatlah.

            Di depan sana ada Alyssa bersama dengan seorang pria yang menatap wanita itu dengan mata berkilat kilat penuh ketertarikan. Dan Alyssa hanya diam saja. Bagaimana Mario tidak marah jika pria yang berada di sana berani menyentuh Alyssa. Mario tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

            Dia sudah akan berlari kesana tapi niatnya ia urungkan melihat pria itu memberikan sebuah koper yang sepertinya di dalam koper itu berisi uang kepada Alyssa. Mario mengernyitkan dahinya dengan bingung. Maksud dari ini semua apa ?? Alyssa seperti sebuah teka teki besar bagi dirinya.

“Buat apa Alyssa menerima uang sebanyak itu dari seorang pria yang bahkan terlihat sekali jika pria itu bukan pria baik – baik.” Gumam Mario.

            Mario menyembunyikan dirinya serapat mungkin di belakang semak – semak saat melihat Alyssa berbalik dan berjalan kearahnya. Jangan sampai wanita itu tahu jika dia berada disana. Bisa saja Alyssa langsung memutuskan kontrak kerja dengannya saat dia mulai menjadikan semua yang berada di dalam diri Alyssa sebagai candu yang harus ia lakukan setiap saat.

            Mario bingung sekarang, dia mengikuti Alyssa atau dia bertanya pada pria yang tadi menyerahkan koper itu kepada Alyssa.

Urusan Alyssa bisa nanti, yang ia harus lakukan sekarang hanyalah menemui pria itu.

            Mario berlari saat melihat pria itu berjalan ke sebuah mobil sport hitam yang terparkir tidak jauh darinya. Dengan tergesa dia menghadang langkah pria itu.

“Ada apa ??” Tanya pria itu dengan tatapan tajamnya. Seperti tidak suka dengan kehadiran Mario.

            Mario terdiam begitu melihat dengan jelas siapa pria yang berdiri di hadapannya. Tidak. Alyssa tidak mungkin mau menerima semua perlakuan pria di hadapannya yang mungkin umurnya beberapa puluh tahun di atasnya. Apa wanita itu sudah gila ?? Menerima begitu saja saat bagian tubuhnya disentuh oleh lelaki yang sekarang sedang berdiri di hadapannya.

“Maaf menganggu waktu anda, bisa berbicara sebentar dengan saya ??” Tanya Mario dengan menggunakan bahasa formal. Karena ia masih menghargai pria di hadapannya yang usiannya terlihat jauh lebih tua dari umurnya.

“Ada keperluan apa ??”

“Hanya sebentar. Tidak akan lebih dari satu jam.” Jawab Mario lagi.

“Baiklah. Ada apa kamu menemui saya ??”

“Kita berbicara di tempat yang lebih nyaman pak. Kalau bapak bersedia.”

“Baiklah.”

*************

“Siapa bapak ??” Tanya Mario saat dia sudah duduk di salah satu cafe bersama dengan pria yang daritadi membuatnya penasaran yang sekarang sedang duduk di hadapannya.

“Maksud kamu ??”

“Siapa bapak ?? Dan siapa wanita yang baru saja bapak temui ??”

            Mario bisa melihat jika pria di hadapannya menatap bingung kearahnya dari raut wajahnya. Tetapi kemudian pria itu terkekeh dan menatap Mario dengan senyuman yang menurutnya paling menyebalkan.

Gak inget umur nih orang. Senyum aja nyari ribut sama gue. Batin Mario dongkol.

“Kamu mau jadi mata – mata saya ?? Siapa yang menyuruhmu anak muda ??”

“Mata – mata bapak ?? Buang – buang waktu saya pak sepertinya. Karena pekerjaan saya bukan hanya mengurusi bapak.” Jawab mario dengan tenang.

“Oke oke. Pintar jawaban kamu. Buat apa kamu ingin tahu tentang masalah saya bersama dengan wanita yang baru saja saya temui tadi ??”

“Saya Pacarnya.”

