Minggu, 22 Januari 2017

Love in Danger - Part 13 (RIFY)

Part sebelumnya KLIK DISINI

PART 13



            Alvin menghabiskan waktunya sedari tadi dengan hanya duduk diam di sofa menatap ke lantai dansa seraya meminum minuman favoritnya yang saat ini sudah ada di hadapannya.


            Di kanan kirinya seperti biasa selalu ada wanita-wanita yang menempel padanya dan membelai-belai tubuhnya. Tapi dia saat ini sedang tidak berselera. Setelah sahabatnya – Mario menemukan wanita yang saat ini mungkin sedang di kurung di kamarnya, dia selalu sendirian datang ke Club. Saat ini dia sedang ada di Melody’s Club. Tempat yang biasa ia datangi bersama Mario. Tetapi dia hanya sendirian. Like Usually.


“Kalian pergi. Gue lagi gak mood buat menyentuh tubuh kalian.”


“Ini bukan Alvin biasanya.”


Alvin menatap ke sebelah kirinya dan tersenyum terpaksa. “Pinter. Jadi sekarang mending kalian enyah dari hadapan gue.”


“Kita main satu kali aja yuk.”

“Gue lagi gak mood. Loe denger gak ?” Bentak Alvin keras-keras. Dia sebenarnya benci berada di tempat seperti ini. Apalagi dengan manusia di dalamnya yang benar-benar membuatnya muak.


            Alvin menghela nafasnya pelan setelah kedua wanita yang tadi mengelilinginya pergi dari hadapannya. Dia kemudian mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya karena merasa pusing akibat wine yang diminumnya dan lampu kerlap-kerlip yang membuatnya bertambah pusing.


            Alvin memicingkan matanya saat melihat seorang wanita yang sepertinya dikenalnya sedang duduk di depan meja bartender dengan seorang laki-laki di sebelahnya yang mencoba untuk menyentuhnya. Dengan langkah gontai Alvin mendekat, dia berusaha mengenali perempuan itu.


“Loe menjauh dari gue Brengsek.” Bentak wanita itu seraya menjauhkan tubuhnya yang mencoba di sentuh oleh laki-laki di hadapannya.


“Jangan sok alim gitu cantik. Gue tahu loe kesini karena ingin mencari pelampiasan kan. Gue amat sangat bersedia untuk menjadi pelampiasan loe.”


“Lepas.”


BUK


            Alvin dengan refleks memukul wajah lelaki yang masih menggoda wanita di hadapannya ini. Alvin menatap wajah wanita itu dan sepertinya dia memang mengenalnya. Tapi Alvin masih tidak mengingat dia siapa. Itu urusan nanti, sekarang dia masih harus menyelesaikan urusannya dengan laki-laki sialan ini.


            Alvin berusaha mengumpulkan nyawanya kemudian kembali menerjang laki-laki sialan di hadapannya dengan membabi buta hingga seluruh orang yang ada di club tersebut berkumpul di sekelilingnya.


“Loe kalau denger cewek ngomong lepas ya dilepasin. Jangan jadi pengecut loe.”


            Alvin kembali memukul dengan kekuatan penuh hingga datang penjaga yang langsung melerai keduanya. Alvin melepas paksa kemudian membalikan tubuhnya dan melihat wanita yang sudah ia bela tergeletak tidak berdaya di atas meja. Dia menghela nafasnya pelan kemudian mencoba menggendong wanita itu dan keluar dari club itu.


“Gue inget sekarang. Dia Zahra. Mantan pacar Mario.”


**********


            Alyssa dengan sabar menuruti perintah Mario untuk memakaikan kemejanya dan memasang dasi pria itu. Sedangkan Mario hanya menyeringai melihat keinginannya dipenuhi.


“Kita seperti suami istri jika seperti ini ya sayang.”


            Alyssa dengan kesal mencubit pinggang pria itu membuat Mario meringis kesakitan. Dia membalasnya dengan mengecup seluruh wajah Alyssa secara bergantian.


“Aku udah pake make up Mario. Kamu merusaknya.”


“Gak usah pake lagi cantik. Wajah kamu tanpa make up juga cantik kok.”


“Gila.”


            Setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya untuk mengurus pria manja di hadapannya. Dia berlalu kemudian berjalan ke meja riasnya untuk merapikan kembali wajahnya. Pria itu semakin hari semakin gila membuatnya frustasi.


“Ayo ikut ke rumah Papa pulang dari kantor sayang. Aku mau ngenalin kamu sama Papa.”


            Alyssa melihat Mario dari cermin dengan mengangkat alisnya. Dia menghembuskan nafasnya pelan melihat Mario tidak serius dengan ucapannya.


“Aku serius baby. Kamu pikir aku main-main. Papa nyuruh aku buat kerumah nanti malem. Dan aku mau kamu nemenin aku kesana.”


“Enggak. Aku bukan siapa-siapa kamu. Buat apa aku ikut kesana.”


“Setelah apa yang sudah kita lakukan selama ini kamu anggap kamu bukan siapa-siapa aku. Alyssa. Jangan mencoba bicara seperti itu lagi.”


            Alyssa hanya memasang senyum palsunya. Pria itu selalu mengatakan hal yang sama setiap harinya. Tetapi tidak pernah ada kepastian dari pria itu membuatnya bingung harus berbuat seperti apa.


“Ayok berangkat. Kita sudah menghabiskan banyak waktu disini sayang.”

**********


            Shilla berjalan dengan malas ke ruangan atasannya. Dia bisa menebak, pasti Gabriel akan membahas Alyssa kembali. Sedari dulu dia selalu kalah jika berurusan dengan wanita itu. Shilla merasa Gabriel selalu ada di pihak Alyssa. Sebenarnya dia tidak masalah saat pemilihan sekretaris dirinya sangat kalah dibandingkan dengan wanita itu. Yang tidak bisa ia terima adalah perlakuan Gabriel kepada Alyssa sangat berbanding terbalik dengan perlakuan pria itu kepada dirinya.


