Senin, 19 Agustus 2013

Gue Kena Karma - Part 8 (RIFY)

Sebelum Rio menjawab pertanyaan Ify. Seseorang telah membuka pintu kamar Rio. Rio sudah dag dig dug sedari tadi. Rio dan Ify terus menatap ke arah pintu. Rio sangat berharap kalau yang membuka pintu bukan suster yang tadi. Sedangkan Ify, dia hanya menatap pintu dengan pandangan bingung. Harapan Rio di kabulkan, ternyata Mamanya dan Zahra lah yang muncul di balik pintu.

“Mama. ngagetin.”
“Emang kenapa ??? Kalian lagi bahas apa sih. Serius gitu.”
“Gini tante. Tadi ada suster yang namanya Angel kata Rio, masuk ke ruangan ini. Dia genit banget tante.”
“Oh Suster Angel Fy. Dia emang gitu. dari pertama Rio masuk ke rumah sakit ini, dia udah genit gitu deh. mana pernah bilang dia mau jadi pacar Rio lagi di depan tante.”
“Iya tante aneh banget susternya.”
“Ya gitu lah Fy. Dia kan anak kuliahan yang lagi magang di rumah sakit ini. Acara PKL di sekolahnya gitu. Kebetulan dia dapet tugas di rumah sakit ini. Dan buat tugas pertamanya dia dapet tugas buat ngerawat Rio.” Terang mama Rio, Zahra yang gak tahu apa-apa hanya menjadi pendengar yang baik, dia berjalan mendekat kea rah Rio.
“Oh gitu. pantes aja. Masih kuliahan ternyata.”
“Iya. Semester 5 kayaknya. Gak beda jauh lah sama kalian.”
“Yo, Makananya udah habis ??? Hebat.” Ujar Zahra yang melihat piring yang ada di meja sekarang sudah kosong. Mama Rio yang mendengarnya ikut mendekat. Sedangkan Ify yang udah tahu hanya memasang wajah datar.
“Kamu beneran yang ngabisin Yo ??? Mama gak yakin.”
“Beneran kok mah. Serius.”
“Beneran Fy Rio udah makan ??? Tante masih ragu.” Tanya mama Rio kepada Ify yang terlihat masih sibuk duduk di sofa seraya menonton acara televise.
Ify menoleh kearah Rio dan melihat pemuda itu sedang memohon dan memasang ekspresi seperti bicara ‘Please, jawab Iya’. Kemudian Ify memasang wajah jailnya. Dirinya ingin melihat pemuda itu dimarahi lagi oleh Tante Manda-mama Rio. “Mmm. Tadi Rio buang makanannya di kamar mandi tante. Jadi makanannya bukan di habisin sama dia tapi di buang.”
Rio langsung terbelalak mendengar jawaban gadis itu.
“Rio.” Ucap mama Rio dan langsung menjewer telinga Rio membuat pemuda itu meringis. “Kapan sih sifat bandel kamu bakalan ilang. Hah. Mama bener-bener gak ngerti harus bagaimana lagi sama kamu Yo.”
“Mah, ampun mah. Makanan rumah sakit gak enak. Rio mau makan asal makanan luar. Jangan makanan rumah sakit. Pahit mah. Lepasin mama.” Rio masih merintih kesakitan dan berusaha melepasakan tangan mamanya dari telingannya.
“Makanan rumah sakit itu lebih banyak manfaatnya Yo. Di dalamnya kan udah di campur sama obat. Jadinya pahit.” Ucap mama Rio setelah melepaskan tangannya dari telinga Rio. Rio masih mengusap usap telingannya. Sedangkan kedua gadis cantik yang sedari tadi melihat adegan itu hanya tertawa kecil.
“Yaudah tante. Biar Zahra aja yang beliin makananya.” Tawar Zahra ramah.
“Gak usah deh Ra. Biarin aja nih anak gak makan. Biar nginep disini 1 tahun sekalian. Bandel banget.”
“Yah mama. masa doain Rio gak sembuh sembuh.”
“Gimana mama mau doain kamu biar cepet sembuh kalau kamunya aja di suruh makan gak mau.”
“Yaudah ma. Rio makan deh makanannya. Nih masih ada bekal yang di kasih Zahra tadi.” Ucap Rio seraya mengambil bekal yang berisi makanan pemberian Zahra.

Sedangkan mama Rio, Ify dan Zahra hanya melihat Rio yang sedang memakan makanan pemberian dari Zahra. Diam-diam Ify melihat Zahra yang sedang menatap Rio dengan pandangan yang amat sangat berbeda. Entah mengapa membuat perasaannya semakin kacau. Di tambah sikap tante Manda yang sepertinya juga menyukai gadis itu. Ck. Apa iya dirinya tidak bisa berakhir dengan pemuda itu. Apa tidak ada kesempatan baginya untuk memperbaiki sifatnya yang sudah amat sangat kelewatan kepada pemuda itu. Ify menghirup udara yang ada di dalam ruangan itu dan menghembuskannya secara kasar.

***************
Beberapa hari ini telah dilewati Ify dengan perasaan yang amat sangat tidak karuan. Selama beberapa hari ini dia malah semakin mempunyai perasaan kepada pemuda itu. entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Sekarang pemuda itu juga bertambah dekat dengan siswi baru di sekolahnya. Dimana-mana mereka selalu berdua. Membuat perasaan Ify makin tidak karuan.

Sekarang, dirinya sedang berada di lantai paling atas sekolahnya. Tempat itu hanya ada ruang untuk gudang. Selebihnya hanya ruangan terbuka yang biasanya digunakan untuk semua siswa dan siswi untuk menenangkan diri. Menikmati semilir angin yang menyapu lembut wajahnya. Gadis ini juga sedang berusaha menghilangkan penat yang akhir-akhir ini merasuki otaknya. Terlebihnya tentang pemuda itu. pemuda yang akhir-akhir ini sering sekali melintas dalam ingatannya.

Karena lelah. Ify menyembunyikan wajahnya pada lipatan kedua tangannya. Dengan kedua kakinya yang ia tekuk dan tangannya yang memegang eray kedua kakinya tersebut. Membiarkan rambutnya berantakan terkena hembusan angin yang lumayan kencang. Sementara tak jauh dari gadis ini. Ada seorang pemuda yang sedang berdiri di depan pintu gudang. Setelah matanya menyapu pandangan kesekelilingnya, pemuda itu baru sadar jika ada orang lain yanga berada di tempatnya sekarang. 

Pemuda itu benar-benar tidak tahu siapa gadis itu. karena wajahnya di sembunyikan dalam lipatan tangannya. Dengan gerakan reflek dia mendekat untuk memastikan siapa gadis itu. tidak mungkin di siang bolong begini ada hantu di di sekolahnya. Mungkin gadis itu sedang mempunyai masalah yang lumayan berat sehingga memutuskan untuk menuju ke lantai atas yang jarang di lewati orang.

“Ehem.” Dehem Pemuda itu membuat seorang gadis yang tadi menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya mengangkat wajahnya. Keduanya sama-sama syok melihat satu sama lain.
“Rio/Ify.” Ucap keduanya bebarengan.
“Ngapain disini.” Lagi lagi mereka bebarengan. Ify langsung tersenyum salting seraya mengalihkan wajahnya dan Rio hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal seraya tersenyum canggung.
“Ngapain disini Fy ???” Rio bertanya ulang setelah terjadi keheningan di antara mereka berdua.
“Loe sendiri lagi ngapain ???”
“Bukannya di jawab malah balik nanya. Tadi gue di suruh sama Pak Doni buat ngambil pompa bola di gudang. Loe sendiri ???”
“Lagi nenangin diri.”
“Oh, lagi ada masalah ???”
“Mau tahu aja atau mau tahu banget.”
“Gak dua duanya.”
“Issh, kalau gitu kenapa nanya.” Ucap Ify kesal.
“Terserah gue dong, mulut mulut gue.” Jawab Rio santai membuat gadis itu makin geram dan bertambah kesal.
“Yaudah sana pergi.”
“Loe ngusir gue ???”
“Anak TK aja tahu, loe yang udah gede masa gak tahu.”
“Nyindir gue tuh kayaknya.”
“Oh, jadi loe merasa ??? Bagus dong kalau gitu.”
“Ck, yaudah terserah loe. Kalau gue terus disini sama loe. yang ada gue bakalan di gantung sama Pak Doni.”
“Yaudah sana pergi.”
“Hati hati loe. sendirian disini.” Ucap Rio seraya berlari kearah gudang.

Ify hanya diam melihat gerak-gerak Rio. Setelah pemuda itu masuk ke dalam gudang. Ify hanya menghela nafas. Kenapa pemuda itu tidak seperti dulu. Hanya menatap pemuda itu saja membuatnya merasa bersalah. Apa dirinya memang sudah kelewatan ya dulu. Kenapa perasaan itu baru datang sekarang. Kenapa gak dari dulu aja. Mengapa perasaan itu datang di saat pemuda itu sudah memutuskan untuk menjauhinya dan memutuskan untuk berhenti mengejar ngejarnya. Peri cinta sepertinya tidak berpihak kepadanya dan juga pemuda tampan itu.

Setelah Rio keluar dari gudang. Dia masih melihat Ify yang masih dengan setianya duduk di tempat tadi seraya memandang kearah depan seraya kedua tangannya memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Entah kenapa pemuda ini khawatir sekali dengannya. Tapi melihat tatapannya tadi bahwa gadis itu tidak ingin di ganggu makanya pemuda itu tidak jadi untuk menghiburnya.

Sebenernya Rio masih ingin mendekati Ify seperti dulu. Tapi melihat Ify yang masih sama seperti dulu yang selalu cuek kepada dirinya, Rio langsung mengundurkan niatnya untuk menghibur gadis itu. Jika ia nekad yang ada dirinya malah mendapat perlakuan yang membuat hatinya sakit lagi seperti dulu. Rio sudah tidak mau membuat hatinya terluka seperti dulu. Sudah cukup 4 bulan ini membiarkan hatinya terluka oleh gadis itu.

