Kamis, 26 Juni 2014

Oneshot - My First Love Story (RIFY)

HAPPY READING ALL :*



Menjadi orang yang selalu memperhatikan tapi tidak untuk diperhatikan.

Bagaimana rasanya ??

Kalian bisa merasakannya kan, apa yang aku rasakan ??

Ya, kalian benar. Aku adalah orang itu.

Hanya perempuan yang jauh dari kata sempurna yang selalu memperhatikan sosok yang sempurna.

Apakah itu sebuah kesalahan ?? Semua orang mengatakan itu adalah sebuah kesalahan.

Apakah itu kesalahanku ?? Tidak, aku tidak pernah mengharapkan bisa mempunyai perasaan seperti itu. Ini hanyalah takdirku.

Takdir yang membuatku harus mempunyai perasaan seperti ini. Memperhatikan tanpa diperhatikan.

*********

          Suasana di dalam gedung paling mewah di kota metropolitan ini tidak terlalu ramai. Ya karena ini adalah saat dimana para warga mengistirahatkan tubuhnya setelah melakukan aktifitas penuh satu hari ini.

          Seorang perempuan berjalan dengan pelan di koridor sekolah itu. Alyssa Salsabila. Tanpa beban. Di tangan kananya terdapat dua buah buku besar yang di bawanya dengan ringan hati. Buku bercover sebuah astronot dengan sampul warna biru itu benar – benar terlihat menyedihkan.

Semua orang akan berpikiran bahwa perempuan itu menyedihkan.

          Lihatlah. Perempuan itu jauh dari kata cantik. Itu merupakan penilaian dari setiap orang yang pernah bertemu dengannya. Dengan rambut lurusnya yang ia ikat menjadi dua dan disampirkan di kanan dan kiri bahunya. Matanya tertutupi oleh kaca mata tebalnya berwarna hitam. Hidungnya mancung dan bibirnya tipis berwarna merah pudar.

Lihatlah pakaiannya. Semua perempuan yang singgah di sekolah ini bahkan tidak mengakui jika dia merupakan bagian disana.

          Dengan kemeja atasan berwarna putih dan dipadukan dengan blazer berwarna biru. Roknya bergaris dengan perpaduan warna biru putih. Jika dilihat dari pakaian saja, semua orang pasti tahu jika dia berasal dari sekolah termewah dan terkenal di kota metropolitan ini.

          Tapi harus kalian tahu, lengan kemeja perempuan itu sangat panjang. Hanya menyisahkan punggung dan telapak tangan saja yang terlihat. Dan roknya juga panjang. Sampai mata kaki. Sungguh, pemandangan seperti itu tentu saja selalu merusak pemandangan di sekolah elite itu.

          Alyssa berjalan dengan memutar matanya untuk menatap ke penjuru ruangan. Tentu saja untuk berjaga – jaga, mengingat hanya ada beberapa orang saja yang masih berada di dalam sana.

          Alyssa baru saja mengerjakan semua tugasnya hingga selesai. Tugas ?? Dalam minggu ini tidak ada tugas, tapi Alyssa selalu mengerjakan dan selalu menetapkan dalam hati bahwa waktu itu semuanya berharga, jadi jangan disia siakan hanya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna. Selalu begitu.

          Alyssa berhenti melangkah saat mendengar suara tawa dari dalam ruangan. Alyssa memutar kepalanya dengan perlahan untuk memastikan suara tawa siapa yang baru saja ia dengar. Perempuan ini mendekat kearah pintu dan menempelkan telinga pada dinding pintu.

“Suara siapa di dalam sana.” Gumamnya pelan. Nyaris tidak terdengar. Tapi Alyssa masih kekeh berada dalam posisi seperti itu.

Suara kenop pintu yang terbuka membuat Alyssa berteriak kaget.

          Dengan keberanian yang masih berada di level bawah, Alyssa mengangkat kepalanya dengan pelan dan seketika itu matanya melebar sempurna.

“Mario.” Gumam Alyssa tanpa sadar.

          Beberapa orang yang berada di hadapan Alyssa hanya menatap bingung perempuan itu. Mereka tidak salah dengar kan ?? Perempuan ini baru saja menyebut nama salah satu dari mereka.

“Kau siapa ?? Kau mengenalnya Mario ??” Tanya salah satu orang yang berada di sana kepada Alyssa dan juga kepada seorang laki – laki yang bernama Mario secara bersamaan, membuat mereka semua bingung.

“Maaf semuanya. Mario tidak mengenalku.” Jawab Alyssa duluan. Daripada mendengar jika Mario tidak mengenalku, lebih baik aku dulu saja yang berkata seperti itu. Batin Alyssa.

