Senin, 04 April 2016

Twoshoot - My Heart (1 of 2)


Rio menundukkan wajahnya dalam. Dia menggeram penuh frustasi akibat semua permasalahannya akhir-akhir ini. Dia tidak bisa marah begitu saja pada ayah dan ibunya karena dirinyalah yang membuat semuanya menjadi seperti ini. Dirinya sangat menyesal membuat masalah dengan kedua orang tuanya jika hukuman yang akan ia dapatkan membuatnya menjadi sefrustasi ini.
Jika tahu seperti ini, dia pasti tidak akan membuat masalah apapun. Ini akibat kecerobohannya. Hukuman yang ia dapatkan adalah dia akan dijodohkan dengan anak relasi bisnis ayahnya yang tentu saja Rio tidak tahu wajah dan bentuk tubuhnya seperti apa.
Mario Raditya Sanjaya. Putra sulung dari pasangan Sanjaya Wibowo dan Ike Rosalina, sekaligus kakak dari Acha Cantika Rosalina ini adalah CEO ternama yang namanya sudah ada di semua majalah bisnis termasuk majalah paling laris di kalangan masyarakat sekalipun. Di wilayah Jakarta, seluruh masyarakatnya sudah tidak asing lagi dengan Mario. Karena ketampanannya dan kepintarannya yang bisa mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan yang sangat dicari oleh siapapun untuk dijadikan relasi dalam bisnisnya.
Bukan hanya itu, tapi statusnya yang sejak terjun dalam dunia bisnis masih berstatus sebagai seorang lelaki single, membuat kalangan hawa yang ada di seluruh Indonesia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari lelaki tampan yang satu ini. Punya wajah tampan, pekerjaan mapan, tingkat kepintaran yang menjanjikan sekaligus statusnya yang masih single, wanita mana yang tidak meliriknya ?
Dan sekarang Mario harus terjebak dalam masalah yang membelenggunya akibat kesalahannya sendiri. Perjodohan sudah di depan mata, dan Rio sudah muak dengan seluruh wanita yang merupakan anak dari relasi bisnis orang tuanya. Maka dari itu, dia haruss mencari cara agar terbebas dari masalahnya yang satu itu.
BRAK !!!
Mario menegakkan tubuhnya secara reflek mendengar bunyi dentuman yang sangat keras tersebut. Dia langsung menemukan sahabatnya yang memasang wajah datar dan malas menatap ke arahnya. Jika dia bukan sahabatnya, sudah Rio tendang ke jurang detik itu juga.
“Bisa sopan gak sama pimpinan loe sendiri ??” Tanya Rio datar.
“Gue udah ngetuk pintu ribuan kali tapi tetep aja gak ada sahutan, sebenarnya disini yang gak sopan siapa ?? Hah ??”
“Coba aja loe bukan anak Sindunata, udah gue habisin loe sekarang juga.”
“Coba aja kalau bisa.”
            Rio hanya menatap datar Alvin-sahabatnya, dan mengambil berkas yang tadi dilempar sahabatnya tersebut kemudian membukanya dan mulai mengamatinya. Alvin yang malas untuk melihat pimpinanya itu kemudian berjalan kearah sofa dan mendudukan dirinya disana.
“Perjodohan lagi ??”
            Rio masih sibuk menggoreskan beberapa tulisan di dokumen dokumen tersebut, sama sekali tidak memperdulikan Alvin yang mungkin saja bisa kembali bertingkah saat dia sudah bosan dengan tingkah lakunya.
“Cari aja 1 wanita. Terus loe nikahi deh. Gampang kan ?? Gue gak jamin wanita yang bakal loe nikahin itu wanita baik-baik.”
Mario menghentikan kegiatannya kemudian menatap Alvin. “Terus menurut loe gue harus cari dimana wanita yang katanya wanita baik baik itu ?? Hah ??”