“Ify. Udah mau bel. Loe gak masuk ke kelas ???” Tanya Rio di depan gudang. Ify langsung menoleh dan menatap Rio.
“Gue lagi pengin disini.” Jawab Ify santai.
“Yaudah deh. terserah loe. Gue ke bawah dulu.” Ucap Rio seraya berlari menuju ke lantai bawah. Ify tersentak. 
Pemuda itu meninggalkannya, tidak membujuknya untuk bersama sama ke kelas. Ify hanya menghirup udara guna untuk mencegah rasa sakit yang sekarang sedang merasuki tubuhnya.
“Kenapa sih Yo. Dihadapan loe gue gak bisa bersikap manis. Kenapa kalau ketemu loe gue selalu gak bisa bersikap lembut dan buat loe betah di samping gue. Padahal gue sekarang udah sadar perasaan gue yang sebenernya ke loe. tapi kenapa gue gak bisa bersikap yang sewajarnya ke loe.” Gumam Ify

“Maafin gue kalau selama ini gue selalu nyakitin hati loe. mungkin loe udah cape setiap hari mesti mendengar bentakan gue dan selalu mendengar ucapan penolakan gue. Tapi gue baru sadar Yo, kalau apa yang gue lakuin ke loe dulu tuh salah. Gue pengin minta maaf tapi gue gak pernah bisa. Gue selalu takut untuk minta maaf ke loe. Mungkin loe sekarang udah capek. Mungkin loe selama ini merasa sakit hati atas tingkah laku gue. Tapi gue juga gak ngerti Yo kenapa gue berbuat kaya gitu sama loe.”

“Gue sama sekali gak tahu salah loe apa sampe-sampe gue tega ngelakuin ini sama loe. gue sama sekali gak tahu apa yang menjadikan gue berbuat kasar dan selalu nolak pemberian loe. gue baru sadar Yo. Cuma loe yang sayang sama gue. Cuma loe yang sayang sama gue dengan tulus. Cuma loe yang baik sama gue. Cuma elo yang …… Arrrrggghhhhh.” Teriak Ify sekerasnya agar bisa menghilangkan perasaan sakit di hatinya. Tapi nyatanya. Itu semua tidak mampu mengobatinya.

“Gue minta maaf Yo, gue minta maaf.” Ify hanya mengucapkan kalimat itu berulang kali. Dirinya seperti orang depresi sekarang. Rambutnya pun sudah sangat berantakan terkena hembusan angin yang cukup kencang itu. tapi Ify tidak perduli. Dirinya hanya ingin Rio. Hanya ingin pemuda itu ada di sampingnya. Tapi rasanya mustahil. Karena pemuda itu sekarang menjauhinya. Butiran air mata dengan mudahnya terjun melewati pipi mulusnya. Ify menangis. Menangis karena kesalahannya yang sekarang baru disadarinya. Gadis cantik itu kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Menyembunyikan air mata yang terus mengalir melewati pipinya. Menyesali tingkah bodohnya yang selama ini ia lakukan kepada pemuda itu.

***************
Hari ini Rio melakukan aktivitasnya seperti biasa. Wajahnya terlihat lebih cerah dengan senyuman yang membingkai wajah tampannya. Semua yang pernah Rio lakukan dulu untuk gadis itu sekarang hanya tinggal kenangan. Pemuda itu tidak pernah sedikitpun memberikan sesuatu yang dulu pernah ia berikan kepada Ify. Karena Rio tahu, jika dia nekad memberikan itu semua. Maka, Cuma sakit yang akan ia dapatkan. Sakit atas kalimat penolakan yang di ucapkan oleh gadis itu. Tapi dia tidak bisa berjanji akan melupakan gadis itu. Karena sesungguhnya, hati kecilnya masih menyimpan nama Ify dan membungkusnya rapat rapat.

“Bro, loe beda banget sekarang.” Tanya Alvin. Mereka sekarang sedang duduk di tengah lapangan indoor.
“Beda gimana ???” Tanya Rio heran.
“Loe sekarang lebih cuek plus gak perduli sama semua yang ada di hadapan loe. bahkan loe sama sekali gak bersikap manis sama pujaan hati loe lagi. Loe kenapa bro ??? Mau jadi diri orang lain ???”
“Cissh, ngapain repot repot jadi diri orang lain, jadi diri gue aja gue bangga banget kok. Sebenernya sifat asli gue emang seperti ini kan Vin ??? Kalo loe masih care sama gue, loe pasti masih inget kalau sifat gue emang seperti ini.”
“Yayaya. Dan sifat loe itu berubah ketika loe bertemu dengan seorang gadis bernama Dea. Dan setelah Dea memilih untuk meninggalkan loe dan kembali ke tempat asalnya, loe kembali lagi ke sifat dulu loe. dan sifat loe berubah kembali ketika bertemu dengan seorang gadis bernama Ify. Betulkan ???”
“Teryata loe care banget sama gue yah Vin. Gak nyangka gue. Tapi sekarang gue udah mikirin buat ngelupain Ify dan kembali ke kehidupan gue yang dulu. Percuma aja gue ngejar sebuah bintang. Tapi bintangnya gak mau deket deket sama gue.”
“Are you sure ???”
“I’m sure bro. I think, that all moment about she with me just dream.” Alvin hanya tersenyum senang mendengar penuturan sahabatnya itu.

Sedangkan Ify. Dia sedang berada di taman sekolah. Tempat paling asyik untuk merefresh otaknya. Tapi pikirannya sedari tadi terus tertuju pada Rio. Dia baru menyadari sekarang bahwa dirinya sedang merasa kehilangan pemuda tampan itu. Yaps. kata yang paling tepat untuk gadis itu. Ify merindukan saat saat pemuda itu mengganggu dirinya. Ify tahu apa yang membuat pemuda itu seperti itu. pasti gara-gara sifatnya yang selalu menolak kehadirannya dulu, gara-gara dirinya yang tidak pernah merespon dengan baik semua perlakuan dia. Ify menyesal. Andai waktu bisa di ulang, ia akan lebih mau menjaga perasaan lelaki itu.

Sekarang semuanya sudah berlalu. Pemuda itu memilih untuk pergi dari kehidupannya. Pemuda itu menyerah untuk mendapatkannya. Kecewa, sedih, marah, rindu semuannya bercampur menjadi satu membuat dadanya sesak. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat ??? Mengapa harus terjadi padanya. Dirinya baru menyadari jika Cuma pemuda itu yang benar benar tulus mencintainya. Gabriel. Pemuda yang pertama kali ia pikir pemuda itu yang terbaik. Tapi nyatanya sama sekali enggak. Dia seperti laki laki lain yang lebih mementingkan diri sendiri tanpa mementingkan orang lain.

FLASHBACK !!!
Di sebuah pantai. Sepasang kaum adam dan hawa sedang berjalan berdua di sepanjang tepi pantai tersebut. mereka tidak menjalin hubungan, hanya ingin meluruskan hubungan yang mereka jalani selama ini tanpa status. Apakah hubungan mereka akan tetap lanjut dan dengan status yang jelas. Ataukah mereka akan mengakhiri hubungan ini dan melanjutkan hanya dengan hubungan pertemanan. Itu yang akan mereka tentukan pada saat ini.

“Gimana sama jawaban kamu Fy ???”
“jawaban apa ???”
“Permintaan aku yang dulu. Kamu mau gak jadi pacar aku ???”
“Mmm, aku … aku …”
“Aku ……”
“Maaf.”
“Maksudnya apa ??? Jangan bilang kamu nolak aku Fy. Setelah 2 minggu ini aku nunggu jawaban kamu, dan hasilnya kamu nolak aku ???” Tanya Gabriel emosi.
“Maaf Iel. Kita gak cocok. Percuma kalau aku nerima kamu tapi aku gak cinta sama kamu.”
“Gak cinta ??? Jadi selama ini kamu nganggep aku apa Fy ??? Mainan yang bisa di mainkan begitu aja ??? Dan setelah bosen kamu buang aku gitu aja ???”
“Gak gitu Iel. Aku ngerasa kita itu gak cocok. Terlalu banyak perbedaan.”
“Alasan. Loe fikir gue cowok apaan Hah.” Ucap Gabriel emosi seraya memegang kedua bahu Ify erat membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Sakit.”
“Sakit ??? Sakit mana hati gue sama sakit loe sekarang.” Bentak Gabriel kasar. Untung keadaan pantai lumayan sepi, kalau tidak, sekarang pasti mereka menjadi tontonan di pantai ini.
“Lagian aku tahu kok. Kamu itu punya banyak pacar di luar sana. Jadi kalau aku tolak kamu, kamu masih bisa nyari lagi yang lainnya kan ???” Ujar Ify pelan seraya menundukan wajahnya menahan sakit.
“Yah, loe nolak gue. Dan itu membuat gue marah. Ngerti. Seorang Gabriel itu gak pernah di tolak cewek. Dan loe udah ngelakuin itu sama gue. Gue benci penolakan.” Ucap Gabriel memberikan penekanan pada beberapa kata.
“Lepasin Iel. Sakit banget.” Rintih Ify berusaha melepaskan cengkraman tangan Gabriel di bahunya.
“Gue gak akan lepasin. Sebelum loe mau jadi pacar gue.”
“Gak. Gue gak mau jadi pacar loe. lepas.” Teriak Ify histeris.
“Kalau gue gak mau lepasin loe, loe mau apa Hah.” Tantangnya dan semakin membuat Ify merasa ketakutan.
“Lepasin dia.” Suara itu membuat Gabriel dan Ify mengalihkan perhatiannya ke sumber suara. Dilihatnya seorang pemuda yang sedang berdiri tak jauh tempat mereka berdua. Dan itu malah membuat Gabriel semakin marah.
“Siapa loe. Mau jadi pahlawan kesiangan ???” Sinis Gabriel seraya melepaskan cengkramannya pada bahu Ify secara kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Pahlawan kesiangan. Gue emang pahlawan kali. Bukan Cuma siang sih, tapi setiap hari. Gak kaya loe. yang bisanya Cuma berlaku kasar sama cewe.”
“Itu bukan urusan loe.” Bentak Gabriel marah.
“Jelas itu urusan gue. Loe tahu cewe itu siapa ??? Dia sahabat gue. So, kalau loe mau nyakitin dia, hadapi gue dulu kalo loe berani.”
“Sahabat ??? Just it ??? Segitu perhatiannya loe sama sahabat. Bilang aja kalau loe itu suka juga sama dia. Iya kan.”
“Terserah loe mau ngomong apa. Yang jelas gue gak suka sama kelakuan loe yang tadi. Kalau loe masih bersikap seperti itu, gue gak akan segan segan bikin muka loe yang loe rawat itu jadi gak mulus lagi.”
“Loe fikir gue takut ???”
“Dan loe fikir gue gak serius sama ucapan gue tadi.”
“Sepertinya loe mau cari masalah sama gue.”
“Gak penting cari masalah sama orang kaya loe. Tapi kalau loe nantangin gue. Ayo.”
“LOE …”

Terjadilah keributan antara kedua pemuda tampan itu. Gabriel dengan emosinya langsung melayangkan tangannya kearah lawannya. Tapi sepertinya pemuda yang sekarang jadi lawan Gabriel sudah sangat pintar sekali dalam urusan seperti ini. Buktinya Gabriel lebih banyak kalahnya dibandingkan dengan pemuda tampan itu.
Sedangkan Ify hanya berdiri mematung melihat pertengkaran itu. gadis cantik ini masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Pemuda yang menolongnya adalah sepupunya yang sudah lama ini tinggal di Negara seberang. Sepupunya yang tidak pernah menghubunginya selama dia berada di sana. Dan sekarang muncul di saat yang sedang genting seperti ini. Benar benar tidak percaya.

