Kamis, 20 Februari 2014

Cara memasang lagu di blog :))

hallo guys,
kali ini saya akan membagi beberapa script musik untuk kalian taruh di blog kalian masing masing ...
dan saya berharap bisa dapat bermanfaat buat kalian semua :))
dan dijamin blog kalian akan lebih menarik dengan adanya musik musik yang kalian sukai.
Mau blog keren ?? Tambah blog kamu dengan aplikasi musik yang kalian suka :))
Semoga bermanfaat !!!
1. Buka web musik tersebut disini.
2. Lalu pilih nama penyanyi yang kalian suka.
3. Setelah pilih nama penyanyi, silahkan pilih lagunya dan ambil scriptnya.

Contoh beberapa script lagu yang saya suka.

Adele - Set Fire to the Rain

<EMBED SRC="http://divine-music.info/musicfiles/05 Set Fire to the Rain.swf" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="1" HEIGHT="1" ALIGN="CENTER"></EMBED>

Avenged Sevenfold - Dear God
<EMBED SRC="http://divine-music.info/musicfiles/Avenged Sevenfold - Dear God.swf" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="1" HEIGHT="1" ALIGN="CENTER"></EMBED>

Benny Bassi - Satisfaction
<EMBED SRC="http://divine-music.info/musicfiles/bennybassi-satisfaction.swf" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="1" HEIGHT="1" ALIGN="CENTER"></EMBED>

Maroon 5 - Payphone
<EMBED SRC="http://divine-music.info/musicfiles/01 Payphone (feat. Wiz Khalifa).swf" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="1" HEIGHT="1" ALIGN="CENTER"></EMBED>

LMFAO - Party Rock Anthem
<EMBED SRC="http://divine-music.info/musicfiles/01 Party Rock Anthem (feat. Lauren B.swf" AUTOSTART="TRUE" LOOP="TRUE" WIDTH="1" HEIGHT="1" ALIGN="CENTER"></EMBED>


4. Login ke blogger.
5. Pilih menu Template, edit HTML.
6. Cari code <body> .
7. Simpan script lagu yang sudah kalian ambil tadi tepat dibawah code <body> .
8. Simpan dan lihat hasilnya.

dan  tarrraaaa, blog kalian jauh lebih cantik dengan adanya musik tersebut.
terima kasih yang sudah mau berkunjung :))

Gue Kena Karma - Part 18

Lanjut !!!
Langsung aja , happy reading for readers :*
I Hope You like this story.



Ify sedang menyusuri koridor sekolahnya. Sesekali matanya melirik kesana kemari untuk mencari seseorang. Pasalnya, dirinya sudah berkeliling di sekolahnya hanya untuk bertemu dengan orang itu, tapi sedari tadi tidak ada tanda tanda munculnya orang yang ingin dicarinya. Gadis cantik ini juga sudah berusaha untuk menanyakannya pada beberapa orang yang ia temui. Tidak perduli apa tanggapan mereka terhadapnya setelah dirinya selesai bertanya.

“Mana sih tuh orang. Mana gue telefon gak di angkat lagi.” Dumel Ify. Dia masih berjalan santai. “Alvin.”

Sedangkan sang pemilik nama yang merasa namanya di sebut langsung mencari asal suara itu. Gadis cantik yang berada di sampingnya juga ikut menoleh ke asal suara itu – Sivia. Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya. Alvin dan Sivia langsung menghampiri orang itu yang ternyata adalah sahabatnya sendiri.

“Ngapain loe teriak teriak kaya gitu. Gak punya kerjaan ???”
“Ish, gue mau nanya sama loe berdua.”
“Emang kenapa Fy ???”
“Rio. Dari tadi gue nyariin dia tapi gak ketemu. Loe berdua tahu dia dimana gak ???”
“Tumben loe nyariin Rio. Biasanya juga Rio yang nyariin loe.”
“Itu dulu Alvin. Sekarang beda lagi.”
“Oh, jadi loe sekarang udah mulai jatuh cinta nih sama sobat gue. Hmm, ternyata karma masih berlaku yah. Gimana yah rasanya kena karma.”
“Gak usah nyindir deh. Bukannya bantuin gue nyari tahu Rio dimana, malah nyindir gak jelas kaya gitu.”
“Hehehe, Sorry deh Fy. Loe udah cari di lapangan indoor belum ???”
“Udah, gue udah nyari tahu di berbagai tempat. Tapi dia gak ada. Masa iya, gue harus ngumumin lewat speaker sekolah.”
“Ide bagus tuh. Gue yakin banget, loe sama Rio bakalan jadi berita super Hot setelah loe ngelakuin hal itu.”
“Please deh Via. Seneng banget loe lihat gue sengsara. Udah buruan Alvin, loe kasih tahu gue, dimana Rio sering kabur kalau jam kosong kaya gini.”
“Kalau gak ke lapangan indoor ya ke taman. Kadang juga ke kantin. Tapi ke perpus bisa jadi sih. Soalnya tuh anak suka numpang tidur disana. Loe udah …”
“Thanks banget Alvin. Gue duluan yah. Bye.” Ucap Ify memotong pembicaraan Alvin seraya berlari menjauh dari pasangan adam dan hawa itu. Sedangkan Alvin dan Sivia hanya diam seraya memandang punggung gadis itu yang semakin menghilang.
“Tuh anak kenapa sih. Aneh banget.”
“Tahu. Hebat juga si Rio bisa buat Ify gila kaya gitu.”
“Udah ah yuk. Aku laper. Katanya mau ke kantin.”
“Yaudah yuk.”

Alvin berjalan untuk menuju kearah kantin. Tangannya masih menggenggam tangan kekasihnya itu dengan lembut. Selama ini, hubungan kedua insane ini baik baik saja. Jika ada masalah pun hanya masalah kecil karena keegoisan dari keduanya yang tidak pernah hilang sampai sekarang. Tapi sifat dewasa Sivia dapat mengimbangi sifat Alvin yang terlalu cuek itu.

Cinta itu memang membuat semua kaum adam dan hawa yang merasakan akan menjadi buta. Buta dalam segala hal. Bahkan jika salah satu dari mereka berbuat kesalahan fatal pun pasti akan di anggap sebagai ketidaksengajaan. Dan dengan gampangnya dimaafkan oleh yang lain. Dan jika salah satu dari mereka sedang ada masalah, maka yang lainnya dengan fasih menjawab ‘When you need me, I promise I will be there for you and never leave you alone’. Terdengar berlebihan, tapi itulah kenyataannya yang terjadi pada pasangan pasangan lainnya.

Ify melangkah memasuki ruang perpustakaan. Saat mendengar jawaban Alvin tadi, dia yakin jika pemuda itu berada di sini. Karena di lapangan indoor, di taman, dan di kantin sudah ia datangi tapi pemuda itu tidak ada di sana. Bahkan dirinya seperti orang gila yang jika ada orang lewat, pasti dirinya akan bertanya tentang keberadaan pemuda itu.

Matanya menyusuri sudut ruangan yang ada di perpustakaan sekolahnya itu. berharap secepatnya menemukan dimana keberadaan pemuda itu. Dirinya hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan pemuda itu dan musuhnya semenjak SMP – Gabriel – kemarin sore. Bukan hanya itu. Entah mengapa, sedari pagi hingga sekarang – menjelang pulang sekolah dirinya tidak bertemu dengan pemuda itu malah membuatnya rindu.

Ify sekarang sedang berjalan di bagian belakang perpustakaan, setelah mengambil buku apa saja yang bisa menjadi pegangannya – modus supaya tidak di tegur oleh sang penjaga perpustakaan – dirinya melangkah mendekati seorang pemuda yang wajahnya berada di atas lipatan tangannya yang ia taruh di atas meja.

“Hmm, gue cariin kemana mana, tahunya loe disini.” Dumel Ify seraya duduk di sebelah pemuda itu yang ternyata orang yang dicarinya sedari tadi. Bukunya ia letakkan di atas meja perpustakaan dan matanya menatap pemuda itu yang ternyata sedang tertidur.
“Gue ngerasa bodoh banget tahu gak. Gimana bisa gue dulu lebih milih Gabriel daripada loe. Kenapa gue nyadarnya baru sekarang. Mungkin kalau dari awal gue sadar, kita bakalan bersama sampai sekarang Yo.” Gumam Ify. Tangannya terangkat untuk menyentuh rambut pemuda itu – Rio, dan mengusapnya dengan penuh kelembutan.

Rio yang merasa ada seseorang yang menyentuhnya segera menggerakkan anggota tubuhnya, setelah bergerak sedikit, matanya terbuka dengan sempurna setelah sebelumnya mengerjap terlebih dahulu untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Dilihatnya gadis yang dicintainya sedang menatapnya dengan senyuman yang masih terpeta jelas di wajah cantiknya. Rio tidak merubah posisinya. Tetap seperti awal – kepalanya berada di atas lipatan kedua tangannya dan menatap Ify.

“Ngapain disini ???” Tanya Rio pelan.
“Harusnya gue yang Tanya, loe ngapain tidur disini ???”
“Cape’. Gak ada tempat yang lebih enak lagi buat tidur selain disini.” Jawab Rio dengan matanya yang terpejam.
“Emang tadi malem tidur jam berapa ???”
“Jam 2 pagi.”
“Kok bisa. Ngapain aja ??? Bukannya kata loe kemarin gak ada tugas buat hari ini ??”
“Iya gak ada tugas kelas, tapi tugas buat Pentas seni ada. Emangnya loe gak tahu kalau gue ketua panitia pentas seni – pensi - tahun ini ??? Waktu gue di panggil sama Pak Anton dulu itu buat bahas masalah pensi nanti.”
“Bukannya Ketua Osis’nya Gabriel ??? Kenapa jadi loe yang jadi ketuanya ???”
“Ify. Tahun sebelum sebelumnya juga gak ada istilah ketua osis jadi ketua panitia pensi sayang. Ketua osis sama ketua panitia itu tugasnya beda. Gue juga gak tahu, kenapa jadi gue yang di pilih sama Pak Anton buat jadi ketuanya. Kalau mau tau Tanya aja sama pak Anton langsung.”
“Terus tugasnya apaan sampe loe tidur jam 2 pagi.”
“Di suruh buat proposal. Gara gara keasyikan main PS sama kak Chelsea gue jadi lupa kalau gue punya tugas dari Pak Anton. Ya jadi gue lembur deh sampe jam segitu.”
“Ck, Gue heran deh sama kak Chelsea. Dia kan cewe, kok hobby banget gitu main PS. Lagian gue kan udah pernah bilang. Cek dulu sebelumnya. Jangan karena gak punya tugas kelas, loe gak buka buku sama sekali.”
“Iya iya. Lain kali gue akan Periksa dulu. Udah ah, loe jangan gangguin gue. Gue ngantuk mau tidur lagi.”
“Ish Rio. Loe tahu gak sih, gue udah keliling sekolah Cuma buat nyariin loe. Dan hampir semua anak satu sekolahan gue tanyain tentang keberadaan loe. Loe fikir ngelakuin hal itu gak cape apa.”

Rio yang mendengarkan kalimat Ify yang terakhir langsung menegakkan tubuhnya menjadi duduk. Dia menatap Ify lama. Tidak menyangka jika gadis yang sekarang berada di hadapannya benar benar sudah bisa mencintai dirinya. Bahkan Ify rela mempermalukan dirinya sendiri depan semua warga sekolah hanya karena dirinya. Rio langsung memeluk Ify erat. Seakan akan tidak pernah mengijinkan gadis di hadapannya pergi dari pelukannya.

Rio menenggelamkan wajahnya pada rambut harum Ify. Untung sekarang mereka sedang berada di belakang perpustakaan yang jarang di kunjungi oleh siswa siswi lain karena rak bagian belakang hanya berisi buku buku pelengkap. Ify membalas pelukan Rio. Entah mengapa hatinya menjadi hangat dan merasa nyaman saat pemuda itu memeluknya. Belum pernah merasa sebahagia ini dengan pemuda lainnya. Hanya Rio yang bisa memberikan kehangatan itu.

