Rabu, 06 Mei 2015

Love in Danger - Chapter 8 (RIFY)

CHAPTER 8



            Alyssa duduk diam seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya masih mengawasi gerak gerik seseorang yang entah bagaimana caranya bisa menemukan keberadaannya sekarang. Mario. Siapa lagi jika bukan laki – laki itu yang selalu mengganggu kehidupannya.

            Mario masih berdiri membelakangi Alyssa. Matanya bergerak kesana kemari untuk melihat keadaan rumah yang sekarang sedang di tempati oleh wanita yang sekarang pasti sedang merutuki kehadirannya itu. Mario hanya tersenyum tipis dengan pemikirannya sendiri.

“Loe harus mengingatnya Mario. Ini bukan rumah gue. Jadi loe gak harus menilai apakah tempat ini layak gue tempati apa enggak.” Ucap Alyssa kesal.

            Mario membalikkan tubuhnya menghadap ke arah wanita itu. Dia tersenyum tipis melihat perubahan yang terjadi pada diri Alyssa. Wanita itu semakin cantik setelah beberapa minggu tidak bertemu dengan dirinya. Mario berjalan kearah sofa dan duduk di sebelah wanita itu kemudian menyanggahkan kepalanya pada kepalan tangannya yang bertumpu pada sofa seraya memperhatikan wajah cantik di hadapannya.

“Aku udah berusaha keras buat nyari kamu, masa Cuma di anggurin setelah ketemu Lys ??”

            Wanita itu menengok ke arahnya seraya memasang wajah kagetnya.

“Aku ?? Kamu ?? Sejak kapan ??” Tanyanya dengan menunjuk dirinya dan menunjuk dada Mario seraya mendorong pelan dada laki – laki itu dengan sebal.

“Apa yang salah ??” Tanyanya masih dengan senyuman khasnya.

            Alyssa mendengus kesal seraya menatap kearah depan lagi, menghindari tatapan Mario yang menyebalkan itu menurutnya. Tangannya masih terlipat di depan dada, memasang wajah tidak perdulinya. Padahal di dalam hatinya yang paling dalam, dia sangat senang melihat laki – laki itu ada di sampingnya kini.

            Tapi tugas yang harus ia selesaikan masih menjadi beban untuknya. Jadi sebisa mungkin dia menghindari Mario supaya tidak terbawa perasaan. Jika hatinya kalah maka rusak semua rencana yang sudah direncanakannya secara matang.

“Mario.” Teriaknya karena kaget melihat sikap laki – laki itu yang dengan santainya membaringkan kepalanya di pahanya. Mario hanya terkekeh pelan melihat reaksi yang ditunjukkan wanita di hadapannya yang menurutnya sangat lucu.

“Gue tau, loe juga kangen kan sama gue.” Ucap Mario dengan kepercayaan yang tinggi. Alyssa hanya mendengus.

“Lys, loe tau gak. Masa gue mau di jodohin sama relasi bokap gue. Gak keren banget kan ??” Ucap Mario yang hanya ingin menggoda Alyssa.

            Alyssa memusatkan pandangannya kearah Mario - yang masih tiduran dengan kepalanya yang berada di paha Alyssa - dengan tatapan kagetnya.

“Serius ??”

            Mario hanya mengangguk tanpa rasa bersalah kemudian menegakkan kembali tubuhnya menjadi duduk. Tatapannya tidak terlepas dari wajah Alyssa yang sepertinya menanggapi godaannya dengan serius membuat dirinya terkekeh pelan tanpa sadar.

“Terus gimana ?? Loe terima ??” Tanya Alyssa panik.

“Ya mau gimana lagi, bokap gue kan yang nyuruh. Ntar kalau gue tolak gue jadi anak durhaka dong.” Jawab Mario santai seraya menahan tawanya.

“Mario. Terus gimana sama gue ?? Loe kan udah janji mau setia sama gue, loe kan udah janji mau nungguin gue, loe kan udah janji mau ... Hmmmppptt.”

            Mario memotong ucapan Alyssa dengan mencium bibir wanita itu. Awalnya laki – laki itu hanya menempelkan, tetapi setelah Alyssa membiasakan dengan sentuhan di bibirnya, Mario langsung menciumnya dengan menggebu.

