Selasa, 09 September 2014

Love in Danger - Chapter 5 ( RIFY )

Let's read this chapter.
Hope you like it :))



Mario bersandar pada kursi kebesarannya dengan nyaman. Matanya terpejam. Entah mengapa, sekarang dia jadi tidak mood untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat. Terlalu banyak pekerjaan dan masalah yang sedang terjadi dalam hidupnya.
                
            Mario menghela nafasnya kasar kemudian mengambil kertas yang tergeletak di atas mejanya dan meremasnya dengan sorot mata penuh kebencian. Ini semua karena ayahnya. Siapa lagi yang membuat Mario sebal seperti ini kalau bukan karena ayahnya.

Apa tidak cukup penderitaan yang sudah ia alami selama ini ??

Mengapa ayahnya tidak pernah menganggapnya sebagai seorang anak ?? Mengapa ayahnya selalu menganggap dirinya hanya sebagai boneka ??

            Sedari kecil, Mario selalu hidup sendiri. Di rumahnya dia hanya tinggal bersama ayahnya dan juga beberapa pekerja. Tetapi ayahnya selalu meninggalkannya sendiri. Mario selalu tinggal hanya dengan pekerja di rumahnya. Tetapi lama kelamaan, ayahnya memecat seluruh pekerja di rumahnya. Hanya bibi Murni yang tersisa. Satu satunya bibi yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

Mengingat ibu Mario jadi sedih kembali.

            Menurut informasi yang selalu ia dapat sedari kecil, Ibu dan ayahnya sudah berpisah. Dan ayahnya memutuskan untuk mengambil Mario sedangkan ibunya mengambil kakaknya. Kakak ?? Bahkan Mario tidak tahu wajah kakaknya sekarang seperti apa. Yang ia tahu, kakaknya adalah seorang laki – laki. Hanya itu.

            Mario mengusap wajahnya gusar, dia menelungkupkan wajahnya pada meja kerjanya. Rasanya ini semua tidak adil untuknya. Sedari kecil dia tidak pernah bertemu dengan ibunya dan selalu dianak tirikan oleh ayahnya.

Apa ada yang lebih menyakitkan lagi selain itu ??

            Mario mengangkat kepalanya setelah ia mengingat satu nama yang entah mengapa sekarang menjadi seperti candu untuknya. Kemudian dia tersenyum penuh kemenangan mengingat janjinya kemarin. Dengan gerakan cepat, Mario menyambar jasnya yang tersampir asal pada kursinya dan melangkah lebar menuju pintu.

Dia siap untuk menghilangkan pikiran buruknya tadi.

Lupakan soal ayahnya ataupun keluarganya.

            Mario tidak perduli, yang harus dia lakukan sekarang adalah bersenang – senang. Yah, dengan perempuan itu pastinya.

************

            Mario masuk ke ruang kerja Alyssa dengan pelan. Sedari tadi dia mengetuk pintu ruangan perempuan itu. Tapi tidak ada sahutan dari Alyssa. Akhirnya seperti sekarang, Mario langsung masuk tanpa menunggu sang pemilik ruangan membukanya. Memangnya siapa yang berani untuk memarahi seorang direktur. Yang ada dialah yang akan memarahi orang itu walaupun orang itu tidak bersalah.

Kekuasaan tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh apapun.

            Mario kembali menutup pintu ruangan Alyssa. Setelah itu dia menatap ke seseorang yang sedang ia cari tadi sedang meletakkan kepalanya di lipatan tangan yang perempuan itu taruh di atas meja.

Mario terkekeh melihat Alyssa tertidur dengan kepalanya miring ke arah samping.

            Kemudian dia mendekat dan memperhatikan Alyssa dengan lebih seksama. Perempuan ini memang tidak secantik perempuan perempuan yang selama ini selalu menjadi mainannya. Tapi entah mengapa, Alyssa tampak menarik di matanya. Mario tidak tahu perasaan dia seperti apa untuk Alyssa. Yang Mario tahu, dia nyaman berada di sisi Alyssa.

“Memangnya loe gak cape’ tidur dengan posisi seperti ini ??” Tanya Mario pelan, tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Alyssa.

“Menurut gue loe jauh lebih cantik dari semua wanita yang pernah gue temui.”

            Mario tersenyum kemudian meletakkan tangan kananya di tengkuk Alyssa dan meletakkan tangan kirinya di bawah lutut wanita itu kemudian mengangkatnya. Dengan tidak mempunyai rasa bersalah, Mario menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu cukup lama. Hanya menempelkan, karena dia tidak mau menganggu tidur Alyssa yang sepertinya karena cape’.

Mario melirik jam dinding di ruangan Alyssa yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

            Dia mendesah kasar kemudian membawa Alyssa keluar ruangan. Janjinya tadi pagi untuk ‘bermain’ malam ini sepertinya akan gagal. Yah, menjadi orang baik untuk malam ini sepertinya tidak masalah. Dia akan membiarkan Alyssa beristirahat untuk saat ini. Tapi lihat saja besok. Mario tersenyum miring kemudian terkekeh pelan dengan pemikirannya.

Sepertinya, Alyssa mengubah dunianya.

Tidak masalah, asal Mario selalu diijinkan wanita itu untuk berada di sisinya.

************

            Alyssa menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. Matanya ia pejamkan rapat – rapat, kemudian membukanya dengan perlahan. Alyssa mengerjap ngerjapkan matanya yang entah mengapa terasa berat untuk ia buka seluruhnya.

            Setelah berusaha untuk menyesuaikan cahaya dengan retina matanya, Alyssa sekarang sudah bisa melihat dengan jelas apa yang ada di sekelilingnya. Matanya menyipit bingung menyadari jika ini bukan kamarnya. Kamarnya tidak seberantakan ini. Setelah mengumpulkan nyawanya, dia baru menyadari jika ada sesuatu di atas perutnya. Dan dengan ragu, Alyssa melihatnya dan ...

“Mariooooooo.” Teriaknya kencang seraya mendorong tubuh Mario hingga pria itu terjatuh ke bawah kasur.

            Mario yang kesadarannya belum pulih benar merasakan sakit yang teramat sangat di pantat juga punggungnya yang mencium lantai dengan tingkat kekerasan yang tinggi. Pria itu hanya bisa meringis kemudian berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

“Apa yang loe lakuin sama gue.”

            Teriakan itu berhasil mengembalikan nyawa Mario. Pria itu bangkit kemudian menatap seseorang yang baru saja berteriak dan yang menyebabkan pantat juga punggungnya merasakan nyeri luar biasa.

Ini keterlaluan. Seumur hidupnya, baru kali ini dia dibangunkan dengan cara tidak manusiawi seperti ini.

Mario berusaha berdiri dengan tangan yang masih memijat pinggangnya yang juga terasa nyeri. Kemudian dia naik keatas kasur dan mendekati Alyssa dengan raut wajah yang membuat Alyssa bergidik ngeri.

“Apa yang mau loe lakuin sama gue.” Ucap Alyssa terbata. Dia sepertinya sudah membangunkan seekor macan yang sangat buas. Bersiaplah Alyssa, mungkin di pagi yang cerah ini, kau yang akan menjadi santapannya. Batinnya berteriak.

“Apa yang gue lakuin ?? Loe udah tahu pasti kan, apa yang mau gue lakuin sama loe.”

“Mario. Ini bukan candaan. Gue serius.”

            Mario tersenyum miring – lagi. Membuat Alyssa kesulitan bernafas. Mario mengubah posisinya menjadi di atas Alyssa. Tangan kananya mencekal tangan kiri Alyssa begitupun tangan kiri Mario mencekal tangan kanan Alyssa. Alyssa memejamkan matanya erat berusaha untuk menormalkan pernafasannya.

“Gue dimana sekarang ??” Tanya Alyssa dengan suara tercekat.