“Thanks Fy. Thanks buat semua yang udah loe lakuin buat gue.”
“Gue minta maaf. Baru menyadari perasaan ini. Gue juga berterima kasih sama loe karena selama ini loe udah menyayangi gue dan mencintai gue sepenuh hati. Loe udah mau menunggu gue membuka hati gue buat loe. Thanks Rio.”
“Don’t remember a mistake, but remember how hard I do to make a smile for you.” Ify hanya menganggukkan kepalanya dalam pelukan Rio. Dia benar benar bahagia sekarang. Dan hanya Rio yang bisa membuatnya sebahagia ini.
“I’m happy, when you are beside me. Don’t go away from me. I’m afraid to loosing you.”
“Promise.” Rio melepaskan pelukannya dan mengacak acak rambut Ify lembut. Senyum terpeta di wajah keduanya. Walaupun status mereka masih sebagai ‘teman’ tapi mereka yakin suatu saat nanti status itu akan terganti dengan status yang mereka inginkan sekarang.
“Kenapa Gabriel bisa melakukan hal itu ???”
“Pengakuan Gabriel selama ini yang di tempel di madding sekolah ???” Ify langsung mengangguk. “Gue sama dia udah baikan kemarin sore. Dan dia mengakui semua kesalahan dia. Bahkan dia juga udah minta maaf sama gue. Dan dia juga janji gak akan pernah gangguin gue dan loe lagi.”
“Kok bisa ???” Rio langsung menceritakan semua hal yang terjadi kemarin sore bersama Gabriel. Ify hanya mengangguk anggukan kepalanya dan kadang memasang wajah kaget.

“Mmm, loe masih suka sama Sylvia ???” Tanya Ify ragu.
“Pertanyaan macam apa itu.”
“Gue serius. Loe bilang waktu loe bersama Dea pun loe belum bisa ngelupain Sylvia. Apa sampai sekarang loe masih belum bisa ngelupain dia ???”
“Kalau gue belum bisa ngelupain Sylvia, gak mungkin gue ngejar loe dari beberapa bulan yang lalu Ify. Gue beneran udah gak inget lagi perasaan gue dulu sama Sylvia. Gue juga gak punya perasaan apa apa lagi sama Dea. Gue Cuma punya perasaan buat Allyssa Saufika Umari Apa lagi sekarang dia udah jatuh cinta sama gue. Buat apa gue masih mengingat masa lalu gue.”
“Beneran ???” Rio mengangguk dengan pasti. “Gue seneng dengernya. Akhirnya Gabriel mau mengakui kesalahannya. Dan loe juga mau nungguin gue. Sampai gue bener bener cinta sama loe sekarang.”
“Kalau gue gak mau nungguin loe, sia sia dong perasaan gue selama ini sama loe. Lagian seorang Mario Stevano itu gak akan pernah mau mundur gitu aja sebelum apa yang dia dapatkan terkabulkan.”
“Iya deh percaya.”
“Kelas yuk. Udah mau bel pulang juga.” Ucap Rio seraya melihat kearah jam tangannya yang terpasang manis di tangan kirinya. Ify langsung mengangguk. Mereka langsung beranjak keluar dari perpustakaan. Tentunya dengan tangan yang bertautan satu sama lain.

***************
Kisah cinta yang dialami oleh pasangan pasangan lain memang tidak selalu sama. Ada yang kisah cinta mereka berakhir sad ending dan ada juga yang berakhir bahagia. Memang semua pasangan akan menginginkan kisah cinta mereka berakhir happy ending. Tapi apakah akan semuanya berakhir seperti itu ??? Jodoh sudah ada yang mengatur. Jika orang yang selama ini menemani kita dalam suka dan duka bukanlah jodoh kita, kita harus menerimanya. Walaupun akan berakhir dengan sakit hati.

Dan jika orang yang sama sekali tidak kita harapkan malah akan mendampingi hidup kita selamanya, kita juga harus menerimanya dengan senang hati. Bukankah semua pasangan akan berakhir bahagia jika keduanya memiliki perasaan yang sama ??? Belajar mencintai seseorang yang sudah ditakdirkan menjadi pendamping hidup kita memang wajib dilakukan. Karena itulah Cinta. Cinta memang rumit, tapi ada kalanya kita akan mengalami kebahagiaan jika masanya telah datang.

Pagi ini, rintik tintik hujan menjadi pemandangan pertama gadis cantik yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Cuacanya sangat mendung. Dan hal ini membuat gadis cantik ini – Ify menginginkan kembali ke dunia khayalannya bersama mimpi yang menemaninya. Tapi matanya terpaku menatap kalender yang berada di atas meja sebelah tempat tidurnya. Dengan gerakan cepat, Ify langsung mencari keberadaan handphone’nya.

“Oh God, gak ada satupun sms yang masuk ke handphone gue. Shit. Bahkan Rio juga gak inget hari ini ??? Fine. Gak ada yang care sama gue.” Dumel Ify seraya menarik kasar handuknya yang tergantung di rak sebelah kamar mandi dan masuk ke kamar mandi serta menutup pintunya dengan keras.

Setelah selesai. Ify langsung memakai baju kebanggaan sekolanya itu. Dengan gerakan cepat gadis ini langsung merapikannya dan memasang atribut seragamnya yang wajib untuk dipakai. Setelah menyisir rambut panjangnya yang ia biarkan tergerai, gadis ini langsung menyambar tasnya dan berlari ke lantai bawah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Jarak rumahnya dengan sekolahnya membutuhkan waktu 15 menit. Dan artinya dia terlambat.

“Non Ify kenapa baru turun non ??? Non udah terlambat loh.” Ucap bibi seraya menatap majikan mudanya itu yang sedang meminum susu buatanya dengan tergesa gesa.
“Aduh bibi, Ify kesiangan. Untung gerimisnya udah reda. Oya bi, Rio belum nyampe ???” Tanya Ify yang menyadari pemuda itu tidak ada di rumahnya.
“Den Rio belum dateng non. Mendingan non jangan nungguin den Rio deh. Non udah telat loh. Non berangkat naik mobil aja.”
“Kak Cakka mana bi ???”
“Den Cakka udah berangkat tadi pagi. Katanya mau ngurusin pendaftaran buat kuliahnya non.”
“Sepagi ini ??? Good. Yaudah deh bi, Ify berangkat. Dah bibi.” Ify langsung melesat menuju ke mobilnya dan segera masuk dan menjalankannya.

Di jalan pun Ify tak berhenti berhentinya mengumpat semua orang. Termasuk bibi’nya dan kedua orang tuanya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari buruk untuknya jika pagi pagi begini saja semua orang sudah melupakannya dan membuatnya bad mood. Pemuda itu juga. Sudah tidak ke rumah untuk menjemputnya, tidak mengirim kabar bahkan tidak ingat dengan hari ini. Dan ini semua membuatnya kesal. Kesal pada semua orang yang melupakan hari ini.

“Shit. Awas aja loe semua kalau sampai di sekolah gak ada yang inget sama hari ulang tahun gue. Gue makan loe semua hidup hidup.” Desis Ify tajam. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasa ketakutan.

Setelah memarkir mobilnya dengan rapi di halaman parkir sekolahnya, Ify langsung masuk dan menatap semua orang yang ia temui. Bahkan mereka tidak mengucapkan selamat untuknya ??? Oke Fine. Benar benar cari mati mereka semua. Tapi Ify sangat berharap jika sahabat sahabatnya dan pemuda itu masih mengingat hari ulang tahunya. Tapi sepertinya harapannya tidak terkabul. Karena setelah sampai di kelas, tidak ada kejutan istimewa untuknya. Tapi Ify beruntung, karena guru yang mengajar belum memasuki kelasnya, dan dia bebas dari hukuman atas keterlambatannya.

“Ify, loe tahu gak sih. Gue kemarin habis di kasih kejutan sama Alvin. Dia romantic banget Fy orangnya.” Ucap Sivia menggebu gebu membuat Ify tersenyum terpaksa.
“Loe gak tahu ini hari apa ???” Tanya Ify pelan berusaha menyadarkan ketiga sahabatnya yang sekarang sedang menatapnya.
“Hari … hari Sabtu kan yah.” Jawab Sivia polos, bukannya membuat Ify tersenyum manis, malah membuat gadis itu ingin menjitak kepala sahabatnya keras keras.
“Loe berdua juga gak inget ???”
“Bener kan kata Sivia. Ini hari Sabtu. Mmm, Oiya Fy gue baru inget.” Seru Agni tiba tiba dan membuat Ify berbinar binar menunggu kelanjutan ucapannya. “Nanti malem kak Cakka ngajakkin gue dinner di cafĂ©.” Lanjut Agni masih dengan senyuman manisnya.
“Emangnya hari yang loe maksud itu apa Fy ???” Tanya Shilla karena melihat sahabatnya murung mendengar jawaban Agni dan Sivia.
“Gak. Gak papa kok. Gak penting juga.”
“Oh gitu. Yaudah.”

Mereka semua kembali menyibukkan diri dengan aktivitas’nya masing masing. Sivia yang senyum senyum mengingat hari kemarin bersama dengan kekasihnya yang ternyata sangat romantis. Agni yang juga sedang senyum senyum membayangkan peristiwa menyenangkan yang akan terjadi padanya nanti malam seraya mencoret coret buku tulisnya dan Shilla yang sedang melamun dengan kedua tangan yang menopang dagunya, matanya menatap lurus kedepan. Dia sedang memikirkan cara bagaimana supaya bisa dekat dengan pangeran hatinya.

Sedangkan Ify ??? Jangan ditanya, gadis cantik ini sedang menatap ketiga sahabatnya dengan raut wajah kesal. Mereka benar benar melupakan tentang hari ini. Benar benar di luar fikirannya. Ia kira, pagi ini ia akan mendapatkan kejutan dari semua teman temannya, tapi nyatanya itu hanya khayalannya saja. Bahkan pemuda itu pun tidak kelihatan batang hidungnya sampai bel tanda masuk berbunyi nyaring. Ify hanya menghela nafas pasrah dan berusaha untuk focus mengikuti pelajaran.

SKIP !!!

Bel tanda istirahat kedua sudah berbunyi sedari tadi. Tapi Ify masih setia di tempat duduknya di kelasnya. Dia benar benar sedang kesal hari ini. Selain karena semua orang tidak ada yang mengingat hari special ini, pemuda itu juga tidak kelihatan dari pagi. Sudah ia tanyakan pada semua orang seperti yang pernah ia lakukan beberapa hari yang lalu, tapi lagi lagi tidak ada yang melihat pemuda itu.

Sebagian mereka mengatakan jika pemuda itu tidak masuk kelas hari ini karena mereka juga tidak melihat Rio sedari pagi. Tapi di kelasnya, tas sekolahnya dengan rapi terletak di atas meja pemuda itu. Itu tandanya pemuda itu berangkat ke sekolah kan ??? Tapi tidak ada yang tahu dimana pemuda itu.

“Woy, ngelamun aja loe.” Ify tersentak kaget karena jitakan pelan di kepalanya menganggu acara melamunya, Ify menatap orang itu dengan garang.
“Ampun ampun. Hehehe. Ya lagian loe ngelamun di kelas. Hati hati loe.”
“Alvin Jonathan Sindunata. Bisa gak sih loe gak ngagetin gue.” Ucap Ify penuh penekanan dan matanya menatap Alvin dengan murka.
“Peace. Bercanda doang. Kenapa sih loe hari ini. Dari pagi marah marah mulu. Kalo PMS jangan marah marah ke gue juga dong Fy, kan gue gak salah apa apa.”
“Dia tuh lagi bingung nyariin Rio. Lagian sahabat kamu yang satu itu kemana sih. Berangkat sekolah tapi dari tadi pagi gak kelihatan batang hidungnya.” Ucap Sivia.
“Oh, lagi nyariin Rio toh. Kangen loe ??? Tadi pagi dia dateng, terus dari jam istirahat pertama tadi sampai sekarang gak kembali ke kelas. Tahu deh kemana.”
“Loe udah coba hubungin handphone’nya belum Fy ???”
“Udah. Tapi handphone’nya gak aktif Vi.” Jawab Ify pelan.
“Loe udah coba ke lapangan indoor ?? Ke taman, kantin, ruang olahraga, ruang osis, perpustakaan, ruang guru, ruang serbaguna, ruang …”
“Udah Alvin, udah. Tapi dia gak ada. Gue juga udah Tanya sama semua orang tapi gak ada yang tahu.”
“Beberapa hari yang lalu loe juga ngalamin hal ini kan. Nanyain semua orang tahu tahu si Rio ada di perpus lagi tidur. Nah, kenapa gak loe coba lagi ???”
“Gue kan tadi udah bilang udah. Gue udah nyari kemana mana tapi gak ada. Loe berdua bukanya bantuin gue malah bikin gue makin sebel.” Ucap Ify dan melangkah keluar kelas untuk menuju ke taman. Tidak perduli beberapa teman temannya menatapnya dengan pandangan heran.
“Loe kemana sih Rio. Aktifin handphone loe bego. Gue butuh loe sekarang.” Teriak Ify setelah berada di taman belakang sekolahnya.
“kenapa semuanya gak inget sama hari ulang tahun gue ??? Sweet seventeen gue tapi malah gak ada yang inget ??? Good job. Loe semua rese tahu gak. Bahkan orang tua gue aja gak ngehubungin gue atau sekedar sms. Apa sebegitu gak berartinya gue buat loe semua ??? Arrrggghhhh.”