“Siapa bilang aku tidak mengenalmu, kau Alyssa kan ?? Siswi kelas XI IA 4. Murid paling jenius yang berada di sekolah ini.” Jawab seorang laki – laki bernama Mario dengan nada biasa. Tapi mengakibatkan efek samping yang sangat luar biasa bagi perempuan berkaca mata tebal itu.

Dia mengenal Alyssa ?? Sungguh ?? Ini pasti mimpi. Alyssa terus saja menatap mata Mario tanpa berkedip. Dia terlalu kaget dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh laki – laki itu.

Tangan kiri Alyssa yang bebas ia gunakan untuk menekan dadanya yang berdetak tidak beraturan. Seperti ingin meloncat dari tempatnya sekarang. Nafas perempuan itu sudah tidak normal lagi seperti sebelumnya. Dia hanya menatap wajah tampan Mario tanpa melakukan apapun.

Lihatlah pangeran sekolah yang satu ini. Dia sangat tampan. Bahkan jika ada sebuah kata yang berada di level lebih tinggi dari kata tampan, Alyssa akan menggunakan itu sebagai jawaban. Matanya tidak sipit tapi juga tidak besar, sangat cantik menurutnya. Hidungnya sangat mancung, bibirnya tipis berwarna merah. Dan rambutnya acak – acakkan membuat laki – laki itu terlihat semakin tampan.

Tubuhnya yang membuat Alyssa sangat terpesona. Laki – laki itu tubuhnya benar – benar berbentuk. Selama ini, Alyssa ingin menyentuhkan tangannya untuk sekedar menelusuri tubuh hasil abs itu. Sungguh. Mario sangat suka berolahraga. Mungkin karena itu tubuhnya bisa sebagus itu.

“Ehem.”

“Ah maaf.” Alyssa menunduk malu seraya menggigit bibirnya. Bodoh. Kau terlalu bodoh jika sudah berhadapan dengannya. Jeritnya dalam hati.

“Kau melamun ?? Terlalu menarik kah wajah Mario sampai kau lupa berkedip ?? Lihatlah. Bahkan kau terlihat polos, tapi menatap Mario saja sampai ingin pingsan.”

          Cibiran itu membuat Alyssa tambah menundukkan wajahnya. Dia tidak berani mengangkat kepalanya dan menatap seseorang yang baru saja mencibirnya. Itu seorang perempuan. Salah satu orang yang sangat dekat dengan Mario. Alyssa tahu namanya, dia Sellina Marcelina. Perempuan yang membuat Alyssa iri karena kecantikannya yang benar – benar seperti barbie.

“Mario, aku kita pergi dari sini.”

          Alyssa mengangkat wajahnya dan melihat kepergian Mario bersama dengan teman – temannya. Laki – laki itu dipaksa untuk pergi. Itu terbukti karena salah satu sahabatnya menarik tangannya membuatnya susah untuk menyeimbangkan tubuhnya.

          Alyssa menatap mereka dengan tatapan sendunya. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum ceria. Mengingat kalimat yang baru saja di ucapkan laki – laki itu untuk dirinya.Siapa bilang aku tidak mengenalmu, kau Alyssa kan ?? Siswi kelas XI IA 4. Murid paling jenius yang berada di sekolah ini.

“Dia mengenalku ?? Dia mengenalku ?? Yes Yes Yes. Kau hebat Alyssa. Bahkan Mario bisa mengenalmu. Laki – laki yang sudah dinobatkan sebagai prince di sekolah ini bisa mengenalmu. Kau hebat Alyssa.” Teriak Alyssa tidak jelas. Bahkan tubuh perempuan itu sudah di goyang ke kanan dan ke kiri dengan bahagianya.

          Tapi beberapa detik kemudian dia berhenti. Sadar akan kelakuan bodohnya tadi dia terus mengumpat dirinya sendiri. Ck, bahkan aku jauh lebih bodoh jika sudah berkaitan dengan laki – laki itu. Batinya seraya tersenyum.

          Alyssa kembali berjalan dengan riang. Tapi kembali berhenti saat sadar ada sesuatu yang ia injak. Alyssa menatap ke bawah dan menatap dengan bingung sebuah ponsel yang berada di bawahnya.

“Ini ponsel siapa ??” Gumam Alyssa seraya memungutnya.

          Alyssa tersenyum ceria. Dia bisa menebak sekarang. Ini pasti ponsel Mario karena dia baru saja ditarik oleh sahabatnya. Iya. Ini sangat yakin, ini ponsel milik Mario. Dia sangat yakin itu. Dengan senyuman bahagianya, perempuan ini kembali melangkah dengan menggenggam erat ponsel yang baru saja ia temukan.