“Menurut loe ??”

“Mario.” Teriak Alyssa karena rasa kesal terhadap pria ini sudah mencapai puncaknya. Kedua tangannya berusaha agar terlepas dari genggaman tangan Mario.

            Mario mendekatkan wajahnya pada wajah Alyssa. Alyssa hanya menggigit bibir bawahnya seraya menutup kedua matanya dengan erat. Dia bingung apa yang harus ia lakukan. Mario selalu membuatnya tidak bisa bergerak bebas.

            Mario tersenyum sinis menatap wanita di hadapannya. Sungguh, dia paling tidak suka jika tidurnya diganggu oleh seseorang. Ck, kalian harus tahu kalau tadi malam Mario baru bisa memejamkan kedua matanya pukul 3 pagi. Dan sekarang pukul 5 pagi tapi sudah dibangunkan oleh Alyssa dengan cara yang tidak masuk akal.

            Memikirkan penyebab dia tidur pukul 3 pagi membuat mood’nya kembali buruk. Mario menghela nafasnya secara kasar kemudian menyingkir dari atas tubuh Alyssa. Mengusap wajah kasar kemudian turun dari kasur dan berjalan keluar kamar tanpa menatap Alyssa kembali.

            Alyssa mengernyit bingung, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan pria itu hingga Mario melakukan tindakan yang menurutnya agak berbeda hari ini. Biasanya dia akan diserang seperti biasanya jika dia berbuat sesuatu yang menyebabkan pria itu marah.

Apa yang terjadi dengan pria itu ??

            Perasaan khawatir hinggap hingga ke hatinya. Tapi dia juga tidak bisa melakukan sesuatu untuk membuat mood pria itu kembali baik. Ada sesuatu hal yang harus dia lakukan tentang ‘pekerjaannya’ sebagai devil’s girl.

            Alyssa menghela nafas kesal memikirkan dia adalah member devil’s girl. Dia ingin keluar, tapi resikonya begitu besar yang ia sendiri tidak yakin dia bisa menghadapinnya mengingat hidupnya yang juga selalu dipenuhi dengan segala sesuatu yang Alyssa sendiri tidak yakin dengan semuanya.

            Alyssa turun dari kasur dan dengan cepat mengambil tasnya yang ternyata diletakkan di atas kursi santai. Dia langsung bergegas keluar dan menemukan Mario yang duduk di atas sofa dengan mata terpejam. Alyssa berhenti sebentar dan mengamati pria itu.

“Mengangumi gue ??”

Alyssa tersentak kaget. Kalau gini caranya, mendingan gue langsung kabur tadi. Batin Alyssa berteriak.

“Enggak, gue Cuma mau pamit sama loe.”

“Loe mau kemana ??” Tanya Mario seraya berjalan menuju ke arah Alyssa. Sedangkan Alyssa sudah siap siaga dengan memundurkan langkahnya. Semakin Alyssa mundur, Mario semakin mendekat dan begitu seterusnya sampai dia tertahan oleh tembok di belakangnya.

            Mario tersenyum sinis kemudian mendekat kearah wanita itu. dan berdiri tepat di depan Alyssa. Tangan kananya terangkat ke wajah Alyssa. Wanita itu menutup matanya dengan rapat rapat.

“Ngapain loe nutup mata ??”

“Gue tahu loe mau ngelakuin sesuatu sama gue.” Jawab Alyssa dengan mata masih terpejam erat.
“Sesuatu ?? Gue Cuma mau nunjukkin sama loe jam berapa sekarang.”

            Alyssa membuka matanya perlahan. Tangan besar dengan jam tangan bertengger disana berada di depan matanya. Alyssa menunduk malu. Dia berusaha untuk tidak memunculkan rona merah di wajahnya.

Bodoh. Loe bodoh Alyssa. Umpatnya dalam hati.

“Lihat ?? Sekarang udah jam delapan pagi. Dan loe mau pergi ?? Pergi kemana nona Alyssa ?? Loe gak lupa kan, kedudukan loe sekarang sebagai sekretaris gue.”

            Alyssa menggigit bibirnya dalam. Tidak. Hari ini dia sepakat untuk membolos. Benar – benar ada sesuatu yang harus ia lakukan untuk keberlangsungan hidupnya. Dia tidak mau mendapatkan amarah dari seseorang yang ia cintai, tapi orang itu tidak pernah mencintainya. Tidak.

            Mario mengernyit heran. Tidak biasanya Alyssa seperti ini. Wanita ini selalu punya cara apapun untuk bisa menghindar dari Mario. Tapi sekarang dia hanya berdiri di depannya dengan tatapan penuh keresahan.

Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres disana.

“Ehem.”

            Alyssa tersadar dari lamunanya. Dia mendongakan kepalanya berusaha untuk menatap Mario yang memang lebih tinggi darinya. Tapi belum sempat dia mendongak, ada sesuatu yang basah menempel di bibirnya. Alyssa memejamkan matanya erat. Entah mengapa dia selalu tidak bisa menolak berciuman dengan Mario.

Alyssa merasa menjadi wanita yang tidak punya harga diri.

            Tapi tidak bisa dipungkiri jika ciuman Mario membuatnya nyaman. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Mario menciumnya begitu lembut. Penuh perasaan. Dan entah mengapa, membuat jantung Alyssa berdebar lebih cepat dari biasanya.

            Tanpa sadar tangan wanita itu sudah berada di dada Mario. Mengusapnya pelan membuat ciuman itu semakin menggebu. Mario mengerang karena tidak kuat menerima siksaan dari tangan wanita yang berada di pelukannya sekarang. tangannya tidak tinggal diam, dia taruh di pinggang Alyssa dan mengusapnya penuh gairah.

            Pikiran Alyssa berputar pada kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang membuatnya menerima siksaan lahir dan batin. Tanpa sadar, dia mencium Mario dengan tuntutan yang begitu menggebu. Tangannya menekan tengkuk Mario agar semakin mendekat kearahnya. Dia mencium Mario dengan perasaan emosi. Ingatannya berputar lagi lagi dan lagi. Membuatnya emosinya menjadi tak terharankan sekarang.

            Mario berhenti mencium Alyssa. Dia berusaha menjauhkan wajahnya dari Alyssa, tapi sepertinya wanita itu tidak mengijinkannya, terbukti dari tangan Alyssa yang semakin kencang menekan tengkuknya. Pria itu mengernyit heran. Tidak biasanya Alyssa seperti ini.

            Mario hanya diam. Dia tahu, Alyssa sedang melepaskan emosinya lewat ciummannya yang ia pimpin sendiri. Entah apa yang membuat wanita itu menjadi seperti ini. Tapi yang jelas, sekarang Mario hanya ingin membuat Alyssa merasa tenang.

Tidak ada ruginya dia membiarkan Alyssa melampiaskan emosinya kepadanya.

            Alyssa tersadar saat merasakan tangan Mario yang sudah berjelajah kemana – mana. Bahkan sekarang, blazer yang masih terpasang rapi di tubuhnya tadi sudah hilang entah kemana. Alyssa langsung mendorong Mario dan berusaha bernafas dengan teratur. Dia menundukkan wajahnya karena belum siap untuk menghadapi pria di hadapannya kini.

            Mario hanya tersenyum kecil seraya berusaha untuk menormalkan pernafasannya. Perlahan dia mengangkat wajah Alyssa menggunakan jari tangannya. Dia bisa melihat bibir wanita itu yang sudah membengkak karena kejadian tadi. Perlahan tangannya naik dan berhenti di bibir Alyssa dan mengusapnya pelan.

“Ada masalah ?? Cerita sama gue.” Bisik Mario tepat di depan mulut wanita itu. Menimbulkan rasa panas yang entah mengapa cepat sekali menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Enggak. Maaf atas perlakuan gue tadi.”