            Alyssa hanya menerimanya dengan pasrah, percuma jika ingin menjauhkan tubuh Mario, tidak akan pernah berhasil. Karena jika laki-laki itu sudah menginginkan sesuatu, maka harus di turutinya.

            Alyssa hanya menahan geraman di mulutnya agar suaranya tidak terlalu kentara. Posisinya sekarang dirinya berada di bawah Mario. Tangannya menjalar di wajah Mario kemudian berakhir di rambut laki-laki itu. Meremasnya dan melampiaskan semuanya di rambut Mario. Alyssa bisa merasakan jika kancing kemejanya sudah dibuka oleh Mario.

            Alyssa hanya melengkungkan tubuhnya untuk menahan semua yang di rasakan oleh tubuhnya. Semuanya tidak ada yang terlewati dari sentuhan laki-laki itu. Alyssa hanya bisa menahan suaranya agar tidak terlalu terdengar menjijikan.

“Mario.”

“Gue kangen banget sama loe Lys.”

“Berhenti dulu.” Ucap Alyssa disela-sela kegiatan mereka, berusaha untuk menormalkan suaranya walaupun sangat sulit. Kedua tangannya mendorong dada Mario agar menjauhi tubuhnya.

            Alyssa menarik nafas dalam dalam karena kegiatan yang sudah mereka lakukan barusan. Matanya masih menatap mata Mario. Alyssa bisa merasakan jika laki-laki itu memang merindukan dirinya.

“Capek ??”

“Bukan itu, kita lagi ada di sofa. Gimana kalau Sivia tiba – tiba pulang.”

Mario hanya menampilkan senyuman jailnya. “Oh jadi karena ingin melanjutkan kegiatan kita di kamar. Setuju.”

“Mario.” Teriak Alyssa kembali karena kaget dia tiba-tiba diangkat laki – laki itu untuk digendongnya. Dengan refleks kedua tangannya memeluk leher Mario erat.

            Mario menatap ke tubuhnya dengan senyuman jailnya. Alyssa mengikuti arah pandangannya dan baru menyadari jika kemejanya masih dalam keadaan terbuka hingga terlihat bagian di dalamnya. Dengan refleks, Alyssa memukul punggung laki-laki itu dengan kuat membuat Mario mengaduh kesakitan.

            Mario menatap tajam Alyssa dan dibalas dengan senyuman kemenangan dari wanita itu. Mario menurunkan kepalanya dan dengan gemas mencium bibir wanita itu kembali. Alyssa berusaha untuk menjauhkan wajahnya dan lagi-lagi tidak berhasil. Mario membawa tubuh Alyssa ke kamarnya yang berada di lantai atas dengan bibir yang masih bersentuhan.

            Tidak ada niatan dari Mario yang akan melepaskan ciuman itu. Setelah sampai di kamar, mereka langsung menuntaskan kegiatan mereka yang tertunda tadi dan melepaskan kerinduan yang teramat dalam karena beberapa minggu tidak bertemu.

***********

            Shilla sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia meneliti semua berkas yang berada di atas mejanya. Sesekali tatapannya berubah kaget melihat laporannya -yang diberikan oleh staff’nya lewat e-mail- di komputer dan kembali normal seraya kedua tangannya yang bermain di atas keyboard komputer.

“Kok bisa beda ??”

“Aku udah ganti berapa kali laporan ini. Kok hasilnya gak balance, aduh gimana ini.” Ucapnya lagi penuh kepanikan. Tangannya tidak berhenti mengetik dan matanya tidak pernah lepas dari layar komputer.

“Ehem.”

            Shilla mengalihkan pandangannya pada pintu ruang kerjanya. Disana sudah berdiri CEO yang paling tampan menurutnya. Siapa lagi jika bukan Gabriel – pemimpin di perusahaannya tempat dia bekerja.

            Shilla mengerutkan keningnya bingung melihat Gabriel yang berdiri disana. Jika memang ada hal yang ingin disampaikan mengenaim pekerjaan, bukankah dia hanya bilang pada sekretarisnya kemudian menghubungkannya ke atasanya. Mengapa dia ke sini sendiri.

“Ada apa Pak Gabriel.” Tanya Shilla sopan.