“Aku bisa menjadikan ini untuk bisa kembali bertemu dengan Mario. Mario Raditya Saputra. Laki – laki yang sudah berhasil mencuri hatiku.” Gumam Alyssa dengan senyuman yang masih belum pudar dari wajahnya.

*********

          Mario duduk diam di kelasnya. Laki – laki itu sedang mempunyai mood yang cukup buruk. Dan dia butuh moodboster untuk bisa menyembuhkannya. Laki – laki itu sedari tadi hanya memainkan jari jemarinya di atas meja. Tanpa memperdulikan siapapun yang berada di sekitarnya.

“Ayolah. Ada apa denganmu hari ini ?? Kau selalu semangat setiap kali aku mengajakmu ke ruang musik. Tapi mengapa hari ini kau terlihat tidak senang ??”

“Aku sedang dalam suasana hati yang cukup buruk.”

“Tapi bukannya dengan memainkan alat musik kau selalu merasa tenang ??”

“Alvin Samantha. Diam atau kau akan merasakan akibatnya.” Ucap Mario tegas kepada sahabatnya yang sedari tadi selalu mengganggunya.
“Okey okey. Aku mengerti. Maafkan aku.”

          Mario tidak membalasnya. Dia hanya berlalu pergi dan menuju ke salah satu ruangan yang pastinya nyaman karena terhindar dari suara - suara yang dapat memekakan telinga. Perpustakaan.

          Mario langsung menuju ke bagian paling ujung perpustakaan ini. Diatasnya terdapat sebuah papan besar yang menggantung yang bertuliskan Action Book. Tapi laki – laki itu tidak perduli dan langsung merebahkan tubuhnya di salah satu sofa yang berada di sana. Mario berniat ingin tidur.

“Kapan hari ini akan berakhir ??” Gumam Mario seraya mengacak – acak rambutnya secara frustasi. Dia menatap langit – langit perpustakaan dengan pandangan kosong.

“Mario.”

          Suara itu. Ck. Mario langsung mendecak kasar seraya memejamkan matanya erat – erat. Dia ingin sekali merusak apa saja yang dapat ia rusak untuk menjadi pelampiasanya. Dia kesal. Mengapa semua orang selalu mengganggunya disaat dia sedang dalam suasana hati yang sangat buruk ??

“Apa ??” Bentak Mario tanpa sadar. Membuat semua orang menatap kearahnya dan seseorang yang baru saja memanggil namanya. Mario masih memejamkan matanya dengan erat tanpa berniat ingin tahu siapa yang sudah mengganggunya.

“Tidak. Tidak apa – apa. Maafkan aku karena sudah mengganggu.”

          Mario bisa mendengar nada suara itu yang bergetar seperti menahan takut. Kemudian dia mendengar suara langkah kaki seseorang yang terus menjauh dari pendengarannya. Mario membuka matanya dan menemukan beberapa pasang mata yang masih menatapnya dengan heran.
Mario tersadar apa yang baru saja ia lakukan.

“Siapa yang baru saja memanggilku ??” Tanya Mario kepada siapapun yang berada disana. Tapi mereka hanya diam karena takut membuat Mario geram sendiri.

“Aku tanya, siapa yang baru memanggilku ??” Tanya Mario dengan suara yang laki – laki itu naikkan satu oktaf. Mario bisa melihat semua orang yang berada di sana menundukkan wajahnya ketakutan.

“Alyssa Salsabila. Siswi kelas XI IA 4.”

          Mario melebarkan matanya. Alyssa ?? Perempuan jenius itu ?? Mario segera menatap seseorang yang baru saja menjawab pertanyaannya.
“Kau jangan bermain main denganku.” Desis Mario dengan tatapan tajamnya.

“Tidak. Yang baru saja memanggilmu memang benar Alyssa.” Jawabnya lagi masih dengan nada suara ketakutan.

          Tanpa pikir panjang lagi, Mario langsung berlari keluar gedung perpustakaan untuk mencari perempuan itu. Dia sedari tadi terus menggigit bibirnya dengan gelisah. Dia merasa bersalah. Sungguh. Perempuan itu tidak bersalah tapi dia malah membentaknya dengan sengaja.

Jika Mario tahu itu Alyssa, Mario tidak mungkin membentaknya.