“Alyssa. Gue tahu loe lagi ada masalah. Mulut loe bisa aja bohong sama gue. Tapi mata loe gak bisa bohong.”

“Kalaupun gue ada masalah, apa urusannya sama loe. Loe bukan siapa – siapa gue.” Ucap Alyssa dengan begitu sinis. “Sorry, gue gak bisa kerja hari ini. Ada hal yang lebih penting yang harus gue lakukan.” Lanjutnya seraya menyentak tangan Mario dan berjalan keluar dari apartement pria itu.

            Mario tidak berniat menahan wanita itu untuk tetap berada disini. Tapi dia akan mengikuti kemana Alyssa pergi. Dia tahu dia bodoh karena baru saja ayah angkatnya memberi tahu bahwa hari ini banyak meeting yang harus ia hadiri, dan sekarang Mario memilih mengikuti Alyssa.

Gue jauh lebih bodoh kalau gue gak tahu apa masalah Alyssa. Batin Mario.

            Tanpa perduli dengan yang lainnya, Mario mengambil kunci mobil kemudian keluar apartement dengan cepat. Seorang Mario tidak akan pernah gagal mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan jawaban atas perubahan emosi dalam diri Alyssa.

************

            Kedua tangan Mario mengepal di kedua sisi tubuhnya. Matanya menatap tajam ke dua orang yang berada jauh disana. Pria ini melihat semuanya dari awal. Melihat segalanya yang dilakukan oleh dua orang itu. Jika orang lain tidak masalah, dia tidak akan perduli. Tapi lihatlah.

            Di depan sana ada Alyssa bersama dengan seorang pria yang menatap wanita itu dengan mata berkilat kilat penuh ketertarikan. Dan Alyssa hanya diam saja. Bagaimana Mario tidak marah jika pria yang berada di sana berani menyentuh Alyssa. Mario tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

            Dia sudah akan berlari kesana tapi niatnya ia urungkan melihat pria itu memberikan sebuah koper yang sepertinya di dalam koper itu berisi uang kepada Alyssa. Mario mengernyitkan dahinya dengan bingung. Maksud dari ini semua apa ?? Alyssa seperti sebuah teka teki besar bagi dirinya.

“Buat apa Alyssa menerima uang sebanyak itu dari seorang pria yang bahkan terlihat sekali jika pria itu bukan pria baik – baik.” Gumam Mario.

            Mario menyembunyikan dirinya serapat mungkin di belakang semak – semak saat melihat Alyssa berbalik dan berjalan kearahnya. Jangan sampai wanita itu tahu jika dia berada disana. Bisa saja Alyssa langsung memutuskan kontrak kerja dengannya saat dia mulai menjadikan semua yang berada di dalam diri Alyssa sebagai candu yang harus ia lakukan setiap saat.

            Mario bingung sekarang, dia mengikuti Alyssa atau dia bertanya pada pria yang tadi menyerahkan koper itu kepada Alyssa.

Urusan Alyssa bisa nanti, yang ia harus lakukan sekarang hanyalah menemui pria itu.

            Mario berlari saat melihat pria itu berjalan ke sebuah mobil sport hitam yang terparkir tidak jauh darinya. Dengan tergesa dia menghadang langkah pria itu.

“Ada apa ??” Tanya pria itu dengan tatapan tajamnya. Seperti tidak suka dengan kehadiran Mario.

            Mario terdiam begitu melihat dengan jelas siapa pria yang berdiri di hadapannya. Tidak. Alyssa tidak mungkin mau menerima semua perlakuan pria di hadapannya yang mungkin umurnya beberapa puluh tahun di atasnya. Apa wanita itu sudah gila ?? Menerima begitu saja saat bagian tubuhnya disentuh oleh lelaki yang sekarang sedang berdiri di hadapannya.

“Maaf menganggu waktu anda, bisa berbicara sebentar dengan saya ??” Tanya Mario dengan menggunakan bahasa formal. Karena ia masih menghargai pria di hadapannya yang usiannya terlihat jauh lebih tua dari umurnya.

“Ada keperluan apa ??”

“Hanya sebentar. Tidak akan lebih dari satu jam.” Jawab Mario lagi.

“Baiklah. Ada apa kamu menemui saya ??”

“Kita berbicara di tempat yang lebih nyaman pak. Kalau bapak bersedia.”

“Baiklah.”

*************

“Siapa bapak ??” Tanya Mario saat dia sudah duduk di salah satu cafe bersama dengan pria yang daritadi membuatnya penasaran yang sekarang sedang duduk di hadapannya.

“Maksud kamu ??”

“Siapa bapak ?? Dan siapa wanita yang baru saja bapak temui ??”

            Mario bisa melihat jika pria di hadapannya menatap bingung kearahnya dari raut wajahnya. Tetapi kemudian pria itu terkekeh dan menatap Mario dengan senyuman yang menurutnya paling menyebalkan.

Gak inget umur nih orang. Senyum aja nyari ribut sama gue. Batin Mario dongkol.

“Kamu mau jadi mata – mata saya ?? Siapa yang menyuruhmu anak muda ??”

“Mata – mata bapak ?? Buang – buang waktu saya pak sepertinya. Karena pekerjaan saya bukan hanya mengurusi bapak.” Jawab mario dengan tenang.

“Oke oke. Pintar jawaban kamu. Buat apa kamu ingin tahu tentang masalah saya bersama dengan wanita yang baru saja saya temui tadi ??”

“Saya Pacarnya.”

            Jawaban Mario sukses membuat mata pria itu membuka lebar. Tetapi kemudian terkekeh lagi. Itu membuat Mario semakin geram.

“Kamu berpacaran dengan Alyssa ?? Apa itu masuk akal ?? Kamu berpacaran dengan seorang wanita malam itu ?? Tidak salah ??”

            Mario menahan semua amarahnya dengan mengepalkan kedua tanganny – lagi. Tidak, dia tidak boleh memukul pria ini sebelum dia mendapatkan informasi yang dia inginkan mengenai Alyssa.

“Saya hanya tanya, Bapak siapa Alyssa ??”

“Kamu tenang saja. Dia hanya mainan saya. Tadi saya hanya menyerahkan uang karena dia sudah bersedia menemani saya beberapa bulan yang lalu. Ya, semacam bayaran untuk wanita malam.” Ucapnya santai kemudian tertawa.

“Apa kamu tidak pernah memberikan uang kepadanya sampai dia menjual dirinya hanya untuk mendapatkan uang ?? Saya rasa, Alyssa cukup materialistik dalam hal ini. Dia mendapatkan uang dari siapapun. Ck, saya tidak menyangka kau berhubungan dengan wanita seperti itu.” Lanjutnya tanpa rasa bersalah.

            Mario memejamkan matanya erat. Dia bisa – bisa meledak disini sekarang. Entah mengapa dia merasa panas mendengarkan semua ucapan yang mengalir dari mulut pria itu. Dia hanya tidak rela Alyssa diinjak injak harga dirinya oleh pria yang sudah berumur ini.

“Oh, waktu saya berbicara denganmu sudah habis anak muda. Saya harus pergi.” Ucapnya santai.

“Beri uang dalam jumlah banyak kepadanya jika kamu tidak ingin melihat dia menjadi wanita malam. Saya rasa, kamu bukan orang dengan berpenghasilan rendah. It’s impossible if viewed from your clothes. Permisi.”

            Mario masih terdiam di tempatnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia benar – benar tidak mengerti sekarang.

Dulu uang. Sekarang juga uang. Sebenernya apa yang loe mau Alyssa ?? Kenapa loe gak bilang sama gue kalau loe butuh uang ?? Batin Mario berteriak.