Ify langsung tersadar begitu ada seseorang yang menarik lengannya menjauhi pantai. Dilihatnya sepupunya itu yang menarik lengannya tadi. Ify mengalihkan pandangannya pada seorang pemuda lagi yang sedang terbaring menahan sakit di perutnya. Gabriel. Pemuda itu ternyata kalah dalam pertarungan ini. Wajahnya pun sudah babak belur mungkin terkena pukulan dari sepupunya ini.

Tapi dia tidak perduli lagi dengan Gabriel. Cukup sampai sini dia berurusan dengan seseorang bernama Gabriel. Dia sangat menyesal sekali pernah cinta dan sayang kepada pemuda itu. padahal jelas jelas Gabriel tidak pernah serius dengan dirinya. Pemuda itu juga kasar. Tidak ada lembut lembutnya sama sekali. Tidak seperti Rio. Akh, pemuda tampan itu membuat dirinya rindu.

“Ehem.”

Suara deheman itu membuat Ify mengalihkan pikirannya. Sekarang dia sedang menatap sepupunya yang berdiri di sampingnya. Tidak banyak berubah. Hanya lebih tinggi dan tambah dewasa sekarang. Tampangnya masih tetap kelihatan keren dan tampan. Tubuhnya semakin berotot. Sangat atletis sekali. Tidak seperti dulu yang biasa biasa saja. Sepertinya di Negara seberang membuat pemuda tampan ini semangat dalam menjalankan olahraganya.

“Gue bener bener gak percaya. Apa benar ini elo.” Ucap Ify tidak percaya.
“Iya ini gue. Cakka Kawekas Nuraga. Sepupu loe yang paling ganteng.” Ucap pemuda tampan itu yang ternyata bernama Cakka.
“Ternyata kenarsisan loe masih sama seperti dulu. Tambah akut kayaknya.”
“Gue kangen banget sama loe. apa loe gak kangen sama gue ???”
“Loe mau bilang gue gak kangen sama loe. Otak loe dimana hah. Gue itu selalu nunggu kabar dari elo. Tapi loe sepertinya keasyikan disana sampe lupa ngehubungin gue.”
“Maaf ya. Bukan gue yang menginginkan itu, tapi keadaan yang mengharuskan gue untuk gak pernah ngehubungin loe, dan orang tua loe.”
“Loe wajib cerita sama gue alasanya.”
“Dan loe juga wajib cerita sama gue tentang cowok tadi dan masalah loe.”
“Oke.”
“Yaudah kita pulang sekarang. Gue kangen banget sama orang tua loe.” Ucap Cakka menarik tangan Ify kembali menuju ke mobilnya dan menuju ke rumah orang tua Ify.
FLASHBACK OFF !!!

Masalah dirinya dengan Gabriel usai sudah. Dan sepupunya yang sangat ia sayang itu juga sudah kembali. Cakka sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri bagi orang tua Ify. Dan sudah dianggapnya seperti kakak untuk dirinya. Umur mereka hanya berkisar 1 tahun. Tandanya sekarang Cakka sudah mau menduduki bangku kuliah. Jika Ify kelas 3 nanti, dia akan memulai kuliahnya. Cakka sudah lulus sejak 1 bulan yang lalu. Ujian di Negara seberang sepertinya lebih dulu terlaksana.

Tapi dirinya masih galau gara gara masalahnya dengan Rio. Pemuda itu semakin berubah kelakuannya membuatnya frustasi. Apa yang ia harus lakukan sekarang. Dirinya sudah tidak bisa menahan semuannya sendiri. Dia ingin mengakui kepada pemuda tampan itu tentang perasaannya yang sebenarnya. Tapi masih takut jika pemuda tampan itu malah mengacuhkannya seperti yang ia lakukan dulu.

“Hey ngelamun aja.” Tepukan pelan di bahunya menyadarkan Ify dari lamunan panjangnya (?). Setelah mengubah arah pandangannya 180°, terlihat ketiga sahabatnya yang sedang senyum senyum gaje seraya menatapnya.
“Kalian. Habis dari mana sih ???”
“Dari kantin Fy. Ya lagian loe bengong aja kerjaanya. Tadi kita ajak, loe juga gak mau. Yaudah pergi bertiga deh.” Jelas Agni seraya duduk di samping Ify. Begitupun dengan Sivia dan Shilla.
“Gue lagi bingung guys.”
“Masalah Rio lagi ??? Kan kita udah ngasih saran sama loe. Sebaiknya loe jujur aja sama Rio tentang perasaan loe. Mau sampe kapan Fy ??? Loe yakin Rio gak akan berpaling dari loe ??” Tanya Shilla.
“Gue takut Shill.”
“Takut kenapa sih Fy ??? Takut di cuekin ??? Itu balasannya dong Fy. Loe dulu juga sering banget kan nyuekin Rio. Sekarang. Loe belajar mengerti perasaan Rio dulu itu kaya gimana sama loe.” Terang Agni.
“Fy. Cinta sejati itu datangnya Cuma sekali. Jangan loe sia siain. Orang tua loe udah kenal baik Rio kan ??? Bahkan mereka suka sama Rio. Dan setuju banget kalau loe sama dia. tapi kenapa loe malah sia siain dia selama ini ??? Orang tua Rio juga udah kenal kan sama loe. jadi apa lagi yang harus di fikirin. Loe tinggal jujur sama Rio tentang perasaan loe. Dan itu gak susah Fy.” Lanjut Sivia.
“Gue yakin loe bisa Fy. Jangan pernah takut di tolak atau apapun itu. yang harus loe lakuin sekarang adalah loe jujur sama Rio tentang perasaan loe. masalah dia mau nerima atau nggak itu urusan nanti. Toh dia pernah suka kan sama loe. gak mungkin perasaan itu ilang begitu aja Fy. Gue yakin.” Ucap Agni meyakinkan sahabatnya.
“Thanks yah guys. Loe semua emang sahabat gue yang paliiing baik. Gue beruntung punya kalian.”
“Gue juga seneng bisa jadi sahabat loe Fy.” Ucap Shilla, Agni dan Sivia

Mempunyai sahabat yang benar benar tulus memang menyenangkan. Mereka ada di saat suka dan duka. Tidak pilih kasih. Dan mereka selalu memberikan saran yang terbaik untuk sahabat sahabatnya yang lain. Saling menceritakan dan saling membutuhkan saran. Dan itu membuat keadaan menjadi lebih baik. Seperti yang dialami oleh Ify. Sekarang dia tahu apa yang harus ia lakukan. Dan itu membuat perasaannya menjadi lebih tenang. senyum Ify semakin lebar menambah kecantikan di wajahnya. Dia amat sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Shilla, Sivia dan Agni.



To be Continue >>>>>

Gue Kena Karma - Part 7 (RIFY)

Hari ini semua orang melakukan aktivitas seperti biasanya. Termasuk siswa siswi SMA STAR. Semua siswa siswi melangkah memasuki halaman sekolah. Wajahnya berseri seri dan terlihat lebih segar karena cuaca hari ini yang membuat semuanya menjadi bersemangat beraktivitas dan memulai hari baru dengan semangat. SMA STAR kini sudah dipenuhi oleh ratusan siswa di halaman sekolahnya. 

Bel masuk 5 menit lagi berbunyi. Tetapi gadis ini sedari tadi tidak beranjak dari tempatnya. Ify. Sedari tadi, gadis cantik ini hanya berdiri di koridor untuk menunggu seseorang. Menunggu pemuda yang biasa mengganggunya setiap harinya. Tiba-tiba sahabat dari pemuda yang biasa mengganggunya itu datang dari arah parkiran motor, dengan cepat Ify menahan langkahnya.

“Tunggu.”
“Loe. Ngapain loe. Minggir, gue mau lewat.” Usir pemuda itu dengan kerasnya. Tapi tidak membuat gadis di hadapannya menggeser langkahnya. “Ck, loe budeg yah. Bentar lagi bel. Gue harus ke kelas. Jadi minggir sekarang.”
“Rio mana Vin ??? Dia nggak berangkat bareng loe ???” Tanya Ify tanpa memperdulikan bentakan yang keluar dari mulut pemuda di hadapannya-Alvin.
“Menurut loe ???”
“Serius Alvin. Gue Tanya baik-baik sekarang.” Ucap Ify agak kesal dengan reaksi pemuda di hadapannya.
“Dia gak berangkat. Sakit.”
“Sakit ??? Sakit apa ???” Tanya Ify sedikit khawatir.
“Gak usah sok care. Acting loe itu sama sekali gak bagus. Jadi mending loe minggir sekarang. Gue mau lewat.”
“Vin, gue Tanya sama loe. Dia sakit apa ???”
“Ck, apa urusanya sih sama loe. Loe Cuma pura-pura kan ??? Gue tahu, loe itu berharap banget Rio itu pergi jauh-jauh dari hidup loe. Ify, apa loe gak bisa ngelihat kalo Rio itu sekarang udah milih buat jauh jauh dari loe. Apa yang loe mau lagi Hah. Belum cukup puas ???”
“Gak gitu Vin. Loe salah paham.”
“Yaps. Gue emang lagi salah paham sekarang. Ngelihat sikap loe yang jadi sok care plus sok manis itu gue jadi salah paham. Sekarang minggir, gue mau lewat.” Ucap Alvin seraya mendorong bahu Ify kasar. Untung dia tidak sempat terjatuh. Hanya mundur beberapa langkah. Tapi Alvin sama sekali tidak perduli. Pemuda tampan itu masih dengan sikap yang tadi berjalan santai menuju ke kelasnya melewati Ify yang sedang menatapnya tajam.