          Mario terus saja mencari Alyssa. Dia tidak perduli dengan tatapan beberapa orang yang menatapnya dengan heran. Bahkan seragam sekolahnya yang berwarna putih sudah dipenuhi oleh keringat. Mario menurunkan harga dirinya hanya untuk bertanya tentang keberadaan seorang perempuan yang tidak pernah diakui di sekolahnya sendiri karena penampilan perempuan itu.

Dia tidak perduli. Dia hanya ingin bertemu dengan Alyssa dan meminta maaf dengan perempuan itu. Sesederhana itu tapi tidak buat Mario.

Dia sudah menuju ke kelas perempuan itu. Dan hasilnya kosong. Tidak ada Alyssa disana. Mario tidak akan bersemangat jika belum bertemu perempuan itu.

“Kau tahu dimana Alyssa ?? Alyssa Salsabila ?? Kau tahu ??”

“Apa tadi Alyssa berjalan kearah sini ?? Alyssa siswi kelas XI IA 4. Apa kau melihatnya ?? Beritahu aku sekarang.”

“Apa kau melihat Alyssa berjalan kearah sini ??”

“Kau melihat Alyssa ??”

“Dimana Alyssa ?? Apa kau tahu ??”

          Mario terus saja bertanya kepada beberapa orang yang ia temui di setiap langkahnya dalam mencari Alyssa. Mario hampir mengelilingi gedung megah ini. Kalian bisa bayangkan. Gedung ini mempunyai 3 tingkat. Satu tingkat yang berada di bawah untuk kelas XII, di lantai 2 untuk kelas XI, dan dilantai 3 untuk kelas X. Dan hampir semuanya sudah Mario jelajahi. Dan hasilnya nihil.

“Kau dimana Alyssa ??” Gumam Mario penuh kefrustasian.

“Aku harap aku bisa menemukanmu Alyssa. Segera.”

**********

          Alyssa berjalan dengan langkah pelan menyusuri koridor sekolahnya. Dia benar – benar tidak bersemangat sejak insiden tadi. Dimana laki – laki yang selalu ia banggakan membentaknya hanya karena ia memanggil namanya. Apa sebegitu salah sampai laki – laki itu membentaknya ??

“Apa yang kau lakukan sampai Mario bisa mencarimu.”

          Alyssa memutar tubuhnya dan menghadap ke beberapa orang yang sedang menatapnya dengan tatapan seperti ingin membunuh. Alyssa menelan salivanya dengan susah payah. Dia tidak mengerti mengapa banyak sekali orang yang berkumpul membentuk lingkaran mengelilinginya dengan tidak bersahabat.

“Apa maksudmu ??” Tanya Alyssa takut – takut.

Jika seperti ini. Siapa yang akan menolongnya ?? Teman saja dia tidak punya. Sudah hampir 2 tahun dia sendirian di dalam gedung mewah ini. Tidak ada satu orang pun yang ingin berteman dengannya.

“Kau masih berani bertanya ?? Apa yang baru saja kau lakukan ??”

“Kau pasti merayu Mario.”

“Kau terlihat polos dari penampilan luarmu. Tapi aku tidak menyangka, kau ternyata lebih dari seorang penggoda.”

“Kau menyedihkan. Dan aku sangat kasihan dengan Mario sekarang. Dia sampai berurusan dengan perempuan sepertimu.”

“Kau lihat dirimu. Apa kau pantas menjadi objek pencarian Mario ??”

“Dan jawabannya sama sekali tidak pantas. Kau benar – benar menyedihkan.”

          Alyssa menggeleng gelengkan kepalanya dengan air mata yang tanpa sadar mengalir di kedua matanya. Tubuhnya perlahan lahan merosot ke bawah. Alyssa tidak berniat membalas cibiran – cibiran itu. Dia hanya diam seraya memeluk tubuhnya sendiri.

          Alyssa menundukkan wajahnya saat kertas kertas yang sudah berbentuk seperti sebuah bola kecil mendarat kearahnya. Alyssa hanya terus menangis tanpa berniat melakukan perlawanan. Air matanya terus menetes tanpa henti.

“Berhenti.” Teriak seseorang membuat semuanya menoleh kearah sumber suara dan berhenti melakukan aksi kekerasan terhadap Alyssa.

          Alyssa masih belum mampu untuk mendongak. Dia terlalu takut dengan semua orang yang berada di dalam sekolahnya. Bahkan dengan adik kelaspun dia takut. Entah itu karena apa.

“Kalian pergi dari sini, atau aku akan membuat suatu kejadian yang tidak akan pernah bisa kalian lupakan.” Teriak orang itu. Dari suaranya saja sudah membuat semua orang yang mendengar merinding ketakutan.