Ponsel Mario berdering membuat sang empu ponsel menghentikan pikirannya sejenak. Dia malas sekali jika disaat dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun malah ada seseorang yang menganggunya.

“Hallo.”

“.........”

“Tidak saya sedang berada di luar sekarang. Ada apa Pak ??”

“.........”

“Apaaaa”

            Dengan secepat kilat Mario mematikan ponselnya dan berlari menuju ke tempat mobilnya berada. Dia langsung bergegas pergi dari tempat itu untuk ke kantornya. Informasi yang baru saja ia dapat membuatnya pusing.

Bagaimana bisa Alyssa membuat surat pengunduran diri dari perusahaannya ??

Bagaimana bisa wanita itu meminta pergi dari kehidupannya setelah apa yang mereka lakukan selama ini ??

Apa yang sedang ada dalam pikiran wanita itu ?? Jika memang dia butuh uang, mengapa memilih mengakhiri pekerjaannya di perusahaannya ??

Mario tidak akan pernah membiarkan Alyssa pergi dari perusahaannya. Dia tidak akan pernah mengijinkan Alyssa keluar dari perusahaannya. Tidak. Apapun akan ia lakukan supaya Alyssa masih berada dalam jangkauannya. Ya, Mario akan melakukan apapun. Termasuk dengan menjadikan wanita itu menjadi miliknya sepenuhnya.

*************

Hallo everybody :D ada yang kangen sama author yang kece badai ini gak ??
Sebelumnya saya mau minta maaf sama kalian semua atas keterlambatan postingan saya.
Silahkan tinggalkan jejak kalau mau lanjut cepet.
hari ini satu chapter.
Mau lanjut ?? Silahkan tinggalkan jejak kalian yang panjang berupa apapun itu ..
sekian dan terima kasih. BYE BYE :))


Sabtu, 06 September 2014

Oneshoot - My Love for You is Real (RIFY)

My Love for You is Real



Semakin ku menyayangimu, semakin kau menyakitiku.

Semakin ku mencintaimu, semakin kau menghancurkanku.

*********

Seorang perempuan sedang sibuk mencoret coret sebuah buku bercover hati yang berwarna merah. Sebuah pena bergambar hati bergerak gerak mengikuti irama tangan perempuan itu. Sebut saja perempuan itu Ify Raissa. Seorang perempuan yang mempunyai paras cantik yang bisa memikat semua kaum adam.

Rambutnya panjang bergelombang, dan sekarang perempuan itu membiarkan rambutnya tergerai indah hingga mencapai punggungnya. Matanya cantik seperti barbie. Hidungnya mancung, dan bibirnya tipis berwarna merah muda. Kulitnya putih membuatnya menjadi semakin mempesona.

Dan asal kalian tahu, tingkat kepintaran yang dimiliki perempuan ini jauh diatas rata – rata. Membuatnya selalu menjadi juara di olimpiade sekolah.

Siapa yang akan menolak jika diberi kesempatan untuk menatap wajah cantik itu ??

Termasuk seorang laki – laki yang sedang duduk di hadapan perempuan itu dengan bertopang dagu. Menikmati kecantikan perempuan di hadapannya.

Mario Prasetya Haling.

Dan karena laki – laki ini juga, perempuan cantik itu yang biasanya selalu ceria tiba – tiba menjadi sangat menyebalkan. Lihatlah, tangannya dengan kasar mencoret – coret asal di buku tulisnya. Tangan kirinya menyangga dagu, dan mulutnya mengerucut lucu karena sebal.

Siapa yang tidak sebal jika setiap hari di ganggu oleh seseorang ??

Dan itu yang dikarenakan Ify. Tidak pernah satu hari saja, perempuan ini di tidak di ganggu oleh Mario. Hampir setiap hari dan itu sudah berjalan hampir satu tahun lebih. Padahal jelas – jelas Ify selalu menunjukkan rasa tidak sukanya dengan Mario. Tapi laki – laki itu masih terus mengganggunya.

“Kau harus tahu Ify, kau sangat cantik jika memasang wajah seperti itu.”

Ify berhenti menggerakkan tangannya, kemudian menatap sebal ke laki – laki di hadapannya. Tangannya yang memegang pena bergerak dan diarahkan ke kepala Mario dengan cukup keras membuat Mario meringis kecil.

“Tidak bisakah sehari saja kau tidak menggangguku ??” Tanya ify sebal.

“Tidak bisa Ify. Terlalu sayang jika perempuan secantik dirimu dilewatkan begitu saja.” Ucap Mario dengan nada menggoda. Ify hanya membuang wajah secara acuh.

“Aku tidak suka jika kau selalu menggangguku Mario. So, please. Stop disturb me.” Ify menatap Mario dengan penuh kekesalan yang memuncak.

“Aku sudah mengatakannya padamu Ify. Aku tidak bisa berhenti. Kau terlalu sayang untuk dilewatkan. Lagian aku tidak rela jika banyak laki – laki yang melirikmu.”

“Memangnya kau siapa ?? Kau tidak berhak untuk mengatakan itu padaku.”

Mario mengangguk anggukan kepalanya. “Sekarang aku bukan siapa – siapa, tapi nanti aku yakin, aku akan menjadi kekasihmu.”

“Percaya diri sekali kau.” Cibir Ify dengan tidak bersahabat.

“Aku mencintaimu.”

“Aku tidak memintamu untuk mengatakan kalimat itu.”

“Cukup berbasa – basi Ify. Lebih baik, sekarang kita habiskan waktu istirahat ini di kantin dengan makan bersama. Bagaimana ??”

“Tidak. Aku tidak mau.”

“Kau harus mau karena aku akan memaksamu.” Ucap Mario tegas. Kemudian menarik perempuan itu hingga Ify berdiri. Kemudian mengenggam tangan Ify dengan sayang.

“Mario lepaskan.”

“Tidak. Kau diam, atau aku akan berbuat sesuatu yang mengerikan seperti dulu.”

Ify diam. Dia hanya pasrah di tarik oleh laki – laki itu. Cukup mengerikan mendengar ancamannya. Karena dulu Mario juga mengancamnya seperti ini, dan karena Ify tidak menuruti, membuat perempuan itu melebarkan mata melihat Mario menempelkan bibirnya di pipi kananya. Ify menggelengkan kepalanya dengan sebal.

Ify mengamati punggung lebar milik Mario. Kemudian menundukkan wajahnya. Dia sudah merasa kesal dengan laki – laki itu. Ify akui jika laki – laki itu tampan. Dan tubuhnya hasil abs itu membuat semua perempuan di sekolahnya menjerit histeris. Matanya tajam, hidung mancung dan bibirnya tipis. Tipe laki – laki sempurna.

Dan rambutnya yang sangat disukai oleh hampir semua perempuan di sekolahnya.

Rambut Mario selalu di biarkan berantakan oleh pemiliknya. Dan itu tidak membuat perempuan di sekolahnya berhenti meneriaki namanya setiap kali Mario bermain basket di lapangan basket sekolahnya. Berantakan disini bukan semakin memperburuk penampilan Mario, tapi justru sebaliknya. Membuat laki – laki itu bertambah mempesona.

Tapi tidak dengan Ify.

Perempuan ini selalu menutup hatinya untuk laki – laki seperti Mario. Menurut perempuan ini, laki – laki seperti itu hanya bisa membuat kaum hawa menangis. Sekali mendapatkan, maka dengan mudah laki – laki itu melepaskan. Yah, seperti itu menurut Ify. Karena itu, dia tidak akan membuka hati untuk Mario. Walaupun laki – laki itu selalu mengucapkan kalimat cinta dengan sungguh – sungguh. Tapi Ify tidak akan pernah terjebak dalam pesona Mario.

“Sekarang duduk dan biarkan pangeranmu yang paling tampan ini memesan makanan untukmu, untuk seorang putri yang sangat cantik.”