Sedangkan Ify merenungi kata-kata yang keluar dari mulut sahabat Rio itu. Rio sakit ??? Kenapa ??? kenapa dia bisa sakit seperti itu ??? Padahal kemarin dia terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang ??? Pemuda itu malah nggak masuk karena sakit. Perasaan khawatir muncul di dalam hati Ify. Kemudian gadis ini memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Tentunya dengan perasaan yang amat sangat tidak bisa diungkapkan sekarang.

***************
Sepulang sekolah Ify berniat mengunjungi rumah Rio. Ingin memastikan ada apa dengan pemuda itu. Semenjak bertemu dengan Alvin bermaksud untuk mengetahui dimana Rio, gadis cantik ini tidak bisa focus terhadap pelajaran yang ada di kelasnya hari ini, bahkan untuk bercanda dengan ketiga sahabatnya pun tidak bisa. Yang ada di fikirannya sekarang adalah Rio, Rio dan Rio. Tapi dia tidak menceritakan apa yang terjadi dengan pemuda itu kepada teman temannya. Karena dirinya yakin, sahabatnya akan menggodanya habis habis’an seperti beberapa hari ini.

 Dengan tergesa-gesa gadis ini melangkah menuju ke halaman depan sekolah untuk mencari taksi yang akan ia gunakan untuk ke rumah Rio. Dan dengan mudahnya gadis ini mendapatkan taksi yang kebetulan lewat di depan sekolahnya. 

Sesampainya disana. Ify tidak menemukan siapapun. Rumahnya sepi. Ini terbukti dari ketika dia membunyikan bel rumah Rio, tidak ada satupun orang yang keluar untuk membukakan pintu. Bahkan jendela kaca samping rumah pun sudah Ify ketuk. Tapi, tetap saja tidak ada yang membuka pintu. Perasaan khawatir langsung menyergap hati Ify. Ada apa dengan pemuda itu ??? Kenapa rumahnya sangat sepi sekali ??? Tidak adakah orang di dalam rumah ini. Sampai-sampai tidak mendengarkan bunyi bel yang sedari tadi ia bunyikan. Cara terakhir adalah menghubungi mama Rio. Berhubung dia tidak mempunyai nomor handphone Rio maka dia memutuskan untuk menghubungi tante Manda. Nomor yang ia dapat dengan susah payah dengan merayu sang mama supaya mau memberikannya.

“Hallo tante.” Sapa Ify ketika sambungan teleponnya sudah tersambung.
“Iya Ify. Ada apa ???” Tanya suara wanita di seberang sana-mama Rio.
“Tante, ini Ify ada di depan rumah tante. Tapi rumahnya kok kosong yah tan. Tante lagi dimana ???”
“Oh maaf yah sayang. Tante gak tahu kalau kamu mau datang ke rumah. Ini tante lagi di rumah sakit sayang. Rumahnya sepi. Kebetulan bibi juga ijin buat pulang kampung.”
“Rumah sakit ??? Siapa yang dirawat disana tante.”
“Rio Fy.”
“Apa ??? Rio tante ??? Emangnya sakit apa tan, sampe di bawa ke rumah sakit segala. Segitu parahnya yah tan sampe di bawa ke rumah sakit.”
“Lumayan parah Fy. Maag’nya Rio kambuh gara-gara dia gak pernah makan dan selalu jajan sembarangan. Jadi, ya gini deh.”
“Tante, Ify boleh kesana ???”
“Boleh dong sayang. Ke sini aja.”
“Yaudah tante, rumah sakit apa tan ???”
“Rumah sakit Mahardika di jalan Matahari no.6 (?) sayang.”
“Terima kasih tante. Nanti Ify ke situ.”
“Iya Fy, tante tunggu.”

Setelah memutus sambungan teleponya. Ify bergegas memanggil taksi yang lewat di depan rumah Rio. Setelah menyebutkan nama rumah sakit dan alamatnya taksi langsung melaju. Di dalam taksi, Ify masih memikirkan Rio. Bagaimana bisa pemuda itu bisa gak pernah makan ??? Padahal setaunya dulu, pemuda itu selalu mengingatkan dirinya agar tak lupa makan. Bahkan sampai membawakan sarapan Roti setiap harinya dengan alasan karena dia tidak menginginkan dirinya sakit. Tapi ternyata, pemuda itu malah melanggarnya sendiri. Ck.

Walaupun begitu Ify masih amat sangat khawatir dengan pemuda itu. sepanjang perjalanan Ify selalu melantunkan doa untuk Rio. Doa yang ia lantunkan tentunya bertujuan agar pemuda itu cepat sembuh. Perasaannya benar-benar khawatir sekarang. Padahal, dulu jika pemuda itu tidak masuk sekolah karena sakit, dirinya masih bisa tersenyum dengan teman-temannya dan mengucap syukur karena tidak ada lagi orang yang mengganggunnya. Tapi sekarang. Baru satu hari saja pemuda itu tidak masuk, dirinya langsung panic dengan keadaannya.

Ify sekarang sedang mengalami hukum Karma. Ternyata hukum karma masih berlaku untuk gadis ini. Dulu pemuda itu yang mengejar ngejar dirinya. Tapi sekarang, setelah pemuda itu berhenti untuk mengejarnya, gantian dirinya yang mengejarnya. Walaupun tidak ditunjukkan langsung kepada pemuda itu. Tapi, setiap harinya Ify melakukan penyelidikan dengan memandang jauh Rio. Diam tapi pastinya, Ify selalu mengamati pergerakan Rio. Dan sampai saat ini pemuda itu belum tahu bahwa gadis yang dulu pernah ia sukai selama 4 bulan sekarang telah terkena pesonanya.

***************
Ify dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit. Setelah taksi yang mengantarkan dirinya pergi, gadis ini langsung setengah berlari menyusuri jalanan rumah sakit yang megah tersebut. Mama Rio sudah memberitahukan dimana Rio di rawat. Ternyata di kamar Melati 25. Tanpa bertanya kepada recepcionist gadis ini langsung berlari menuju ke kamar perawatan pemuda itu. Setelah sampai di depan ruang blok Melati, gadis ini langsung mencari Melati 25. Setelah ketemu, Ify langsung masuk ke dalam ruangan itu dengan tergesa gesa.

“Selamat siang.” Sapanya setelah membuka pintu kamar.
“Selamat siang juga.” Balas orang-orang yang berada di dalam. Ternyata di dalam bukan Cuma ada Rio dan mama’nya. Tapi juga ada Zahra. “Ify, sini masuk sayang.”
“Makasih tante.” Jawab Ify seraya tersenyum canggung. Karena melihat Rio yang sedang berbaring dengan infuse di tangannya dan ada Zahra yang sedang membujuk Rio untuk makan menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Ify, kok bisa disini. Tahu darimana kalau gue disini ???” Tanya Rio dengan wajah bingung. Ify menjenguknya ??? Baru kali ini gadis itu menjenguknya jika dirinya tidak masuk sekolah.
“Mmm, tahu dari nyokap loe.” Jawab Ify singkat seraya meletakkan parcel yang di bawanya di atas meja sebelah ranjang Rio. “Loe sakit apa sampe di bawa ke rumah sakit segala.”
“Gak sakit apa-apa kok. Cuma kecapekan aja mungkin.”
“Bohong Fy. Kamu itu, sama temen sendiri aja bohong. Kalau gak mau sakit itu makan yang teratur. Sok jagoan sih. Jadinya sakit kan.” Omel mama Rio kepada Rio.
“Mama aja yang lebay. Orang Rio gak papa kok.”
“Gak papa apanya. Kamu itu tadi pagi pingsan Rio. Gara-gara perut kamu tuh melilit lilit. Masih bilang gak papa ???”
“Rio sempat pingsan tante ???” Tanya Zahra ikut berbicara.
“Iya nih Ra. Rio gak cerita sama kamu ???”
“Gak tante. Kata Rio malahan tadi itu Cuma sakit perut aja. Terus katanya tante itu tadi …… Awww.” Pekik Zahra keras karena cubitan Rio di lengannya. “Sakit Rio, apaan sih. Aduuuh.”
“Kenapa Ra ??? Kamu gak papa ??? Rio, kamu apain Zahra hah ???” Tanya Mama Rio dengan menatap tajam Rio dan hanya dibalas cengiran khas’nya oleh Rio.
“Aku di cubit sama Rio tante.” Adu Zahra yang langsung dibalas pelototan oleh Rio.
“Cubit lagi Ra. Tante ijinin kok.” Rio langsung membelalakan matanya.
“Beneran tante ???” Mama Rio langsung mengangguk. “Yess, nih rasain kamu. Nih nih rasain.” Ucapnya kemudian seraya mencubit Rio pada bagian tangan dan lengannya.
“Aduh Ra. Ampun ampun. Aku kan lagi sakit Ra, ntar tambah parah gimana. Ra udah stop. Sakit.”
“Makanya jangan jail.” Teriak Zahra dan langsung menghentikan aksinya barusan.
“Sakit sumpah. Gila, pedes.” Jawab Rio merintih pelan seraya mengusap tangan dan lengannya yang merah karena cubitan Zahra.

Mereka tidak menyadari ada tokoh baru yang memasuki ruangan mereka. Bukan menyadari, tapi melupakannya. Sedangkan tokoh baru itu hanya memandangi mereka dengan tatapan tajam. Tidak terima dengan perlakuan gadis itu dengan pemuda yang selama ini menghindarinya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa apa. Hanya berdiri seraya memandang sepasang muda mudi yang tidak memiliki hubungan apapun itu. baru menyadarinya sekarang, pemuda itu lebih bisa tertawa lepas saat bersama Zahra, tidak seperti dirinya yang hanya membuat pemuda itu kecewa dan sedih. Bahkan Ify baru menyadarinya sekarang. Bahwa pemuda itu ternyata mempunyai kelebihan yang lebih banyak dari Gabriel.