***************
Hari ini Ify tidak pulang ke rumahnya, pulang sekolah tadi, Shilla – sahabatnya meminta dirinya untuk ke rumahnya karena rumah Shilla sedang sepi. Dan katanya, gadis itu takut jika di pulang ke rumahnya sendirian. Jadilah sekarang Ify terkurung di dalam kamar Shilla sementara si empunya sedang mandi.

Tapi Ify tidak masalah, karena mood’nya juga sedang tidak enak hari ini, jadi dia fine fine aja di ajak Shilla ke rumahnya. Toh jika dia pulang ke rumahnya juga belum tentu kakak sepupunya itu ingat dengan hari ulang tahunya. Masalahnya sampai sekarang belum ada satupun sms yang masuk ke handphone’nya. Entah itu dari teman temannya, sahabatnya, kakak sepupunya, orang tuanya, dan juga dari pemuda yang memiliki hatinya itu. Tidak ada sama sekali, dan itu membuatnya semakin kesal.

“Heran gue, apa enaknya mandi malam malam gini yah. Tuh orang gila kali. Padahal kan tadi habis hujan. Pasti airnya dingin banget tuh. Dasar Shilla gila.” Gumam Ify seraya merebahkan tubuhnya di kasur king size milik Shilla.
“Gue denger bego.”
“Hehehe.” Ify menatap Shilla yang sekarang sedang mengobrak abrik isi lemarinya. “Ya lagian loe mandi malam malam gini. Kaya lagi mandi kembang tujuh rupa aja loe.”
“Enak aja. Udah sekarang giliran loe sono yang mandi.”
“What. Mandi jam segini ??? OGAH.”
“Oh, loe gak mau ??? Yaudah. Terserah loe sih. Tapi loe pake baju ini.” Ucap Shilla seraya melempar kotak yang lumayan besar kearah Ify dan tepat mengenai kepalanya.
“Shillaaaaa, loe rese banget tahu gak sih. Pantas aja cowo pujaan loe itu gak mau ngelirik loe. Cewe ganas yang gak punya sopan santun.”
“Whatever. Sekarang loe pake itu. Buruan.”
“Ogah. Nih buat loe aja.” Ucap Ify kesal seraya melempar kotak itu kembali kearah Shilla membuat gadis itu meringis kesakitan karena tepat mengenai kepalanya juga. Sedang Ify hanya tertawa karena bisa membalasnya.
“Ify. Cepetan loe pake gaun ini. Kalau loe gak mau. Jangan harap loe bisa ketemu sama Rio lagi.”
“Rio ??? Kok loe bawa bawa nama dia ???”
“Iya karena gaun ini dari dia. Tadi di paketin ke sini. Dan loe wajib make malam ini. Dia mau ngajakkin loe nge-date.”
“Nge-date ??? Loe serius ??? Gimana bisa dia ngajakkin gue kencan setelah seharian ini dia gak muncul di hadapan gue ???”
“Bisa aja. Dan loe wajib nurutin perintah gue kali ini. Buruan masuk kamar mandi dan ganti seragam sekolah loe itu dengan gaun ini kalau loe masih pengin ketemu sama Rio. Buruan Ify.” Ucap Shilla seraya mendorong dorong tubuh Ify memasuki kemar mandi.

Dengan langkah pelan dan bibir manyun akhirnya Ify masuk kamar mandi. Dia kesal dengan sahabatnya yang satu itu yang tidak ada lembut lembutnya. Tapi dia juga bahagia karena sebentar lagi dia akan kencan dengan pangeran hatinya itu. Biarlah semua orang lupa dengan hari ulang tahunnya. Yang penting dia akan berkencan dengan Rio malam minggu ini. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan kecuali bisa melihat pemuda itu. Pemuda yang berhasil memiliki hatinya secara utuh. Mario Stevano Aditya Haling - pangeran hatinya.


LIKE and COMMENT'nya tetep dong guys,
jangan jadi pembaca gelap - mencurigakan kalau jadi pembaca gelap :D
gue juga butuh saran dan kritik dari kalian semua yang membaca cerbung ini.
Thanks for readers. tinggalin jejak kalian dulu, baru gue mau lanjut :p

Gue Kena Karma - Part 17

Siang guys :D
gue cuma mau nerusin cerbung gue yang gaje itu.
makin jelek ?? Emang.
Tapi gue cuma mau bertanggung jawab sama cerbung ini aja :D belum end, jadi gue ngerasa gimanaaa gitu.
ada yang nungguin gak sih ?? Gak ada ?? #miris :D
yaudah langsung aja, happy reading guys :*



Part sebelumnya !!!
cek aja disini https://m.facebook.com/notes/?id=100000567110137&_rdr

“Loe ngomongnya kok jadi gaje gini sih. Siapa juga yang mau nikah dini. Gue mau nikah kalau gue udah sukses nanti. Palingan juga 7 tahun yang akan datang.”
“Gue harus nunggu loe selama itu ???”
“Ya kalau loe cinta. Kalau gak yaudah.”
“Gak tahu deh. Lihat nanti aja. Kalau gue udah gak cinta sama loe lagi gimana ??? kayaknya sih gitu deh. Pasti di kampus nanti kan gue nemuin cewe yang jauh lebih cantik dari loe. Lebih baik, lebih pinter, lebih ramah, dan lebih segalanya dari loe. Jadi kemungkinan besar gue pindah ke lain hati.” Ucap Rio bermaksud menggoda Ify.
“Oh gitu, Okeh fine. Gue juga bakalan nyari cowo yang jauh lebih segalanya dari loe.” Ucap Ify kesal seraya membuang muka dari Rio.
“Okeh. Yaudah yah sayang. Gue mau ke kelas dulu. Selamat mencari cowo baru. Haha.” Ucap Rio seraya berlari meninggalkan Ify.
“Sayang sayang nenek moyang loe apa. Rese banget sih loe Yo. Awas aja nanti, gue bales loe. Loe …”
“Ify.”
“Gabriel.”

Part selanjutnya !!! Gue Kena Karma - Part 17

Rio yang mendengar gadis pujaannya menyebut nama yang tidak asing baginya segera membalikan tubuhnya. Dia tersentak kala melihat pemuda itu sedang mencengkram erat pergelangan tangan Ify. Rahang Rio mengeras. Dia tidak terima jika gadisnya kembali tersakiti oleh kelakuan pemuda itu yang terlalu kasar kepada semua orang. Bahkan Ify – yang katanya adalah termasuk salah satu gadis yang disayanginya – ia sakiti.

Rio melangkah mendekati mereka berdua. Bahkan pemuda ini setengah berlari mendekat melihat Ify yang sekarang sedang diseret dengan kasar oleh Gabriel. Dan Rio bertambah emosi melihat gadis itu menangis, dengan reflek dia mendorong Gabriel hingga pemuda itu tersungkur.

“Rio.” Ucap Ify pelan seraya memeluk tubuh Rio. Rio hanya mengusap lembut rambut Ify. Berusaha membuat gadis ini tenang. Dia masih melihat Gabriel dengan tatapan tajam’nya. Bersiap membunuh pemuda itu jika melakukan hal yang lebih kasar lagi kepada gadis yang sekarang sedang berada di pelukannya.

“Loe apa apaan sih.” Ucap Gabriel emosi.
“Jangan pernah ganggu Ify lagi.”
“Loe siapa ??? Pacarnya ??? Yakin banget loe bakalan jadi pacar Ify. Dia itu milik gue.” Ucap Gabriel santai – bermaksud menyindir.

Rio melepaskan pelukannya. Dia menghapus air mata Ify yang masih berbekas di pipi mulusnya. Gadis itu sekarang sudah berhenti menangis. Dan dia menatap tajam Gabriel yang sekarang sudah berdiri tegak di hadapannya. Tangannya masih menggenggam tangan Ify. Bermaksud menerangkan kepada gadis itu bahwa semuanya akan baik baik saja. Tentunya selama dirinya berada di samping gadis itu.

“Sebenernya masalah loe sama gue itu apa sih.” Ucap Rio masih berusaha sabar menghadapi pemuda di hadapannya.
“Sok polos loe.” Ucap Gabriel sinis.
“Gue bener bener gak ngerti Iel. Dari dulu loe benci sama gue. Dan dari dulu juga gue gak ngerti salah gue itu apa sampe loe sebegitu bencinya sama gue.”
“Loe gak bakal pernah mau ngerti. Karena loe itu egois.”
“Loe jangan main teka teki lagi sama gue Iel. Atas dasar apa loe bilang gue egois. Selama ini gue berusaha ngalah sama loe.”
“Gue tunggu di tempat biasa kita tanding. Jam 4 nanti. Buktiin sama gue kalau loe emang bukan cowo egois. SENDIRI. Tenang aja, gue juga bakalan sendiri. Loe bisa pegang perkataan gue.” Ucap Gabriel tanpa mengindahkan ucapan Rio dan langsung berlalu pergi meninggalkan Rio dan Ify yang masih terpaku menatap kepergiannya.
“Loe gak apa apa kan Fy ???” Tanya Rio khawatir berusaha mengalihkan pembicaraan dengan gadis yang sekarang sedang menatapnya dengan intens.
“Yakin mau dateng ???” Tanya Ify membuat Rio melengos.
“Gue tanya malah balik tanya.”
“Gue Cuma khawatir sama loe. Nanti kalau terjadi apa apa sama loe gimana.”
“Loe tenang aja, Gabriel kan tadi udah bilang kalau dia bakalan dateng sendiri.”
“Gue gak percaya, bisa aja kan dia Cuma basa basi tadi. Gabriel tuh orangnya nekad Yo. Dulu dia juga pernah ngeroyok loe kan sama anak buahnya. Ntar kalau kejadian lagi gimana ???”
“Ify. Apa sebegitu cintanya loe sama gue sekarang. Sampe sampe loe gak mau lihat gue kenapa kenapa.” Goda Rio dengan nada santai
“Rio, gue lagi serius.” Ify langsung melipat kedua tangannya di depan tubuhnya dan memasang wajah kesal. Sedangkan Rio hanya tertawa melihatnya. Dia mengacak acak rambut Ify lembut.
“Gue juga serius. Udah deh gak usah dipikirin lagi. Sekarang gue Tanya sama loe. loe gak kenapa kenapa kan ???” Tanya Rio masih dengan nada cemas’nya.
“Rio. Apa sebegitu cintanya loe sama gue sekarang. Sampe sampe loe gak mau lihat gue kenapa kenapa.” Ucap Ify mengikuti gaya bicara Rio tadi.
“Apaan tuh ikut ikutan.”
“Ya lagian di Tanya serius loe’nya malah gak serius.”
“Emang loe Tanya apaan ???”
“Tahu ah, BT.” Ucap Ify kesal dan melangkah pergi meninggalkan Rio.

“Ify.” Ify tetap tidak menghiraukan panggilan Rio. Gadis itu tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun kearah Rio. Sedangkan pemuda itu hanya menghela nafasnya pelan seraya tersenyum tipis dan masih memandang punggung gadis itu hingga menghilang di balik tembok.
“Gue Cuma berharap loe tetap tersenyum Fy. I hope you are always happy with me or without me.”

***************
Cinta memang mempunyai banyak arti. Dan itu tergantung orang yang mengartikannya. Lebih jelasnya. Mereka mengartikan cinta sesuai dengan perasaan yang mereka rasakan saat itu. Cinta benar benar membuat semua kaum adam dan hawa merasakan perasaan yang aneh yang merasuki jiwa kita. Kadang dapat membuat senyuman terpeta di wajah kita, kadang juga cinta dapat membuat kita merasakan patah hati. Dan hanya ada senyuman getir yang dapat diperlihatkan saat semua kaum adam dan hawa merasakan perasaan itu.