          Alyssa bisa mendengar suara langkah kaki yang saling menjauh bersahutan dengan tergesa – gesa. Alyssa hanya bisa menebak bahwa mereka ketakutan mendengar suara penolongnya kali ini. Tapi tetap saja dia ketakutan walaupun sudah berdua dengan penolongnya.

Dari suara saja sudah menyeramkan bagaimana dengan wajahnya.

“Alyssa. Berdirilah. Ini aku, Mario.”

DEG !!!

          Alyssa melebarkan kedua matanya. Mario ?? Mario Raditya Saputra ?? Apa orang yang menolongnya tadi benar Mario ?? Alyssa perlahan – lahan mengangkat wajahnya dan saat itu pula dia langsung berhadapan dengan wajah tampan dengan aura malaikat milik Mario.

“Mario ??”

“Ya ini aku. Bangun.”

          Alyssa masih diam seraya menatap tangan Mario yang tersodorkan kearahnya. Dia masih ragu apa yang akan ia ambil kali ini. Apa ia akan menerimanya ?? Atau bahkan menolaknya ??

          Mungkin karena terlalu gemas. Mario membantu Alyssa berdiri dengan kedua tangannya yang tersampir di bahu kanan dan kiri Alyssa. Dia menatap Alyssa sebentar dan sedetik kemudian Alyssa dibuat berolahraga jantung karena Mario. Kalian tahu ?? Mario memeluknya. Mario memeluknya dengan sangat erat.

OH GOD. Ini bahkan jauh lebih indah daripada aku mendapatkan sebuah mobil mewah sekalipun.

“Maafkan aku Alyssa. Aku tahu aku salah karena sudah membentakmu. Aku juga sudah membuatmu menjadi bahan bully’an anak – anak karena sudah menyebarkan perlakuan yang tidak seharusnya. Sekali lagi aku minta maaf.”

Alyssa hanya diam tanpa membalas ucapannya ataupun pelukannya.

“Kau harus tahu Alyssa. Aku sangat merasa bersalah. Aku bertanya kepada siapapun yang aku temui tentang keberadaanmu. Mungkin itu yang membuatmu diperlakukan seperti tadi. Aku minta maaf untuk kesalahanku hari ini.”

          Alyssa hanya mengangguk di dalam pelukan Mario. Dia terlalu nyaman sampai tidak ingin Mario melepaskan pelukannya. Ingin sekali Alyssa tetap berada di pelukannya. Ingin sekali Alyssa berada di sisi laki – laki itu. Dan Alyssa ingin sekali menjadi bagian dari hidup seorang Mario.

“Kau benar – benar telah memaafkanku ??” Tanya Mario dengan ceria seraya membuat tubuh mereka kembali memiliki jarak. Alyssa merasa kecewa karena itu.

Alyssa masih mengangguk. “Aku memaafkanmu Mario.”

“Aku janji akan bertanggung jawab. Aku akan mengatakannya pada mereka semua apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan juga dirimu. Aku berjanji tidak akan membiarkan mereka memperlakukanmu seperti tadi lagi. Aku berjanji Alyssa.”

          Alyssa kembali mengangguk. Kali ini senyumannya terlihat lebih lebar karena perkataan seorang Mario. Laki – laki itu ikut tersenyum dan tangannya dengan gerak refleks terangkat untuk menghapus air mata perempuan itu setelah sebelumnya melepas kacamata tebal milik perempuan itu.

Alyssa hanya menahan nafas berusaha untuk kembali menetralkan detak jantungnya yang entah mengapa kali ini berdetak semakin cepat membuat Alyssa khawatir jika Mario bisa mendengarnya.

“Kau tahu, kau jauh lebih cantik jika melepas kacamatamu. Dan kau akan jauh lebih cantik jika menggerai rambut indahmu.”

“Benarkah ??” Tanya Alyssa yang masih spechless dengan ucapan Mario.

“Iya. Kalau kau tidak percaya, buktikan saja ucapanku.”

          Mario melenggang pergi setelah sebelumnya memperlihatkan senyuman paling indah yang dimiliki oleh Mario hanya untuk seorang Alyssa. Alyssa lagi – lagi merasakan kedua pipinya memerah karena perlakuan laki – laki itu.

“Mario.” Teriak Alyssa tiba – tiba. Mario membalikkan tubuhnya dengan gerakan paling indah yang seumur hidup baru Alyssa lihat hanya dari Mario.

“Ini.” Alyssa mengangkat ponsel yang pernah ia temukan agar Mario bisa melihatnya.