“Udah jangan berantem lagi. Yo, kamu makan dulu tuh. Gak mau kan kalau harus nginep disini satu bulan ???”
“Tapi rasanya pengin muntah banget ma. Perih perutnya.”
“Makanya jangan bandel. Udah makan. Atau kamu mau disuapin sama Ify ???” Tanya mama Rio membuat Rio, Ify dan Zahra menatapnya bersamaan. “Mau kan Fy ???” Tanyanya lagi tanpa memperdulikan tatapan yang berbeda dari ketiga remaja di hadapannya.
“Ah eh. Mmmh, iya tante.” Jawab Ify canggung seraya melirik kearah Zahra. Gadis cantik itu sepertinya tidak suka dengan permintaan mama Rio yang menyuruh Ify untuk membujuk Rio makan. Mengapa harus Ify ??? Mengapa tidak dirinya yang sedari tadi berada di ruangan ini bersamanya ??? Mungkin jawabannya karena sedari tadi pula gadis cantik ini menyuruh Rio makan, tapi pemuda itu masih menolaknya. Dan bisa dikatakan usahanya merayu Rio untuk makan GAGAL.
“Gak usah deh mah. Rio makan sendiri aja.” Jawab Rio cepat seraya mengambil makanannya dari tangan Zahra karena melihat jawaban Ify yang kayaknya ‘terpaksa’.
“Di suapin Ify kan lebih enak Yo.” Goda mama Rio.
“Mama apaan sih. Rio makan sendiri aja. Oyah Ra, katanya kamu belum makan siang, yaudah makan dulu sana. Ntar sakit.” Ucap Rio berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Suka meringatin orang tapi sendirinya gak di lakuin, tuh kamu gak makan, makannya sakit. Yaudah Ra. Tante temenin makan yuk. Tante juga laper nih.”
“Yaudah tante. Yo, Fy, aku sama tante makan dulu yah.” Pamit Zahra. Sebenernya dirinya tidak suka jika Cuma ada Rio dan Ify di ruangan ini. Dirinya sekarang tahu, ada hubungan apa antara Rio dengan gadis itu.
“Tante, Ify boleh ikut kan ???” Tanyanya karena dirinya juga tidak ingin di tinggal di ruangan itu hanya berdua dengan Rio.
“Kamu udah makan belum Fy ???”
“Udah sih tante. Tapi Ify haus.” Jawabnya cepat
“Yaudah, di kulkas ada minuman dingin Fy. Kamu tungguin Rio aja disini. kasihan dia kalau sendirian. Maukan bantuin tante buat jagain Rio sebentar ???”
“Iya deh tan.”
“Mmm tante. Gimana kalau Ify ikut aja ??? Kan biar Rio bisa istirahat juga tan.” Ucap Zahra karena masih tidak rela meninggalkan mereka berdua di dalam satu ruangan.
“Jangan Ra. Kasihan Rio’nya juga. Dia kan belum makan dari tadi. Biarin di bujuk Ify dulu biar mau makan. Siapa tahu Rio mau makan karena ada Ify.” Zahra hanya menghembuskan nafasnya secara kasar mendengar jawaban mama Rio. Itu tandanya, Rio dengan Ify akan tetap di tinggal berdua di ruangan ini.
“Yaudah tante sama Zahra keluar dulu. Kamu makan Yo. Di habisin makanannya. Tante keluar Fy. Ayo Ra.” Pamitnya kemudian langsung keluar ruangan bersama Zahra yang masih kesal dengan sifat mama Rio yang tidak mengerti perasaanya yang sedang terkena syndrome cemburu menguras hati.

Disini, hanya ada Rio dan Ify sekarang. Apa yang harus dilakukan ??? Ck, ini moment yang paling mereka tidak sukai. Jika dulu, mungkin Rio akan menjadikan moment ini menjadi moment paling indah di hidupnya. Tapi sekarang, sepertinya pemuda yang satu ini tidak menyukainya. Buktinya pemuda itu hanya berdiam di kasurnya seraya memainkan PSP’nya, tanpa memperdulikan seseorang yang menemaninya di dalam ruangan serba putih itu. Sedangkan perasaan Ify sekarang ini sangat canggung sekali. Dia hanya memainkan handphone’nya secara asal. Hanya ingin mengindari obrolan dengan Rio. Padahal ia tahu, pemuda yang berada di atas ranjang itu tidak akan mengajak dirinya mengobrol mengingat belakangan ini mereka tidak pernah bertegur sapa di sekolah maupun di luar sekolah.

Perlahan, pemuda itu bangkit dari kasurnya dan langsung menuju ke kamar mandi tanpa mengunci pintu. Sedangkan gadis yang sedari tadi sibuk dengan handphone’nya mengalihkan pandangannya mengikuti kemana tujuan Rio. Apa yang dilakukan pemuda itu ??? ke kamar mandi tanpa mengunci pintu atau sekedar menutup pintu. Apa dia tidak sadar jika ada seorang wanita di dalam ruangan itu ??? beberapa saat kemudian Rio keluar dari kamar mandi. Ada yang aneh dengan pemuda itu. Ify terus menatap Rio membuat Rio risih ditatap seperti itu oleh Ify.

“Nglihatin apaan sih.” Ify yang tadinya focus memandangi apa yang dilakukan oleh Rio terkejut dengan pertanyaan tiba tiba dari pemuda itu.
“Eh, nggak nggak. Nggak nglihatin apa-apa kok.” Jawabnya canggung.
“Oooh.”
“Tadi habis ngapain di kamar mandi ???”
“Habis membuang sesuatu.” Ucap Rio sedikit tidak perduli seraya menaruh piring yang sedari tadi ia pegang ke atas meja.
“Tapi kok. Pintunya gak di kunci ??? Loe gak lupa kan kalau di ruangan ini loe gak sendirian ???”
“Iya. Mana mungkin lupa. Katanya haus, tuh ambil minum aja di kulkas Fy.”
“Iya.” Ify melangkah menuju ke kulkas dan mengambil soft drink  lalu membukannya. Setelah terbuka, Ify langsung ingin meminumnya. Tapi gerakannya berhenti karena melihat kejanggalan di atas meja sebelah ranjang yang di tempati oleh pemuda yang saat ini sedang memainkan PSP’nya kembali. Piring itu kan tadi masih utuh dan masih banyak nasinya, tapi sekarang kenapa piringnya kosong ??? Kapan pemuda itu memakannya ??? Dirinya tidak melihatnya.
“Yo, Itu kenapa piringnya kosong ???” Tanya Ify mendekat kearah meja.
“Udah gue makan.” Jawab Rio santai.
“Kapan makannya ??? Gue gak lihat loe udah makan. Tadi perasaan masih utuh deh. masa bisa cepet gitu habisnya. Atau jangan-jangan ……” Ify langsung berlari kearah kamar mandi. “ Riooooooooooooo.”Teriaknya kemudian.
“Apaan sih Fy. Ini tuh di rumah sakit. Kenapa teriak teriak deh.” Ucap Rio seraya menutup telingannya yang sakit mendengar teriakan Ify
“Loe tuh yah. Dibilangin bandel banget sih. Itu makanannya kenapa di buang ??? kan tadi nyokap loe nyuruh loe makan Rio, bukan di buang.” Omel Ify membuat Rio nyengir gaje.
“Makanan rumah sakit gak enak Fy. Serius. Cobain aja deh. pasti rasanya pahit.” Jawab Rio tanpa dosa membuat Ify semakin geram.
“Loe tuh yah. Gak menghargai banget sih. Nanti kalo nyokap loe kesini gimana Rio. Loe itu belum makan kan. Berapa hari loe gak makan hah. Udah bosen hidup ??? Kalau udah bosen itu jangan bikin nyokap bokap loe khawatir. Bosen hidup bosen aja. Gak usah nglibatin orang banyak. Kalau loe kaya gitu, itu namanya ……” Ucapan Ify terhenti begitu menyadari jika Rio memperhatikannya sedari tadi. Ify langsung memalingkan wajahnya kearah lain karena merasa gugup dengan tatapan Rio tadi.
“Ternyata loe cerewet yah Fy. Gue baru tahu. Kelihatan lebih cantik kalau lagi marah marah kaya tadi.” 
“Apaan sih. Udah deh jangan mengalihkan pembicaraan.” Ucap Ify berusaha normal, tapi wajahnya tidak bisa di ajak kerja sama. Wajahnya terasa panas mendengar ucapan Rio barusan. Rio yang melihat perubahan wajah Ify langsung tertawa kecil.
“Baru pertama kali gue lihat loe kaya gini Fy.”
“Apaan sih Rio. Terus gimana nih ??? Loe mau makan apa dong kalo gitu.”
“Udah santai aja. Gue makanya nanti malem aja. Lagian tadi pagi gue udah makan kok. Banyak banget malah.”
“Bohong. Mana bisa gue percaya setelah mendenger penjelasan nyokap loe tadi.”
“Galak banget sih. Seriusan tahu. Gue udah makan tadi pagi. Udah loe istirahat aja sana. Pasti capek kan habis pulang sekolah langsung ke sini.”
“Kata siapa tadi gue langsung ke sini ??? Tadi gue mampir ke rumah loe dulu, terus ke toko buah beli parcel itu.”
“Mau ngelawak ??? Hahaha lucu lucu.” Ucap Rio seraya tertawa dengan dibuat dibuat membuat Ify sebal.
“Gak lucu tahu.”
“Kalau boleh jujur sih emang gak lucu. Ketawa aja biar kelihatan lucu.”
“Rese banget sih loe.”
“Emang. Oya Fy. Tahu gak. Baru kali ini loe kelihatan khawatir sama gue. sampe-sampe pulang sekolah gak ke rumah kamu dulu tapi langsung ke sini. Dulu kan kalau gue gak masuk sekolah, loe gak nyariin gue sampe segininya. Ada apa ???”
“Gak papa kok. Merasa bersalah aja. Loe jangan keGR’an deh. gue gak ada maksud apa-apa sama loe.”
“Merasa bersalah ??? Emang loe salah apaan sama gue ???”
“Gak tahu juga. Tapi gue ngerasa bersalah aja. Gak ada alasan atau sebab kenapa gue merasa bersalah sama loe.”
“Aneh banget.”
“Ya emang gitu kenyataannya.”
“Yaudah sih. Biasa aja nada bicaranya.”
“Nada gue udah biasa.”
“Tapi yang gue tangkep gak biasa.”
“Issh. Loe mau nyari gara gara sama gue yah.” Ucap Ify sebal karena perdebatan kecil yang terjadi tadi.
“Gak. Gak penting juga.” Jawab Rio dengan nada cuek membuat Ify bertambah sebal.
“Rio.” Teriak Ify seraya berusaha merebut PSP Rio yang sedari tadi dimainkan oleh pemuda itu. Dan itu membuat Rio kaget. Untung PSP’nya masih berada di genggamanya. Dan terjadilah aksi tarik menarik oleh kedua insane manusia ini.
“Ify. Lepasin PSP gue. Gue lagi mainan tahu.”
“Gak akan. Loe rese banget tahu gak.”
“Rese’an loe daripada gue.”
“Jangan salahin gue kalau PSP ini jatuh ke lantai.”
“Loe ngancem gue ??? Coba aja kalau bisa. Gak akan gue biarin benda ini berpindah tempat dari tangan gue.”
“Jadi loe ngremehin kemampuan gue ???”
“Iya.”
“Rio.” Teriak Ify membuat Rio meringis kesakitan pada bagian telingannya karena gadis ini berteriak tepat di sebelah telingannya.