Dua kaum adam sedang saling menatap dengan tajam satu sama lain. Seperti yang mereka janjikan tadi pagi. Kini mereka berada di lapangan indoor yang terdapat di depan sekolah mereka dulu. Yakni SMP. Yah, itu adalah tempat favorit dua pemuda ini jika mereka ingin bertanding dengan sengit. Dan disinilah mereka sekarang. Di tempat yang mempunyai banyak kenangan saat mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama tersebut.

Tentunya bukan kenangan indah, tapi hanya ada kenangan mengerikan yang wajib mereka lupakan. Kenangan yang selalu membuat mereka membenci satu sama lain. Bukan mereka berdua. Tapi hanya ada salah satu dari dua pemuda ini yang memiliki rasa dendam dan perasaan benci sedari dulu. Gabriel.

“To The point aja bro.” Tanya Rio membuka percakapan karena tidak betah berlama lama saling diam dengan raut wajah kebencian yang terpeta jelas di wajah pemuda di hadapannya.

“Kita tanding dulu, setelah itu baru gue kasih tahu apa tujuan gue ngajak loe kesini.”
“Loe jangan basa basi Iel. Gue gak punya waktu buat ngurusin itu.”
“Sok banget loe jadi orang.”
“Percuma juga kita tanding. Yang ada kalau gue menang loe malah tambah benci sama gue.” Ucap Rio santai membuat Gabriel emosi.
“Loe makin lama makin menjadi ya Yo. Jangan karena Ify udah berhasil loe taklukin, loe jadi seenaknya sama gue. Loe inget kan, seorang Gabriel itu gak pernah kalah. Apalagi kalah sama orang kaya loe.”
“Iya Iel. Gue tahu. Sekarang pun loe udah menang kan dari gue. Buat apa loe nunjukkin kemampuan loe lagi. Sekarang gue Cuma minta sama loe. Loe kasih tahu ke gue, apa salah gue sama loe.”
“Sylvia. Loe masih inget nama itu ???”

Kalimat Gabriel yang satu ini benar benar membuat Rio terdiam. Rio mendadak memflasback ingatanya tentang gadis itu. Seorang gadis yang dulu pernah jadi rebutan antara dirinya dengan pemuda di hadapannya. Seorang gadis yang sudah berhasil membuat dirinya mengenal apa arti cinta yang sebenarnya. Dia cinta pertamanya. Cinta pertamanya waktu masih duduk di bangku SMP.

Dan tiba tiba dia juga teringat waktu Gabriel dengan gampangnya menyatakan cinta pada gadis itu. Pada saat itu perasaannya teramat sakit. Entah sejak kapan gadis itu menyukai Gabriel. Padahal ia kira dulu Sylvia benar benar mencintai dirinya sama seperti dirinya yang mencintainya. Tapi kenyataannya membuat hatinya sakit. Bahkan jika mengingat gadis itu, hanya kesakitan yang ia dapatkan.

Dan gadis itu berhasil membuatnya membenci cinta. Membenci semua kaum hawa yang berada di dunia ini. Sampai ada seorang gadis yang berhasil membuka hatinya dan dengan gampangnya gadis itu menanam namanya dalam dalam di lubuk hatinya. Dan itu membuat perasaannya semakin baik. Semenjak itu, Rio benar benar berusaha melupakan sosok Sylvia. Dia benar benar mengacuhkan gadis itu hingga gadis itu seperti hilang di telan bumi.

Yah, gadis itu menghilang entah kemana. Rio juga tidak berniat mencarinya atau menanyakan kepada siapapun tentang keberadaan gadis itu. Dia hanya ingin mengobati luka hatinya. Jika ia terus menerus mengingat Sylvia, dia tidak akan pernah bisa berfikir ke depan. Dan dia berhasil menemukan cintanya kembali. Dea. Gadis itu berhasil memasuki pintu hatinya tanpa permisi. My heart doesn’t have a door. So, I’m not alarmed when you got into it. Dan Dea menyadarkan dirinya bahwa dirinya mencintainya dan namanya sudah tertanam di lubuk hatinya.

“Kenapa loe diem aja. Ayo ngomong. Apa yang ada di otak loe Mario Stevano.”

Ucapan Gabriel dengan nada setengah membentak itu menyadarkan Rio dari dunia masa lalunya. Dengan cepat dia memandang Gabriel dengan sinisnya. Sepertinya dia berhasil mengetahui apa yang membuat pemuda di hadapannya sekarang memiliki perasaan benci kepada dirinya dari mereka SMP. Gadis itu ternyata penyebabnya. Batinya seraya tersenyum sinis.

“Kenapa loe yang marah. Apa alesan loe marah sama gue. Dia, dia penyebab loe marah gue selama ini. Loe bodoh Gabriel. Pihak yang di rugikan itu gue. Bukan loe.”
“Loe itu udah merebut orang yang gue sayang.” Desis Gabriel tajam.
“Harusnya kata kata itu gue yang ucapin. Bukan loe. loe fikir gue gak tahu kalau loe itu pernah nembak Sylvia. Hah. Loe nyuri jalur start dari gue Iel. Dan perjanjian kita dulu gak kaya gitu.”
“Buat apa gue mengindahkan perjanjian konyol itu. Nyatanya gue gak mengindahkan pun tetep loe yang menang. Dia jatuh ke pelukan loe. Tapi apa, loe malah cuekkin dia sampe dia … sampe dia mutusin buat pindah ke Perancis.”
“Perancis ??? Sylvia ke Perancis ???” Tanya Rio gak percaya.
“Loe jangan berpura pura bodoh Mario. Loe itu udah ngambil semuanya dari gue. Perhatian guru, jabatan, temen temen gue, dan cewe yang gue sayang pun loe rebut.” Ucap Gabriel penuh emosi. Tapi Rio hanya memandangnya dengan santai.
“Loe merasa gue rebut itu semua ??? Loe salah. Perhatian guru, itu karena loe selalu berbuat ulah yang tidak menyenangkan Gabriel. Jabatan, itu bukan kemauan gue, temen temen sendiri yang minta gue ngambil kandidat itu. Temen temen loe, itu karena mereka aktif di OSIS dan Basket Iel. Bahkan cewe yang loe sayang pun gak mencintai gue. Bagaimana bisa loe men-cap gue sebagai perebut ???”
“Bulshit. Sylvia itu cinta mati sama loe.”
“Loe jangan bercanda.”
“Gue serius. Dia nolak gue waktu gue nembak dia. Dan dia bilang secara terang terangan sama gue kalau dia itu mencintai loe. Bukan gue. Dan itu yang bikin gue benci sama loe Mario. Dan tingkat kebencian gue makin besar pada saat loe mencampakan Sylvia begitu aja. Bahkan loe lebih memilih bersama Dea daripada dengan dia.”
“Gue sama sekali gak tahu kalau Sylvia mencintai gue Iel.” Ucap Rio lirih.

“KARENA LOE GAK PEKA.” Teriak Gabriel. Emosinya sudah mencapai puncaknya. Melihat pemuda di hadapannya juga sama sekali tidak menunjukkan respon yang sesuai dengan harapannya.
“Loe selalu menganggap Sylvia itu orang yang gak penting. Dan loe tahu betapa sakitnya dia saat melihat orang yang dia sayang lebih memilih menjauhinya dan bermesraan dengan gadis lain di hadapannya. Loe tahu Yo gimana perasaan dia. Hah. Jawab. Jangan diem aja loe.”
“Gue tahu Iel. Karena gue pernah merasakannya.”
“Saat loe bersama Ify dulu ??? Sekarang loe udah tahu kan rasanya di campakkan itu seperti apa. Hah. Dan loe puas udah bikin Sylvia menjadi seperti itu Yo. Loe puas kan. Dan loe yang bikin dia meninggalkan dunianya di sini. Dia memilih pindah ke Perancis. Dan itu semua gara gara loe.”
“Maafin gue Iel. Gue bener bener gak tahu.”
“Maaf ??? Loe bilang maaf setelah apa yang udah loe lakuin. Loe Gila. Gue bener bener benci sama loe. Seandainya aja loe dulu gak mencampakkan dia, mungkin gue gak akan sebenci ini sama loe. Walaupun gue harus sakit hati melihat cewe yang gue sayang lebih menyayangi orang lain yang gak peka kaya loe.”
“Loe jangan terus menyalahkan gue Gabriel. Disini juga loe salah. Kenapa dulu loe nyuri start dari waktu yang udah ada di perjanjian kita. Kenapa loe dulu bikin gue bingung. Kenapa loe dulu gak berusaha menjelaskan ke gue apa yang sebenernya terjadi. Kenapa loe dulu membiarkan Sylvia kaya gitu. kenapa loe dulu gak bantu dia supaya gue tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Itu permintaan Sylvia. Gue nyuri start ?? Karena gue bener bener mencintai dia Yo. Dia cinta pertama gue, dan gue sayang banget sama dia. Gue gak rela dia jatuh ke pelukan loe. Itu sebabnya gue ngelanggar perjanjian kita.”
“Gue minta maaf Iel. Gue ngaku salah. Gue emang gak peka. Gue membiarkan Sylvia pergi jauh dari loe. Gue bener bener minta maaf. Terutama masalah jabatan. Gue gak tahu kalau sebegitu inginnya loe ada di posisi gue waktu itu.”
“Gue Maafin.”
“Loe gak mau minta maaf sama gue juga ???”
“Buat apa ??? Loe yang salah.”
“Heh bro. Loe juga salah. Loe membiarkan gue berfikir tentang sebab kebencian loe sama gue yang … menurut gue itu aneh banget.”
“Aneh aneh jug aloe fikirin juga kan. Hahaha.”
“Rese loe.”

“Hahaha, okeh bro. Gue juga minta maaf sama loe. Persahabatan kita dulu rusak Cuma gara gara seorang cewe. Dan dengan bodohnya, gue membenci loe bertahun tahun sampe sekarang.”
“Loe emang bodoh. Cowo terbodoh yang pernah gue temui. Hahaha.” Rio tertawa setelah mengucapkan kalimat itu, sedangkan Gabriel hanya mencibir ke arahnya membuat Rio semakin tertawa.
“Berhenti ketawanya Bodoh.”
“Okeh okeh, sorry.” Rio langsung memasang wajah serius. “Tentang Ify Iel. Loe masih punya perasaan sama dia ???”
“Masih.” Jawaban Gabriel membuat Rio memandang ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan Gabriel merasa puas bisa mengerjai seorang Mario Stevano. “Tapi loe tenang aja bro. Gue berusaha move on kok. Kayaknya cewe yang gue sayang lagi lagi di rebut sama loe. Sebenernya sih gue merasa menang dulu. Karena Ify mencampakkan loe seperti loe mencampakkan Sylvia. Tapi ternyata, Ify beneran jatuh cinta sama loe. Pesona loe lagi lagi nempel di hati orang yang gue sayang.”
“Loe kurang beruntung bro.”
“Sialan loe.” Ucap Gabriel seraya meninju lengan Rio sedangkan Rio hanya tertawa.
“Iel, Gue mau Tanya sama loe. Tentang rekaman itu. Itu ulah loe kan ???” Tanya Rio. Gabriel yang mendengar pertanyaan Rio hanya diam karena kaget. Baru saja ia berbaikan dengan sahabat lamanya, sekarang gara gara masalah ini mereka harus bertengkar lagi. Gak. Dia gak akan pernah membiarkan ini terjadi lagi.
“Gue minta maaf sama loe. Iya, itu emang ulah gue. Waktu itu gue masih benci sama loe bro. Gue Cuma mau loe rasain sakit yang di rasain sama Sylvia.”
“Gue gak ngerti kenapa loe ngelakuin hal yang jauh dari fikiran gue.”
“Gue minta maaf bro sama loe. Gue janji, besok gue akan klarifikasi semuanya sama anak anak satu sekolahan kalau itu ulah gue. Gue juga bakalan minta maaf sama Ify. Gue banyak salah sama dia dan juga loe. Gue janji Yo.”
“Ini baru sahabat gue. Jangan pernah ngungkit ngungki soal Sylvia lagi Iel. Lupain dia, biarin dia bahagia sama cowo pilihannya di Perancis sana. Dan loe tahu. Kita berdua sama sama cowo yang gak peka.”
“Yang gak peka itu Cuma loe. Ngapain loe bawa bawa nama gue.”
“Apa loe tahu, di luar sana ada cewe yang berusaha buat milikin hati loe. Dia selama ini berusaha buat ngerubah loe menjadi yang lebih baik. Apa loe tahu itu ???”
“Gue gak ngerti apa yang loe maksud Yo.”
“Iel. Sebenernya ada seseorang yang bener bener mencintai loe selama ini.”
“Siapa ???”
“Loe bilang sama gue, kalau gue gak peka, ternyata dirinya juga gak peka.” Sindir Rio, membuat Gabriel melayangkan jitakannya di kepala Rio. Membuat pemuda itu meringis kesakitan seraya mengumpat Gabriel dalam hati.
“Tinggal bilang, siapa juga. Pake nyindir segala.”
“Loe udah jitak gue, jadi gue batal ngasih tahunya. Loe cari tahu aja sendiri.” Ucap Rio kesal. Masih mengusap usap kepalanya yang di jitak Gabriel cukup keras.
“PMS loe. Sensitive banget. Loe bilang dong Yo siapa. Kalau loe gak mau bilang, gue bakal rebut Ify dari loe.”
“Coba aja kalau bisa. Gue jamin gak akan pernah bisa. Karena dia udah terjebak dalam pesona seorang Mario Stevano. Dan gue juga gak akan pernah mengijinkan loe menyentuh cewe gue lagi.”
“Gaya loe. Pacaran aja belum, udah ‘cewe gue cewe gue’ aja.”
“Hehehe. Bentar lagi kan dia bakalan jadi cewe gue Iel. Jadi gue gak akan pernah ngasih ijin loe buat berbuat kekerasan lagi sama dia.”
“Sok preman loe. Loe tenang aja, gue gak akan pernah menyentuh cewe loe. Tapi loe juga harus ngasih tahu gue siapa cewe yang bener bener cinta sama gue dong Yo.”
“Gak. Loe fikirin aja sendiri siapa tuh cewe. Gue terlanjur badmood. Jadi gue mau pulang sekarang. Selamat berfikir tuan Gabriel Stevent Damanik.” Ucap Rio seraya menuju ke luar gedung untuk menuju ke parkiran motornya.
“Yo. Rese loe.” Teriak Gabriel dari dalam gedung membuat Rio yang masih dapat mendengarnya tertawa dan tetap melanjutkan jalannya.