            Shilla bertemu dengan Bu Ratna yang hingga saat ini masih menjadi sekretaris Gabriel, entah kapan pria itu akan mencari sekretaris kembali. Atau bisa Shilla tebak jika pria itu memang sedang menunggu Alyssa kembali ke perusahaan ini dan menjadi sekretaris kembali.


            Mungkin pemikirannya benar mengenai Gabriel yang tidak akan pernah mencari pengganti Alyssa yang sebenernya di kursi itu. Karena sebenarnya pria itu hanya menginginkan Alyssa dan tidak pernah menginginkan dirinya untuk berada dekat dengan pria itu.

            Setelah menetralkan perasaannya dia mengetuk pintu kemudian membukanya. Dia bisa melihat Gabriel sedang duduk di kursi kebesarannya dan sedang sibuk dengan tumpukan kertas diatas mejanya.


“Bisa tolong buatkan saya teh Shil. Saya sangat membutuhkan itu sekarang.”


            Shilla hanya mengangguk kemudian berjalan ke konter kecil yang memang disediakan di ruangan besar atasanya itu di dalam suatu ruangan kecil yang ada disana. Dia dengan cepat membuat teh panas untuk atasanya dan kembali lagi ke hadapan Gabriel.


“Gimana perkembangan rencana kita ? Kamu udah berhasil membuat Alyssa mau tinggal sama kamu ?”


“Belum Pak. Saya masih berusaha. Kemarin saya sudah bertemu dengan Pak Mario dan mencoba untuk membuat beliau mengijinkan Alyssa untuk tinggal bersama saya, dan tidak berhasil.”


            Gabriel menghentikan pekerjaannya kemudian menatap wajah cantik di hadapannya dengan alis yang bertaut. “Mario ? Bagaimana kamu bisa mengenalnya ?”


            Shilla tersentak kemudian berpikir untuk mencari alasan. Jika dihubungkan dengan pekerjaan, Shilla tidak mungkin bisa mengenal Mario.


“Ah, Pak Mario pernah ke ruangan bapak. Dan saat beliau keluar saya tidak sengaja bertemu dengannya.”


“Dan bagaimana kamu tahu kalau Alyssa tinggal bersama dia ?”


“Saya pernah melihat Alyssa dan Pak Mario keluar bersama dari sebuah apartment.”


“Kamu yakin kamu gak punya hubungan apapun dengan Mario ?”


            Shilla menganggukkan wajahnya dengan sopan. Dia merutuki dalam hati atas apa yang sudah terjadi saat ini akibat kecerobohannya. Dia tidak mau Gabriel tahu jika dirinya dijodohkan dengan Mario. Lagian dia juga yakin dia tidak akan berakhir dengan Mario nanti.


“Saya tidak suka ada pengkhianat disini.”


            Shilla tersentak. Secara tidak langsung Gabriel mengatakan bahwa dirinya sekarang berada di pihak Mario. Itu tidak mungkin. Seharusnya Gabriel tahu akan hal itu. Bukankah sebenarnya Alyssa yang pengkhianat ? Dia selalu berada di jangkauan Mario beberapa minggu ini.


“Tidak ada dalam pikiran saya menjadi seperti itu Pak.”


            Gabriel berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke hadapan Shilla. Dia mengamati wajah wanita di hadapannya. Gabriel akan mengaku jika wanita di hadapannya benar-benar cantik. Dia mempunyai tubuh yang proporsional dan bentuk wajah yang pastinya akan disukai kaum adam di dunia ini. Sayangnya, Gabriel masih berada pada pemikiran bahwa wanita di hadapannya akan memanfaatkan dirinya dan hanya menginginkan hartanya. Wanita seperti Shilla pasti akan memilih pria yang mempunyai banyak uang.


“Kapan kamu akan membuat Alyssa bisa tinggal dengan kamu Shil ?”


“Saya tidak tahu pak.”


            Gabriel dengan lancang menyentuh wajah wanita itu. Dia mengusap usapkan ibu jarinya pada pipi Shilla. Shilla hanya menatap bingung ke atasannya. kemudian Shilla merasakan Gabriel mengusap bibirnya menggunakan ibu jari tangan lainnya. Beberapa saat kemudian dia tersentak karena saat ini bibirnya sudah bertemu dengan bibir pria itu.


            Gabriel tidak tahu apa yang ia lakukan. Dia hanya ingin mencium wanita di hadapannya. Entah mengapa dia tiba-tiba menginginkan hal ini. Dengan penuh nafsu, dia melumat bibir Shilla. Strawberry. Gabriel merasakan rasa itu saat bibirnya bersentuhan dengan bibir wanita itu. Sedari dulu, dia sangat tergila-gila dengan rasa strawberry. Dan dia merasakannya dari bibir wanita itu membuat candu untuknya.


            Entah bagaimana bisa, saat ini mereka sudah saling menindih di atas sofa panjang di ruangan Gabriel. Pria itu terus saja bermain di sekitar leher Shilla. Membuat wanita itu menengadahkan wajahnya merasakan sensasi yang baru kali ini ia rasakan. Tangannya mencekram kemeja Gabriel dengan erat. Gabriel terus saja bermain di area itu hingga meninggalkan tanda disana.


            Gabriel terus menelusuri leher Shilla hingga menimbulkan banyak tanda, kemudian beralih kembali ke bibir wanita itu dan menciumnya dengan membabi buta. Shilla hanya pasrah saja di bawah Gabriel dan entah mengapa dia sangat menikmati permainan Gabriel yang membuatnya ingin terbang sekarang juga.


            Tangan Gabriel kemudian meraba keseluruhan tubuh wanita itu membuat Shilla bergerak-gerak karena menikmati sensasi menyenangkan yang dirasakannya. Mereka terus saja melakukan hal itu hingga akhirnya kejadian yang mungkin saja tidak mereka inginkan terjadi saat itu juga. Mungkin saat itu mereka benar-benar mendapat kepuasan. Tetapi apa yang akan terjadi setelah ini itu membuat mereka harus tersadar kesalahan apa yang sudah mereka lakukan.


