Sabtu, 03 Mei 2014

Love in Danger - Chapter 1 (RIFY)

malam semuanyaaa :D Hanya ingin memberitahukan bahwa mood gue lagi bagus :D
makanya gue melanjutkan cerita ini :D

WARNING !!!
cerita ini mengandung unsur dewasa, hanya yang sudah berumur 17 tahun keatas saja yang boleh membacanya ..
jika kalian yang masih berumur 17 tahun ke bawah ada yang membacanya dan terjadi sesuatu yang tidak - tidak, dosa tanggung sendiri :D

HAPPY READING GUYS !!!



LOVE IN DANGER
Chapter 1

            Meeting penting sudah ia hadiri. Mario mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Hari ini sangat sibuk sekali. Mengingat tadi pagi dia hanya tidur selama dua jam membuatnya merasa kelelahan yang berlebihan. Mario menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi tertingginya seraya mengusap wajahnya kasar.

            Pria tampan itu meraih telepon kantornya untuk menghubungi sekretaris seksinya itu. Dia tersenyum miring saat suara di seberang sana terdengar.

“Masuk ke ruangan saya sekarang.” Suruhnya tegas.

“Baik Pak.”

            Mario menyandarkan tubuhnya kembali. Pikirannya melayang saat kejadian di Melody’s Club. Dunia begitu sempit sampai dia harus bertemu kembali dengan wanita itu. Seorang wanita yang sekarang resmi menjadi sekretaris di perusahaannya.

Ceklek.

            Mario mengalihkan pandangannya dengan menatap pintu ruangannya yang terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik yang lagi – lagi sedang gelisah saat bertemu dengannya. Dia tersenyum sinis melihat wanita itu yang tetap cantik meskipun wajah kelelahannya tergambar jelas di wajahnya.

“Permisi Pak. Ada apa Pak Mario memanggil saya ??” Tanyanya lembut.

“Lain kali, kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu.” Tegurnya dengan lembut.

“Maafkan saya Pak. Lain kali saya akan mengetuknya terlebih dahulu.”

Mario tersenyum miring. “Jadwal saya apalagi setelah ini.”

“Saya belum mengeceknya pak. Tadi saya baru saja selesai membereskan ruang meeting bersama karyawan yang lain.”

“Saya sedang tidak menanyakan hal itu Alyssa. Yang saya tanyakan adalah jadwal saya setelah ini. Kamu harusnya tahu tentang itu. Tidak harus dengan mengecek di buku agenda yang sering kamu bawa kemana mana itu kan.” Ucap Mario marah.

            Mario bisa melihat wanita itu menundukan wajahnya. Pria tampan itu menghembuskan nafasnya secara kasar. Dia tidak pernah melihat wanita itu menatap ke arahnya saat mereka sedang berbicara. Membuatnya muak.

“Kamu bisa kan menatap saya saat kita sedang berbicara.” Bentak Mario seraya berdiri dari duduknya. Ia sengaja membiarkan wanita itu terus berdiri di pintu ruangannya.

“Saat di Pub, loe selalu menatap pelanggan - pelanggan loe itu dengan tatapan menggoda. Bahkan  loe merayu mereka agar mereka memberikan loe uang. Tapi kenapa saat loe berbicara sama gue, loe harus menunduk.”

            Mario benar – benar marah sekarang. Dia lepas kendali sampai harus menyangkut pautkan pekerjaan kantor dengan aktivitas wanita di hadapannya saat malam hari. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak membawa masalah pekerjaan wanita di hadapannya selama di kantor.

“Apa perlu gue membayar loe dulu baru loe mau menatap gue.” Desis Mario tanpa perasaan. Dia sering emosi sekarang, mungkin itu sebagai pelampiasan karena pekerjaan kantor yang tidak ada habisnya.

“Maafkan saya Pak. Ini dikantor. Tidak seharusnya bapak mengungkit masalah itu lagi disini.” Ucap wanita itu pelan.

“Gue tahu sekarang kita lagi di kantor. Tapi loe juga harus inget, ruangan ini kedap suara, dan Cuma ada kita berdua disini.”

“Sebenarnya apa yang Pak Mario inginkan ??”