“Wanita berkerudung, pakaian serba panjang, raut wajah polos, lugu dan pasti mau diajak nikah sama loe.” Alvin mengetuk ngetukkan telunjuknya di dagu tirusnya. “Loe cari di acara pengajian masjid bro. Yakin pasti dapet wanita baik-baik”
            Tanpa pikir panjang, Rio melemparkan penggaris besinya kearah sahabatnya dan tepat sasaran. Ilmu beladirinya selalu berguna disaat seperti ini. Dia menatap wajah Alvin dengan wajah yang seakan akan ingin memakanya saat itu juga. Alvin hanya menunjukkan gigi-gigi putihnya saja dan berjalan mendekat kearah pimpinannya tersebut.
“Gue kali ini serius, loe cari wanita lain bro. Supaya loe bisa terhindar dari perjodohan itu. kalau loe udah nemu wanita itu dan loe bawa kehadapan bokap nyokap loe, pasti perjodohan itu akan batal. Loe bisa gunain wanita itu Cuma buat mainan aja. Gak harus serius kan. Tujuan awal loe juga gak serius masuk ke jenjang pernikahan. Buat apa repot-repot menyeleksi wanita-wanita yang akan jadi pendamping loe.”
“Keluar.” Rio menyodorkan berkas yang tadi dilemparkan oleh Alvin dan menyuruh sahabatnya itu untuk keluar dari ruangannya.
Yes yes yes. I have to go, now.”
“Loe handle pekerjaan gue. Gue ada urusan sebentar.”
            Alvin hanya mencibir melihat tingkah atasannya itu yang dengan seenaknya selalu meninggalkan pekerjaannya dan melimpahkan semuanya pada dirinya. Rio bersiap pergi, dia berjalan keluar ruangan seraya memakai jas kerjanya yang sebelumnya ia sampirkan pada gantungan pakaian yang ada di sudut ruangan.
“Loe mau kemana ??”
“Cari wanita baik-baik”
**********
            Rio mengemudikan mobilnya dengan santai. Dia sedang ingin mendinginkan otaknya yang mungkin saja sebentar lagi bisa meledak. Perjodohan itu benar-benar membuatnya muak. Dia tidak bisa mengabaikan hukuman yang satu itu begitu saja. Terlalu sibuk dengan pikirannya, dia tidak menyadari ada sebuah mobil yang bergerak tidak teratur di hadapannya dan bergerak ke arahnya. Dengan reflek, Rio langsung membanting stir agar tidak bertabrakkan dengan mobil tersebut ke kiri. Tidak terpikirkan sama sekali olehnya, bahwa dia salah mengambil tindakan kali ini, sebuah pohon besar yang menjulang di kiri jalan malah menjadi sasarannya kali ini.
            Rio meringis pelan karena dahinya bertabrakkan langsung dengan stir kemudi mobilnya menimbulkan rasa nyeri yang lumayan sakit. Dengan menggeram penuh emosi dia keluar dari mobil dan melihat bagian depan mobilnya yang sekarang ini sudah tidak berbentuk. Dengan marah dia membalikkan tubuhnya dan menemukan mobil lain juga terparkir tidak jauh darinya. Dengan langkah lebar, dia melangkah mendekati mobil tersebut.
“Keluar.” Dia mengetuk dengan tidak sabar kaca mobil kemudi seraya berteriak marah.
“Cepat keluar atau gue akan memecahkan kaca mobil loe.” Teriak Rio dengan tidak sabar masih mengetuk kaca mobil tersebut.
            Rio menjauhkan tubuhnya saat sang pengemudi mobil merespon ucapannya. Sesaat kemudian Rio membelalakan matanya karena melihat seorang wanita lah yang keluar dari mobil tersebut dengan keadaan gemetar hebat. Tetapi Rio tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memarahi wanita tersebut, dia langsung berteriak marah.
“Loe kalau gak bisa nyetir gak usah nyetir. Loe lihat gak keadaan mobil gue kayak gimana sekarang. Rusak parah. Dan itu semua gara-gara loe.”
“Maaf, aku .. aku tidak sengaja.” Jawab wanita itu seraya menundukkan wajahnya.
            Rio mengamati wajah wanita di hadapannya. Wajahnya cantik dan putih bersih, seperti boneka, rambutnya lurus dan panjang, warnanya hitam pekat, hidungnya mancung, kulitnya halus, dagunya tirus dan tubuhnya tinggi langsing, badannya benar-benar proporsional untuk ukuran wanita seumurannya. Rio bisa mengira-ngira kira kira umurnya tidak berbeda jauh denganya, wanita itu jelas beberapa tahun lebih muda darinya.