**********


            Seorang wanita mengerjap-ngerjapkan matanya hingga membuka matanya dengan sempurna. Matanya langsung menatap ke penjuru ruangan yang saat ini sedang ia tempati dan beberapa saat kemudian dia tersentak menyadari ada tangan yang memeluknya dari belakang.


            Wanita itu membalikan tubuhnya paksa kemudian menjerit seraya berdiri dari posisinya dengan cepat. Dia sangat kaget melihat ada seorang pria yang tidur di sebelahnya. Apa yang sudah ia lakukan ?

“ALVIN.”


            Seorang pria yang masih tidur tidak memperdulikan teriakan seseorang. Dia terus saja memejamkan matanya hingga dia merasakan tubuhnya dipukul pukul oleh seseorang yang membuat dirinya terbangun saat itu juga.


“Apa yang sudah loe lakukan ?”


            Alvin memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Dia menatap seseorang yang berada tidak jauh darinya. Kemudian matanya terbuka melihat seorang wanita yang berdiri di hadapannya.


“Zahra.”


“Gue benci sama loe.” Teriak Zahra kemudian melangkah keluar.


            Alvin dengan sigap langsung berdiri dan langsung mengejar wanita itu yang sudah akan sampai di pintu apartement.nya. Dia menahan lengan wanita itu agar tidak pergi.


“Gue berani sumpah gak ada yang terjadi di antara kita semalem. Gue langsung tidur begitu sampai sini.”


            Zahra menatap Alvin dengan pandangan membunuhnya. Kemudian tetap melangkah ke pintu yang tidak jauh darinya. Pergelangan tangannya di tahan oleh Alvin kembali membuatnya berhenti.


“Loe dengerin penjelasan gue dulu.”


“Gimana gue percaya sama loe saat melihat gue bangun tidur di sebelah dengan loe yang memeluk gue.” Teriak Zahra kembali.


            Alvin mengusap telingannya yang terasa panas. Dia menyeret wanita itu hingga mereka duduk bersama diatas sofa yang tersedia disana. Alvin kemudian menjelaskan apa yang terjadi semalam. Mengenai ada pria yang mencoba untuk menggoda Zahra, hingga membawa wanita itu ke apartement.nya. Alvin memang mabuk semalam, tapi dia masih ingat dia tidak melakukan apapun. Alvin memberikan bukti dengan Zahra yang masih berpakaian lengkap saat bangun tadi sama seperti dirinya.


“Loe kurang ajar banget tahu gak. Gue ini cewek sahabat loe sendiri.”


“Mantan kalau loe lupa.”


“Sebentar lagi gue akan bisa membuat sahabat loe beralih lagi sama gue.”

“Gak akan pernah dan gak mungkin.”


Zahra mendesis tidak terima. “Gue mau pulang.”


“Tunggu. Loe percaya sama gue kan kalau kita gak melakukan apapun semalam.”


“Kenapa loe gak nganterin gue ke rumah gue ?” Teriak Zahra kembali.


“Gimana gue bisa ngerti rumah loe sementara kita baru ketemu lagi setelah waktu yang cukup lama. Dan seharusnya loe terima kasih sama gue mengingat gue udah ngelindungin loe dari laki-laki brengsek semalem.”


            Zahra hanya menatapnya kemudian melangkah lebar ke arah pintu. Kali ini Alvin tidak mengejar. Membiarkan saja wanita itu pergi dari sini. Yang terpenting sekarang adalah dia harus mandi dan bergegas ke kantor.


**********


            Mario menyenderkan tubuhnya di samping pintu ruangan Alyssa. Menatap wanita itu yang masih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menyadari kehadirannya sama sekali. Padahal sudah sedari tadi dia berdiri disana. Dengan langkah pasti Mario melangkah mendekat dan berhenti tepat di depan Alyssa membuat wanita itu melepaskan pekerjaannya dan menatap dirinya.


“Ck, aku lagi banyak pekerjaan. Jangan ganggu.”


            Mario berdecak karena Alyssa mendorong dirinya ke samping dengan sadisnya. Pria itu tidak kehabisan akal. Dia berjalan ke belakang Alyssa kemudian memeluk wanita itu dari belakang membuat Alyssa berdecak marah.


“Lepasin tangan kamu Mario.”


“Aku gak suka diabaikan sayang.”


“Aku lagi kerja. Ini juga buat kamu. Nanti sore kamu ada meeting. Ingat ? Dan aku lagi menyiapkan bahan-bahan yang akan kamu butuhkan untuk meeting nanti.”


Mario menyerah kemudian berjalan berkeliling di ruangan Alyssa yang jauh lebih kecil dari ruanganya. Mungkin nanti dia akan menyuruh seseorang untuk membuat ruangan Alyssa sama luasnya dengan dirinya. Selama ini dia tidak pernah masuk ke ruangan sekretaris. Tetapi semenjak wanita itu yang menjadi sekretaris di perusahaannya, dia selalu berlalu bolak-balik dari sini.


Lagian jika ruangan Alyssa sama luasnya dengan ruangannya, dia kan bisa bercinta dengan wanita itu secara leluasa. Daripada seperti ini, hanya bisa bercinta di atas meja, sofa dan kamar mandi. Membosankan.


“Pasti lagi mikirin yang iya-iya.”


            Sedari tadi Alyssa memperhatikan pria itu yang senyum-senyum tidak jelas. Jika seperti itu, pasti Mario sedang memikirkan kejadian-kejadian yang tidak pantas untuk diingat. Mengingat senyuman pria itu penuh dengan kemesuman tingkat akut.


            Mario terkekeh mengetahui bahwa Alyssa memperhatikannya sedari tadi. Dia berjalan mendekat kembali kemudian langsung mengecup bibir wanita itu yang selalu menjadi candu baginya.