Diam diam, hati Rio berubah menjadi tenang. Dia tidak menyangka akan bisa berdamai dengan sahabatnya yang sempat menjadi musuhnya itu. Yaps, sebelum ada perjanjian konyol itu, mereka memang sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan orang tua mereka juga sangat dekat. Dulu, orang orang selalu menyebut mereka berdua kembar. Karena jika ada Rio pasti ada Gabriel. Dan begitupun sebaliknya. Jika ada Gabriel pasti di situ juga ada Rio.

Sudah lama ia memimpikan saat saat seperti ini. Bisa kembali berdamai dengan sahabatnya sedari kecil. Dia merindukan saat saat dimana Gabriel berperan dalam segala hal. Kakak, adik, ayah, ibu, teman, sahabat. Yah, Gabriel bisa menjadi seperti apa saja. Dan itu dulu. Tapi sekarang, Rio berjanji akan membuat Gabriel menjadi Gabriel yang dulu sebelum kehadiran Sylvia sempat mengacaukan persahabatannya dengan pemuda itu – tekadnya dalam hati.


Next part ke part 18 guys :*
jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah guys, seperti biasa LIKE and COMMENT.
don't forget it guys :*
thanks for readers.

Gue Kena Karma - Part 16

Lanjut lanjut lanjut.
kalau kalian masih suka dengan cerbung saya, silahkan read :D
maaf kalau mengecewakan guys,
hope you like this story :*



Rio keluar dari gedung club basket’nya. Teman temannya yang lain memang sudah pulang duluan. Tinggal dia seorang di dalam sana. Dan sekarang ia memutuskan untuk pulang kerumahnya. Memang sudah kebiasaannya dia pulang paling akhir. Kadang sendiri, kadang di temani Alvin, dan kadang juga di temani oleh teman temannya yang lain. Bahkan sang pelatih pun sudah pulang terlebih dahulu.

Hari ini benar benar melelahkan. Selain karena team’nya harus berlatih lebih giat lagi dari biasanya karena akan ada pertandingan sebentar lagi, cuaca juga sedang panas panasnya. Seakan akan matahari tepat berada di atasnya. Dan dengan tanpa dosanya matahari itu memancarkan hawa panas kepada setiap orang yang berada di tempat yang terbuka. Dan tersenyum melihat banyak insane manusia kapanasan akibat ulahnya.

Sekarang pemuda ini sedang berjalan menuju kearah parkiran motornya. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat seorang gadis sedang bersender di kap mobilnya dengan memainkan handphone’nya. Gadis itu juga tidak menyadari jika ada pemuda yang sedang menatapnya. Dia masih asyik memainkan handphone’nya.

Dan Rio sudah hafal gadis itu siapa. Tanpa melihat wajahnya pun dia sudah sangat hafal. Bentuk tubuhnya benar benar mirip dengan gadis yang selama ini dicintainya tapi juga melukainya. ‘mau apa dia kesini ???’ pikirnya bingung. Tapi Rio tidak ambil pusing. Dia masih melanjutkan jalannya mendekati motornya. Dan langsung melanjukannya.

Ify yang menyadari jika ada bunyi motor seseorang langsung mendongak. Dia melihat pangerannya yang sedang ingin keluar gerbang. Dengan gerak cepat Ify kembali menghadangnya. Dan membuat pemuda itu berhenti tepat di depannya. Ify masih menyunggingkan senyum manisnya, sedangkan pemuda itu – Rio hanya menatap Ify dengan kesal. Dia langsung melepas helm fullface’nya.

“Ngapain disitu ??? Minggir.”
“Ish, galak banget ngomongnya. Gue mau ngomong sama loe.”
“Ngomong apa ???”
“Turun dulu. Terus masuk ke mobil gue. Panas banget disini.”
“Yaudah kalau loe gak mau disini. Gue mau pulang. Gak ada waktu buat ngurusin loe.”
“Rio. Please dong. Loe gak lihat pengorbanan gue nih. Gue dari beberapa jam yang lalu udah disini, kepanasan demi ketemu loe. Eh pas ketemu loe malah cuekkin gue.”
“Gak ada yang nyuruh kan.”
“Please Yo.”

Rio menatap gadis cantik di hadapannya. Tatapannya memelas dan kedua telapak tangannya di satukan di depan tubuhnya – memohon kepadanya. Rio jadi tidak tega. Akhirnya dia turun dari motornya dan turun menuju ke mobil Ify dan masuk. Ify pun tersenyum dan langsung mengikuti Rio dan duduk di bangku kemudi. Dia langsung menatap Rio yang sedang mengalihkan pandangannya dari wajahnya. Dia tidak akan menyerah – tekadnya dalam hati.

“Yo.”
“Hmmm.”
“Loe lihat gue dong. Gue kan mau ngomong sama loe.”
“Loe banyak maunya yah. Loe mau ngomong apaan ???” Ucap Rio kesal tanpa menatap kearah Ify.
“Gue mau ngejelasain soal rekaman itu. Please dengerin penjelasan gue dulu.”
“Loe tahu darimana kalau gue disini ???” Tanya Rio tanpa menjawab ucapan Ify sebelumnya.
“Gak penting.”
“Menurut gue itu penting.”
“Yaudah gak akan gue jawab. Kalau loe mau ngedengerin penjelasan gue, baru gue akan ngasih tahu loe.”
“Cissh. Loe itu maunya apa sih sebenernya. Belum puas buat gue sakit hati lagi. Loe jangan main main sama perasaan Fy. Gue juga manusia biasa. Kalau loe emang berniat buat main main, tolong jauhin gue.”
“Gak Yo, gue serius.”
“Serius kalau loe emang gak cinta sama gue ??? Iya gue tahu, makanya sekarang loe jauhin gue. Jangan usik lagi kehidupan gue Fy. Gue mau move on dari loe. Jangan buat gue lebih terluka lagi dari ini.”
“Gak Yo. Gue gak bermaksud buat nyakitin hati loe. Gue emang beneran cinta sama loe. Gue sayang sama loe. Gue serius Yo. Rekaman itu memang bener. Tapi itu dulu waktu awal loe ngedetin gue. Itu rekaman dulu Yo. Perasaanku gue yang dulu sama sekarang beda Yo.”

Rio hanya mengdengarkan baik baik apa yang dibicarakan oleh gadis di sampingnya, tanpa melihat ke arahnya. Berusaha memahami setiap kata yang keluar dari bibir manisnya. Berusaha mencari tahu perasaan gadis di sampingnya yang sebenernya kepada dirinya.

“Dulu gue emang gak suka sama loe. Dan gue mau jujur sama loe kalau gue kena karma. Gue kena karma karena udah mencintai seseorang yang dulu begitu gue benci. Gue ngaku sama loe. terserah kalau loe emang gak percaya. Gue udah bilang yang sebenernya sama loe.”
“Gue juga udah tahu semuanya tentang loe Yo. Tentang hubungan loe sama Gabriel itu apa sebenernya. Dan gue juga udah tahu rahasia yang mungkin hadi rahasia terbesar loe.”
“Rahasia apa ???” Tanya Rio, dan nada suaranya melembut dari sebelumnya.
“Tentang rumah loe. Rumah loe yang di perumahan matahari. Kenapa loe gak jujur sama gue tentang semuanya Yo. Bahkan loe nyembunyiin jabatan loe sebelumnya dan tentang loe jadi pemimpin di club basket ini.”
“Terus kenapa ??? Loe tambah ngefans sama gue ??? Ternyata seorang Mario yang loe anggap lebih rendah segalanya dari Gabriel ternyata jauh di atasnya. Ini yang gue gak suka. Gue itu Mario Stevano yang selalu tampil sederhana Fy. Gue gak perduli mau loe bilang kalau Gabriel lebih segalanya dari gue. Memang seperti itu faktanya. Itu semua harta bokap nyokap gue. Dan gue gak suka ada cewe yang deket sama gue Cuma karena gue anak orang kaya dan gue terkenal.”
“Gak. Bukan gitu. Gue gak pernah mempersalahkan status loe kaya gimana. Gue juga udah jatuh cinta sama loe sebelum gue mengetahui semua ini. Dan gue terima loe apa adanya Yo. Mau loe kaya kek, gak kek. gue gak perduli. Yang gue tahu, gue Cuma cinta sama Mario Stevano yang selalu tampil sederhana.”
“Gue masih gak yakin.”
“Loe harus yakin.”
“Buktiin sama gue.”
“Okeh kalau itu mau loe. lihat gue sekarang.” Ucap Ify dengan nada memerintah. Dan mau tak mau Rio melihat ke arah Ify.

Rio tersentak kaget melihat tingkah Ify yang diluar fikirannya. Gadis ini benar benar nekad. Setelah Rio melihat Ify, gadis itu langsung menangkup wajah Rio dan mendekatkan wajahnya dengan Rio. Dan bibir Ify langsung mencium lembut bibir Rio. Rio hanya diam tanpa membalas karena masih kaget dengan tingkah gadis cantik yang sekarang sedang menciumnya.

Beberapa saat kemudian, Ify melepaskan ciumannya dan menatap Rio lembut. Yang di tatap hanya melihat kearah Ify dengan tatapan tak percaya. Ify menyadarkan Rio dengan memegang tangannya dan menggenggamnya lembut. Rio langsung tersadar dan menatap Ify yang sedang tersenyum ke arahnya.