‘Cantik’ batin Rio secara tidak sadar. Kemudian dia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali ke dunia nyata.
“Sekarang loe ikut gue.” Rio reflek memegang pergelangan tangan wanita itu dan menariknya mendekat kearah mobilnya dan berdiri di depan mobilnya yang sudah berbentuk.
“Loe lihat, apa yang udah loe lakuin sampe mobil gue hancur kayak gitu.”
            Wanita itu meringis pelan dengan menggigit bibir bawahnya melihat mobil Rio yang sudah tidak layak pakai itu. Dia tidak mau menatap lelaki itu yang ia tahu sekarang sedang menatap dirinya secara intens.
“Maaf, aku ..”
“Maaf maaf maaf. Apa dengan kata itu loe bisa balikin mobil gue lagi ?? Gue gak terima mobil kesayangan gue yang harganya sangat amat mahal ini hancur begitu aja. Gue mau minta bantuan polisi biar mengurus masalah ini.”
            Wanita itu dengan reflek langsung membelalakan matanya dan menatap Rio ketakutan. Dia menggeleng gelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan, aku mohon. Aku janji akan ganti rugi semuanya.”
“Ganti rugi ?? Oh jelas itu harus. Tapi loe gak bisa ganti rugi dahi gue yang merah ini akibat benturan tadi, dan loe juga gak bisa bikin mobil gue sempurna lagi seperti sedia kala. Right ??” Jawab Rio santai, berbeda dengan sikap wanita dihadapannya yang tidak bisa santai mendengar sebutan polisi keluar dari mulutnya.
“Aku mohon jangan bawa-bawa polisi dalam masalah kita. Aku mohon. Aku janji akan melakukan apapun. Please.”
What’s your name ??”
“Alyssa. Alyssa Putri Kencana.”
            Rio mengangguk-anggukkan kepalanya. Nama yang cantik, secantik orangnya. Rio pikir, ini moment yang pas untuk mengungkapkan keinginannya dan bisa terbebas dari hukuman dirinya dari kedua orang tuanya tersebut.
            Rio mengambil handphone’nya dan bersiap menelepon seseorang. Dia melihat wanita di hadapannya memasang wajah ketakutannya mengisyaratkan permohonan yang amat sangat dengan mata berkaca-kaca dengan kedua telapak tangannya yang ditautkan di depan dada. Rio terkekeh pelan kemudian menarik wanita itu secara reflek ke dalam dekapannya. Dia bisa merasakan tubuh wanita itu yang menegang dalam pelukannya.
“Hallo.”
            Rio merasakan jasnya di genggam erat oleh tangan mungil itu dan wajah wanita itu menggeleng-geleng secara terus menerus. Rio bisa merasakan bagian depan tubuhnya basah, dan dia bisa menebak jika wanita itu sedang menangis sekarang. Tangan kiri Rio yang tidak memegang ponsel melingkar di punggung mungil Alyssa dan menepuk nepuknya pelan.
“Cepat datang ke Jalan Ternate. Tidak jauh dari kantor sekitar 10 km ada mobil saya disini. Bawa mobil saya ke bengkel untuk diperbaiki, dan jangan banyak bertanya. Satu lagi, tidak perlu membocorkan masalah ini pada siapapun. Mengerti ??”
            Rio memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya setelah menyuruh orang kepercayaannya untuk mengurus mobilnya. Dia beralih pada wanita yang masih menangis di pelukannya.
“Hey, tidak ada polisi. Gue tadi cuma menghubungi orang kepercayaan gue untuk mengurus masalah ini. Jadi loe bisa tenang sekarang.”
            Alyssa menjauhkan tubuhnya dan Rio bisa melihat wajah berantakan wanita itu. Mata sembab, hidung memerah dan kulit wajahnya yang penuh dengan air mata. “Sekarang loe harus menebus jasa gue ini. Ngerti.”