            Jawaban Mario sukses membuat mata pria itu membuka lebar. Tetapi kemudian terkekeh lagi. Itu membuat Mario semakin geram.

“Kamu berpacaran dengan Alyssa ?? Apa itu masuk akal ?? Kamu berpacaran dengan seorang wanita malam itu ?? Tidak salah ??”

            Mario menahan semua amarahnya dengan mengepalkan kedua tanganny – lagi. Tidak, dia tidak boleh memukul pria ini sebelum dia mendapatkan informasi yang dia inginkan mengenai Alyssa.

“Saya hanya tanya, Bapak siapa Alyssa ??”

“Kamu tenang saja. Dia hanya mainan saya. Tadi saya hanya menyerahkan uang karena dia sudah bersedia menemani saya beberapa bulan yang lalu. Ya, semacam bayaran untuk wanita malam.” Ucapnya santai kemudian tertawa.

“Apa kamu tidak pernah memberikan uang kepadanya sampai dia menjual dirinya hanya untuk mendapatkan uang ?? Saya rasa, Alyssa cukup materialistik dalam hal ini. Dia mendapatkan uang dari siapapun. Ck, saya tidak menyangka kau berhubungan dengan wanita seperti itu.” Lanjutnya tanpa rasa bersalah.

            Mario memejamkan matanya erat. Dia bisa – bisa meledak disini sekarang. Entah mengapa dia merasa panas mendengarkan semua ucapan yang mengalir dari mulut pria itu. Dia hanya tidak rela Alyssa diinjak injak harga dirinya oleh pria yang sudah berumur ini.

“Oh, waktu saya berbicara denganmu sudah habis anak muda. Saya harus pergi.” Ucapnya santai.

“Beri uang dalam jumlah banyak kepadanya jika kamu tidak ingin melihat dia menjadi wanita malam. Saya rasa, kamu bukan orang dengan berpenghasilan rendah. It’s impossible if viewed from your clothes. Permisi.”

            Mario masih terdiam di tempatnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia benar – benar tidak mengerti sekarang.

Dulu uang. Sekarang juga uang. Sebenernya apa yang loe mau Alyssa ?? Kenapa loe gak bilang sama gue kalau loe butuh uang ?? Batin Mario berteriak.

Ponsel Mario berdering membuat sang empu ponsel menghentikan pikirannya sejenak. Dia malas sekali jika disaat dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun malah ada seseorang yang menganggunya.

“Hallo.”

“.........”

“Tidak saya sedang berada di luar sekarang. Ada apa Pak ??”

“.........”

“Apaaaa”

            Dengan secepat kilat Mario mematikan ponselnya dan berlari menuju ke tempat mobilnya berada. Dia langsung bergegas pergi dari tempat itu untuk ke kantornya. Informasi yang baru saja ia dapat membuatnya pusing.

Bagaimana bisa Alyssa membuat surat pengunduran diri dari perusahaannya ??

Bagaimana bisa wanita itu meminta pergi dari kehidupannya setelah apa yang mereka lakukan selama ini ??

Apa yang sedang ada dalam pikiran wanita itu ?? Jika memang dia butuh uang, mengapa memilih mengakhiri pekerjaannya di perusahaannya ??

Mario tidak akan pernah membiarkan Alyssa pergi dari perusahaannya. Dia tidak akan pernah mengijinkan Alyssa keluar dari perusahaannya. Tidak. Apapun akan ia lakukan supaya Alyssa masih berada dalam jangkauannya. Ya, Mario akan melakukan apapun. Termasuk dengan menjadikan wanita itu menjadi miliknya sepenuhnya.

*************

Hallo everybody :D ada yang kangen sama author yang kece badai ini gak ??
Sebelumnya saya mau minta maaf sama kalian semua atas keterlambatan postingan saya.
Silahkan tinggalkan jejak kalau mau lanjut cepet.
hari ini satu chapter.
Mau lanjut ?? Silahkan tinggalkan jejak kalian yang panjang berupa apapun itu ..
sekian dan terima kasih. BYE BYE :))