“Loe …”
“Gimana ??? Sekarang loe percaya kan sama gue. Ini First kiss gue Yo. Dan gue kasih buat loe. karena gue emang benar benar cinta sama loe. Bukan karena loe anak orang kaya ataupun ketua club basket Batavia. Tapi gue cinta loe karena loe cowo yang apa adanya dan gak mengumbar umbar kekayaan yang loe punya di depan semua orang.”
“Gue gak ngerti harus ngapain Fy.”
“Gue Cuma mau loe percaya sama gue kalau gue itu sungguh sungguh mencintai loe.”
“Rekaman itu ???”
“Gue gak ngerti siapa yang nyebarin. Tapi feeling gue ini ulah Gabriel. Karena gue yakin banget waktu itu gue lagi telfonan sama dia. dan mungkin aja kata kata gue di rekam sama dia. Dan perasaan gue dulu sama sekarang itu berbalik 180° Yo.”
“So ???”
“Gue cinta sama loe.”
“Beneran ???”
“Iya, sekarang gantian loe dong. Gue mulu yang jujur dari tadi.”
“Mau jujur apa ???”
“Ya loe bilang ke’ kalau loe itu juga cinta mati sama gue.”
“Loe gak Tanya perasaan gue yang sekarang sama dulu beda apa nggak ???”
“Maksud loe sekarang loe udah gak cinta lagi sama gue ???” Tanya Ify kesal seraya menyentak tangan Rio kasar. Dia melepaskan genggaman tangannya pada tangan Rio.
“Siapa yang bilang ???”
“Ish, dari tadi muter muter mulu. Yaudah jujur aja kenapa sih.”
“Kalau gue bilang gue gak cinta lagi sama loe, loe gak akan marah kan ???”
“Rio. Loe …” Ify tidak bisa melanjutkan perkatannya lagi. Fikirannya benar benar sudah menyebar kemana mana. Dan hatinya terasa sakit mendengar perkataan terakhir dari pemuda di sampingnya ini.
“Kenapa ???” Tanya Rio sok polos.
“Turun loe. kalau loe ada di mobil gue Cuma mau bilang kalau loe udah gak cinta lagi sama gue mendingan loe turun. Turun sekarang.”
“Ngusir ???”
“Ish Rio. Udah sana turun. Sekarang.” Teriak Ify membuat Rio meringis kesakitan karena Ify tepat teriak di telinga kananya. Tapi Rio hanya diam saja dan kembali mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Riooo. Loe dengerin gue ngomong gak sih.”
“Berisik banget sih loe. kita ada di mobil, loe ngomong pelan aja bisa gak.”
“Yaudah makanya turun. Gue mau pulang.” Ucap Ify sedikit melembut tapi juga lirih membuat Rio serba salah.
“Gak mau.”
“Terus loe mau ngapain disini ???”
“Mau berduaan sama loe.”
“Gak lucu.” Teriak Ify – lagi.

Setelah itu Ify beranjak ingin keluar dari mobil. Rio yang paham gadis itu mau keluar dari mobil ini langsung menarik lengannya sampai Ify sampai ke pelukannya dan langsung mencium bibirnya, sama seperti yang dilakukan oleh Ify tadi. Ify hanya diam karena kaget. Tindakan Rio sangat tiba tiba dan posisi Ify juga sangat dekat dengan Rio. Benar benar tidak ada jarak di antara mereka berdua.

“Mmm.” Gumaman Ify langsung membuat Rio melepaskan ciumannya. Mereka melakukan itu cukup lama. Nafas mereka tersenggal senggal dan beberapa saat kemudian kedua pasangan adam dan hawa ini langsung salting dan mengalihkan pandangannnya kearah lain.
“Sekarang kita satu sama. Gue udah bales perbuatan loe tadi.”
“Ish. Apaan sih.” Ucap Ify pura pura kesal untuk menutupi kesaltingannya.
“Loe mau tahu. Kenapa gue gak mau keluar dari mobil loe ???” Ify langsung menatap Rio seakan akan mengiyakan pertanyaan Rio barusan.
“Tadi kan loe bilang ‘kalau loe ada di mobil gue Cuma mau bilang kalau loe udah gak cinta lagi sama gue mendingan loe turun’ iya kan ???” Tanya Rio dan dibagian pas perkataan Ify tadi, Rio mengikutinya dengan gaya yang sama dengan Ify.
“Terus ??”
“Loe amati aja baik baik perkataan loe yang itu.”

Ify langsung berfikir. Kalimatnya tadi benar benar memusingkan. Padahal kalau di cermati baik baik Ify pasti akan langsung paham. Mungkin ini efek kejadian dengan pemuda di sampingnya beberapa menit yang lalu. Jadi fikiran Ify tidak focus. Rio masih menatap Ify yang Nampak sedang berfikir.

“Gak bisa jawab ??? Bodoh banget sih loe.”
“Rio loe ngeselin banget sih. Ini juga gara gara loe. Gue jadi gak bisa focus.” Teriak Ify seraya memukul lengan dan tubuh Rio yang ada di hadapannya, sedangkan Rio hanya meringis kesakitan.
“Aduh Fy. Iya iya. Berhenti dulu.”
“Loe ngeselin sih.”
“Iya deh maaf. Maksud gue itu gue gak mau keluar dari mobil loe karena gue masih cinta sama loe. Orang masih cinta kok di suruh keluar. Kan tadi katanya kalau udah gak cinta gue keluar dari mobil loe. Udah paham nona cantik ???”
“Jadi ???”
“Loe tahu jawabannya.”

Ify langsung memeluk Rio dengan erat. Rio juga membalasnya dengan senang hati. Perasaan dirinya dengan gadis cantik yang sekarang ada di pelukannya memang belum hilang sama sekali. Malah semakin hari semakin besar saja rasa cintanya pada Ify. Dan Rio tidak akan pernah mundur sampai kapanpun. Dia sudah terjebak dalam pesona seorang Allyssa Saufika Umari. Dan beberapa bulan ini dia sudah berusaha agar Ify mau menerimanya dengan senang hati. Nyatanya sekarang gadis cantik ini juga benar benar mencintai dirinya bahkan menyayanginnya. Dan Rio merasa bahagia.

“Yaudah, pulang sana.” Ucap Rio seraya melepaskan pelukannya.
“Loe udah maafin gue kan ???”
“Maunya ???”
“Di maafin dong.”
“Gue maafin kalau loe pulang sekarang.”
“Loe tega ngebiarin gue pulang sendiri ???”
“Terus ???”
“Anterin gue pulang.” Ucap Ify manja.
“Gue kan bawa motor.”
“Yaudah tinggal sini aja. Nanti besok baru di ambil.”
“Enak aja. Terus kalau gue mau pergi pergi naik apa coba ???”
“Rio mah gitu.”
“Yaudah gini aja. Gue ngikutin loe dari belakang yah. Gue tetep pake motor gue. Nah loe tetep pake mobil ini. Gue akan nganterin loe ke rumah deh.”
“Gak asyik dong gak bisa berduaan.”
“Kenapa jadi agresif banget deh. Habis makan obat apa emang, kenapa jadi loe yang tergila gila sama gue.”
“Gue kan kena karma. Dan pesona loe juga udah merasuki hati gue nih.” Ucap Ify seraya menahan tawanya melihat ekspresi Rio seperti ilfeel kepadanya.
“Apaan banget bahasa loe. Yaudah gue ambil motor dulu.” Ucap Rio seraya keluar dari mobil Ify dan berjalan menuju ke motornya. Rio langsung melajukannya dan Ify juga mengemudikannya. Mereka pulang dengan beriringan di sertai dnegan canda tawa di antara keduanya.

Kisah cinta Rio dan Ify memang tidak mirip dengan kisah cinta Romeo dan Julliet, bukan seperti kisah snow white, dan bukan juga seperti kisah cinta Habibie dan Ainun. Ini kisah Rio dan Ify. Kisah cinta yang begitu merumitkan hingga berujung pada kebahagiaan. Mereka hanya bisa berharap kisah cinta mereka akan berakhir happy ending. Dan mereka berharap mereka hanya dapat dipisahkan oleh maut. Tidak ada selain itu yang bisa memisahkan mereka berdua. Mereka saling mencintai. More than you know.

***************
Cinta datang secara tiba tiba memang sering terjadi di kalangan remaja jaman sekarang. Bahkan ada juga di antara mereka yang mencintai seseorang tapi dirinya tidak sadar dengan semua itu. Hampir semua orang berfikiran bahwa mencintai seseorang adalah hal yang paling menyenangkan. Tapi nyatanya, banyak juga di antara mereka yang bukannya mendapatkan cinta dari orang yang mereka cintai tapi malah mendapatkan sakit hati dari orang yang dicintainnya.

Semuanya terasa indah dengan cinta. Cinta tulus dari seseorang adalah perasaan yang paling berharga yang wajib kita jaga. Dengan adanya cinta tulus itu, hidup kita jadi berwarna. Hati kita juga merasa nyaman karena diisi oleh kupu kupu indah yang merasuki hati kita. Dan itu biasa disebut dengan CINTA.

Seperti yang di alami oleh Ify. Gadis cantik ini mendapatkan cinta tulus dari seorang Mario Stevano. Pemuda tampan yang mempunyai cinta dan rasa sayang hanya untuk seorang ify. Melakukan hal apa saja demi melihat gadis itu bahagia. Entah mengapa, setiap kali Rio melihat air mata Ify, hatinya seperti ikut menangis karena nama yang tertanam di sana sedang dalam keadaan tidak baik baik saja.

“Udah ???” Tanya Ify kepada Rio. Mereka sedang berada di taman sekolah .
“Udah. Kenapa harus disini sih, di kelas kan bisa.” Dumel Rio seraya merebahkan tubuhnya di samping Ify yang sedang duduk bersila sambil memegangi buku tulisnya.
“Di kelas tuh rame. Jadi gak konsen. Lagian loe pelit banget sih. Orang di suruh ngajarin juga. Punya ilmu tuh di bagi bagi kenapa.”
“Bukannya pelit. Tapi tadi gue harus muter muter dulu buat ketemu sama loe disini. loe fikir gak cape’ apa.”
“Salah sendiri. Ngapain juga ke ruang guru segala.”
“Gue di panggil sama Pak Anton. Kalau gue gak kesana. Lapangan bersih gara gara gue nanti.”
“Berarti salah loe dong. Bukan gue.”
“Ck, udah ah. Acara belajar kita BATAL. Gue cape’. Pengin tidur di kelas.” Ucap Rio kesal seraya beranjak dari duduknya.
“Rio. Ish, loe tuh niat ngajarin gue gak sih. Gue mau ulangan nih habis guru rapat nanti. Bantuin gue ke’. Loe kan jago Matematika Yo.”
“Keuntungan gue apa kalau jadi bantuin loe ???”
“Terserah loe mau minta apa aja dari gue.”
“Beneran ??? Kalau gue mau nikah sama loe sekarang boleh juga dong.”
“Boleh. Tapi loe harus minta ijin dulu sama keluarga besar gue. Kalau mereka ngijinin gue nikah sekarang sih gak masalah.” Jawab Ify santai.
“Loe ngomong kaya gitu soalnya loe udah tahu kalau keluarga besar loe itu gak akan pernah ngijinin loe mengikuti jejak Pernikahan Dini.”
“Tuh loe tahu. pinter.”
“Loe lihat aja nanti, gue pasti bakalan menikahi loe tahun depan.”
“Gimana caranya ???”
“Ya gampang. Setelah kita lulus kita langsung nikah yah Fy. Sebelum itu, gue mau pendekatan dulu sama calon mertua gue juga. Biar langsung di terima. Hahaha.”
“Loe ngomongnya kok jadi gaje gini sih. Siapa juga yang mau nikah dini. Gue mau nikah kalau gue udah sukses nanti. Palingan juga 7 tahun yang akan datang.”
“Gue harus nunggu loe selama itu ???”
“Ya kalau loe cinta. Kalau gak yaudah.”
“Gak tahu deh. Lihat nanti aja. Kalau gue udah gak cinta sama loe lagi gimana ??? kayaknya sih gitu deh. Pasti di kampus nanti kan gue nemuin cewe yang jauh lebih cantik dari loe. Lebih baik, lebih pinter, lebih ramah, dan lebih segalanya dari loe. Jadi kemungkinan besar gue pindah ke lain hati.” Ucap Rio bermaksud menggoda Ify.
“Oh gitu, Okeh fine. Gue juga bakalan nyari cowo yang jauh lebih segalanya dari loe.” Ucap Ify kesal seraya membuang muka dari Rio.
“Okeh. Yaudah yah sayang. Gue mau ke kelas dulu. Selamat mencari cowo baru. Haha.” Ucap Rio seraya berlari meninggalkan Ify.
“Sayang sayang nenek moyang loe apa. Rese banget sih loe Yo. Awas aja nanti, gue bales loe. Loe …”
“Ify.”
“Gabriel.”


Part 16 selesai. Hari ini dua part.
thanks for readers.
don't be a silent readers guys. silahkan meninggalkan jejak kalian seperti biasanya yaitu LIKE and COMMENT.
buat yang masih mau membaca, tunggu next part'nya yah guys.
Dare to be rise :* salam hangat dari gue :D

Gue Kena Karma - Part 15

Selamat siang semuanyaaaa :D
thanks buat yang masih membaca my story dari awal sampai sekarang :)
semoga belum bosen yaaa, thanks banget buat readers dimanapun loe berada :D
let's see !!! Hope you like this story.
Cekidot !!