            Mario tersenyum sinis. Dia mendekati wanita itu dan berdiri tepat di hadapan Alyssa. Menatap Alyssa dari atas hingga bawah. Tatapan merendahkan menurut Alyssa. Dan itu yang membuatnya tidak suka dengan bos’nya ini. Selalu merendahkan orang lain tanpa tahu permasalahan yang sesungguhnya.

“Gue mau, nanti malem kita berangkat ke club bareng. Gue mau jadi pelanggan loe malam ini. Dan inget, jangan pernah menolak perintah gue.”

“Tapi pak ..”

“Gak ada tapi - tapian Alyssa. Gue berhak buat memilih wanita malam yang ada disana. Dan nanti malem, gue mau loe.”

            Alyssa terus menundukkan wajahnya dalam. Dia tidak suka dengan nada bicara bos’nya ini. Wanita cantik ini tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Dia hanya menggigit bibir bawahnya dan meremas tangannya sendiri.

“Kita pulang bareng nanti.”

            Alyssa mengangkat wajahnya dan menatap mata Mario. Mencari kebenaran akan kalimat yang baru saja terlontar dari bibir seksi bos’nya ini. Ajakkan yang menjurus ke sebuah pemaksaan.

“Tempat kost saya tidak jauh dari sini pak. Pak Mario tidak perlu mengantar saya.”

“Gue gak butuh penolakan. Sekarang, loe bisa keluar, dan cek jadwal gue setelah ini. Dan langsung hubungin gue kalau loe udah tahu. Mengerti.”

“Iya pak. Saya permisi dulu.”

            Alyssa melangkah keluar ruangan dengan gontai. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya akan mempunyai bos yang otoriter seperti Mario. Seorang pria yang hampir mendekati sempurna kalau saja mempunyai sifat yang ramah, baik, perduli kepada orang lain dan menghargai orang lain. Tuhan maha adil. Semua manusia diciptakan punya kelebihan dan kekurangan. Alyssa sangat percaya itu.

            Sedangkan Mario sendiri merebahkan tubuhnya di sofa panjang di ruangannya karena sudah sangat lelah. Dia ingin mengistirahatkan barang sejenak tubuhnya yang hampir semua bagian tubuhnya akan patah. Ini salahnya sendiri, seharusnya setelah selesai bekerja di kantor, dia langsung pulang menuju ke apartement’nya untuk beristirahat. Tapi waktunya malah ia habiskan dengan pergi ke club.

            Mengingat tempat itu, Mario tersenyum miring, dia akan bermain main sedikit bersama sekretaris seksinya di tempat terlarang itu. Lumayan juga buat hiburan. Perlahan dia memejamkan kedua matanya dan akhirnya tertidur lelap dan berjelajah di dunia mimpi indahnya.

*************

            Alyssa menunggu di depan kantor dengan perasaan gelisah. Sampai sekarang pun dia belum mendapatkan kabar akan kepastian bos’nya itu yang baru saja menawarkan untuk pulang bersama. Tapi mengingat aksi pemaksaannya membuatnya takut untuk pulang duluan.

            Alyssa menghembuskan nafasnya kasar. Wanita itu kemudian duduk di loby kantor seraya melirik ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dan itu tandanya, masih ada waktu 2 jam untuknya beristirahat sebelum dia mulai bekerja di tempat terlarang itu.

Tin Tin !!!

            Alyssa mengalihkan pandangannya ke depan kantor. Kemudian wanita itu berjalan keluar kantor. Dan matanya membelalak begitu melihat mobil bos’nya yang berada di hadapannya sekarang.

“Naik.” Perintah Mario tegas tanpa menatap kearah Alyssa.

“Masuk sekarang Alyssa.” Lanjut Mario seraya menatap ke wanita itu dengan tajam karena masih berdiri kaku di depan loby kantor.

            Alyssa menganggukan kepalanya kemudian masuk ke dalam mobil mewah itu, tidak pernah terpikirkan di benak Alyssa dapat duduk di dalam mobil Ferari merah milik bos’nya itu yang amat sangat keren.

“Kost loe dimana.”

            Sial. Bahkan saat mobilnya sudah berjalan menjauhi kantorpun dia tidak tahu. Seketika Alyssa merasa malu karena merasa kampungan berada di dekat Mario.