Mereka terus terusan berebut benda tak bernyawa tersebut. Sepertinya gak ada tanda tanda mereka berdua akan menghentikan aksi perebutan ini. Intinya sekarang, kedua manusia ini sama sama keras kepala. Gak ada yang mau kalah. Ify dengan semangatnya berusaha merebut benda itu dari tangan Rio tapi di tahan kembali oleh pemuda itu. Jelas saja Ify kalah. Rio kan cowok. Tenaganya lebih besar dibandingkan dirinya. Tapi sepertinya Ify gak mau kalah, dia terus terusan berusaha mengambil benda itu. Rio yang mulai kesal langsung menyentakkan PSP’nya membuat Ify terhuyung ke depan dan membuat gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.

Ify yang tidak siap dengan sentakan Rio langsung kaget dan tubuhnya langsung menubruk tubuh Rio yang berada di hadapannya. Gadis itu memeluknya. Dengan kedua tangannya yang memegang bahu kokoh Rio. Sama hal’nya dengan pemuda tampan ini. Rio menjadi kaget karena Ify memeluknya. Tapi kedua tangan pemuda tampan ini juga langsung memeluk Ify. Mereka sama sama bergulat dengan pemikirannya sendiri. Perasaan masing masing sedang saling tersalurkan. Rasa panas langsung mereka rasakan dan menjalar ke seluruh tubuh dengan cepat. Sedangkan gadis cantik itu merasakan pipinya merona karena malu dan jantungnya berdebar kencang. Dia hanya berdoa semoga pria yang sekarang sedang dipeluknya tidak mendengarnya.

Beberapa menit telah berlalu. Dan mereka belum juga menyadarinya. Keduanya sama sama menikmati moment ini. Ify, gadis itu yang sekarang sudah mengetahui perasaannya terhadap pemuda yang dipeluknya sekarang merasa nyaman berada di dalam pelukan pemuda itu. Entah mengapa dirinya merasa betah berada di dalam pelukan pemuda yang selama ini ia benci tapi ternyata dia menyayangi juga. PSP Rio terjatuh dari genggaman pemuda itu menyadarkannya dari posisinya sekarang, dengan cepat dia menggeliat pelan dan Ify langsung melepaskan pelukannya. Mereka berdua sama sama salting. Rio menggaruk bagian tengkuknya guna menutupi kesaltingannya. Sedangkan Ify langsung menuju ke sofa yang sebelumnya ia duduki dan berpura pura membaca majalah yang ada di atas meja.

Keadaan di dalam kamar rawat Rio hening. Mereka sibuk dengan memikirkan kejadian yang barusan terjadi. Dengan cepat Rio mengambil PSP’nya kembali dan memainkannya. Sedangkan Ify memilih menonton TV untuk menghilangkan keheningan yang sedang menyelimuti ruangan ini. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kedua insane manusia ini. Hanya ada suara dari arah TV dan bunyi keypad yang dipencet Rio di PSP’nya. Mereka sangat canggung sekali dengan keadaan yang sekarang. Tiba-tiba pintu ruangan Rio dibuka dan muncullah seorang Suster yang langsung masuk ke dalam ruangan Rio.

“Selamat siang Rio. Gimana keadaannya. Udah baikan ???” Tanya Suster itu dengan nada genit  plus centil membuat Rio bergidik.
“Udah lumayan kok sus.” Jawab Rio canggung plus risih.
“Syukurlah. Kamu tetep ganteng yah Yo walaupun dalam keadaan sakit seperti itu.”
“Makasih sus.”
“Andaikan kamu mau jadi pacar saya. Pasti saya cewe paling beruntung tuh Yo bisa dapetin kamu. Dan kalau kamu sakit pasti saya bisa ngerawat kamu di rumah kamu tanpa harus di bawa ke rumah sakit.” Ucap suster itu seraya mengganti tabung infuse Rio yang sudah tinggal sedikit.

Rio yang mendengar kalimat suster itu langsung memasang ekspresi kaget plus syok. Gila aja, jadian sama nih suster. Berondong lovers nih kayaknya. Pikirnya kalut. Benar-benar tidak habis pikir dengan suster yang satu ini. Sejak dirinya masuk rumah sakit ini. Suster inilah yang selalu merawatnya mendampingi Dokter Andi. Dokter yang bertugas merawat Rio.

Sedangkan Ify yang sedari tadi mendengarkan apa yang dibicarakan oleh sang suster dan pemuda itu hanya memasang tampang cengo. Rio habis di godain sama Suster. Apa suster itu sudah kehabisan stok cowok keren plus ganteng sampe-sampe seorang Rio aja menjadi rayuan gilanya itu. Ck. Benar-benar tidak habis pikir. Sepertinya suster yang satu ini sangat amat menyukai cowo yang masih berondong.

“Rio. Itu siapa ??? Pacar kamu ???” Tanya sang suster kemudian.
Rio menoleh kearah gadis yang sekarang sedang sibuk menonton acara televisi. Sepertinya gadis itu tidak perduli dengan pembicaraan dirinya dan sang suster. “Bukan kok Sus. Cuma temen.”
“Oh temen. Rio belum punya pacar kan ??? Sama saya aja Yo. Saya juga masih single kok.” Ucap sang suster seraya mengedipkan sebelah matanya.
“Suster sama dokter Andi aja sus. Kan dokter Andi juga masih jomblo.”
“Gak mau ah. Maunya sama Rio.” Rio tambah memasang ekspresi bingung di sudutkan seperti itu, masalahnya yang ada di depannya ini adalah seorang suster yang akan merawatnya selama dirinya masih berada di rumah sakit ini.
“Hahaha. Suster Cuma bercanda kok Yo. Yaudah kamu istirahat yang banyak biar cepet sembuh. Obatnya nanti sore jangan lupa di minum yah.”
“Siap suster.”
“Yaudah, suster keluar dulu. Kamu jangan kangen sama suster yah Yo.” Ucapnya sebelum menutup pintu kamar Rio. Setelah suster keluar dari ruangannya. Rio langsung menghembuskan nafas lega. Sekarang dirinya bisa kembali bernafas normal. Setelah suster itu keluar, Rio melirik Ify yang sedang menahan tawanya. Dengan cara menutup mulutnya dengan tangannya. Tapi suaranya masih sampai terdengar di telinga Rio. Menyadari bahwa ada yang memperhatikannya, Ify langsung mencari tersangkanya. Ternyata Rio. Pemuda itu menatap dirinya dengan kening berkerut menandakan dia sedang bingung.
“Kenapa.” Tanya ify seraya menatap Rio.
“Mau ketawa ??? Silahkan.” Ucap Rio Sinis.
“Hahaha. Ya lagian loe di godain sama suster. Udah gak ada cowok ganteng lagi yah disini sampe tuh suster godain loe.” Ucap Ify seraya tertawa pelan.
“Jadi maksud loe gue ganteng ???”
“Eh, siapa yang bilang ???”
“Dari pernyataan loe tadi udah ketahuan lagi, kalau loe itu nganggep gue ganteng.”
“Gak. Loe aja yang kepedean. Gue gak bilang loe ganteng.”
“Secara gak langsung loe bilang.”
“Gak.”
“Iya.”
“Gak, Rio.”
“Ck, dasar gadis kepala. Gak mau kalah.” Gumam Rio pelan.
“Loe bilang apa tadi. Coba ulangi.”
“Gak ada replay.”
“Ishh, loe itu bener bener ngeselin banget yah.”
“Gue kan udah bilang emang. Masih nanya lagi.”
“Rrr. Ngomong sama loe gak ada selesainya.”
“Yaudah gak usah ngomong.” Ify hanya melotot mendengar jawaban Rio. Pemuda itu kembali menyibukkan dirinya dengan PSP kesayangannya. Hal itu membuat Ify gemas sendiri dengan kelakuan pemuda itu. Tapi dia hanya memandangi Rio tanpa membalas ucapan pemuda itu.

‘Kalau dilihat lihat, ternyata Rio ganteng juga yah. Kenapa gue baru sadar sekarang yah. Dia jauh lebih manis daripada Gabriel. Bahkan dalam keadaan sakit pun dia masih kelihatan ganteng. Bener kata suster tadi. Rio kelihatan ganteng dalam keadaan sakit begini. Walaupun dalam rambut yang acak acakkan. Tapi hal itu malah membuatnya bertambah keren.’ Batin Ify seraya tersenyum manis memandang Rio. Untung yang ditatap masih sibuk sendiri dengan kegiatannya hingga tak menyadari ada seseorang yang mengaguminya seraya senyum senyum melihat dirinya.