“Laporannya sedari tadi saya tunggu. Tapi sampai sekarang saat waktu istirahat siang telah berakhir, laporannya belum ada di meja saya.” Ucapnya dengan tegas.

“Maafkan saya pak, ini saya sedang berusaha untuk menyelesaikanya dengan cepat.” Jawab Shilla dengan gugup seraya menundukkan wajahnya dalam.

“Sampai sejauh mana kamu mengerjakanya.” Tanya Gabriel seraya mendekat kearah Shilla. Shilla memundurkan kursinya untuk memudahkan Gabriel melihat hasil dari apa yang dikerjakan dirinya sedari tadi.

“Jadi, dari tadi kamu baru mengerjakan sampai disini ?? Dan hasilnya gak balance ?? Apa – apaan ini ??” Ucap Gabriel dengan menaikkan nada suaranya membuat Shilla berjengit kaget. Dia sampai memundurkan langkahnya.

“Maaf pak, tapi laporan yang saya terima memang seperti itu, saya juga tidak mengerti mengapa bisa sampai begini.”

            Gabriel menatap wanita di hadapannya dengan tatapan marah. Padahal jelas-jelas wanita itu sangat takut melihat tatapannya saat ini, tapi dia menutup hatinya untuk tidak merasa belas kasihan terhadap wanita di hadapannya.

“Ada atasan kamu di hadapan kamu Shilla. Tatap saya.”

Shilla dengan ragu-ragu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Gabriel yang sangat dikaguminya itu. “Sekali lagi maafkan saya pak, saya akan mencoba untuk memperbaikinya.”

“Memperbaiki ?? Sampai kapan ?? Saya sudah menyuruh kamu dari pagi Shilla, dan ini sudah sampai waktu istirahat berakhir. Saya hanya menyuruh kamu untuk membuat laporan keuangan. Tetapi mengapa belum selesai juga ??” Ucap Gabriel dengan pandangan marah.

            Shilla hanya bisa diam untuk menahan agar air matanya tidak mengalir keluar. Seumur hidupnya dia tidak pernah dibentak oleh siapapun, tetapi sekarang dia dibentak oleh seseorang yang sangat dia cintai. Kembali Shila menundukkan kepalanya seraya meremas buku buku jarinya kencang.

“Maaf pak.” Ucapnya dengan suara bergetar.

            Gabriel menghela nafasnya kasar. Dia meninju udara menggunakan kepalan tangan kananya untuk meredakan amarahnya. Sejujurnya dia tidak pernah membentak karyawanya sampai seperti ini. Tetapi entah mengapa dia membentak Shilla.

Masalah yang menimpanya dari kemarin membuatnya tidak bisa berpikir tenang. Dia butuh pelampiasan dan entah mengapa Shilla yang menjadi korban pelampiasannya. Sebenarnya ada rasa kasihan melihat wanita di hadapannya yang sepertinya sangat takut dengan dirinya, tetapi sebagian hatinya mengatakan jika memang dia sudah menemukan korban pelampiasan yang sesuai.

“Kamu kerjakan laporannya sampai pukul 5 sore nanti. Saya tidak mau tau, kerjaan itu harus sudah selesai semua. Jika sampai pukul 5 kamu tidak bisa mengerjakanya. Maka dengan terpaksa kamu keluar dari perusahaan saya Shilla. Mengerti.”

            Shilla hanya bisa menganggukan kepalanya dengan wajah masih ditundukkan dalam-dalam. Tidak berani melihat wajah pemimpinya itu.

            Sedangkan Gabriel masih berdiri di hadapan Shilla seraya menatap wanita itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Gabriel merasakan perih di sebagian dadanya melihat wanita di hadapannya yang sepertinya menahan rasa takut kepadanya.

            Gabriel menghela nafas kasar kemudian menggumamkan permintaan maaf dari dalam hati dan berlalu meninggalkan ruangan Shilla.

            Setelah terdengar suara pintu yang ditutup Shilla merasakan semuanya menjadi berat, membuat dia akhirnya terduduk begitu saja di kursinya. Dan tanpa sadar air matanya mengalir dari kedua matanya. Hatinya sakit mendengar bentakan yang keluar dari mulut Gabriel.