“Di ujung jalan sana Pak.”

“Pak ??” Mario melirik Alyssa dengan sinisnya. “Loe pikir kita lagi di kantor ??”

“Lalu ??”

“Panggil gue Mario kalau lagi di luar kantor. Mengerti.”

“Mengerti Pak, mmm, maksud saya Mario.”

            Mario tidak menjawabnya. Dia hanya menatap kearah depan. Entah itu sedang fokus untuk menyetir mobilnya atau hanya sekedar menghindari komunikasi dengan sekretaris barunya itu.

“Berhenti Mario. Ini kost gue.” Ucap Ify yang sudah bisa untuk memakai bahasa keseharian saat bersama Mario di luar kantor. Mario mengangkat alisnya bingung saat menyadari nada bicara wanita itu, tapi akhirnya dia hanya mengangkat bahunya acuh.

            Alyssa mengerutkan keningnya saat Mario ikut turun dari mobilnya dan mengikutinya di belakang. Tidak ada satupun ekspresi pria itu yang dapat Alyssa baca. Wajah bos tampannya itu datar. Tidak ada senyum juga tidak ada raut kesinisan. Membuat wanita ini bingung sendiri.

“Loe mau ngapain ??”

“Mau masuk lah. Males banget gue harus nungguin loe dandan di mobil.”

            Alyssa membuka mulutnya tidak percaya. Mengikuti masuk ?? Ke dalam kost’nya ?? Yang benar saja. Yang ada, teman – temannya semuanya berpikiran buruk kepadanya. Walaupun Alyssa tidak mempunyai teman satupun disini, seenggaknya dia harus membuat namanya tidak tercoreng karena kelakuan buruknya disini.

“Loe gila ?? Ini kost cewek. Apa pikiran temen – temen gue kalau tahu loe mau masuk ke dalem. Gue gak ngijinin loe masuk.”

“Ck, ribet. Gue yang ngurusin.” Ucap Mario karena kesal sendiri mendengar perkataan wanita di sampingnya sekarang. Dengan seenaknya, Mario menarik tangan Alyssa dan berjalan masuk ke dalam kost Alyssa.

            Mario bisa melihat bahwa kost itu jauh dari kata layak. Beberapa kamar saling berjejer dengan luas yang sama. Teras depan dipenuhi oleh sampah – sampah karena mungkin penduduk disana tidak perduli akan kebersihan. Mario tiba – tiba merasa iba dengan wanita yang tangannya sedang ia genggam sekarang.

“Kenapa ?? Loe gak sudi, buat masuk ke kost gue yang kumuh itu.” Ucap Alyssa saat tahu kediaman seorang Mario seraya menatap kearah kost’nya. Wanita itu bisa menebak, pria tampan ini pasti tidak sudi untuk masuk ke dalam.

“Enggak, ayo masuk. Kamar loe yang mana ??”

“Gue mesti lapor dulu sama ibu kost. Ntar kalau dia salah sangka karena kehadiran loe, gue bisa ditendang lagi dari sini.”

“Baguslah. Jadi loe bisa cari kost yang lebih layak daripada ini.”

            Alyssa menatap sinis ke pria di sebelahnya ini. Betul kan tebakkanya, pria itu pasti tidak akan suka dengan keadaan kost’nya yang sangat tidak layak itu. Mario yang menyadari jika wanita di sebelahnya sedang melihatnya langsung menatap balik mata Alyssa yang membuat wanita itu salting sendiri.

“Gue tahu apa yang ada di pikiran loe. Gue bukannya mau menghina loe. Tapi gue sayangin aja, wanita kaya loe bisa tinggal di tempat seperti ini.” Ucap Mario santai.

            Mario tidak memberi kesempatan wanita itu untuk berbicara. Dia langsung menarik kembali tangan wanita itu untuk mendekat kearah kamar kost’nya.

“Cowo mana lagi yang loe bawa. Hebat banget, baru beberapa bulan aja udah dapet pelanggan yang kaya raya semua.”