“Kan aku bilang juga apa. Kamu gak akan bisa fokus kerja kalau ada aku di dekat kamu.”


“Daripada aku membiarkan pemikiran mesum kamu semakin meluas lebih baik aku menghentikannya kan.”

“Tahu darimana aku berpikiran mesum sayang.”


“Kelihatan dengan sangat jelas.” Jawab Alyssa seraya menekan perkataannya tersebut membuat Mario tertawa.


“Aku ingin kamu.”


“Enggak bisa Mario. Aku masih banyak pekerjaan. Kalau kamu melakukan itu sekarang, aku jamin nanti sore kamu gak akan punya bahan untuk rapat kamu. Mau ?”


            Mario berdecak kembali seraya menjauh dari Alyssa seraya mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. “Lebih baik aku keluar dari ruangan kamu. Kalau aku terus disini, aku gak yakin aku gak akan menyergap kamu walaupun itu penuh paksaan.”


            Alyssa terkekeh. “Biasanya juga tahan sampai pulang kantor.”


“Akan aku usahakan. Aku pergi dulu sayang.” Mario mengecup sekilas bibir wanita itu kemudian berlalu dari sana.


            Senyum Alyssa perlahan memudar. Dia masih tidak mengerti apa yang dirasakan oleh pria itu. Apakah Mario mencintainya atau dia memang hanya dijadikan alat pemuas nafsu pria itu selama ini. Mengingat Alyssa yang sangat tidak bisa untuk tidak memikirkan pria itu di setiap kesempatan membuatnya yakin jika dirinya memang sudah jatuh cinta dengan pria itu. Entah sampai kapan dia akan bertahan pada posisinya saat ini.


**********


            Alyssa menyenderkan tubuhnya di bahu Mario sementara pria itu memegang pinggangnya dengan posesif. Mereka sekarang sedang berada di salah satu mall terbesar di daerah metropolitan ini. Walaupun suasana sudang sangat malam mengingat sepulang kantor tadi mereka langsung memutuskan untuk berjalan-jalan.


“Ada yang mau kamu beli ?” Tanya Mario seraya mencium kening wanitanya.


Alyssa menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Mario berdecak. Dia menarik Alyssa menuju ke salah satu toko busana disana.


“Mau beli buat siapa ?” Tanya Alyssa dengan polosnya.


Dengan gemas Mario mengecup bibir wanita itu. “Ya buat kamu, masa buat wanita malam di melody club.”


            Alyssa melepas pelukannya dengan paksaan sehingga membuat pelukan mereka terlepas. Kemudian wanita itu menatap tajam Mario.


“Aku udah bilang aku gak butuh apa-apa apalagi pakaian pakaian ini.”


“Aku selama ini gak pernah membelikan kamu apapun Alyssa. Dan aku ingin saat ini. Please.”


“Tapi buat apa ? Aku udah punya banyak pakaian.”


            Mario terlihat berpikir kemudian menarik tangan wanita itu menuju ke salah satu daerah terlarang untuk para pria melihatnya. Alyssa menutup matanya erat melihat tujuan Mario membawanya.


“Pilih.”


“Tingkat kegilaan kamu semakin menjadi-jadi tahu.”


            Alyssa menatap ke sekeliling mereka melihat banyaknya orang yang menatap mereka dengan geli dan tawa tertahan. Dia kemudian beralih ke Mario yang ternyata saat ini sedang memegang sebuah pakaian dalam wanita. Alyssa langsung menarik Mario menjauh dari tempat itu.


“Memalukan Mario. Seorang Mario Raditya, pimpinan Blue Sky Corp masuk ke dalam toko busana wanita. Kamu gak ingin merusak citra kamu sendiri kan ?”


“Aku gak perduli citra. Ayok masuk lagi.”


“Kita ke timezone aja. Aku mau kesana.” Dengan cepat Alyssa berjalan meninggalkan Mario yang tampak kebingungan di depan toko busana tersebut. Dengan langkah gontai, dia mengikuti wanita itu pergi.


            Alyssa menarik Mario untuk membeli koin sehingga mereka bisa bermain disana. Mereka banyak menghabiskan waktu disana hingga tidak menyadari hari yang sudah semakin malam.


“Aku ke toilet sebentar.” Ujar Alyssa


“Mau dianterin ?” Tawar Mario yang membuatnya terkena cubitan di pinggangnya. Mario hanya terkekeh kemudian membiarkan Alyssa berjalan ke arah kamar mandi.


            Mario menunggu dan duduk di kursi yang letaknya tidak jauh dari kamar mandi. Mario menatap sekeliling hingga matanya berhenti di seseorang yang sepertinya dia kenal. Mario memutuskan untuk mendekat.


“Sepertinya gue pernah melihat mereka.” Gumam Mario seraya memfokuskan matanya dan berusaha untuk mengingat.


“Ah gue inget. Itu orang tua tiri Alyssa. Ngapain mereka disana.”


            Mario melihat kedua orang paruh baya yang sepertinya terlibat pembicaraan serius dengan seorang pria yang duduk di kursi roda. “Siapa pria itu ?”


            Mario memicingkan matanya dan membelalakan mat
anya. Melihat kaki pria itu yang diperban Mario sudah bisa menebaknya. Dia pasti kakak kandung Alyssa. Tetapi yang ia lihat, pria itu terlihat sangat sedih dan murung. Mario kembali menatap kedua orang paruh baya disana. Sepertinya ada yang mereka rencanakan.


            Mario tersentak saat merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya kemudian reflek dia membalikan tubuhnya dan langsung siaga. Dia membuang nafasnya lega saat tahu Alyssa lah yang menepuk bahunya.


“Lagi ngapain ?”


“Ah itu, Aku ...”


            Alyssa menatap ke belakang Mario dan tanpa sengaja dia melihat kedua orang tuanya disana. Dan melihat kakak kandungnya disana membuatnya reflek berlari mendekati mereka. Mario tidak sempat untuk menahan wanita itu.