“Itu suster apa cewe loe sih Yo. Gila aja bahasanya. Gak inget dirinya suster apa yah. Dia siapa Yo ???” Tanya Ify memecah keheningan. Dan membuat Rio, pemuda itu mengalihkan perhatiannya dari PSP’nya ke arahnya.
“Ternyata loe dengerin percakapan gue sama Suster Angel Fy. Gue kira loe gak perduli.”
“Gue juga punya telinga kali. Jadi, dia namanya Suster Angel. Ajaib banget.”
“Iya. Dia namanya suster Angel. Gila yah. Gue aja sampe gak nyangka waktu pertama kali ngelihat dia. Masa seorang suster kaya gitu. Eh, ternyata dia Cuma magang.”
“Magang ??? Maksudnya ???”

Sebelum Rio menjawab pertanyaan Ify. Seseorang telah membuka pintu kamar Rio. Rio sudah dag dig dug sedari tadi. Rio dan Ify terus menatap ke arah pintu. Rio sangat berharap kalau yang membuka pintu bukan suster yang tadi. Sedangkan Ify, dia hanya menatap pintu dengan pandangan bingung.

To be Continue >>>>

Rio and Ify Forever Love - Part 3 (END)

Sore itu, Rio kembali mengajak Ify ke danau untuk melihat matahari tenggelam, Sambil menunggu matahari tenggelam, mereka berdua duduk-duduk sambil menikmati air kelapa muda mereka pun keasyikan ngobrol.

"Eh Fy, ceritain dong tentang loe" kata Rio memulai percakapan setelah lama terdiam menikmati suasana sore yang indah di tepi danau.
"He??? Cerita apaan?" Tanya Ify bingung sambil melirik ke arah Rio yang berada di sampingnya.
"Ya apa aja, Semua tentang loe, Gue kan belum kenal banget sama kehidupan loe yang sesungguhnya itu seperti apa" Jawab Rio dan balas menatap Ify yang berada di sampingnya.
"Hemmm, Apa ya??? Gue juga bingung apa yang harus gue ceritain sama loe" Balas Ify sambil berfikir.
"Tumben loe nggak membantah perintah gue, Biasanya kan loe hobby banget buat gue sebel dulu" Kata Rio dan dengan cepat Ify langsung menjitak kepalanya "Aduh, Sakit tau. Loe itu apa-apaan sih" Rio mengusap-usap kepalanya yang di jitak Ify tadi.
"Siapa suruh jadi orang yang menyebalkan, Gue membantah loe nya sewot, Gue diam aja, loe nya malah ngatain, Maunya loe sebenernya itu apa sih???" Ify jadi sebel juga di buatnya.
"He he he, Gue kan cuma bertanya. Kali aja loe mau menjawab, 'Karena gue udah suka sama loe' gitu..."
"His, Maunya... Itu nggak bakal pernah terjadi ya..." Kata Ify sambil mengalihkan tatapannya ke arah depan, Menghindari tatapan Rio yang membuatnya jadi salting. "Bisa, kita lihat aja nanti, Loe pasti bakal suka sama gue, Dan gue jamin setelah loe bilang suka sama gue, Itu bakal jadi hari bersejarah buat loe sendiri, karena sekali aja loe bilang suka sama gue, sampai kapan pun gue nggak bakal pernah ngelepasin elo" kata Rio pelan tapi tegas.
"Berarti karena sekarang gue nggak pernah bilang suka sama loe, loe bakal ada kemungkinan ngelepasin gue donk" kata Ify sambil menoleh ke arah Rio, dan langsung gantian mendapat jitakan dari Rio "Aaah kok jadi gue sih yang kena jitak" Ify nggak terima.
"ya kalau nggak siapa lagi, nggak mungkin kan gue menjitak kepala gue sendiri, lagian elo siapa suruh punya fikiran seperti itu, gue itu nggak bakal menyerah sampai apa yang gue mau itu tercapai, dan kemauan gue itu adalah, membuat elo slalu ada di samping gue" Rio bela diri.
"itu nama nya curang, loe nggak boleh donk seenaknya sendiri seperti itu" kata Ify nggak terima.
"Bodo' suka-suka gue donk. udah deh, loe jangan mulai ngajakin gue berantem lagi, mending loe jawab aja apa yang gue tanyain tadi, ceritain tentang loe, kalau nggak apa kek gitu, yang gue nggak tau" kata Rio.
"Gue nggak tau harus cerita apaan"
"Ah elo kayak nggak pernah pacaran aja, ya bisanya kalau lagi berduaan ama pacarnya apa yang loe ceritain sama dia?"
"loe ngeledekin gue ya, mentang-mentang gue belum pernah pacaran" kata Ify sebel.
"jadi loe belum pernah pacaran???" tanya Rio dengan sedikit ragu Ify menggeleng "sekali pun nggak pernah???"
"kalau gue bilang nggak ya berarti nggak pernah, ah loe apa-apaan sih tanyanya yang begituan, gue nggak mau mengulangi lagi" kata Ify.
"ya abis elo nggak mau cerita, jadi gue yang cari tau dengan bertanya sama loe, jadi kenapa loe nggak mau pacaran?" tanya Rio, Ify terdiam memikirkan sebaiknya ia cerita atau tidak ke Rio "baik lah kalau loe nggak mau cerita, gue bakal menunggunya, tapi kalau gue, gue nggak mau pacaran dari dulu karena belum menemukan yang cocok buat gue aja, kan loe tau dari dulu selalu saja gue yang di kejar-kejar dan gue pengen suatu saat nanti gue bisa melakukan apa yang biasa di lakukan cowok, yaitu mengejar bukan di kejar" cerita Rio, Ify langsung menatapnya.
"Jadi loe juga belum pernah pacaran???" tanya Ify kaget, Rio menggeleng "Seriuz loe???" Ify masih nggak percaya.
"Tentu saja, jadi loe udah mau cerita kenapa loe nggak mau pacaran? apa loe menunggu cowok seperti gue??" tanya Rio dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Huuu maunya... ya nggak lah" jawab Ify.
"jadi karena apa???" tanya Rio, Ify diam sejenak, lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Gue... menunggu seseorang yang berjanji bakal kembali menemui gue, seorang cowok yang gue temui 10 tahun yang lalu, Huufffh, bodoh kan??? ya itu lah gue, gue udah tau kok kalau gue itu bodoh karena menunggu orang yang jelas-jelas nggak bakal pernah gue temuin lagi, tapi... gue juga nggak tau kenapa gue bisa menunggunya selama ini" cerita Ify, Rio terdiam, bingung mau menjawab apa. Benar kan orang yang di cintainya mengharapkan orang lain???
"Loe... masih mengharapkannya???" tanya Rio hati-hati, Ify kembali menarik nafas panjang, lalu mengangkat bahunya dan melirik kearah Rio.
"Gue nggak tau, gue udah bosen jadi orang bodoh yang nggak tau untuk apa gue menunggu selama ini" jawab Ify.
"Apa loe udah nggak mengharapkannya setelah loe ketemu sama gue???" tanya Rio.
"He??? maksud loe???" Ify bingung.
"ia, kalau loe mulai nggak mengharapkannya setelah bertemu sama gue, berarti loe udah suka sama gue..." jawab Rio.
"Loe ada-ada aja sih, gue itu cuma bilang menunggu tuh orang aja, bukan bilang dia cinta pertama gue kan???"
"tapi kenyataannya pasti begitu, dia cinta pertama loe kan???" tanya Rio, Ify jadi makin bingung menjawabnya.
"Loe yakin mau mengetahuinya???" tanya Ify.
"Tentu saja"
"Sekali pun gue bakal cerita tentang orang yang gue cintai?" tanya Ify.
"Heemmm, gimana ya??? mungkin gue bakal merasa sedikit sakit hati ya, karena elo tau, gue itu bukan orang yang berbesar hati, gue itu mudah cemburu, tapi untuk hari ini gue relain hati gue buat sakit demi loe, loe nggak boleh memendam ini terlalu lama, karena semakin lama loe diem, loe nggak bakal bisa hidup seperti layaknya orang lainnya" kata Rio dengan nada seriuz.
"Loe emang bener, tapi itu udah cerita 10 tahun yang lalu, gue juga nggak tau kenapa gue bisa begitu mengharapkannya selama ini, padahal pertemuan gue cuma tiga hari"
"Ha?! jadi loe bisa mencintai seseorang dalam waktu tiga hari???" tanya Rio.
"Mungkin. Tapi bukan kah itu terlalu cepat?"
"Menurut gue nggak" jawab Rio, Ify kembali menatapnya "karena gue cuma butuh waktu beberapa menit untuk jatuh cinta sama loe" lanjutnya yang langsung membuat Ify jadi merasa kegembiraan yang nggak terlukiskan dengan kata-kata, untuk menghindari dari tatapan Rio, Ify kembali mengalihkan pandangannya.
"Udah ah, gue nggak mau cerita lagi, gue juga nggak tau kabarnya seperti apa sekarang, kali aja dia udah menikah, atau... sesuatu yang lebih mengerikan dari pada itu"
"Baik lah, kita cerita yang lain aja, gue juga bukan cowok yang bisa menahan sakit hati gue dengan baik, jadi gue nggak mau pura-pura tegar mendengar elo yang menceritakan tentang cinta pertama loe itu, walau gue berharap loe nggak akan bertemu dengannya lagi"
"Lho kok gitu???"
"Tentu saja, loe fikir gue mau menyerahkan loe begitu saja sama orang yang udah membuat elo menunggunya, gue yakin itu bukan hal yang mudah, gue juga tau pasti loe sering mengeluarkan air mata demi dia, jadi gue nggak bakal menyerahkan elo pada orang yang udah membuat elo sakit" kata Rio.
"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan deh"
"gue itu bukan jadi pahlawan loe, tapi kalau loe bisa mencerna apa yang gue bilang, gue yakin loe bisa tau, apa yang gue lakuin ini karena gue nggak mau kehilangan elo dan itu berarti karena gue mau gue nggak sakit hati dan gue lebih mementingkan kebahagiaan gue" kata Rio.
"Ah bener, kenapa gue nggak kefikiran sampai kesitu ya, gue nggak nyangka elo setega itu" kata Ify dengan nada bercanda.
"Biarin, makanya loe harus suka sama gue, biar loe juga bisa bahagia. Hemm, mendengar cerita loe, gue jadi inget sama kakak kembar gue" kata Rio tiba-tiba.
"He? siapa? prasan gue nggak pernah lihat"
"Tentu saja, dia nggak di sini, sementara gue di bandung, dia di surabaya. kita bertemu cuma kalau gue lagi libur, atau kebetulan dia lagi libur" jawab Rio.
"Oh pantesan aja, tapi... kenapa kalian berjauhan??"
"Karena kita itu mirip banget, nggak ada yang bisa membedakan gue sama dia, baik wajah yang tampan atau pun postur tubuh yang mengagumkan" jawab Rio "jadi biar nggak ada orang yang salah faham sama kita, gue dan dia berjauhan, kan orang-orang nggak bakal salah mengenali gue"
"Kalau sampai semirip itu, apa yang bisa bedain kalian?"
"Emmm, kalau kepribadian gue sama dia, lebih baikan gue banget. tapi kalau di lihat dari fisik... Dia punya luka di pelipisnya, katanya itu di dapat waktu dia nolongin seseorang 10 tahun yang lalu, gue juga nggak tau pasti ceritanya seperti apa, yang jelas itu jadi pembeda di antara kami"
"10 tahun yang lalu???" tanya Ify.
"Iya, dia itu orang yang selalu baik sama siapa saja orang yang di temuinya, jadi yaaa gitu deh, namanya Gabriel, dia sekarang sedang kuliah di surabaya, jadi agar gue nggak di kira dia, dan dia nggak di kira gue, kita memilih untuk hidup berjauhan saja" cerita Rio.
"loe pasti sangat menyayanginya kan?"
"Tentu saja, loe fikir gue sejahat itu apa, gue itu dan dia seperti nggak terpisahkan, walau kadang-kadang suka berdebat dikit, tapi kita tetap akrab kok. karena dia selalu saja mengerti gue, walau kita beda umur beberapa hari tapi dia tetap saja selalu mengalah sama gue, itu lah makanya kita bisa deket"
"Gue bisa memaklumi itu, karena gue yakin elo bukan orang yang gampang mengalah" kata Ify sambil tersenyum.
"Bener banget. tapi gue harap itu sebuah pujian"
"Yaaa kalau loe nggak salah artiin apa yang gue maksud, he he he..."
"Eh matahari mulai tenggelam tuh" kata Rio sambil berdiri, Ify ikutan berdiri lalu melangkah menghampiri tepi danau agar lebih mudah menikmati pemandangan alam yang sangan indah itu.
"Emmm tadi kata loe, loe inget sesuatu tentang saudara kembar loe itu, kenapa sama dia?" tanya Ify tiba-tiba.
"Oh itu,... dia juga punya cinta pertama juga, dan mirib banget sama loe, gara-gara cinta pertamanya itu dia nggak pacaran sampai sekarang, katanya dia tetap menunggu sampai menemukan cinta pertamanya itu" jawab Rio.
"Oh ya??? kebetulan banget ya??? jangan-jangan..."
"He-eh, tapi gue bisa pastiin kalau kalian berdua nggak ada hubungannya sama sekali"
"Lho kok gitu, kali aja cinta pertama nya dulu itu gue, begitu juga sebaliknya" kata Ify tiba-tiba.
"Nggak, itu nggak mungkin, orang lain kan banyak yang mengalami seperti yang kalian alami itu, gue yakin kok kalian nggak ada hubungannya, karena gue nggak bakal tinggal diam. loe tau, gue itu nggak bakal mau menyerah sebelum mendapatkannya, jadi gue bisa pastiin walau seandainya cinta pertama loe itu Gabriel, gue bakal tetap mempertahankan elo"
"Wah itu sih egois banget namanya"
"Biarin, Makanya gue bakal membuat elo suka sama gue seumur hidup loe, baru gue bakal mempertemukan elo sama dia, jadi loe nggak bakal memandangnya lagi, mulai sekarang loe harus berusaha melupakan dia ya, gue mohon... tetap lah di sisi gue, gue tau gue pasti terlihat sangat egois. Tapi gue juga nggak bisa sok berbesar hati..."
"Kita lihat aja nanti"
"Jangan menunggunya Ify, karena gue nggak bakal melepaskan elo semudah itu, meskipun buat saudara kembar gue sendiri" kata Rio, yang membuat Ify terdiam.