            Ucapan sinis itu berhasil menghentikan langkah Mario dan Alyssa. Mereka berdua langsung membalikkan tubuhnya dan terlihatlah dua orang wanita dengan pakaian yang sangat minim sekali sedang memandang kearah Alyssa dengan tatapan yang sangat sinis. Seperti tatapan merendahkan.

“Plus satu lagi. Pelanggan pelanggan loe hampir semuanya mirip sama pangeran. Gue curiga, jangan – jangan loe pake santet lagi buat menarik pelanggan – pelanggan loe itu supaya mau sama loe. Iya kan ?? Dasar wanita murahan.”

“Jaga bicara loe berdua. Seenggaknya, pakaian Alyssa lebih banyak bahan daripada loe berdua yang kekurangan bahan.” Bela Mario. Entah mengapa, kupingnya memanas saat mendengarkan kalimat – kalimat pedas yang ditujukan ke Alyssa.

“Loe gak tahu ganteng, apa yang udah dilakuin sama cewe disamping loe kalau malem. Dia benar – benar jadi wanita murahan. Rela menjual tubuhnya hanya demi uang.”

            Alyssa menatap kearah dua orang wanita di hadapannya yang sedang menatap dirinya sinis dengan tatapan terluka. Dia tidak pernah sekalipun mengganggu kehidupan orang lain, tapi kenapa orang – orang selalu mencampuri urusan pribadinya ?? Alyssa hanya menundukkan wajahnya dalam.

“Sekali lagi loe ngomong kaya gitu, loe bakalan berurusan sama gue.” Desis Mario.

            Kemudian pria tampan itu menarik tangan Alyssa untuk mengikutinya. Dengan cepat, dia merebut kunci kost wanita itu dari tangannya yang bebas dan dengan segera Mario membukanya.

            Mario melirik ke wanita di sebelahnya yang hanya diam saja sedari tadi. Dia menggeleng – gelengkan kepalanya kemudian mengalihkan tatapannya ke sebuah ruangan di depannya saat pintu kamar kost wanita itu sudah ia tutup.

“Ck, tempat kost loe benar – benar buruk.” Sindir Mario berusaha untuk membuat wanita itu kembali kesal. Seenggaknya, melihat wanita itu marah jauh lebih baik daripada melihatnya murung seperti tadi – menurutnya.

“Cish, gue gak butuh komentar loe tentang tempat kost gue. Mengerti Pak Mario Raditya yang terhormat.”

            Mario menatap sinis ke wanita yang sekarang sedang berjalan menuju ke sebuah tempat yang sepertinya kamar mandi. Dia tampak tidak perduli dengan suara air yang gemericik di dalam sana menandakan wanita itu sedang ‘bermain air’.

“Di ibukota masih ada aja tempat kost yang kaya gini. Miris banget gue ngelihatnya. Gue heran deh, tuh cewe kan pernah menduduki jabatan penting di perusahaan damanik, rela kerja juga di pub / tempat terlarang itu, tapi kenapa malah milih kost yang begini ??” Gumam Mario seraya mengedarkan pandangannya ke ruangan sempit itu. Ck, mengapa dia merasa tidak tega dengan wanita itu ??

Ceklek !!!

            Mario mengalihkan pandangannya ke sebuah ruangan yang baru saja dimasuki oleh wanita itu. Dan dia terkesiap saat melihat pakaian Alyssa yang sudah berubah menjadi sangat minim. Amat sangat minim. Wanita itu menggunakan dress yang tidak berlengan dan panjangnya hanya menutupi sedikit pahanya.

            Mario menelan ludahnya kasar dan dengan susah payah. Ia ingin sekali mengalihkan pandangannya, tapi tidak bisa. Matanya terus menelusuri tubuh mulus wanita itu dari atas hingga bawah, dari bawah hingga atas dan terus berulang – ulang seperti itu.

            Alyssa tersenyum miring saat mendapati ekspresi pervert dari bos’nya itu. Semua laki – laki sama saja, jika sudah melihat hal yang seperti ini, pasti pikiran kotornya akan meracau di otaknya yang juga kotor. Alyssa berjalan ke meja riasnya untuk membenarkan penampilannya menjadi lebih baik lagi.

“Sampai kapan loe mau ngelihat gue’nya ??” Tanya Alyssa sinis.