“Alyssa.” Mario ikut berlari mengikuti Alyssa.


“Kakak.”


“Ify.”

**********


 TINGGALIN JEJAK YA GUYS ^_^
JANGAN LUPA KOMENTARNYA DI KOLOM DI BAWAH INI.
Semakin banyak kalian berkomentar dan memberikan saran maka semakin cepat juga cerita ini akan dipublish.
Jadi mohon kerjasamanya :) :)

Love in Danger - Part 12 (RIFY)

Yang lupa sama part sebelumnya bisa baca dulu guys :D 
KLIK DISINI

PART 12



            Alyssa sedang berkutat dengan semua bahan masakan yang ia sendiri tak tahu untuk apa. Dia hanya menerima itu semua saat tadi ada yang mengantarnya ke apartement Mario yang kata si pengantar itu semua merupakan pesanan Mario. Alyssa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan pria itu yang semakin tidak bisa ia tebak apa maunya.


            Bunyi deringan handphone membuat Alyssa mengalihkan pandangannya. Dia melirik sekilas dan menghembuskan nafasnya secara kasar, ada panggilan dari pria yang sedari tadi di pikirkannya. Kemudian tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Alyssa menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.


“Ya ??” Ucap Alyssa dengan malas.


            Mario yang masih berada di ruangannya sedang duduk di atas kursi kejayaannya hanya terkekeh mendengar nada suara Alyssa yang terdengar malas di telingannya.


“Pagi sayang.”


“Gak usah basa basi. Jadi basi tahu gak.”


“Sensi banget sih, gara-gara bahan masakan yang aku kirim tadi ??”


“Pasti ada maunya.”


“Enggak banyak kok. Cuma ingin kamu dateng ke kantor dengan membawa makanan buatanmu aja. Maka dari itu, aku nyiapin bahan masakannya supaya kamu tinggal masak sayang.”


“Sejak kapan aku bisa masak Mariooo.”


“Jangan pernah lupa kalau kamu pernah masakin aku sesuatu sayang.”


“Okey okey. Fine. Siang nanti aku ke kantor bawain masakan buat kamu.”


Mario terkekeh pelan. “Okey sayang. Aku tunggu. Love you.”


            Alyssa tersentak mendengar kalimat terakhir dari Mario. Kemudian dia menggeleng gelengkan kepalanya supaya tidak usah dimasukkan ke dalam hatinya. Bahaya jika kalimat tersebut tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.


“Daripada gue mikir yang enggak enggak. Mending gue langsung masak aja deh.”


**********


            Dering ponsel membuat Mario yang tadinya sedang berkutat dengan laporan-laporannya menjadi terfokus menatap ke handphone.nya, menatap malas saat menemukan nama ayah kandungnya yang menelepon. Dia menghiraukan panggilan itu hingga dering ponselnya mati dan berdering kembali untuk kedua kalinya. Mario memutar bola matanya malas kemudian terpaksa mengangkat panggilannya.


“Ada apa pah ?”


“Rio lagi banyak pekerjaan. Gak bisa sekarang Rio kerumah.”


“Ini salah satu sifat Papa yang Rio gak suka.”


            Mario membanting ponselnya begitu saja ke atas meja kerjanya. Lagi-lagi ayah kandungnya meminta dia untuk ke rumah sekarang juga dengan ancaman-ancaman yang membuat Mario mau tidak mau harus datang ke rumah saat ini juga.


            Dengan malas dia bangkit seraya memgambil jasnya yang digantung di sandaran kursi kemudian melangkah keluar kantor untuk menuju ke rumahnya.


            Mario menyenderkan tubuhnya pada sofa ruang keluarga dengan malas. Dia menatap saja ayah kandungnya yang sedang berdiri di hadapannya dengan menatap tajam dirinya. Mario siap mendengarkan apa saja yang ayahnya ingin bicarakan dengannya.


“Kamu keterlaluan udah buat keluarga rekan bisnis Papa menunggu kamu terlalu lama Mario. Papa bisa terima kalau kamu hanya sekedar terlambat. Tapi kenyatannya kamu gak datang Mario, dan kamu tidak memberi kabar dengan rekan bisnis Papa itu.”


“Papa lagi bicara sama kamu.”


            Mario menegakkan tubuhnya yang semula menyender kemudian menatap Papanya dengan wajah malasnya. Dia sudah lelah dengan pekerjaan kantor, dan sekarang harus membahas masalah yang sama sekali tidak ia suka.


“Mario.” Bentak Pak Bara masih dengan tatapan tajamnya menatap Mario.


“Telinga Rio masih normal untuk mendengarkan perkataan Papa.” Jawab Rio asal membuat Pak Bara menarik nafasnya dengan kasar.


“Kapan kamu mendengarkan ucapan Papa Mario.”


“Kapan Papa mendengarkan ucapan Mario.” Mario dengan seenaknya mengulang perkataan Papanya. Dia sekarang sudah berdiri menghadap Papanya dengan berani.


“Mario, yang sopan kalau bicara sama orang tua.” Bentak Pak Bara kembali.


“Papa harus mendengarkan Rio, Rio gak mau menerima perjodohan itu Pa, Rio gak suka sama perempuan itu. Kenapa Papa selalu memaksa. Rio selalu menuruti kemauan Papa, tapi untuk urusan perempuan, Papa gak usah ikut campur. Itu urusan Rio.” Rio langsung berjalan menuju pintu rumahnya untuk segera keluar dari sana.


“Apa karena perempuan itu kamu jadi seperti ini Mario ?”


            Mario mengehentikan langkahnya kemudian membalikan tubuhnya dan kembali berhadapan dengan Papanya yang saat ini sedang memegang beberapa lembar foto dirinya dan Alyssa. Mario langsung berlari mengambil foto-foto yang dipegang Papanya dengan kasar.


“Darimana Papa mendapatkan ini.”