“Mengapa mencintai menjadi sesulit ini ??” Gumam Shilla penuh kesedihan.

***********

            Alyssa memasuki kantornya dengan gembira. Setelah pertemuannya dengan Rio kemarin membuatnya menjadi senang seperti ini. Entah apa yang membuatnya sesenang ini. Padahal laki-laki itu hanya singgah sebentar di rumah Sivia-sahabatnya yang sekarang juga telah menjadi rumah sementaranya. Baru semalam laki-laki itu meninggalkannya untuk kembali ke rumahnya, Alyssa kembali merasakan kerinduan.

            Satpam dan para karyawan yang lain mengernyit bingung melihat sekretaris pemimpinnya itu tampak bahagia pagi ini. Biasanya, Alyssa memasang wajah cuek dan tidak perduli. Sekarang, bahkan semuanya ia berikan senyuman yang paling manis yang dia punya.

“Pagi Bu Alyssa.”

“Pagi pak, selamat bekerja.”

            Selalu seperti itu tanggapan Alyssa jika ada yang menyapanya. Tidak seperti biasanya. Entahlah, mungkin karena hati sudah bertemu dengan pasangannya jadi semuanya ikut merasakan kesenangan itu.

“Shilla.” Sapanya ketika melihat salah satu rekannya yang dulu sempat menjadi musuh saat berebut untuk menjadi posisi sekretaris di perusahaan ini.

“Ada apa ??” Tanya Shilla seraya membalikkan tubuhnya kearah Alyssa. Alyssa mengernyit bingung melihat perubahan di wajah wanita itu. Seperti habis menangis dalam waktu yang lama. Tetapi Shilla menutupinya dengan make up yang lumayan besar.

“Gak, loe keliatan gak bersemangat aja, kenapa ??”

“Enggak, loe aja yang keliatan seneng banget. Gue biasanya juga kaya gini. Loe kan biasanya ...”

“Ehem.”

            Kedua wanita itu mengalihkan pandangannya pada laki-laki tampan dengan jas hitamnya dan kemeja putihnya yang berdiri tidak jauh dari mereka, siapa lagi jika bukan pimpinan terbesar di perusahaan itu, CEO muda yang sangat tampan. Gabriel.

            Shilla mengalihkan pandangannya kearah lain. Sedangkan Gabriel menatap Shilla dengan kening berkerut. Alyssa ?? Wanita itu hanya menatap keduanya dengan pandangan aneh. Seperti ada sesuatu yang janggal diantara keduanya.

“Ehem.” Alyssa gantian untuk memecahkan keheningan yang menyelimuti mereka.

“Kamu kenapa masih disini Alyssa. Bukannya kamu harus kerja, tugasmu sangat banyak hari ini. Dan saya belum tahu jadwal saya apa saja.”

“Iya iya pak CEO yang terhormat. Akan saya laksanakan sekarang.” Jawab Alyssa penuh penekanan kemudian bersiap untuk melangkah menuju lift.

“Tunggu dulu, siapa yang menyuruh kamu untuk meninggalkan saya sendiri disini. Kamu bersama saya, tunggu sebentar.”

            Shilla hanya diam mendengarkan percakapan antara bos dan sekretarisnya itu. kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mereka berdua. Dan hanya terdiam melihat tangan Gabriel yang menggenggam tangan Alyssa erat.

“Maaf pak, bu. Saya permisi dulu.” Dengan buru-buru Shilla berjalan meninggalkan mereka, dia naik ke lift yang biasa untuk karyawan kemudian menghilang di dalamnya.

            Alyssa menyentak tangan Gabriel dengan penuh kekuatan. Kemudian menatap tajam pemimpinnya itu.

“Heh, loe gak liat apa kalau Shilla itu suka sama loe. Dan loe seenaknya gandeng-gandeng tangan gue. Loe gak mikirin perasaan Shilla banget sih.”

“Udah ayo. Gue males ngomongin dia.” Ucapnya santai kemudian merangkul Alyssa menuju lift yang memang dikhususkan untuk ke lantai paling atas. Untuk Gabriel dan Alyssa. Karena memang hanya ada ruangan untuk CEO dan sekretarisnya.