            Mario menggeleng gelengkan kepalanya saat sudah sadar. Dia merasa amat sangat malu sekarang. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau gairahnya menanjak naik. Mario kembali menatap wanita itu yang memunggunginnya. Tapi pria tampan ini bisa melihat wanita itu sedang memoleskan bedak ke wajahnya melalui kaca di meja rias wanita itu.

“Loe tahu, loe udah membangunkan seekor macan yang sangat buas.”

            Alyssa tampak tidak perduli. Wanita itu terus saja sibuk dengan make up’nya. Mario yang merasa diacuhkan menggeram kesal. Kemudian dia bangkit, dan berjalan menuju sebuah lemari yang cukup besar disana. Lantas Mario membukanya tanpa ijin terlebih dahulu dengan si pemilik lemari.

“Wow.”

            Pekikan cukup keras itu berhasil membuat Alyssa mengalihkan pandangannya. Seketika matanya membulat melihat bos’nya sekarang sedang memegangi benda privasy’nya. Dengan cepat, dia berlari ke pria tampan itu yang sedang mengeluarkan senyum miringnya yang penuh dengan kelicikan.

“Mario, apa yang loe lakukan ??” Teriak Alyssa seraya berusaha untuk mengambil benda yang diacung acungkan Mario ke udara. Membuat wajahnya memanas karena malu. Alyssa terus aja berusaha mengambilnya. Membuat tubuhnya menempel sempurna pada tubuh Mario.

            Mario dengan sengaja mendekatkan tubuhnya kearah Alyssa. Senyum liciknya terpancar jelas di wajah tampannya melihat wanita itu yang belum menyadari dan masih asyik untuk mengambil sebuah ‘benda’ yang masih berada di tangannya.

“Sepertinya, kita bersenang senang disini aja. Tanpa harus pergi ke pub.”

            Alyssa menghentikan kegiatanya setelah mendengar kalimat penuh dengan ancaman untuk dirinya. Kemudian dia menatap Mario yang ternyata wajahnya berada tepat di hadapannya. Alyssa terpaku. Pria di hadapannya saat ini benar – benar tampan. Apalagi dilihat sedekat ini.

“Sudah cukup Alyssa, untuk mengagumi wajah gue yang sangat tampan ini.”

            Alyssa mengerjapkan matanya beberapa kali. Kemudian mengukirkan senyum canggung dari bibir seksinya. Dia merasa amat sangat malu. Sudah beberapa kali dia kepergok sedang menatap wajah bos’nya ini tanpa berkedip. Dan pasti hal itu membuat Mario menggodanya habis – habisan.

“Ehem.” Mario menghadapkan suatu ‘barang’ yang sedari tadi dia pegang kearah Alyssa. Kemudian Mario tersenyum begitu manis seraya mendekatkan wajahnya ke wajah wanita cantik di hadapannya. “Besok gue beliin benda ini dengan ukuran yang sama. Satu lagi, warnanya sangat seksi, gue suka, apalagi kalau di pake sama loe.

“Gak sopan.” Teriak Alyssa seraya merebut benda itu dan menyimpannya kembali di lemari kemudian menguncinya dan kuncinya ia masukkan ke dalam tas’nya.

"Rencana kita batal. Kita gak usah ke Pub itu. Cukup disini. Berdua untuk bersenang senang.” Ucap Mario santai tanpa memperhatikan ekspresi kesal Alyssa.

“Gak usah gila. Gue mesti kerja.” Ucap Alyssa dengan nada kesal.

“Kerja ?? Tadi gue udah bilang kan, malam ini gue yang akan menjadi pelanggan loe. Dan tenang aja, gue akan bayar. Jadi, gak ada bedanya kan ??” Ucap Mario santai.

            Alyssa tidak menghiraukan ucapan pria tampan itu, dia berjalan kearah pintu kost’nya karena ada yang mengetuknya. Seketika mata Alyssa membulat melihat beberapa orang di depan kamar kost’nya.

“Permisi nona. Kami ingin mengantarkan pesanan tuan Mario.”

            Alyssa masih bingung dengan kehadiran ketiga orang di hadapannya. Tapi akhirnya wanita itu memberi jalan untuk mereka masuk. Dia masih bertanya – tanya, apa yang dipesan pria itu. Mengapa ke tempat kost’nya ???