“Kamu gak perlu tahu Papa dapat darimana. Papa tahu asal usul perempuan itu, dan karena itu papa gak suka sama dia. Putuskan dia dan mulailah berhubungan dengan perempuan yang Papa kenalkan sama kamu.”


“Papa gak akan pernah bisa membuat Rio jauh dari dia.” Desis Mario tajam.


“Kenapa gak bisa Rio ? Kamu tahu apa yang akan Papa lakukan untuk membuat kamu jauh dari perempuan itu.”


            Mario menatap benci Papanya yang berdiri tepat dihadapannya. Dia mengepalkan tangan kirinya untuk menghalau sesuatu yang mungkin saja akan ia lakukan jika tidak bisa menahan diri. Dia membuang nafasnya pelan untuk meredakan emosinya.


“Jangan pernah menyentuhnya.”


“Tergantung sama kamu. Kalau kamu mau menuruti perintah Papa, perempuan itu akan baik-baik aja.”


            Mario hanya menatap tajam wajah Papanya yang menatapnya dengan senyumannya yang malah membuat Rio bertambah emosi. Ini sifat Papanya yang sangat Mario tidak suka. Sedari dulu, dia selalu dituntut untuk selalu menuruti perintah Papanya. Dan dia tidak pernah pilihan kecuali menuruti perintah Papanya.


“Nanti malam, datang ke rumah rekan bisnis Papa. Papa sudah membuat janji kalau kamu akan datang kesana untuk makan malam. Kamu tahu sendiri akibatnya kalau kamu masih mau membantah perintah Papa Mario.”


            Mario memejamkan matanya erat kemudian dengan langkah lebar dia meninggalkan kediaman Raditya. Mario sangat tidak menyukai Papanya – Bara Raditya. Sejujurnya dia ingin dilahirkan tanpa embel embel Raditya di belakang namanya agar dia bisa merasakan menjadi laki-laki biasa yang bisa melakukan segala hal tanpa memikirkan ancaman-ancaman yang menghantuinya seperti selama ini.


            Andai Mario yang dipilih untuk ikut ibunya, pasti dia sekarang sudah bahagia menjadi seorang anak. Lagi-lagi Rio diingatkan keadaan tersebut dimana ibunya lebih memilih kakak kandungnya dibandingkan dirinya. Mungkin Mario memang ditakdirkan untuk hidup seperti ini.


**********


“Saya mau minta bantuan kamu.”


            Shilla menatap tak percaya kepada atasannya tersebut. Tadi, dia dipanggil oleh Gabriel secara langsung karena ada hal yang ingin dibicarakannya. Dan dia tidak menyangka bahwa atasannya tersebut ingin meminta bantuan dirinya.


“Saya sedang bicara denganmu Shilla.”


            Kalimat itu membuat Shilla tersentak, dia menatap Gabriel seraya menganggukkan kepalanya dengan heran.


“Jika saya bisa saya akan membantu Pak.”


            Gabriel memutar meja kerjanya kemudian berdiri di depan Shilla dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celananya. Dia menatap Shilla yang saat ini tengah menundukkan wajahnya dalam-dalam.


“Ajak Alyssa untuk menginap di Apartment kamu.”


“Apa ?” Shilla sontak menatap wajah atasanya dengan berani.


“Keberatan ?”


“Tapi untuk apa Pak ?”


“Saya Cuma ingin itu sekarang Shilla. Buat Alyssa tinggal di apartment kamu apapun caranya. Setelah kamu bisa membuat Alyssa tinggal sama kamu, saya akan jelaskan kelanjutannya.”


            Shilla menghembuskan nafasnya pelan. Dia tidak tahu apa yang direncanakan oleh Gabriel dengan membuat Alyssa yang merupakan mantan sekretaris gabriel tinggal di apartmentnya yang selama ini ia tempati.


“Kamu tidak mau ?”


“Tapi bagaimana caranya Pak ? Saya tidak sedekat itu dengan Alysssa hingga kemungkinan besar Alyssa akan menolak untuk tinggal bersama saya.”


“Itu urusan kamu. Tadi saya sudah berkata apapun caranya kamu harus membuat dia mau tinggal dengan kamu.”


            Shilla terdiam, tidak mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Dia hanya menundukkan wajahnya dan masih berpikir apa ia harus menerimanya atau tidak.


“Saya tidak jadi meminta bantuan kamu.”


            Hal itu sontak membuat Shilla menatap wajah Gabriel dengan senyumannya. Tapi kalimat selanjutnya membuat Shilla langsung memudarkan senyumannya.


“Tapi saya memberi perintah kepada kamu yang artinya kamu tidak bisa menolaknya. Kamu harus bisa membuat Alyssa tinggal bersama kamu. Mengerti !.”


**********


            Mario mendudukan Alyssa diatas pahanya dengan posisi berhadapan langsung dengan wajahnya. Sedari tadi Mario selalu memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir wanita itu. Alyssa memegang wajah Mario untuk menghentikannya.


“Ada masalah ?”


            Mario menggeleng kemudian mencium bibir Alyssa dengan membabi buta. Tangannya menahan belakang kepala wanita itu agar ciumanya menjadi lebih intens. Alyssa tahu ada yang tidak beres dengan laki-laki itu, maka dari itu untuk kali ini dia  akan membiarkan.


“Aku siap dengerin kalau kamu mau cerita.”


“Gak ada apa-apa cantik. Aku Cuma mau kamu sekarang.”


            Mario kembali melanjutkan ciumannya tanpa memperdulikan Alyssa yang membuat wanita itu akhirnya menerimanya tanpa penolakan. Mario mencium dahi, kedua mata Alyssa secara bergantian, turun mencium hidung mancung Alyssa dan beralih ke kedua pipi wanita itu secara bergantian dan kembali mencium bibir seksi Alyssa dengan menggebu.


            Alyssa hanya menerimanya tanpa banyak protes seperti biasanya. Dan kejadian yang ia duga terjadi lagi di siang itu.