Dan kalian tahu apa respon yang diberikan laki – laki itu ?? Dia hanya tertawa kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

“Aku akan menemuimu lagi saat umurmu bertambah satu tahun nanti.” Teriaknya membuat Alyssa bingung. Dia menatap ponsel dan kembali memikirkan ucapan Mario. Umurku bertambah satu tahun ?? Apa maksudnya ??

*********

          Beberapa hari ini. Alyssa terus merengek rengek kepada Bundanya agar menuruti keinginanya. Simple. Hanya ingin merubah dirinya menjadi cantik. Melepas kacamatanya, merubah rambutnya, dan mengganti seluruh pakaiannya.

“Kau tahu Alyssa. Bahaya jika kau tampil cantik. Akan banyak laki – laki jahat yang akan menggodamu jika kau keluar rumah. Dan Bunda tidak akan pernah mengijinkan hal itu sampai terjadi pada putri Bunda satu – satunya.”

“Bunda. Alyssa janji akan menjaga diri Alyssa sendiri. Alyssa janji.”

“Tidak Alyssa. Sekali tidak tetap tidak.”

“Bunda.”

“Apa yang membuatmu ingin merubah semuanya ?? Jika kau jujur kepada Bunda, Bunda akan mempertimbangkannya.”

“Alyssa menyukai seorang laki – laki di sekolah Alyssa. Namanya Mario. Dia kelas XI IA 2 Bunda. Alyssa menyukainya saat Alyssa baru mendaftar menjadi bagian dari SMA Mahakarya itu. Dan Alyssa ingin Mario melihat Alyssa seperti perempuan cantik pada umumnya.”

“Kalau memang dia mencintaimu. Dia pasti akan menerimamu apa adanya. Alasan kamu tidak Bunda terima. Dan Bunda tidak akan mengabulkan permintaanmu.”

“Bunda.”

          Alyssa menahan tangis. Dia masih berdiri di dalam dapur seraya menatap sang Bunda yang sudah keluar dapur tanpa memperdulikan perasaannya. Dia ingin sekali merubah dirinya. Sungguh. Alyssa ingin merubah diri menjadi cantik. Supaya Mario bisa melihatnya sebagai perempuan yang cantik.

“Apa aku memang tidak ditakdirkan untuk Mario ??”

*********

          Mario berjalan dengan riang ke kantin sekolahnya. Dia ingin sekali mengisi perutnya yang keroncongan. Sekaligus bertemu dengan seseorang yang membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa hari ini karena tidak bertemu empat mata secara langsung.

          Laki – laki ini mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin. Dan dia melihat seseorang sedang asyik melamun seraya memainkan sendok yang berada di atas makanan pesanananya. Mario menyipitkan matanya, setelah itu Mario tersenyum begitu manis. Perempuan itu tidak mendengarkan ucapanku ternyata.

“Pagi Mario. Kau setiap harinya memang selalu tampan.”

          Mario hanya tersenyum tipis. Sudah bosan dia mendengar kalimat kalimat penuh godaan yang terlontar dari setiap perempuan yang ia temui. Mario menangkap perempuan yang sedari tadi menjadi objeknya ternyata sedang menatap kearahnya.

Mario hanya tersenyum tipis seraya duduk di tempat para sahabatnya berkumpul.

Dan itu membuat perempuan yang sedari tadi menjadi objeknya, ingin menangis di tempatnya sekarang berada.

          Alyssa kembali menundukkan wajahnya setelah melihat respon yang diberikan laki – laki itu saat dirinya menatap kearahnya. Laki – laki yang dirindukannya. Mario sepertinya tidak ingin lagi berurusan dengannya. Buktinya, selama beberapa hari ini mereka bertemu, Mario tidak pernah ramah kepadanya.

“Apa karena aku tidak menuruti perkataannya ?? Tampil cantik dengan melepas kacamata ini dan menggerai rambutku.” Gumam Alyssa lemah.

“Apa aku memang tidak pantas untuknya ?? Apa dia memang bukan takdirku ??”

“Apa semua orang termasuk dia menganggap aku hanyalah debu yang tidak berguna.”

“Mengapa hanya aku yang merasakan perasaan seperti ini ?? Mengapa hanya aku yang mencintainya ??”

          Alyssa terus saja bertanya pada hatinya. Pada siapa saja yang mendengar ucapannya. Lalu beberapa detik kemudian dia hanya tersenyum tipis, kemudian berlalu dari tempat itu. Tanpa menyentuh makanan dan minuman yang dipesannya.

          Mario yang sedari tadi mengamati tingkah Alyssa merasa bersalah. Alyssa pasti merasa tidak berguna lagi. Batinya dengan penuh perasaan. Dia terus memperhatikan perempuan itu sampai perempuan itu bangkit dari duduknya dan keluar kantin dengan wajah sendunya.