Ify berdiri di depan sebuah rumah besar dan mewah dengan pagar yang menjulang tinggi berwarna merah hitam yang menghalangi langkahnya memasuki rumah itu. dengan gerakan cepat di tekannya bel rumah, dan beberapa saat kemudian keluarlah sang satpam yang bertugas untuk membukakan pintu gerbang dan wajib menerima laporan dari tamu yang akan mendatangi rumah majikannya itu.

“Permisi pak.” Ucap Ify sopan setelah sang satpam membukakan pintu gerbangnya.

“Iya non, ada yang bisa saya bantu ???”

“Apa benar ini rumahnya tante Manda dan Om Haling ???”

“Iya non betul. Ada perlu apa non.”

“Mmm. Saya Ify pak. Saya mau bertemu dengan anaknya. Namanya Mario Stevano.”

“Oh Den Rio. Mari non silahkan masuk.”

“Terima kasih pak.”

Ify melangkah memasuki bangunan megah tersebut. Rumah ini benar benar besar. Bahkan rumahnya pun kalah jauh dengan rumah ini. Rumah milik Mario Stevano Aditya Haling. Nama pemuda yang masih tersimpan rapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebagai seseorang yang sangat ia cintai. Entah mengapa, pemuda itu memilik tempat tinggal bak istana seperti ini. Padahal setau Ify, pemuda itu hanya memiliki satu rumah yang biasanya ia datangi. Tapi sekarang.

Sebelum ke tempat ini, Ify memang menuju ke rumah Rio yang dulu. Rumah yang lebih kecil darinya. Dan rumah itu ternyata kosong. Hanya di tempati oleh seorang pembantu rumah Rio. Dengan gampangnya, pembantu itu menjelaskan dengan sedetail mungkin mengenai rumah Rio yang sebenernya.

“Non Ify memangnya gak tahu kalau den Rio punya rumah 2 ???” Ify hanya menggeleng saat di beri pertanyaan seperti itu. Memang kenyataannya dia sama sekali tidak tahu jika pemuda itu memiliki rumah 2.
“Den Rio sama non Chelsea memang tinggal berdua di rumah ini non. Sedangkan Tuan sama Nyonya tinggal di perumahan Matahari. Rumah tuan sama nyonya yang di situ jauh lebih besar dari rumah ini non. Tapi tuan sama nyonya sering mampir ke sini buat nengokin den Rio sama non Chelsea.”
“Kenapa gak bareng aja bi ???”
“Bibi juga gak tahu alasannya. Tapi kata den Rio sih pengin hidup mandiri gitu. Jauh dari orang tua, biar kalau udah kuliah nanti bisa hidup sendiri.”
“Oh, berarti sekarang Rio tinggal sama orang tuanya bi ???”
“Bibi juga gak tahu non, den Rio baru aja pergi. Tadi bilangnya sih mau ke rumah tuan sama nyonya. Katanya kangen.”
“Kalau kak Chelsea bi ???”
“Non Chelsea belum pulang dari kampus non. Tapi non Chelsea tinggal disini. Buat jagain den Rio juga.”
“Bi, Ify boleh minta alamat rumah Rio yang di perumahan matahari gak bi ???”
“Tapi Non. Den Rio gak mengijinkan.”
“Bi, please. Ify janji gak akan pernah ngasih tahu Rio kalau Ify tahu informasi ini dari Bibi. Ify mohon bi. Ify ada perlu sama Rio.” Ucap Ify memohon dengan mengatupkan kedua tangannya ke depan.
“Yaudah deh Non, tapi non janji yah jangan bawa nama bibi.”
“Siap bi.”

Setelah mendapatkan alamatnya jadilah sekarang Ify berada di rumah bak istana tersebut. Sampai saat ini pun dirinya belum menyangka jika Rio mempunyai rumah yang jauh lebih besar dari rumahnya sendiri. Bahkan di garasi depan rumah itu terdapat beberapa mobil dari berbagai merk berjajar rapi mengisinya. Ternyata Rio jauh lebih kaya dari pada dirinya. Mengapa dia dulu berfikiran kalau Gabriel lebih segalanya dari Rio. Dia salah lagi.

“Ify.” Pekik seorang wanita paruh baya menghampiri Ify dan Ify langsung berdiri yang semula duduk di sofa lembut ruang tamu rumah Rio.
“Tante.”
“Kamu tahu darimana rumah tante Fy ??? tahu dari Rio yaaa.”
“Bukan kok tan. Rio sama sekali gak pernah memberitahu Ify tentang ini semua.”
“Oh, iya emang anak itu. Gak ada yang tahu kalau Rio punya rumah disini Fy. Dia benar benar menyuruh tante sama Om dan Kak Chelsea supaya tutup mulut dengan ini semua. Terus Ify tahu darimana ???”
“Dari bibi di rumah Rio tante. Dia memberitahu Ify. Tapi Ify mohon tante. Jangan bilang ke Rio kalau Ify dapet informasi ini dari Bibi. Nanti takutnya Rio marah sama bibi.”
“Iya sayang. Kamu tenang aja yah. Ayo duduk lagi. Ify ke sini mau ketemu sama siapa Fy. Rio atau sama tante ???”
“Mmmhh…” Jawab Ify malu malu.
“Ah tante tahu jawaban kamu. Tapi Rio’nya gak ada disini Fy. Sore ini kan jadwal Rio latihan basket.”
“Latihan basket tante ???” Tanya Ify kaget.
“Iya latihan basket. Emangnya kenapa Fy ???”
“Ify gak tahu kalau Rio latihan basket tante.”
“Jadi Rio gak cerita ke kamu juga ??? Benar benar itu anak. Kenapa semuanya harus di rahasiain sih.”
“Ify juga gak tahu tan. Terus Rio baru latihan kapan ??? Awal kelas 2 ini ???”
“Awal kelas 2 ??? Rio udah latihan dari kelas 2 SMP Fy. Bukan kelas 2 SMA ini. Makanya dia jadi ketua club basket’nya.”
“Ketuanya tante ???” Tanya Ify – dengan ekspresi kaget ‘lagi’. Gadis cantik ini benar benar mendapatkan kejutan yang sangat luar biasa hari ini. Dimulai dari rumah Rio yang ternyata jauh lebih besar dari rumahnya. Kekayaan yang dimiliki Rio yang selama ini tersembunyikan dengan rapi. Latihan basket di sebuah club dari SMP. Dan menjadi ketua club tersebut. Benar benar di luar dugaan.
“Iya Fy. Ketuanya. Ketua Club Basket Batavia. Ify tahu kan ???” Tanya Mama Rio dan membuat Ify lagi lagi tersentak kaget.

Club Batavia itu cukup terkenal di kalangan sekolah tingkatan SMA dan SMP. Sekolah mana yang tidak tahu tentang club basket itu. Club basket paling di minati oleh para kalangan remaja yang ingin bisa bermain basket. Dan Rio merupakan ketua club basket tersebut. Sedari tadi gadis cantik ini memang dibuat bingun oleh penjelasan berturut turut yang membuatnya semakin pusing. Rahasia apa lagi yang di simpan rapat rapat oleh pemuda itu ???.

“Iya tante. Ify tahu.” Mama Rio hanya menganggukan anggukan kepalanya. “Mmh, yaudah tante. Ify pamit aja kalau gitu. Ify mau ketemu sama Rio di club basket’nya aja. Ada yang ingin Ify bicarain sama Rio tante.”

“Oh gitu, yaudah gak papa.”

“Permisi tante.”

“Iya Ify. Hati hati yah. Jangan ngebut.” Ify hanya tersenyum dan langsung memasuki mobilnya dan melajukannya untuk menuju ke tempat Rio. Pikirannya masih berkecamuk tentang Rio. Banyak pertanyaan pertanyaan yang harus di jawab oleh pemuda itu. Dia harus mendapatkan jawabannya dari mulut Rio sendiri. Harus.

***************
Ify sekarang sedang berdiri di depan mobilnya dan bersender pada kap mobil depannya. Matanya menatap bangunan megah di hadapannya. CLUB BATAVIA. Dia masih ragu apakah harus masuk ke dalam atau menunggu Rio selesai latihan. Kalau masuk ke dalam, yang ada hanyalah membuat keributan kecil dengan Rio. Karena pasti pemuda itu tidak mau menerima kehadirannya.

Tapi kalau di luar dan menunggu pemuda itu keluar bangunan itu, pasti akan membutuhkan waktu yang lama. Karena ia juga tidak tahu jam latihan Rio sampai jam berapa. Ify tidak akan pernah pergi dari hadapan pemuda itu sebelum pertanyaan pertanyaan yang berputar dalam benaknya di jawab langsung oleh Rio.

Lagian dia juga harus minta maaf sama pemuda itu. Dan hari ini juga dia harus bisa membuat Rio percaya bahwa apa yang ia katakana itu memang tidak benar. Dulu dia memang membenci Rio, tapi sekarang. Dia benar benar sudah jatuh cinta setengah mati kepada pemuda tampan itu. Dan dia tidak akan pernah menyerah begitu saja sebelum pemuda itu memafkannya dan mau menerima penjelasannya.

Seorang pemuda keluar dari bangunan itu menuju ke luar gerbang, menuju kearah Ify yang sekarang sedang berada di luar gedung basket itu. Dan kesempatan ini tidak disia siakan oleh Ify. Dia langsung mencegat pemuda itu untuk memberhentikan langkahnya. Pemuda itu hanya mengernyit bingung melihat gadis cantik di hadapannya.

“Ngapain loe ??? Mau malak gue ???” Ify langsung manyun.

“Enak aja, emang gue ada tampang preman apa.”

“Ya lagian loe pake nyegat segala. Terus ngapain ??? Sorry yah, bukannya mau menyinggung atau gimana. Tapi suwer deh, gue gak kenal sama loe. jadi jangan sok akrab sama gue. Gue tahu gue ganteng, makanya banyak cewe yang ngejar gue termasuk loe.” Ify hanya melotot mendengar penuturan pemuda di hadapannya.

“Loe narsis banget sih. Cerewet lagi. Cowo kok cerewet.”

“Loe tuh yang aneh. Cantik cantik kok aneh.”

“Ish, gue aneh. Loe apa ???” Ucap Ify menantang.

“Sebenernya loe mau ngajakkin gue ribut atau mau minta tanda tangan gue sih. Ganggu kerjaan gue aja. Kalau mau ribut jangan disini.”

“Mending gue ngajakkin ribut loe daripada minta tanda tangan loe deh.”

“Yaudah, loe mau ribut sama gue dimana ???”

“Gak. Gue pasti akan kalah kalau lawan loe. jadi gue nyerah duluan.”

“Feminim juga gak bisa berantem.”

“Iya dong. Cantik, manis, baik lagi. Ya kan ???”

“Narsis. Udah ah, loe mengganggu perjalanan gue aja. Minggir gue mau lewat.”

“Eh tunggu dulu. Gue mau Tanya sama loe.”

“Tanya apa ???”

“Loe kenal sama yang namanya Rio gak ??? Anak basket Batavia juga.” Tanya Ify to the point. Sedangkan pemuda di hadapannya kembali menatap Ify dengan pandangan menyelidik. ‘ngapain nih orang Tanya Tanya Rio.’ Batinya.

“Mario Stevano Aditya Haling ???” Tanya Pemuda itu lagi sekedar memastikan apakah yang di maksud oleh gadis di hadapannya adalah Rio yang itu.

“Iya dia. loe kenal dia ???” Tanya Ify lagi dan langsung membuat pemuda di hadapannya tertawa. Tertawa di hadapan Ify membuat Ify jengkel juga. ‘di ajak serius dia malah ketawa’ pikirnya kesal.
“Ada yang lucu ???”

“Loe yang lucu. Hahaha.”

“Heh, berhenti ketawanya. Gue lagi serius tahu. loe gak bisa di ajak serius banget sih.” Ucap Ify kesal.

“Sorry sorry. Ya habisnya loe Tanya kaya gitu. siapa juga yang gak kenal sama Mario Stevano. Dia itu kapten club basket ini. Gimana bisa gue gak kenal sama dia. dasar cewe aneh.”

“Jadi bener dia ketua club basket ini ???” Pemuda itu langsung mengangguk menIYAkan ucapan Ify.

Ify tertegun. Pemuda itu benar benar menjadi pemimpin di club basket sebesar ini. Club basket yang terkenal dengan kualitas terbaiknya. Dia benar benar tidak menyangka jika Rio memiliki bakat sehebat itu. Mengapa Ify sama sekali tidak tahu kalau pemuda itu bisa bermain basket ?? Mengapa pemuda itu tidak mau bercerita kepadanya ??