            Mario mengerjap-ngerjapkan matanya hingga terbuka sempurna kemudian langsung mencari ponselnya. Dia membelalakan matanya saat menemukan 18 panggilan tak terjawab dari Ayahnya. Setelah melihat jam saat ini dia langsung terbangun dan langsung berlari masuk ke kamar mandi.


            Mario dengan cepat berganti pakaian setelah sebelumnya menghabiskan waktu yang sangat sedikit di kamar mandi. Kemudian kembali melirik jam dinding di kamarnya yang saat ini sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia sangat telat. Mario langsung berlari keluar dan langsung menemukan Alyssa yang sedang menonton TV.


“Mau kemana ?”


“Sayang, aku harus pergi, aku akan cerita setelah aku pulang nanti. Jangan nunggu aku, kalau ngantuk langsung tidur aja.” Mario mengatakannya dengan cepat kemudian mencium bibir Alyssa dengan cepat pula. Kemudian dia langsung berlari keluar dengan secepat kilat.


**********


            Mario sudah duduk manis di ruang makan keluarga yang katanya rekan bisnis Papanya itu. Mario melirik malas ke orang-orang di sekitarnya. Kemudian matanya bertubrukan dengan salah satu wanita disana. Mario ingat, dia Shilla. Perempuan yang pernah ia temui di kantor Gabriel.


“Mario, tante dengar kamu lagi mendirikan cabang Blue Sky  Corporation lagi Yo ?. Dimana itu ?”


Mario menatap wanita paruh baya disana yang ia yakini adalah ibunya Shilla. Mario tersenyum sebagai formalitas. “Di Tokyo tante. Tapi belum seberapa karena masih awal.”


“Hebat kamu Yo. Bara, anak kamu memang keren.”


            Pak Bara hanya tertawa pelan, Mario memberikan senyum miring seraya menundukkan wajahnya sehingga pasti tidak akan terlihat oleh siapapun.


“Shilla masih kerja di perusahaan Damanik Shil ?” Tanya Papa Mario.


“Iya Om, Shilla masih kerja disana.”


“Kenapa gak pindah aja ke perusahaannya Rio ?. Om jamin kamu akan mendapatkan jabatan bagus disana.”


            Mario bisa melihat Shilla menatap dirinya dengan senyum canggung.


“Makasih Om. Tapi Shilla betah kerja disana.”


            Mario benar-benar muak dengan semua percakapan dan ekspresi penuh kepalsuan disini. Dia ingin cepat-cepat pulang ke apartement dan bercinta dengan Alyssa. Mario akan membuat Alyssa mendesahkan namanya dan berteriak penuh kepuasan, dan dia akan membuat Alyssa selalu me ....


“Mario.”


            Mario tersentak dari lamunan vulgarnya. Dia menatap wajah Ayahnya yang menatapnya dengan tatapan tajamnya. Mario hanya bisa memberikan senyumnya ke kedua orang tua Shilla sebagai formalitas permintaan maafnya, aslinya dia tidak perduli sama sekali.


“Shill, mending kamu ngobrol berdua sama Rio gih di belakang. Kayaknya kalian butuh waktu buat berduaan.” Ucap Ayah Shilla.


“Iya Yah.”


            Mario mengikuti Shilla setelah menangkap maksud dari tatapan Shilla yang menyuruhnya untuk mengikutinya. Mereka berhenti di kebun kecil di belakang rumah Shilla. Mereka duduk di ayunan terpisah.


“Gak nyangka kita ketemu lagi dalam suasana seperti ini.” Ucap Mario memulai percakapan.


“Gue tahu loe gak nyaman sama suasana ini.”


“Sangat. Gue gak bisa nolak permintaan bokap gue. Gue pengin gak perduli sama semua ancamanya, tapi gue gak bisa membuat hidup orang lain menderita hanya karena keegoisan gue.”


“Kita sama-sama ada di posisi sulit.”


“Loe bisa menentang perjodohan sialan ini Shill. Gak ada pengaruhnya sama loe.”


“Kalau gue bisa udah gue lakuin dari dulu.”


            Mario mengusap wajahnya secara kasar. Dia tidak mengerti lagi bagaimana membuat Papanya menjadi terbuka hatinya dengan melihat perasaannya. Mario tidak tahu lagi harus berbuat apa yang membuat perjodohan ini batal.


“Gue denger Alyssa tinggal di apartment loe ?”


“Iya. Gue rasa hubungan loe sama Alyssa gak sedekat itu sampe loe pengin tahu dia tinggal dimana.”


“Gue mau nawarin tempat tinggal gue sama dia. Bukannya gak baik laki-laki dan perempuan yang belum sah tinggal satu atap ?”


Mario memberikan senyum miringnya. “Tahu apa loe soal gak baik ?”


“Gue serius Mario, gue pengin membuat Alyssa tinggal sama gue di apartment gue. Gue pengin punya temen.”


“Enggak. Dia bakalan tinggal sama gue disana. Gue gak akan mengijinkan. Gak ada gunanya kita meneruskan pembicaraan ini Shil.”


            Shilla menghembuskan nafasnya lelah. Dia pikir akan semudah itu membuat Mario mengijinkan Alyssa untuk tinggal bersama dirinya. Tapi ternyata itu hanya khayalannya. Dia harus mencari cara agar Alyssa mau tinggal bersama dirinya. Andaikan dia tidak jatuh hati kepada Gabriel, dia tidak akan mau melakukan hal yang tidak penting seperti ini. Semuanya ia lakukan karena laki-laki itu. Karena perasannya yang jatuh terlalu dalam kepada Gabriel.


**********


            Mario mengernyitkan keningnya saat melihat Alyssa dengan kedua tangannya yang ia silangkan di depan dadanya dengan menatap penuh keingintahuan kepada dirinya. Mario berjalan kemudian langsung memeluk wanitanya itu.


“Habis darimana ?”