“Maafkan aku Alyssa. Aku sudah bilang kan, aku akan menemuimu saat umurmu bertambah satu tahun nanti.”

***********

          Alyssa terbangun dengan seluruh tubuh yang teramat sakit. Dia menggerak gerakkan tubuhnya untuk mengurangi rasa sakit itu. Perempuan ini melirik ke arah jam dindingnya dan seketika itu matanya melebar. Alyssa mengerjapkan matanya kembali dan membukanya selebar mungkin serta mengamati jam dinding itu sekali lagi. Dan benar. Sekarang jam itu sudah menunjukkan pukul 09.10.

“Bagaimana bisa aku baru terbangun sekarang. Alyssa bodoh. Pasti kau akan mendapat ceramah lagi dari Bunda. Seorang perempuan itu tidak baik jika baru terbangun sesiang ini. Kau mau jika suamimu nanti mati kelaparan karena kau telat membuat sarapan. Dan bla bla bla. Aku pusing mengingatnya.” Celoteh Alyssa yang masih terduduk di atas kasurnya.

“Sekarang bangun dan waktunya mencari bunda.” Ucap Alyssa pada dirinya sendiri.

          Perempuan itu beranjak bangun dengan masih menggunakan piyamanya. Rambutnya masih acak – acakkan karena baru bangun tidur. Dan Alyssa lupa memakai kacamatanya kembali. Dia berjalan sempoyongan keluar kamar.

“Bundaaaa. Maafkan Alyssa karena baru bangun sesiang ini.” Teriak Alyssa.

“Happy birthday Alyssa Salsabila. Happy sweet seventeen.”

Alyssa terdiam. Dia masih menatap bingung ke penjuru ruangan.

Itu suara siapa ??

“Balik badan. Dan kau akan tahu siapa yang baru saja berbicara kepadamu.”

          Alyssa terdiam. Dia benar – benar tidak asing dengan suara ini. Tapi tidak mungkin jika pangerannya berada di rumahnya. Ini pasti halusinasinya saja karena baru terbangun dari tidur panjangnya.

“Alyssa.”

          Suara itu lagi. Alyssa dengan refleks membalikkan tubuhnya dan seketika itu tubuhnya menegang hebat mengetahui siapa yang berdiri disana. Mulutnya terbuka sempurna dan matanya melebar dengan tidak tahu aturan. Alyssa saja sampai memegang tembok untuk menopang dirinya sendiri.

“Kau ...”

“Ya, ini aku. Mario Raditya Saputra. Once again, happy birthday Alyssa Salsabila.”

“Bagaimana bisa kau berada disini.” Tanya Alyssa bingung.

“Sepertinya aku sudah pernah mengatakannya padamu, bahwa aku akan menemuimu saat umurmu sudah bertambah satu tahun Alyssa. And today, your birthday. Right ??” Mario tersenyum menatap Alyssa yang masih bingung dengan kehadirannya.

“Kedatangan Mario itu merupakan hadiah dari Bunda dan Ayah juga sayang. Happy birthday putri bunda yang paling cantik.”

          Alyssa membalikan tubuhnya setelah mendengar kalimat itu. Dia dia melihat orang tuanya sedang berdiri di lantai bawah dengan senyuman yang membuat Alyssa ikut tersenyum. Dia kembali menatap Mario.

“Kau mengenal orang tuaku ??”

“Tentu saja. Mereka itu kan calon mertuaku. Bagaimana bisa aku tidak mengenalnya.”

“Apa ?? Calon mertua ?? Kau jangan bercanda Mario.”

“Aku tidak bercanda. Sekarang kau tiup lilinya. Sebelum itu, buat permohonan dulu.”

          Alyssa mengangguk setelah melihat sebuah kue yang cukup besar di atas kedua tangan Mario. Perempuan ini memejamkan kedua matanya.
“Aku ingin ini menjadi kenyataan. Ada Bunda, Ayah, dan Mario yang selalu menemani diriku. Buat hari ini, esok, dan selamanya.”

FIUHH.

          Alyssa menatap Mario dengan senyuman manisnya. Dia benar – benar bahagia bisa melihat laki – laki ini di hari ulang tahunnya. Mario mengingat hari kelahirannya. Dan itu membuat perasaannya membuncah bahagia.

“Kau tidak malu, Mario melihatmu dalam keadaan berantakan seperti itu.”

          Teriakan sang ayah menyadarkan Alyssa. Dia melirik ke pakaiannya yang ternyata masih menggunakan piyama tidurnya. Rambutnya masih acak acakkan. Dan wajahnya juga masih berantakan karena baru bangun tidur.