Ify hanya mencibir pelan kemudian menuruti perintah laki – laki itu untuk duduk dan menyangga dagunya dengan kedua tangan, raut wajahnya sudah tidak bersahabat. Mario tertawa kemudian mengacak – acak rambut perempuan itu dengan penuh rasa sayang dan ketulusan, kemudian Mario pergi untuk memesan.

“Hai Ify Raissa.”

Ify menatap ke sumber suara dengan tidak niat. Perempuan itu seketika melengos dan kembali menyangga dagu dengan kedua tangannya. Tidak berniat menjawab seseorang yang Ify sangat yakini dia adalah sahabat baik dari seorang laki – laki yang selalu mengganggunya setiap saat karena dia juga selalu melihat mereka berdua selalu bersama kemanapun.

“Kau pelit sekali dalam menjawab sapaanku. Aku kan sudah berbaik hati untuk menyapamu. Dasar perempuan, semuanya sama saja.”

“Apa kau bilang ??” Tanya Ify sarkatis. Dia sampai menyipitkan matanya untuk menatap laki – laki di sebelahnya.

“Kalau sahabatku yang satu itu tidak mencintaimu, mungkin aku tidak akan berbaik hati kepadamu.”

“Aku tidak butuh kebaikan darimu atau dari sahabatmu. Yang aku inginkan adalah, kau dan sahabatmu itu pergi jauh – jauh dari kehidupanku.”

“Aku berharap juga begitu. Tapi dia sudah buta karena rasa cintanya pada seorang perempuan sepertimu.”

Ify menatap tajam laki – laki yang mempunyai wajah sangat menyebalkan itu. Laki – laki ini sama sekali tidak merasa bersalah setelah mengucapkan kalimat yang juga sama menyebalkannya dengan yang berbicara. Ify melengos kemudian memilih untuk pergi dari sana. Tapi sepertinya dia tidak diijinkan untuk pergi.

Karena Mario sudah berdiri di sebelahnya dan memegang lengannya kemudian menariknya sampai Ify duduk kembali.

“Kau pasti berulah lagi.” Ujar Mario datar kepada sahabatnya itu.

“Tidak. Perempuan ini saja yang selalu mencari masalah denganku.”

“Diam Alvin Jonathan. Atau persahabatan kita berakhir sampai disini.”

Alvin Jonathan, nama laki – laki yang menjadi sahabat dari seorang Mario sudah lebih dari 10 tahun itu hanya melengos mendengar ancaman sahabatnya. Dia sudah kebal setiap kali dia mencela perempuan yang Mario cintai itu, pasti Mario akan mengancamnya dengan kalimat seperti itu.

Membosankan.

Alvin hanya menatap malas kedua orang ini. Mario benar – benar bersikap seperti seorang pangeran, tapi yang diperlakukan seperti seorang putri sama sekali tidak menghargai. Sebenarnya Alvin sangat suka jika sahabatnya mencintai seorang perempuan manapun.

Tapi siapa yang akan membiarkan, jika perempuan itu selalu menolaknya ??

Sebagai sahabat, Alvin tidak pernah rela, sahabatnya yang merangkap menjadi kakaknya diperlakukan seperti itu.

“Kau tidak lapar Fy ?? Mengapa makananmu hanya dibuat mainan seperti itu ??” Tanya Mario heran seraya memakan pesananya.

“Aku sudah bilang kan, aku tidak mau makan dengamu. Kau saja yang selalu memaksa. Tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.”

“Kau yang tidak memikirkan perasaan orang lain, Mario sudah berbaik hati kepadamu tapi kau tidak pernah meresponya.” Ucap Alvin kesal.

Mario menghela nafas pelan. Dia sangat tidak suka jika sudah berada di situasi seperti ini. Antara sahabat juga orang yang ia cintai. Ia tahu, sahabatnya itu hanya ingin membelanya. Tapi tidak dengan mengeluarkan suara tinggi seperti itu juga kan, apalagi yang ia ajak bicara seorang perempuan.

“Aku tahu apa yang akan kau bicarakan Alvin. Nanti sore, aku akan berkunjung ke rumahmu. Dan untukmu Ify, aku akan mengantarkanmu kembali ke kelas. Ayo.”

Ify hanya pasrah lagi – lagi kembali di paksa oleh laki – laki menyebalkan ini. Dia hanya berharap semoga sekolahnya hari ini cepat selesai, supaya dia bisa terbebas dari laki – laki yang selalu menganggunya.

“Ify dengarkan aku sekarang.”

Perempuan itu hanya menatap kearah lain, laki – laki ini kembali berbohong. Sebelumnya bilang ingin mengantarkan ke kelas, tapi sekarang malah membawanya ke taman sekolah. Benar – benar.

“Aku hanya punya waktu dua hari dari sekarang. Karena lusa, jika aku tidak segera membawa seorang perempuan, maka ibuku akan menjodohkanku dengan anak dari sahabat almarhum Ayah. Ini wasiat terakhir yang disampaikan oleh Ayahku Ify. Dan aku tidak bisa menolaknya. Jadi pilihanku hanya menerima perjodohan itu atau aku mencari seorang perempuan yang aku cintai dan memperkenalkan pada ibuku, lusa.”

“Lalu ??” Tanya Ify. Kali ini dengan nada suara yang terdengar lemah. Entah karena apa mendengar kata perjodohan membuatnya perasaannya tidak nyaman.

“Aku mencintaimu. Dan aku sangat berharap kau mau membantuku agar ibuku tidak menjodohkanku.”

“Mengapa kau tidak minta bantuan perempuan lain saja ?? Lagian banyak yang mau menjadi kekasihmu. Mengapa kau memintaku yang melakukanya ??”

“Bukan masalah banyak atau tidaknya perempuan yang menyukaiku Fy. Tapi ini tentang perasaan. Aku tidak mungkin membawa seorang perempuan yang tidak aku cintai kehadapan ibuku. Karena ini menyangkut masa depanku juga.”

“Lalu, jika kau memaksaku untuk membantumu, apakah aku akan bahagia ?? Apakah masa depanku nanti akan berjalan dengan penuh kebahagiaan ?? Bahkan aku tidak mencintaimu Mario.”

Mario menghembuskan nafasnya secara perlahan. Mendadak dia kehilangan oksigen sekarang. Untuk bernafas saja sangat sulit, seperti ada yang menusuk jantungnya dengan kejam. Mario mengangguk - anggukkan kepalanya perlahan.

Sedangkan Ify hanya menunduk. Merasa bersalah karena perkataannya yang baru saja ia ucapkan sangat menyakitkan. Kemudian dia memberanikan diri untuk menatap wajah Mario. Laki – laki ini sangat kecewa hanya dilihat dari wajahnya, jelas saja dia kecewa, kau sudah menyakitinya Ify.

“Baiklah. Aku akan mengantarmu ke kelasmu Fy. Kali ini aku serius.”

Mario perlahan mengambil tangan kanan Ify kemudian menggenggamnya erat. Laki – laki itu menghembuskan nafasnya sekali lagi dan mencoba tersenyum untuk perempuan di hadapannya yang sangat ia cintai. Akhirnya, Mario memilih untuk segera membawa perempuan itu ke kelasnya.

Ify merasakan hal lain dari genggaman tangan Mario. Entah mengapa, rasa hangat dari genggaman tangan laki – laki itu mengalir ke seluruh tubuhnya membuat Ify merasa nyaman.

“Terima kasih karena kau sudah bersedia menemaniku makan siang. Walaupun kau tidak niat dan sangat terpaksa, tapi aku bahagia.”

Ify hanya menunggu kalimat apa saja yang akan diucapkan oleh Mario.