            Alyssa menganggukkan wajahnya. Dia pasrah saja saat Mario berjalan kearah mobilnya dan memintanya untuk menaiki mobilnya di sebelah bangku kemudi, kemudian lelaki itu duduk di bangku kemudi, kemudian menjalankannya entah kearah mana.
“Jelasin sama gue kenapa loe bisa hilang kendali saat loe nyetir.”
“Ini pengalaman pertama aku setir mobil.”
Jawaban lirih wanita itu membuat Mario membelalakan matanya. “Loe baru pertama nyetir dan loe udah beraninya masuk ke jalan raya begini. Wah, amazing.”
“Loe tahu gak perbuatan loe itu bisa bikin loe di penjara. Loe baru pertama setir mobil yang artinya loe gak berpengalaman, dan loe nabrak orang, satu lagi loe pasti belum SIM.” Wanita itu dengan polosnya mengangguk. Rio hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya.
“Kartu loe ada di gue sekarang. Gue mau dapat sesuatu yang setimpal dari loe.”
“Kamu mau apa ??”
“Loe.”
Alyssa mengerutkan dahinya bingung. “Maksudnya ??”
“Loe bener-bener polos banget. Gue mau elo. Gue mau loe menikah sama gue secepatnya.”
WHAT.” Alyssa menatap tajam lelaki di sampingnya dengan tidak sabar mendengar permintaannya. “Aku gak kenal sama kamu, dan kamu udah beraninya ngajak aku menikah.”
“Pilih aja, loe mau menikah sama gue, atau loe akan mendekam di penjara selama bertahun-tahun.”
“Aku gak tahu siapa kamu.”
“Itu tugas loe. Loe cari tahu sendiri gue siapa.”
“Kita mau kemana ??”
“Ke kantor gue.”
“Enggak.”
“Sure, gue tinggal menekan tombol angka dua di handphone gue dan langsung tersambung ke kantor kepolisian kalau loe selalu menolak permintaan gue. Mau ??”
            Alyssa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca kembali. Dia ingin menangis sekarang. Andai saja dia menuruti permintaan kedua orang tuanya untuk tidak pernah mengendarai mobil, pasti semua ini tidak terjadi. Dia merasa menyesal sekarang. Dia ingin memutar waktu ke beberapa bulan sebelumnya. Dia berjanji akan merubah sikapnya, tapi itu hanya ada di khayalanya sendiri. Faktanya, dia sekarang sedang berada di dalam mobilnya dengan lelaki asing yang sedang mengemudikan mobilnya. Serta yang lebih mengejutkan lagi, lelaki itu baru saja memintanya untuk menikah dengannya.
“Satu yang harus loe inget selalu mulai sekarang, nama gue Mario Raditya Sanjaya.”
**********
            Di hotel termegah dan termewah di Jakarta yaitu hotel Clarissa yang terletak di pusat kota, sedang ramai karena adanya pernikahan putra sulung keluarga Sanjaya. Banyak relasi-relasi bisnis ayahnya yang juga datang ke pesta tersebut. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyaknya tamu undangan yang hadir pada hari itu. Membuat Mario menggeleng gelengkan karena merasa malas harus pasang senyum pura-pura bahagia pada ribuan tamu undangan yang datang di pesta pernikahannya.
            Mario melirik wanita cantik yang sudah sah menjadi istrinya di sebelah kirinya. Wanita itu tampak menundukkan wajahnya sejak acara ijab qabulnya selesai pagi tadi. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan tamu undangan belum selesai mengucapkan selamat pada dirinya dan juga wanita cantik di sebelahnya. Padahal dirinya sudah sangat lelah karena sedari tadi harus berdiri untuk menyalami ribuan tamu undangan yang hadir pada hari itu.
“Loe sekarang udah sah jadi istri seorang Mario Raditya Sanjaya. Jadi mulai sekarang, biasakan angkat dagu loe untuk menatap ribuan orang yang akan loe temui nanti. Mengerti ?”
            Wanita itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca seraya menatap gaun pernikahannya sendiri. Tidak pernah ada dalam pikirannya dia akan menikah di umurnya yang masih menginjak 23 tahun. Dia merasa baru tahun kemarin dia lulus dari kampusnya dan tahun ini dia sudah memiliki jabatan sendiri yaitu istri sah Mario Raditya Sanjaya. Rasanya ini seperti mimpi. Dia masih belum bisa mempercayai semuanya.