Mario melepas pelukannya dengan terpaksa karena Alyssa meronta ingin dilepaskan. Mario kembali berusaha memeluk Alyssa tapi wanita itu malah mundur dan tidak ingin dipeluk oleh dirinya.


“Ke rumah Papa.”


            Alyssa menatap tajam Mario. Dia ingin mencari kebenaran dari perkataan laki-laki dihadapannya.


“Aku butuh alasan.”


“Nanti setelah aku berhasil melepas rindu dulu sama kamu.”


            Mario langsung menerjang Alyssa hingga tubuh mereka berdua terjatuh diatas sofa di ruang tamu apartment Mario. Mario langsung mencium Alyssa dengan membabi buta untuk melepas rasa rindunya. Padahal baru beberapa jam mereka tidak bertemu, tetapi rasanya Mario tidak bisa berjauhan dengan Alyssa barang sedetikpun. Karena kalau sampai itu terjadi, dia akan merasakan kerinduan yang benar-benar membuncah.


“Mario lepaskan.”


“Besok pagi baru aku akan lepas.”


“Gila.”


“Karena kamu sayang.”


            Mario menyusupkan wajahnya di sela-sela leher jenjang Alyssa. Menghirup dalam-dalam aroma Alyssa yang memabukkan membuatnya sangat ingin berlama-lama disana. Alyssa hanya menggeliatkan tubuhnya seraya menikmati sensasi yang akhir-akhir ini sering ia rasakan. Tapi kegiatan mereka kali ini harus terhenti karena dering ponsel Alyssa yang memekakan telinga.


            Mario melepaskan Alyssa kemudian mengusap wajahnya secara kasar. Dia menatap Alyssa tajam. “Lain kali, silent ponsel kamu. Jadi kalau kita mau melakukan kegiatan panas kita, gak akan terganggu.”


Alyssa terkekeh kemudian mengecup bibir Mario sekilas. “Aku angkat dulu sebentar. Kamu ganti baju dulu gih.”


            Alyssa menjauh kemudian menekan tombol hijau pada layar ponselnya.


“Aku belum punya uang Bun. Bunda tahu sendiri sekarang Ify udah gak punya pekerjaan lagi.”

“Dimana Ify dapet uang sebanyak itu Bun.”


“Ya, Ify tahu.”


            Alyssa ingin sekali membanting ponselnya saat ini juga. Kalau bukan karena kakak kandungnya yang saat ini tidak bisa melakukan apapun hanya sekedar untuk kabur dari wanita jahat itu, Alyssa tidak akan pernah mau memenuhi permintaannya.


“Panggilan dari siapa ?”


            Alyssa tersentak kemudian membalikan tubuhnya, dia melihat Mario berdiri tidak jauh disana dan menatap penuh keingintahuan yang besar. Alyssa dengan gugup menghampiri Mario.


“Temen, minta ketemuan besok pagi. Tapi sepertinya akan jauh lebih enak kalau aku menolak dan lebih memilih dateng ke perusahaan kamu.”


            Mario terkekeh kemudian memeluk pinggang wanitanya dan memeluknya erat. Dia menyerukkan wajahnya di leher Alyssa dan menciumi aroma wanitanya disana. Aroma yang memabukkan yang selalu membuat dirinya buta arah.


“Mario.”


“Iya sayang.” Mario menjawab tanpa mengubah posisinya.


“Akan lebih baik kalau kita gak tinggal bersama. Status kita gak bisa membuat kita terus tinggal berdua dalam satu atap seperti ini Mario. Aku udah cukup buat ngrepotin kamu selama ini.”


            Mario sontak melepaskan pelukannya dan menatap tajam Alyssa.


“Aku udah bilang kalau kamu akan selamanya tinggal disini.”


“Tapi kita bukan suami istri.”


“Akan aku buat kita jadi suami istri kalau itu yang kamu mau.”


            Alyssa menggeleng gelengkan kepalanya. Dia tidak mau Mario terkena kesialan karena harus selalu bersama dirinya. Dia tidak akan pernah bisa membuat Mario dalam bahaya, apalagi karena dirinya.


“Keputusan aku udah bulat. Setelah aku dapet tempat tinggal nanti, aku akan pergi dari sini.”


“ALYSSA.” Bentak Mario tajam.


            Alysssa mendekat kemudian menangkup wajah tampan Mario. Dia mengelus pelan kedua pipi pria itu setelahnya mengecup bibir Mario pelan.


“Kita masih bisa bertemu Mario. Kamu tahu sendiri karena sekarang aku udah bener-bener menjadi bawahan kamu di perusahaan. Kita masih bisa bertemu disana.”

            Mario memeluk Alyssa erat kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak akan pernah bisa berjauhan dengan Alyssa mulai dari sekarang. Alyssa sudah menjadi candu baginya. Tidak akan mudah untuk dirinya jika mulai entah kapan itu dia tidak akan pernah melihat Alyssa lagi di sekitar apartment.nya.


            Alyssa balas memeluk Mario. Dia sangat ingin mendengar Mario menahan dirinya disini dan mengungkapkan kalau laki-laki itu mencintainya. Benar-benar tulus mencintainya. Tetapi itu hanya ada dalam mimpi seorang Alyssa. Dia semakin yakin jika Mario menahan dirinya disini bukan karena lelaki itu mencintainya, tetapi karena tubuhnya. Mario tidak bisa tidak menyentuh Alyssa, karena baginya, Alyssa hanya pemuas nafsu laki-laki itu semata.


**********



PART 12 DONE :D
Alhamdulillah akhirnya lanjut lagi setelah sekian lama. Sorry banget guys. Sorry sorry sorry.
Baru ada ide entah kenapa :D 
Semoga memuaskan. Pasti kalian lupa sama part part sebelumnya kan. Baca part sebelumnya biar inget lagi guys. Hehe.
JANGAN LUPA COMMENT. semakin banyak kalian comment maka semakin semangat gue nulisnya :D