“Mungkin, ini ...” Mario berusaha menormalkan perasaannya. Perlahan, tangannya menekan dadanya seerat mungkin. “Mungkin, ini menjadi bagian dari pertemuan kita yang terakhir Fy. Aku janji, tidak akan mengganggumu lagi mulai dari sekarang.”

Ify tersentak. Yang terakhir ?? Apa maksudnya ??

“Ya, terakhir, karena aku akan berusaha untuk melupakan perasaanku padamu dan mulai membuka hatiku untuk perempuan pilihan ibuku nanti.” Ucap Mario seakan bisa membaca pikiran ify. Perempuan itu masih diam.

“Terima kasih untuk semuanya. Semua hal yang selama ini kita lakukan bersama. Walaupun, sekali lagi aku mengatakan kau tidak niat dan sangat terpaksa.” Ucap Mario seraya terkekeh pelan. Berusaha untuk menghalau suasana canggung mereka.

“Jaga dirimu baik – baik. Semoga kau mendapatkan laki – laki impianmu.” Ujar Mario seraya mengelus rambut perempuan itu dengan lembut. Kemudian meninggalkan Ify.

Ify hanya menatap punggung lebar laki – laki itu yang semakin mengecil.

Dia berusaha untuk tidak perduli dengan kepergian laki – laki itu yang mungkin menjadi yang ‘terakhir’ untuknya dan juga Mario. Tapi mata dan hatinya tidak mau sejalan dengan pikirannya, matanya terus tertuju kearah Mario yang semakin menghilang dan hatinya merasakan perasaan sesak luar biasa.

Ada apa dengan perasaanya ??

********

Ify tampak duduk dengan gelisah di bangku penonton. Tatapannya hanya tertuju pada satu objek yang sedang bergerak lincah di tengah lapangan. Dia sampai tidak menyadari jika orang – orang yang berada di sekelilingnya memperhatikannya. Ify tampak tidak perduli dan terus menerus menatap ke tengah lapangan.

“Aku tidak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya. Bukankah biasanya kau telihat gembira setiap kali duduk disini ??”

Pertanyaan itu membuat Ify tersadar. Dia hanya melirik sebentar ke samping kananya kemudian kembali fokus ke depan.

“Kau kenapa ?? Tidak berteriak seperti sebelumnya ?? Bukankah kau sangat suka meneriaki seseorang yang selalu kau sebut sebagai prince itu ??”

Kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya lagi – lagi membuatnya merasa gelisah. Dia tidak ingin diganggu sekarang. Tapi sepertinya sahabatnya ini tidak bisa membiarkan hal itu terjadi sebelum keingintahuannya terjawab.

“Dan aku yakin, sekarang ini kau sedang tidak memperhatikan prince mu itu. Siapa yang kau perhatikan ??”

“Sivia Rasastya. Kau bisa diam tidak. Dan berhenti untuk mencari tahu apa yang ingin kau tahu karena aku sedang tidak ingin menjawab apapun dari pertanyaanmu.”

Perempuan cantik yang Ify panggil dengan Sivia hanya tersenyum tipis. “Benar kan dugaanku. Kau sedang tidak memperhatikan seorang Gabriel Alexander. Yah, aku cukup tahu arti tatapanmu itu.”

Ify menunduk. Merasa frustasi dengan celotehan sahabatnya yang ia yakini tidak akan berhenti sampai disini. Perempuan ini hanya mengusap wajahnya kasar dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Kau tidak mau jujur juga ?? Atau aku yang akan jujur padamu bahwa hari ini kau tampak lebih memilih menatap Mario – orang yang selalu mengganggumu – daripada prince mu itu yang setiap hari selalu kau puja ??”

Ify tampak tidak tertarik dengan celotehan sahabatnya.

“Dan aku merasa jika Mario tidak seperti biasanya hari ini. Dia tampak ... sedikit menghindarimu – mungkin. Karena sedari tadi aku tidak pernah menangkap matanya yang biasanya tersenyum kepadamu dari tengah lapangan sana walaupun kau lebih memilih menatap Gabriel.”

“Dia memang sedang menghindariku.” Lirih Ify lemah. Perempuan ini menundukkan wajahnya kembali.

Dan Sivia, perempuan cantik ini hanya terdiam seraya menatap sahabatnya yang terlihat tidak bersemangat hari ini. Dia tersenyum tipis kembali.

“Benar kan dugaanku. Kau memang sedang memperhatikan seorang Mario. Apa kau berniat untuk sedikit bercerita padaku apa yang kau rasakan saat ini ??” Tanya Sivia. Tatapannya sekarang tertuju pada seorang laki – laki tampan – menurutnya – yang sedang mendribble bola orange itu di tengah lapangan.

Mario yang sekarang menjadi fokus Sivia. Karena sebelum – sebelumnya juga ia lebih suka melihat cara bermain laki – laki itu daripada teman – temannya yang lain. Menurutnya Mario sangat keren jika bermain basket. Dengan mengenakan seragam basket kebanggaannya – kaos tidak berlengan berwarna merah dan celana pendek berwarna merah membuatnya semakin mempesona.

Hanya orang bodoh yang tidak mengakui Mario tampan.

Dan ia akui jika sahabatnya termasuk di dalamnya – orang bodoh karena terus menerus menolak seorang Mario yang menurutnya sangat sempurna itu.

“Kau tahu Fy, seandainya Mario lebih memilih mengejarku, mungkin sekarang aku sedang merayakan hari jadi kita yang ke berapa bulan. Dengan senyum ceria pastinya. Karena aku sangat menyukai laki – laki itu. Sayangnya dia memilihmu.”

“Sudah tahu begitu, mengapa kau masih menyukainya.” Ucap Ify yang entah mengapa dia merasa kesal sendiri mendengar celotehan sahabatnya tentang dia menyukai Mario. Biasanya tidak seperti ini. Oh, ada yang salah dengan perempuan cantik ini.

“Aku sudah bercerita padamu berkali – kali. Dan baru sekarang kau merasa kesal. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi diantara kalian yang membuatmu seperti ini.”

“Dia memilih untuk mengakhiri penantiannya. Dan itu semua karena kebodohanku.”

“Aku tidak mengerti Ify.”

“Dia kemarin bercerita bahwa dua hari lagi dia akan dijodohkan oleh orang tuanya jika dia belum juga memiliki kekasih yang dia cintai. Dan artinya besok pagi lah dia akan dijodohkan karena aku sudah menolaknya. Dia memintaku untuk menjadi kekasihnya agar dia tidak dijodohkan, tapi aku menolaknya Sivia.” Terang Ify lirih. Dia hanya menundukkan wajahnya. Entah mengapa perasaan sesak itu datang lagi.

“Kau sudah menolaknya. Bukankah kau seharusnya senang ?? Jika Mario dijodohkan, itu artinya dia tidak akan mengganggumu lagi. Mengapa kau terlihat sedih ??” Sivia menatap sahabatnya dengan menyipitkan kedua matanya. “Ah, jangan bilang, kau mulai menyukai Mario ??”

“Aku tidak tahu, tapi melihatnya selalu acuh kepadaku hari ini membuatku merasa kehilangan – mungkin.”

“Itu artinya kau tidak rela dia menjauh. Kau selama ini terasa nyaman dengan kehadirannya Ify. Dan arti yang sebenarnya, kau mulai mencintai Mario.”

“Sadari perasaanmu sebelum terlambat Ify.”

Ify memejamkan kedua matanya erat mendengar kalimat sahabatnya. Dengan kasar dia mengusap wajahnya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sahabatnya benar, dia harus tahu apa yang ia rasakan sebelum semuanya terlambat.

*********

Entah sampai kapan kau akan menyadarinya.

Bahwa hanya diriku, yang pantas tuk memiliki dirimu.

Yang rela korbankan semuanya untukmu.