          Alyssa menatap kearah Mario. Laki – laki itu menggunakan kemeja berwarna biru tua yang lengannya di tekuk sampai ke siku. Dipadukan dengan celana hitam serta sepatu berwarna biru hitam. Satu kata yang dapat alyssa katakan untuk penampilan Mario. Laki – laki itu amat sangat tampan.

“Maaf.” Gumam Alyssa seraya menundukkan wajahnya. Dia merasa malu.

“Tidak apa – apa. Bukannya aku juga pernah bilang padamu, bahwa jika kau melepas kacamatamu dan menggerai rambutmu, kau terlihat semakin cantik.”

“Tapi yang kau maksud kan tidak setelah bangun tidur seperti ini. Aku merasa sangat berantakan dengan penampilanku sekarang.”

“Seperti yang pernah Bundamu katakan, kalau aku mencintaimu, aku akan menerima dirimu apa adanya. Dan aku mencintaimu. Tandanya aku menerimamu apa adanya. Tidak perduli Alyssa akan berpenampilan seperti apa.”

Apa ?? Mario mencintaiku ?? Mario mencintaiku ?? Benarkah ??

“Kau bercanda lagi ??”

“Tidak. Bahkan aku lebih dulu mencintaimu. Saat pertama kali aku bermain ke rumahmu bersama dengan kedua orang tuaku. Saat itu kita masih berumur 14 tahun. Dan disitu pula aku sudah mencintaimu.”

Alyssa diam karena masih kaget dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Mario.

“Kau tahu. Orang tua kita sudah menyetujui jika kita berdua menjalin hubungan. Dan kau juga harus tahu. Bahwa aku yang menyuruhmu berpenampilan seperti itu ke sekolah. Tidak tampil cantik. Karena aku tidak rela, kau dijadikan objek menarik bagi para laki – laki dimanapun itu. Karena aku cemburu.”

          Alyssa benar – benar merasa seperti dikelilingi beribu kupu – kupu cantik sekarang. Dia merasa bahagia. Sungguh. Dia bahagia. Ini adalah impiannya. Bisa bertatap muka bersama dengan pangerannya ini.

“Ponselnya ??”

Mario tertawa dengan keras. “Itu bukan ponselku Alyssa. Itu ponsel milik Alvin, sahabatku. Kau salah mengambil barang milik orang lain.”

          Alyssa merona malu. Dia merasa pipinya sekarang berwarna merah. Pasti. Maka dari itu, dia menundukkan wajahnya agar Mario tidak bisa melihatnya.

“Kau tahu, kau jauh lebih cantik jika merona seperti itu.”

          Alyssa tersenyum begitu manis. Dia masih tidak bisa menatap wajah Mario dengan keadaan pipinya yang berwarna merah.

“Apa kau mau menjadi kekasihku ??” Tanya Mario.

          Alyssa menegang. Mario memintanya menjadi kekasihnya ?? Ini nyata ?? Sungguh ?? Alyssa tersenyum dan menyadarkan dirinya sendiri.

“Kau harus memintanya kepada orang tuaku dulu.”

“Seperti yang Mario bilang putriku, Bunda dan Ayah sudah menyetujui hubungan kalian. So, please say Yes to Mario.”

Alyssa menatap Mario yang masih menunggu jawabannya.

“Tidak ada alasan yang aku punya untuk menolakmu. So, Yes.”

“Yes ?? Sungguh ?? Kau menjawab yes ??” Ucap Mario dengan wajah berbinarnya.

“Iya.”

“Alyssa. Aku mencintaimu.” Ucap Mario seraya menarik Alyssa ke dalam pelukannya.

Alyssa tertawa dan membalas ucapan Mario. “Aku juga mencintaimu Mario.”

          Alyssa tersenyum dalam pelukan Mario. Dia membalas pelukan itu dengan tidak kalah eratnya dengan Mario. Alyssa sangat bahagia. Akhirnya impiannya untuk bisa memperhatikan dan diperhatikan terkabulkan. Mario sekarang adalah miliknya. Dia milik Alyssa.

Dan Alyssa tidak akan melepaskan Mario dalam keadaan apapun.

Tidak akan membiarkan semua perempuan di sekolahnya mendekati Mario lagi.

Dan tidak akan membuat senyum Mario pudar. Dia akan selalu membuat Mario tersenyum.

Tersenyum karenanya. Dan tersenyum hanya untuknya.

**********

DON'T BE A SILENT READERS GUYS !!
au revoir ;)

@IndahNurAmalia9