“Gue yakin 100 % kalau loe akan kehilangan dia. Ada batasnya kesabaran setiap manusia pak CEO yang terhormat. Apalagi perasaan wanita itu sangat sensitif. Kalau loe gak mau kehilangan dia. Kejar dia.”

            Gabriel tidak perduli dan terus berjalan ke ruangannya meninggalkan Alyssa yang masih berdiri di depan lift. Menurutnya, ucapan wanita itu tidak ada gunanya. Toh dia tidak akan jatuh cinta kepada Shilla. Jadi dia masa bodoh dengan wanita itu.

**********

            Alyssa berjalan dengan tanpa semangat menuju ke markas dimana semua anggotanya sedang berkumpul yang pastinya nanti akan ada bos’nya itu yang menuntutnya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Hari ini memang hari terakhir Alyssa untuk menyelesaikan misinya. Dan dia akan berhadapan langsung dengan bos’nya itu.

“Akhirnya kamu datang juga Alyssa.”

            Alyssa hanya menyunggingkan senyum miringnya dan berjalan lebih dalam ke ruangan besar disana. Wanita ini masih menatap bos’nya itu dengan tatapan yang seperti ingin membunuhnya.

“Gue gak pengecut. Dan gue menepati janji.”

“Menepati janji ??” Tiba tiba saja laki-laki paruh baya yang tak lain adalah bos’nya itu mendekat kearahnya seraya bertepuk tangan.

“Gue ingin tahu sejauh mana kurcaci seperti loe menepati janji. Coba perlihatkan ke gue.” Lanjutnya dengan beberapa penekanan.

            Alyssa mendengus kemudian merogoh tas punggungnya. Setelah ketemu berkasnya, dia keluarkan kemudian menyodorka  ke laki-laki paruh baya itu.

            Berkas yang didalamnya berisi aset aset penting perusahaan Damanik. Lagi-lagi Alyssa menggumamkan permintaan maaf dari dalam hatinya yang paling dalam. Lagi-lagi dia terjerumus pada pekerjaan yang menyesatkan seperti ini. Andaikan bukan karena orang tuanya, sungguh, Alyssa tidak akan pernah mau untuk melakukan hal menjijikan seperti ini.

            Berkas itu berhasil ia ambil, dan ia buat copy’annya untuk diletakkan kembali ke brankas milik Gabriel. Sebelumnya, dia sudah menuliskan permintaan maaf di buku Gabriel yang pastinya laki-laki itu tidak mengetahuinya.

            Yang paling penting adalah, dirinya sudah menuliskan permintaan maaf kepada laki-laki itu dan berharap jika perusahaannya tidak akan kenapa-napa. Bagaimanapun juga, Alyssa pernah bekerja beberapa tahun di perusahaan itu sebelum bekerja sdi perusahaan yang dipimpin oleh Mario.

“Ini ??” Ucapnya tidak percaya seraya mengangkat map’nya tinggi-tinggi. Dan dengan menyebalkannya –menurut Alyssa- bos’nya itu membuka map’nya.

“Bagus. Loe melaksanakan tugas dengan baik. Gue akan menepati janji gue juga karena loe menepati janji loe.”

“Setelah ini, jangan harap gue akan melaksanakan perintah loe lagi. Ini kerjaan terakhir gue, dan selanjutnya, loe bisa minta tolong ke anak buah loe yang lain.” Ucap Alyssa seraya memperhatikan rekannya yang bisa dibilang lebih mirip menjadi ayahnya daripada rekan kerjanya.

“Gue gak yakin loe bakalan berhenti Alyssa. Orang tua loe itu matre, mereka meinginginkan duit loe kan ?? Dan loe Cuma bisa dapetin duit banyak Cuma dari gue. So, kita liat aja nanti.”

            Alyssa menggeram marah. Dia tidak suka jika semuanya membawa bawa orang tuanya. Sejujurnya, Alyssa melakukan ini juga karena orang tuanya selalu menuntutnya untuk mengirim uang sebanyak mungkin setiap bulannya. Dan Cuma orang kaya raya yang bisa menghasilkan uang 1 koper lebih dalam 1 bulan.

“Gue bisa cari cara lain.” Ucap Alyssa.

Pria paruh baya itu hanya tersenyum sinis kemudian menjawab. “Cara lain ?? Mencuri ?? Ikut ikutan begal ?? atau ... dengan menjual tubuh ??