*********

Mario berjalan kesana kemari di dalam apartement’nya dengan berkacak pinggang. Dia tidak tahu lagi harus melakukan apa agar kedua orang tuanya berhenti menyuruhnya mempunyai kekasih. Ck, bahkan disaat seperti ini, otaknya tidak bisa berfikir dengan baik.

“Apa yang harus aku lakukan ??”

Entah sudah berapa kali kalimat itu keluar dari bibirnya. Jika ada option lain Mario pasti akan memilih itu daripada harus menuruti kemauan orang tuanya. Dengan penuh kefrustasian, Mario merebahkan diri di kasur king size’nya. Dia menyangga kedua kepalanya dan matanya lurus menatap langit – langit kamar.

Selama ini Mario memang tinggal di sebuah apartement. Itu juga merupakan permintaannya kepada kedua orang tuanya. Bahwa dia ingin mandiri dengan hidup tanpa mereka. Dan dengan berat hati, orang tuanya mengijinkan dia tinggal sendiri walaupun harus dapat celotehan ibunya yang membuat telingannya berdengung sakit.

“Apa tidak ada yang membantuku disaat seperti ini ??”

“Bahkan sahabatku saja tidak bisa memberi solusi yang baik.”

“Apa aku harus menerima perjodohan itu ?? Berusaha melupakan Ify dan mulai fokus dengan pilihan orang tuaku ??”

“Ify, seharusnya kau menjadi kekasihku, bukan perempuan yang akan dijodohkan denganku. Mengapa kau menolaknya ??”

Dan kalimat yang keluar dari bibir Mario lagi – lagi harus diakhiri dengan teriakan penuh kefrustasian. Sudah berkali – kali orang tuanya menghubunginya untuk cepat datang ke rumah. Dan sudah berkali – kali juga Mario menjawab dia pasti akan datang sebentar lagi.

Dan sampai sekarang Mario belum keluar dari apartement’nya.

Mario sekali lagi menghembuskan nafasnya secara kasar kemudian bangkit dari tempat tidurnya, menyambar jaket hitamnya yang sebelumnya ia lempar asal keatas kasur dan mengambil kunci mobilnya diatas nakas kemudian keluar apartement. Memutuskan untuk tetap ke rumah orangtuanya.
Apapun yang terjadi nanti. Aku yakin itu takdirku.

**********

Sampai kapanpun kau kan ku cintai.

Walaupun kau tak pernah membalas cintaku padamu.

Walau apapun kau kan ku sayangi.

Setulus hatiku seumur hidupku, ku mencintaimu.

**********

Mario masuk ke dalam rumahnya dengan malas setelah bibi yang bekerja di rumah orang tuanya membuka pintu. Mario berjalan menuju ke ruang keluarga dimana orang tuanya berada. Dan benar saja, laki – laki ini melihat kedua orang tuanya yang sedang tertawa bahagia diatas sofa ruang keluarga.

“Ayah, Bunda.” Sapa Mario dengan malas membuat orang tuanya berhenti tertawa dan menoleh secara bersamaan. Sekarang tergantikan dengan senyum yang membuat Mario hanya bisa tersenyum tipis.

“Bunda kira, kau tidak akan datang Mario. Mengingat waktu Bunda menghubungimu, kau bukannya senang tapi marah sama Bunda.”

Mario tersenyum tipis kemudian mendekat kekedua orang tuanya. Menyalami satu persatu dengan memberikan pelukan penuh kerinduan. Mario hanya tersenyum saat sang Bunda memeluknya erat dan mengusap rambutnya penuh kasih sayang dengan diiringi ucapan – ucapan penuh kerinduan.

“Selama ini Mario tidak pernah membuat Ayah dan Bunda bahagia. Jadi, sekarang waktunya Mario membuat kalian bahagia. Mario akan menurut apa kata Bunda dan Ayah. Dan kalian bisa lihat kan, kalau Mario datang sendiri, itu artinya ...”

“Kau keterlaluan, kau membuat perempuanmu datang sendiri kesini, seharusnya kau menjemputnya Mario.”

“Perempuanku ??” Tanya Mario dengan kedua mata yang melebar mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Ayahnya.

“Iya, benar kata Ayah. Tapi Bunda sangat bangga padamu Mario. Kau bisa memilih seorang perempuan secantik dan sebaik dia.”

“Apa yang Ayah dan Bunda katakan. Aku tidak memiliki kekasih. Bagaimana bisa ...”

“Ayah, Bunda. Makanan untuk sarapan pagi sudah siap.”

Teriakan dari dalam yang Mario sangat yakini berasal dari meja makan membuatnya melebarkan mata, dia sangat mengenal suara ini, tapi Mario lupa milik siapa. Mario melihat Ayah dan Bundanya tersenyum senang kemudian beranjak menuju ke ruang makan setelah sebelumnya menyuruh Mario untuk menyusul.

“Siapapun perempuan itu, aku harap ini bukan sebuah bencana untukku.”

Dengan perasaan bingung, Mario tetap menyusul Ayah dan Bundanya masuk ke dalam. Dan dia melihat seorang perempuan menggunakan gaun hitam sedang berdiri memunggunginya. Jadi Mario tidak bisa melihat dengan jelas siapa perempuan itu. Laki – laki ini hanya berharap dia perempuan yang sesuai untuknya.

“Mario kemari, kau tidak senang melihat kekasihmu disini ??”

Ucapan sang Bunda membuat perempuan itu membalikkan tubuhnya. Dan Mario menganga dengan mata melebar melihat perempuan itu yang sedang tersenyum canggung kearahnya. Laki – laki ini terus mengerjapkan kedua matanya untuk memastikan apakah yang ia lihat sekarang benar atau salah.

“Ify ?? Mengapa kau bisa berada disini ??” Tanya Mario heran. Perempuan yang selama ini ia kejar sedang berdiri di hadapannya, di dalam rumah orang tuanya, memanggil orang tuanya dengan Ayah dan Bunda, menyiapkan sarapan, dan yang terakhir orang tuanya menyebut Ify sebagai kekasihnya.

Aku butuh penjelasan Ify. Mario menatap mata Ify dengan penuh perasaan, berusaha untuk menyampaikan kalimat itu melalui tatapannya.

“Ayo duduk Mario.”

Mario mengangguk kemudian berjalan mendekat. Matanya masih menatap Ify. Perempuan itu sedari tadi hanya tersenyum canggung saat melihat kedatangannya. Kemudian Mario duduk di sebelah kanan Ify. Sedangkan kedua orang tuanya duduk di hadapan mereka.

Kemudian mereka memulai sarapan pagi dengan berbagai macam perasaan. Untuk kedua orang tua Mario, tentu saja mereka sangat senang melihat putra tunggalnya memiliki seorang kekasih yang cantik, baik, dan pintar memasak seperti Ify. Sedangkan untuk Ify, perempuan itu hanya tersenyum manis saat orang tua laki – laki itu terus memujinya.

Jangan tanyakan soal Mario.

Karena laki – laki itu sedari tadi tidak mengeluarkan suara apapun. Masih bingung dengan kehadiran perempuan itu di rumah kedua orang tuanya.

“Ayah dan Bunda akan memberi kalian kesempatan untuk berbicara berdua. Karena Bunda yakin, kalian pasti sedang bertengkar sampai berangkat menuju kemari saja harus sendiri – sendiri.” Ucap Bunda dengan tingkat ke sok tahuan yang tinggi.

“Mario, Ayah sama Bunda sangat menyukai perempuan pilihan kamu ini, jadi untuk acara perjodohan dibatalkan. Ayo Bunda.”

Kemudian Bunda bangkit bersama Ayah menuju ruangan lain.

Kini hanya ada Mario yang masih diam dan Ify yang sedari tadi terus tersenyum canggung dan sekarang perempuan itu sedang gugup sendiri ditatap penuh tanya oleh Mario.