“Alyssa.”
            Wanita itu mendongakan wajahnya saat merasa ada yang memanggilnya. Melihat siapa yang memanggilnya dan sedang berdiri di hadapanya, wanita itu langsung mendekat dan menubrukkan tubuhnya pada tubuh ibunya kemudian memeluknya erat-erat. Tangisnya pecah saat itu juga.
“Mama.”
“Ada suamimu sayang. Kau tidak malu dilihat olehnya sedang menangis memeluk mama seperti ini ?? Hm ?? Kau bahagia sekarang sayang ??”
            Alyssa hanya bisa menangis di dalam pelukan ibunya tanpa mampu mengucapkan 1 kata pun dari mulutnya. Lidahnya kelu. Dia terlalu bingung untuk menghadapi semua ini. Dia menikah dengan lelaki yang dikenal hampir seluruh masyarakat Indonesia karena segala hal yang lelaki itu punya. Laki-laki berusia 27 tahun itu akhirnya yang menjadi suaminya. Sungguh, Alyssa benar-benar tidak menyangka.
“Rio, tadi Mama sudah ijin pada ibumu, kau diperbolehkan untuk membawa putri Mama pergi ke apartemenmu sekarang. Biarkan tamu-tamu ini kami yang mengurusnya. Kau dan Alyssa sedari tadi belum istirahat. Jadi Mama akan membiarkanmu dan putri Mama istirahat sekarang. Kalian akan diantar oleh salah seorang kepercayaan kami.”
            Rio hanya mengangguk seraya tersenyum tulus. Dia benar-benar bahagia mendapatkan mertua seperti Mama Alyssa. Sangat baik dan ramah padanya. Awal dia meminta menikahi putrinya saja Mama Alyssa dengan tenang menghadapi permintaannya. Tidak seperti Papa Alyssa yang cenderung mewawancarai Mario terlebih dahulu sebelum mengijinkan dirinya menikahi putrinya.
            Dengan langkah pelan, dia menghampiri Alyssa yang sudah tidak memeluk ibunya dan menarik tangan wanita itu untuk berdiri di sebelahnya. Kemudian dia dan Alyssa pamit kepada Mama Alyssa dan berjalan keluar gedung setelah sebelumnya juga sudah ijin untuk pulang pada orang tuanya dan ayah Alyssa. Mereka duduk di bangku belakang sementara sang supir kepercayaan keluarganya mengendarai mobilnya.
“Gue udah bilang kan, tidak ada air mata Alyssa. Dan loe selalu melanggar ucapan gue.” Ujar Rio dengan raut wajah datar. “Jangan jadi manja seperti itu, gue gak suka.”
            Alyssa mengangguk dan membiarkan Mario tenggelam dalam tidurnya. Biarkan saja. Dia sedang tidak ingin diajak bicara oleh siapapun saat ini. Lagipula jarak gedung ke apartemen lelaki itu cukup jauh jadi biarkan saja lelaki itu istirahat selama perjalanan.
            Saat dia sibuk dengan pemikirannya sendiri, tiba-tiba dia tersentak kaget merasakan pelukan erat dari seseorang dan dia merasa tempatnya ia berada sekarang terombang ambing membuat kepalanya pusing juga jeritan dan teriakan yang memenuhi tempatnya berada saat itu. Dia mencekram baju orang yang memeluknya erat dan dia mendengar teriakan bersahut sahutan yang menyebutkan namanya juga suara gebrakan yang memekakan telinga sebelum semuanya menjadi gelap.

**********
Gue hadir lagiii. Sorry gengs baru hadir kembali dalam dunia maya.
Aku kangen banget sama couple Rify jadi gatau kenapa ada ide aja buat menghadirkan cerita baru gue. Hehe. Untuk love in danger gue udah lupa sama jalan ceritanya. Jadi pending dulu ya gengs.
Happy reading aja wis buat kalian yang mau baca.
Insya Allah gue bakalan bikin moment Rify lagi. Lagi nge feel aja di tengah kesakitan gue.
Jangan lupa tinggalin jejak ya gengs :) :*