“Jaga ucapan loe.” Teriak Alyssa marah.

“Apa namanya kalau bukan menjual tubuh ?? Pelacur ??” Pria itu sekarang tertawa sangat keras membuat Alyssa semakin mengepalkan tangannya. “Denger yah, gue tahu segala apa yang loe lakuin itu Alyssa. Loe lagi berurusan sama CEO muda tampan yang sangat kaya raya. Gue jamin, loe menjual tubuh ke dia.”

“Brengsek. Loe gak inget umur apa ? Loe tuh udah waktunya taubat. Umur loe tuh bakalan semakin sedikit. Bukannya mendekatkan sama Yang Maha Kuasa loe malah makin menjadi.” Ucap Alyssa tajam.

“Oke oke, gue akan mempertimbangkan tawaran loe lagi kalau loe bersedia untuk kembali kesini. Ini.” Ucapnya penuh dengan senyum devilnya seraya menyerahkan 1 buah koper kearah Alyssa.

            Alyssa mengambilnya paksa kemudian melangkahkan kakinya keluar dengan kesal. Dia akan mengusahakan agar dirinya tidak pernah kembali ke markas menjijikan ini. Yah, dia sudah bertekad untuk tidak kembali.

**********

            Mario kembali tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Pikirannya terus tertuju pada Alyssa. Entah mengapa, wanita itu sudah seperti magnet untuknya. Ck, jika begini terus, pekerjaan Mario tidak akan selesai dalam waktu dekat. Huft
.
            Dengan lelah, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebanggaannya. Mengusap usap wajahnya kasar kemudian mengambil handphone’nya dan menekan angka 1 untuk langsung melakukan panggilan ke Alyssa.

“Sial.” Umpatnya kasar seraya melempar handphone’nya ke arah sofa. Untung saja handhone’nya meluncur pas ke sofa, jika tidak, hancurlah sudah semuanya.

Tok tok tok.

Mario mengangkat wajahnya kemudian mendengus kesal. Disaat seperti ini, dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, apalagi oleh sekretarisnya yang baru itu.

“Masuk.”

“Permisi pak, ada yang mau bertemu dengan bapak.”

“Siapa ??

Mario mengernyit bingung. Masalahnya, dia tidak melakukan pertemuan dengan siapapun. Lalu kenapa ada yang ingin bertemu dengannya ?? Papa ?? Mustahil.

“Seorang wanita pak. Dia mengaku sebagai kekasih bapak.”

“Kekasih ??” Tanya Mario kaget.

“Sejak kapan saya memperkenalkan kekasih saya kepada kamu ?? Jika kamu memang tidak pernah bertemu dengan kekasih saya, seharusnya kamu langsung memberi alasan bahwa dia tidak bisa bertemu dengan saya.” Lanjut Mario dengan marah.

“Maaf pak, tetapi ...”

“Mario.”

            Mario membelalakan matanya, terkejut karena melihat wanita yang sedari tadi sedang dipikirkannya sedang berdiri di depan pintunya dengan berkacak pinggang dan dengan wajah marah. Mario langsung menormalkan wajahnya dan kemudian menatap sekretarisnya itu.

“Kamu boleh keluar sekarang Vita. Jangan lupa tutup pintunya.” Suruhnya kepada sekretarisnya itu.
“Baik Pak. Permisi.”

            Mario bangkit dari duduknya kemudian berjalan mendekat kearah Alyssa. Tersenyum begitu manis di depan wanita itu karena hatinya juga langsung baik saat sudah bertemu dan melihat wanita itu secara langsung.

“Apa ?? Gak usah senyum senyum loe. Seenaknya aja nyuruh gue pulang. Dan loe gak mengakui gue sebagai kekasih loe sama sekretaris loe. Kenapa ?? Karena sekretaris loe lebih seksi daripada gue ?? Makanya loe gak ngasih tahu sama dia ?? Atau jangan-jangan karena dia ... Hmmmpppttt.”

            Mario langsung membungkam bibir Alyssa agar wanita itu berhenti berbicara. Niatnya hanya sebentar, tetapi wanita itu malah membalas ciumannya dengan sama panasnya. Dan Mario langsung mengimbangi karena inilah obat paling ampuh agar semangat yang tadinya hilang sekarang malah menjadi full.