“Kau tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku ??” Tanya Mario memecah suasana canggung diantara mereka berdua dengan nada penuh tuntutan.

“Tentang apa ??”

Mario hanya tertawa sebentar tanpa menatap kearah Ify. Jika kalian merasa Mario sangat bahagia sekarang, kalian salah. Laki – laki itu merasa dipermainkan. Baru dua hari yang lalu, perempuan ini menolaknya secara terang – terangan ajakan dirinya untuk memintanya menjadi kekasih Mario. Tapi sekarang ... perempuan itu bahkan mengaku kepada kedua orang tuanya bahwa dia kekasih Mario.

“Sebaiknya kau mengaku saja pada orangtuaku. Daripada kau menyesal nanti, lebih baik kau jujur sekarang. Dan aku tidak suka orang yang melakukan sesuatu dengan terpaksa.” Ujar Mario dengan acuh. Perempuan di sampingnya hanya menggigit bibirnya dengan gelisah.

“Aku melakukan ini bukan karena terpaksa. Dua hari yang lalu aku belajar memahami perasaanku sendiri. Entah mengapa waktu kau menyebut kata perjodohan membuat aku merasa tidak nyaman. Dan aku tidak suka dengan sikap acuhmu selama dua hari kemarin.” Terang Ify dengan pelan.

“Kau ...”

“Jangan membantah dulu Mario. Biarkan aku menyelesaikan ucapanku.”

Mario hanya mengangguk kemudian diam.

“Aku tidak tahu mengapa, tapi saat melihatmu tersenyum di tengah lapangan basket untuk semua perempuan yang menonton pada waktu itu membuat aku tidak suka. Karena biasanya kau hanya tersenyum kepadaku.”

“Kau tahu, banyak sekali teman – temanku yang mempertanyakan kepadaku tentang perubahanmu. Dan banyak juga dari mereka yang mencelaku, mereka bilang dengan kau menghindariku, mereka bisa mendekatimu. Dan dengan keberanian entah dari mana, aku mengatakan bahwa kau hanya menyukaiku, mereka tidak akan bisa mendapatkanmu karena kau hanya suka padaku.”

“Dan hanya dalam waktu dua hari aku tahu, jika selama ini aku nyaman dengan kehadiranmu Mario. Aku sudah terbiasa denganmu. Dan aku baru menyadari jika aku mencintaimu. Aku juga mencintaimu Mario.” Terang Ify dan diakhir kalimatnya perempuan itu mengucapkan dengan nada pelan dan dengan menundukkan kepalanya.

Tanpa Ify sadari Mario tersenyum begitu manis mendengar semua pengakuan yang baru saja diungkapkan oleh perempuan di sebelahnya.

“Kau tidak bisa apa untuk menjawab pernyataanku.” Protes Ify kesal seraya menatap tajam laki – laki disebelahnya yang masih acuh.

“Oh, aku sudah boleh berbicara. Aku kira, akan sangat panjang penjelasanmu.” Mario memasang wajah polos yang membuat Ify bertambah kesal.

“Lupakan.” Ujar Ify kesal kemudian bangkit dari duduknya. Tapi dengan cepat Mario menahan tangan kanan perempuan itu dan menariknya sedikit keras membuat Ify terjatuh kedalam pangkuannya.

Ify masih diam karena kaget dengan gerakan refleks Mario yang menarik tangannya. Perempuan itu baru mengerjapkan kedua matanya saat tangan kanan Mario mengelus pipinya. Ify menatap Mario, dan dia baru menyadari jika semua perkataan teman – temannya yang menyatakan Mario sangat tampan adalah benar.

“Mengagumi ketampananku ??” Goda Mario membuat Ify mengalihkan tatapannya kearah lain dengan kedua pipinya yang merona merah.

“Jadi, dengan kata lain. Kau mulai mencintaiku dan sudah bersedia untuk menjadi kekasihku Ify Raissa. Bahkan kau sudah mencuri start duluan dengan kedua orang tuaku dengan membuat sarapan pagi.” Goda Mario lagi. Laki – laki itu tertawa senang melihat perempuan yang berada di pangkuannya memasang wajah malu – malunya.

“Akhirnya, setelah sekian lama aku menunggu kau sadar juga dengan perasaanmu yang mencintaiku. Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, sudah sejak dulu aku mengabaikanmu agar kau cepat menyadari perasaanmu.”

“Berhenti membuatku malu Mario. Kau benar – benar. Lepaskan aku sekarang.” Ujar ify dengan sedikit kesal. Mario hanya terkekeh pelan.

Mario membiarkan Ify melepaskan tangannya dan membiarkan Ify bangkit dari atas pangkuannya. Dia masih tersenyum menatap perempuan yang sudah berdiri di sebelahnya dengan kepala mendongak.

“Jadi, kau bersedia untuk menerimaku menjadi kekasihmu ??” Tanya Mario.

“Aku sudah menjelaskan semuanya tadi.”

“Aku butuh kejelasan Ify.”

“Ya, aku mau menjadi kekasihmu. Aku tidak akan rela kau dijodohkan dengan perempuan lain setelah aku mengetahui perasaanku yang sebenarnya.”

Mario berdiri kemudian menatap Ify. Kedua tanganya berada di kedua bahu perempuan itu. Masih tersenyum manis membuat Ify ikut tersenyum.

“Ya, kau sudah resmi menjadi kekasihku sekarang. Aku juga sangat tidak suka kau berdekatan dengan laki – laki lain Ify. Karena sekarang kau sudah menjadi kekasihku maka aku berhak melarangmu berdekatan dengan lelaki lain.”

“Mana bisa begitu.”

“Bisa, karena kau mulai mencintaiku. Mana bisa kau melirik lelaki lain sementara hatimu hanya untukku.”

“Kau terlalu percaya diri.”

“Yah, dan orang yang kau katakan sangat percaya diri ini adalah kekasihmu.”

Ify hanya tersenyum. Mario membalas kemudian menarik bahu perempuannya untuk dipeluknya. Ify menyandarkan kepalanya pada dada Mario dengan memejamkan kedua matanya.
Aku merasa nyaman berada di pelukannya.

Mengapa aku baru menyadari sekarang ??

Mario juga tersenyum dalam pelukannya. Dia mengusap punggung perempuan itu dengan penuh sayang. Ikut memejamkan matanya dan menyembunyikan wajahnya di rambut Ify yang harum. Mereka terlarut dalam pelukan hangat dari pasangan satu sama lain.

Kedua orangtua Mario yang sedari tadi melihat semuanya tersenyum bahagia. Akhirnya mereka bisa melihat putranya bahagia. Bersama dengan perempuan pilihannya yang mereka yakini akan selalu membuat putranya tersenyum. Setidaknya sekarang sudah ada perempuan yang akan merawat Mario ketika putranya lebih memilih tinggal sendiri sekarang.

Tuhan sudah merencanakan yang terbaik untuk umatnya. Dan aku mengucapkan terimakasih pada takdir Tuhan yang telah menyadarkan perasaanku terhadap laki – laki yang sekarang sudah menjadi kekasihku. Dan untukmu kekasihku, aku akan menebus semua yang telah kau lakukan untukku. Aku akan membuatmu bahagia, bersamaku, selamanya. ~~~ Ify Raissa ~~~

*********

FIN :)) Ini cuma oneshoot guys. gak ada sekuel ataupun lanjutan cerita ini.
Sebagai selingan aja sih sebenernya.
Maaf banget karena aku udah gak tepat waktu post cerbung cerbung yang belum end :))
Maaf banget.
Tapi aku usahain secepatnya, karena udah dalam proses pembuatan :)
Tunggu aja.
Gue cuma butuh komentar plus saran dari kalian ^^
Don't be a silent readers guys !!!
Let's join with me in here guys ;) BYE BYE :*