“Permisi nona.”

“Bayarannya udah ??” Tanya Alyssa refleks ketika ketiga orang itu kembali lagi.

“Tuan Mario sudah membayarnya. Sekali lagi, kami permisi.”

            Alyssa menganggukan kepalanya. Wanita itu masih berdiri di depan pintu dengan pintu kost’nya yang masih terbuka lebar, wajahnya masih menunjukkan keterkejutan. Mario datang kemudian mengunci kembali pintu kamar wanita itu. Kemudian dia menatap Alyssa yang masih terdiam. Dengan cekatan, dia mengecup bibir seksi wanita itu dengan cepat.

“Mario.” Teriak Alyssa yang baru menyadari apa yang terjadi.

“Why ??”

“Gak usah pasang muka sok innocent kaya gitu. Loe fikir loe ganteng ??”

“Kalau gue gak ganteng, loe gak bakalan menatap gue tanpa berkedip kaya tadi. See, gak usah berpura – pura lagi Alyssa.”

“Cish, loe terlalu PD.” Ucap Alyssa seraya berjalan masuk ke dalam. Mata wanita itu membulat melihat banyaknya botol – botol disana dan beberapa cemilan yang berjejer di meja.

“Kita pesta.” Bisik Mario yang sudah berdiri di samping Alyssa.

“Pesta ??”

“Yah pesta.” Jawab Mario seraya menarik tangan Alyssa untuk mengikutinya. Kemudian Mario menghempaskan diri di sofa yang sudah tidak layak pakai itu dan membuat Alyssa ikut terjatuh ke atas sofa bersamanya.

            Mario mengambil sebuah botol kemudian menuangkan isinya ke dalam 2 gelas yang sudah ia siapkan. Kemudian, gelas satunya ia sodorkan ke wanita di sebelahnya. Dengan ragu, Alyssa menerimanya dan memandang gelas itu dengan bingung.

“Ini isinya apa ??”

“Tentu saja wine. Loe udah bekerja berapa lama sih di pub itu. Dari baunya aja udah tercium dengan jelas kalau itu wine.”

“Tapi gue loe bayar hanya untuk menemani loe minum kan ?? Bukan untuk ikutan minum kan ?? Jadi, gue menolaknya.” Tolak Alyssa seraya menaruh kembali gelasnya.

            Mario mengangkat Alisnya tinggi – tinggi. Wanita di hadapannya menolaknya untuk meminum wine ?? Yang ia tahu, semua wanita di pub itu dengan senang hati akan menerima minuman beralkohol itu dari seorang pria. Apalagi di dapatkannya dengan gratis. Wanita ini malah menolaknya.

“Yaudah, gue akan bayar loe mahal kalau loe bersedia untuk minum ini. Gimana ??”

“Enggak. Cukup gue duduk diam disini. Silahkan loe nikmatin sendiri pesta yang loe buat. Gue gak akan ganggu.”

“Loe gak pernah minum ini ??” Tanya Mario hati – hati.

            Alyssa menggeleng gelengkan kepalanya dengan polos. Mario sekarang benar – benar berada di puncak kebingungannya. Dia menatap wanita itu sekali lagi, tidak ada raut kebohongan disana. Terus bagaimana wanita ini mendapatkan pelanggan ??

“Coba sekali aja. Kalau loe gak suka, loe bisa taruh lagi gelasnya.” Bujuk Mario.

            Alyssa menatap gelas yang disodorkan pria itu ke arahnya, kemudian beralih untuk menatap Mario yang memasang wajah berharapnya. Akhirnya karena tidak tega dengan bos’nya itu, Alyssa mengambilnya.

            Wanita itu mendekatkan gelas itu ke mulutnya dan meminumnya hanya sedikit. Dia mengecapkan lidahnya untuk bisa merasakan dari apa yang barusan ia minum.

“Gimana ??” Tanya Mario.

Alyssa menatap wajah Mario dengan senyuman. “Rasa anggur. Ini enak banget. Gue paling suka sama Anggur. Gue mau lagi.”