“Ternyata caranya sangat mudah bagaimana membuat loe berhenti berbicara.”

            Alyssa mendengus kesal sedangkan Mario sudah terkekeh. Tangannya masih merangkul pinggang wanita itu dan mendekatkan kearahnya. Alyssa masih dengan perasaan kesal melingkarkan tangannya pada leher laki-laki itu.

“Itu hukuman buat loe karena dari tadi loe gak pernah menjawab panggilan gue.”

“Ish, gue itu mau ngasih surprise sama loe. Eh, loe malah nyebelin. Lagian kenapa loe milih sekretaris yang kaya gitu sih. Yang pake jilbab kan juga banyak.”

            Alyssa mengerucutkan bibirnya kesal seraya mengingat saat dia ingin masuk ke dalam ruangan Mario dan dicegah oleh sekretaris laki-laki ini.

            Yang paling membuat Alyssa sebal adalah cara berpakaian wanita itu. 2 kancing blouse bagian atas sengaja dibuka oleh wanita itu, dan pakaiannya amat sangat ketat. Rok’nya aja beberapa cm diatas lutut. Ish, jika mengingat hal itu, Alyssa ingin melepas rok itu dan menggantinya dengan celana milik ayahnya. Ck.

“Maaf sayang, gue itu milih sekretaris bukan Cuma dari penampilan. Yang paling penting itu urusan ini.” Ucap Mario seraya menunjuk kening Alyssa. “Otak, karena semua pekerjaan di kantor hampir semuanya di handle sama sekretaris. Gue rasa gue gak harus menjelaskan lebih lanjut, karena loe sekarangpun sedang menjadi sekretaris. Paham sayang ??”

“Gue gak mau tahu, nanti loe harus menyuruh dia untuk berpakaian yang sopan. Blouse longgar dan rok beberapa cm di BAWAH lutut. Wajib. Dan dimulai dari besok pagi. Paham.”

“Iya iya. Bawel. Lagian mau ada banyak wanita seksi di dunia ini juga gue gak perduli. Karena gue udah punya Alyssa, calon istri Mario.”

            Alyssa hanya tersenyum manis kearah laki-laki itu dan terpekik kaget saat tubuhnya diangkat oleh Mario secara tiba-tiba.

“Turunin.” Teriaknya keras.

“Jangan keras-keras sayang, ntar kalau yang diluar denger gimana ?? Emangnya mau di gangguin ??” Ucap Mario santai kemudian duduk di kursi kebanggaannya dengan Alyssa yang duduk di atas pangkuannya.

“Loe tahu Alyssa, gue kangen sama loe.” Ucap Mario dengan jujur.

“Gue juga.” Balas Alyssa dengan menatap wajah Mario seraya tersenyum manis.

            Perlahan, Mario mendekatkan wajahnya membuat Alysssa menutup matanya, dan Alyssa langsung merasakan bibirnya menyentuh sesuatu yang kenyal yang ia yakini adalah bibir laki-laki itu.

            Alyssa semakin mengeratkan pelukannya di leher laki-laki itu. Dan tangan Mario tidak tinggal diam. Tangannya menjelajah di seluruh tubuh Alyssa membuat wanita itu semakin tidak berdaya. Mereka berdua kemudian tenggelam dalam kegiatannya sendiri. Meluapkan segala kerinduan yang selama ini mereka rasakan satu sama lain.

“Mario.” Geram seseorang membuat Mario menjauhkan wajahnya, dan matanya membelalak kaget begitu melihat siapa pria paruh baya yang berdiri di depan pintunya.

            Orang itu adalah Papanya sendiri. Orang yang paling tidak ingin Mario temui untuk saat ini dan dalam keadaan seperti ini. Apa yang harus ia lakukan ??

**********


Alhamdulillah kelar juga tulisan gue :D 
Gue cuma mau bilang maaf banget karena lagi-lagi PHP baru ngepost sekarang.
Maaf ya teman, mohon dimaafkan karena sebentar lagi juga mau Puasa kan :D haha. modus.
Oke, oke, Cukup sekian teman, Sampai bertemu lagii.
Jangan lupa komentarnya yaaa :)