Pemuda itu kembali menatap Ify dengan pandangan menyelidik. Tapi kali ini tatapan kosonglah yang ia dapatkan setelah melihat dengan seksama ke mata gadis cantik itu. Dia benar benar heran melihat gadis cantik dihadapannya, ‘tadi sok nyolot, sekarang jadi diem kaya gini. Nih cewe bener bener gila kayaknya. Atau jangan jangan nih cewe habis di putusin sama Rio makanya nih cewe nyari Rio. Wah parah tuh orang. Bikin anak orang gila kaya gini’ Pikirnya ngelantur.

“Woy, loe siapanya Rio ??? Loe habis di putusin sama Rio yaaa. Makanya loe jadi gila kaya gini.” Ucap pemuda itu seraya menepuk pelan bahu Ify untuk menyadarkan gadis cantik ini.

“Ah, apaan sih. Siapa juga yang gila. Gue sama Rio itu gak pernah pacaran. Mana ada kata putus. Loe yang gila.”

“Terus hubungan loe sama Rio apa ??? Ngapain nyari Rio ??? Eh tapi wajar juga yah, bukan Cuma loe sih, sering banget cewe cewe pada kesini buat ketemu langsung sama Rio. Loe termasuk salah satu fans Rio yaaa ???”

“Fans ??? Ya bukan lah. Gue itu temen dia.”

“Oya sorry nih, kita belum kenalan dari tadi. Nama loe siapa ??? Kenalin gue Riko Anggara. Loe cukup panggil gue Riko.” Ucap pemuda itu yang ternyata bernama Riko seraya mengulurkan tangannya di depan Ify.

“Gue Ify.” Seraya menyambut uluran tangan Riko untuk berkenalan.

“Oh. Ify, loe beneran temen Rio ???” Ify mengangguk. “Tapi gue masih gak percaya, soalnya setiap ada cewe kesini sering banget pake boong buat ketemu sama Rio. Ada yang ngaku temen kaya loe ini, ada yang ngaku sahabat, ada yang ngaku saudara, dan ada juga yang ngaku pacarnya Rio. Makanya gue gak percaya sama loe.”

“Ish yaudah lah. Gak penting juga dapet kepercayaan dari loe. Gue mau nanya lagi bolehn ???.”
“Asal ada traktirannya aja.”

“Ish, loe tuh yah. Iya deh. Tapi jawab yang jujur. Loe ceritain semua tentang Rio yang loe tahu dong. Semuanya tanpa terkecuali.”

“Loe siapa sih. Kepo banget urusan orang.”

“Suatu saat loe akan tahu siapa gue. Yaudah, loe ceritain sekarang. Jangan buat gue penasaran. Ayo.”

“Okeh okeh, Rio itu sekolah di SMA STAR, kelas XI IPA 1. Dia itu anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya namanya Chelsea. Nama orang tuanya itu Haling dan Amanda. Dia tinggalnya di jalan Mawar Blok 2. Hobby’nya tuh main basket. Dia anaknya ramah, baik, setia kawan, jail, sederhana, suka nolong orang …”

“Heh, itu namanya loe lagi nyebutin biodata Rio.” Pemuda itu langsung kesal karena ucapannya di potong oleh Ify.

“Nona cantik yang nyebelinnya minta ampun. Tadi loe bilang apa sama gue. Ceritain semua tentang Rio yang gue tahu. Ya tadi itu jawabannya.”

“Bukan tentang itu. Maaf deh. Kalau yang loe sebutin tadi gue mah udah tahu. maksudnya ceritain tentang Rio di club basket ini. Terus tentang Gabriel.”

“Gabriel ??? Loe kenal sama dia juga ??? Loe anak STAR juga yah.”
“Iya gue anak STAR. Seangkatan bareng Rio sama Gabriel.”
“Oh pantes.”
“So ???”

“Rio sama Gabriel itu musuh bebuyutan semenjak mereka masih duduk di bangku SMP Fy. Bahkan sampai sekarang mereka belum bisa akur. Gabriel tuh yang sering nyari gara gara sama Rio. Dia gak pernah mau kalah sama Rio. Segalanya penginnya dia yang menang. Tapi Rio juga gak begitu peduli dengan itu semua. Dulu waktu SMP, Rio sama Gabriel memperebutkan posisi sebagai ketua OSIS dan Kapten basket. Tapi lagi lagi Rio yang menang. Dan semenjak itu Gabriel jadi benci banget sama Rio.

“Rio pernah bilang sama gue. Kalau dia gak pengin punya musuh. Makanya sekarang dia ngalah sama Gabriel. Di STAR nama Rio kan gak eksis kaya nama Gabriel. Dia emang sengaja ngelakuin itu supaya Gabriel itu gak benci lagi sama dia. Tapi kayaknya tuh orang gak punya rasa terima kasih, udah di kasih hati minta jantung. Dia tetep benci sama Rio sampai sekarang setelah apa yang udah Rio lakuin buat dia. Rio mah gak masalah. Kata dia yang penting pernah buat Gabriel seneng dengan jabatan yang Gabriel raih di STAR.”

“Gue mah gak setuju banget kalau Gabriel seneng. Dia gak pantes untuk seneng. Gue bener bener gak ngerti sama sifat Gabriel. Suka main keroyokan dan main kasar. Sama cewe aja gak bisa lembut. Segalanya dengan kekasaran. Udah playboy, suka tebar pesona, gak tahu terima kasih, sok banget, suka seenaknya sama cewe, bahkan sama orang yang lebih tua dari dia pun dia kasarin. Gue bener bener gak ngerti sama Gabriel. Gimana caranya supaya tuh orang bisa sadar yah.”

“Dulu waktu Rio pertama kali mencalonkan diri jadi anggota team basket di club basket BATAVIA ini waktu kelas 3 SMP aja, Gabriel mulai cari gara gara lagi. Dia juga ikut daftar di sini. Dan lebih parahnya lagi tuh orang nantangin Rio buat ngerebut jabatan kapten lagi.”

“Gabriel bikin perjanjian yang isinya kalau dia menang dia yang akan jadi kapten disini dan Rio harus keluar, begitupun sebaliknya, kalau Rio yang menang, Gabriel yang akan keluar. Itu Gabriel sendiri yang buat, sama sekali tidak ada keputusan dari Rio. Dia terima aja tantangan Gabriel. Dan hasilnya loe bisa lihat sendiri sekarang.”

Ify begitu kaget mendenger penjelasan yang disampaikan oleh pemuda di hadapannya. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya (lagi). Benar benar ajaib, ternyata Rio dan Gabriel satu SMP. Dan udah lama mereka musuhan. Pantas saja waktu pertama kali masuk SMA pandangan Gabriel ke Rio udah gak enak banget.

Ify juga tidak menyangka, ternyata Gabriel itu sangat amat buruk. Untung saja dia tidak jadi menerima Gabriel menjadi pacarnya. Dan dia memilih orang yang tepat. Rio. Mereka berdua itu penuh dengan misteri. Apa yang membuat Gabriel begitu benci sama Rio. Kenapa Gabriel tidak pernah berbuat ramah kepada Rio setelah apa yang udah Rio lakuin untuknya. Mengapa pemuda itu begitu egois dan ingin selalu menang sendiri ??? Apa sebegitu bencinya sampai dia mau mencelakakan Rio kapanpun dia mau.

“Loe gak tahu juga kalau Rio punya rumah di perumahan Matahari ???” Tanya Ify karena pemuda tadi menyebutkan alamat Rumah Rio yang dulu.

“Perumahan Matahari ??”

“Iya.”

“Gue gak tahu.”

“Jadi Rio nyembunyiin ini dari loe juga ???”

“Bukan hanya gue mungkin. Tapi anggota club basket Batavia juga gak ada yang tahu. yang mereka dan gue tahu itu Cuma yang di jalan Mawar blok 2 itu. itu rumah Rio juga kan ???”

“Iya itu emang rumah Rio. Tapi yang dulu. Ah udah ah. Loe jangan bilang siapa siapa yah tentang informasi ini. Gue takutnya Rio marah sama gue.”

“okeh okeh gue gak akan ngasih tahu sama siapapun. Sekarang gantian loe yang jujur sama gue. Loe itu siapa ???”

Dan mengalirlah cerita Ify. Dari mulai Rio yang mengejarnya dan dirinya mengacuhkan pemuda itu begitu saja dan lebih memilih Gabriel sampai dia kena karma dan baru menyadari jika Gabriel itu sifatnya lebih buruk dari Rio. Bukan hanya sifat tapi dari bakat aja udah jauh banget di bawah Rio. Dan tentang rekaman itu pun dia ceritakan. Sampai Rio sekarang sedang marah kepadanya juga tidak ketinggalan dia ceritakan kepada pemuda di hadapannya.

Sedangkan Riko hanya mengangguk anggukan kepalanya saja mendengar penuturan gadis di hadapannya. Dia sekarang percaya dengan cerita yang keluar dari bibir gadis cantik di hadapannya yang ternyata bernama lengkap Allyssa Saufika Umari. Dia pernah dengar kalau Rio sama Gabriel sedang memperebutkan seorang gadis yang bernama Allyssa. ‘ternyata cewe ini toh.’ Batinya seraya tersenyum senang. Karena Rio lagi yang mendapatkan. Bukan Gabriel.

“Loe tenang aja. Rio itu kalau udah suka sama cewe bakalan susah buat di lupain. Dan gue amat sangat yakin kalau Rio itu beneran sayang sama loe. Jadi jangan buat dia kecewa lebih lama lagi Fy. Loe yang terbaik buat Rio. Gue dukung hubungan loe berdua.”

“Thanks yah Rik. Loe udah ngasih saran buat gue.”

“Okeh. Inget Fy. Loe harus hati hati sama Gabriel. Dia gak akan pernah mau ngalah sama Rio. Walaupun loe nanti nya milih Rio, dia akan tetep mempertahankan loe. Gue jadi khawatir sama Rio. Akhir akhir ini dia lagi dalam bahaya.”

“Loe tenang aja Rik. Gue gak akan pernah ngijinin Gabriel buat menyentuh pangeran gue. Gue yakin itu.”

“Ciyee yang pangeran gue. Sah aja belum udah bilang ‘pangeran gue’.”

“Sebentar lagi gue kan emang bakalan jadi Cinderella buat dia. dan dia bakalan jadi pangeran gue.”

“Iya deh yang tingkat kePD’annya tinggi. Gue selalu berdoa yang terbaik buat loe dan Rio.”

“Thanks.”

“Yaudah deh, gue mau ke depan dulu yah. Gara gara loe nih gue jadi lupa buat beli cemilannya kan.”

“Hehe. Maaf deh. kok loe yang beli cemilannya ???”

“Iya, tadi gue terlambat masuk soalnya. Jadi sebagai hukumannya gue di suruh buat beli cemilan di minimarket depan.”

“Gue traktir yah.”

“Gak usah, gue tadi Cuma bercanda lagi. Gue seneng bisa ngelihat cewe yang di rebutin sama Rio Gabriel. Ternyata loe tuh orangnya. Hahaha. Pantes sih jadi rebutan. Habis loe cantik sih.”

“Gombal.”

“Beneran tahu. loe cantik. Baik lagi. Kalau gak mana mungkin Rio bisa nempel sama loe.”
“Emang loe kira gue kertas dan Rio lem’nya apa nempel nempel.”

“Emang kan. Suatu saat nanti loe sama Rio bakalan kaya Lem sama kertas yang selalu nempel kemana mana. Loe lihat aja nanti.”

“Amin.”

“Ngarep banget yah loe. yaudah Fy. Gue ke depan dulu yah nanti gue bantu buat ngomong sama Rio. Okeh. Bye.”

“Thanks Rik.” Pemuda itu hanya mengangkat jempolnya dan melanjutkan perjalanannya ke minimarket depan jalan.

Ify bernafas lega. Pertemuannya bersama dengan pemuda bernama Riko itu membuatnya menjadi lebih tenang. Dia yakin ingin mempertahankan Rio. Bagaimana pun caranya dia harus bisa membuat Rio mendengarkan penjelasanya. Belum pernah Ify jatuh cinta sedalam ini dengan seseorang, dan dengan Rio. Dia akan mempertaruhkan segalanya, termasuk nyawanya sekalipun. Karena dia sudah yakin kalau Rio adalah cinta sejatinya.


Cuma butuh respon kalian semua guys,
mohon dengan sangat, yang sudah membaca, silahkan meinggalkan jejak kalian.
don't be a silent readers ;)
Comment and like !!