            Tanpa menunggu persetujuan dari Mario, wanita itu langsung mengambil botol yang berada di atas meja dan menuangkannya ke dalam gelas yang ia pegang. Alyssa langsung menegaknya dalam sekali tegukan. Dan berkali kali seperti itu membuat Mario tertawa penuh kemenangan.

“Loe udah ketagihan rupanya. Tenang aja sayang, gue bakalan mengontrol minuman loe. Mari kita berpesta.”

            Mario mengambil gelas miliknya dan menegaknya. Kemudian pria itu langsung mengambil botol yang masih terisi penuh dan meminumnya tanpa menggunakan gelas. Pria itu sangat menggilai minuman ini saat pikirannya sedang runyam.

            Sedangkan Alyssa, sudah tak terhitung berapa banyak minuman terlarang itu yang masuk ke dalam tubuhnya. Sekarang matanya sudah semakin sayu dan mulai mengeluarkan kalimat – kalimat tidak jelas. Mario yang baru menyadari ada Alyssa yang bersamanya, segera menoleh.

“Alyssa, hentikan. Loe udah mabuk.” Teriak Mario berusaha untuk mengambil gelas yang dipegang wanita itu. Tapi Alyssa tidak mengijinkan, dia menjauhkan gelasnya dari jangkauan Mario seraya tertawa.

“Alyssa.” Bentak Mario dan langsung merebut gelas yang akan diisi kembali oleh wanita itu. Alyssa langsung ambruk di pelukan Mario. Pria itu hanya menghela nafasnya kesal dan pasrah dengan Alyssa yang bersender ke dadanya.

            Alyssa masih menggumamkan beberapa kalimat yang tidak bisa didengar jelas oleh Mario. Pria itu masih berusaha untuk menegakkan tubuh Alyssa agar dia bisa membawa wanita itu ke ranjangnya. Tapi tanpa diduga olehnya, Alyssa menciumnya tepat di bibir.

            Mario berusaha untuk melepaskan ciuman itu, tapi Alyssa menekan bagian belakang kepalanya membuatnya tidak bisa bergerak menjauh. Lama – kelamaan, gairah Mario bangkit dengan sendirinya. Pria mana yang tidak bergairah saat tahu ada wanita yang sangat seksi mencium bibirnya dengan pakaian yang cukup terbuka.

            Mario langsung memimpin. Dia menekan tengkuk wanita itu dan memperdalam ciumanya. Lidah mereka saling bermain. Mata keduanya terpejam berusaha untuk menikmati kenikmatan yang baru saja ia rasakan.

Perlahan, Mario mendorong tubuh wanita itu kebelakang, membuat mereka berbaring dengan posisi Mario di atas Alyssa. Alyssa masih bersemangat mencium bibir Mario dengan kedua tangannya yang memegang wajah pria tampan itu.

Mario benar benar gelap mata sekarang. Gairahnya sudah tidak tertahankan, apalagi melihat gaun yang dipakai Alyssa sudah tersingkap memperlihatkan tubuh seksi wanita itu. Tangannya meraba paha mulus Alyssa. Dan Mario mengerang saat mendengar suara desahan dari mulut wanita itu.

            Mario menggendong Alyssa untuk berpindah keatas ranjang supaya mereka bisa bergerak bebas. Dan tautan bibir mereka tidak terputus saat mereka berpindah tempat. Alyssa terus mendesah akibat perlakuan tangan usilnya.

Pria tampan itu tidak perduli lagi sekarang, dia membuka seluruh pakaian wanita itu dan juga seluruh pakaiannya. Kemudian Mario menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh mereka berdua.

Mereka membuat malam itu menjadi malam milik mereka berdua. Kedua insane itu terus bergulat di atas ranjang yang ada di dalam kamar kost Alyssa sampai ranjang itu mengeluarkan bunyi karena gerakan mereka yang tidak beraturan. Desahan demi desahan terdengar dengan begitu jelas. Malam itu, mereka saling membutuhkan untuk memuaskan nafsu satu sama lain. Mario membutuhkan Alyssa dan Alyssa juga membutuhkan Mario. Hanya untuk malam itu. Yah, hanya untuk malam itu.


************


Mohon komentarnya guys :))
Don''t be a silent readers -___- tinggalkan jejak kalian ..
gak komentar, gak lanjut :))