*****

Hari-hari berlalu hubungan Rio dan Ify makin lengket saja, yang makin membuat beberapa anak-anak makin menjauhi Ify, Tapi Ify berusaha untuk tetap diam, karena baginya selama Rio masih selalu di sampingnya, ia akan melewati semua yang menjadi rintangannya, Termasuk di jauhi dari semua anak-anak hampir satu sekolah.
Siang itu, sepulang dari toko buku Ify duduk-duduk sendiri di taman sambil membaca buku yang di belinya, sepi juga satu hari nggak ada Rio, karena nggak tau kemana tuh anak tiba-tiba ngilang nggak tau deh kemana.
"Huufffh, kira-kira Rio kemana ya???" kata Ify sendiri sambil menutup buku yang di bacanya dengan perasaan yang tiba-tiba sebel "Menyebalkan!!! baru beberapa jam nggak melihatnya saja gue udah kelimpungan setengah mati seperti ini" lanjutnya.
"Sebesar itukah Rio mempengaruhi hidup gue?? Bodoh, baru begini saja gue udah merindukannya, Benar-benar menyebalkaaaan... Tapi, kemana dia hari ini? padahal hari minggu, apa dia nggak ada keinginan sedikit pun untuk mengajak gue jalan-jalan??? kenapa malah ngilang seperti ini???" gerutu Ify sendiri.
"Hemmm, tenang Ify... tenang... mungkin dia lagi ada keperluan yang lebih penting, nggak mungkin kan dia selingkuh di belakang gu..." kata-kata Ify terhenti saat melihat sepasang manusia yang baru memasuki taman dengan mesranya.
"lho, itu kan..." Ify membantu di tempat dan hampir tak mempercayai penglihatannya, ia mengucek-ngucek matanya, tapi masih tetap, orang di depannya tidak berubah, karena cowok yang sedang berjalan mesra tak jauh darinya itu bener-bener Rio??? Tapi, siapa cewek yang bersamanya??? Ify berusaha menahan agar air matanya tidak mengalir sekarang, ia nggak mau menjadi cewek yang lemah.
Rio dan cewek yang tak di kenal itu duduk berdua dengan mesra, dan saat si cewek membicarakan sesuatu yang tak bisa di dengar Ify, mereka tertawa bersama, Begitu Rio melihat kesekelilingnya, tatapannya terhenti ke arah Ify yang terus menatap kearahnya. dan tatapan mereka bertemu, untuk sepersekian detik mereka bertatapan, Ify berusaha untuk tersenyum kearah Rio meski hatinya sakit banget, Tapi Rio malah mengalihkan pandangannya kearah cewek di sampingnya tanpa menghiraukan Ify sama sekali.
Melihat itu air mata Ify tidak bisa di bendung lagi, ia langsung meneteskan air mata, Ify berlari keluar dari taman dengan perasaan yang hancur. Sakit. itu yang di rasakan Ify saat ini, setega itu kah Rio padanya??? Apakah Rio bosen selalu menunggunya yang belum pasti??? Apakah Rio tidak menyadari bahwa Ify begitu mencintainya??? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam benak Ify yang makin membuatnya semakin sakit.
Lagi, lagi dan lagi Ify menangis gara-gara cowok yang di cintainya, begitu mirisnya kah hidupnya??? di sakiti sama orang yang sangat di cintai??? kenapa tuhan begitu sering men 'coba' nya dengan cara selalu di sakiti??? dan yang lebih parahnya lagi, sama orang yang sangat di percayainya.

Flashback...

Ify naik ke atas pohon untuk mengambil tasnya yang tersangkut di salah satu dahan, gara-gara di jahili sama anak-anak nakal, nggak tau siapa, meski baru berumur 7 tahun tapi Ify bisa membela dirinya sendiri, dengan melawannya.

Tapi kali ini??? anak-anak itu dengan sengaja menyangkutkan tasnya di atas pohon??? Gila, di atas pohon??? kejahatannya bener-bener tak termaafkan. Ify bersumpah akan mematahkan hudung mereka dengan sekali tonjok, jika bertemu nya. Sial, mana pohonya lumayan tinggi lagi.

Saat hampir meraih tasnya yang tinggal beberapa centi lagi di depannya, tiba-tiba ada seekor semut yang menggigitnya, secara refleks Ify berusaha membuang semut itu, tapi ia lupa posisinya dan akhirnyaaaa...

Brruuuk...!!!
"Aduuuuh... kaki gue..." Ify terjatuh dari pohon yang lumayan tinggi itu, kakinya terluka dan mengeluarkan darah "Mamaaa... Ify takut darah..." Jeritnya, tapi tampak nya di tempat itu sepi.
"Hoaaa... Mamaaa.. bagaimana ini??? Ify bisa mati kehabisan darah... Darahnya semakin banyak yang keluar..."
"Hei, loe kenapa?" tanya seseorang dari arah samping, Ify menoleh dan langsung kaget melihat siapa yang berada di sampingnya, dan tampa sadar mulutnya terbuka. Ya tuhaaannn... Diaaa... keren banget... "Hei..." Kata-kata kedua tu cowok langsung menyadarkan Ify.
"Gue... jatuh dari pohon" jawab Ify setelah tersadar dai ke 'terpanaan' nya terhadap sang 'Hero'.
"Cuma luka sebegitu saja loe nangis???" tanyanya.
"Gue takut daraah... kalau gue mati kehabisan darah bagaimana???" Ify bela diri.
"Ha ha ha... Cuma luka seperti itu nggak mungkin Bisa membuat orang mati, sini gue bantu..." lata tuh cowok sambil mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, lalu mengikat luka Ify dengan sapu tangan "Nah, udah kan, nggak perlu nangis lagi, Tapi loe kan cewek kenapa naik ke atas pohon?" tanyanya.
"Gue mau ngambil tas yang kesangkut di pohon itu..." Tunjuk Ify ke arah tasnya yang masih nyangkut di atas pohon.
"Oooh, biar gue bantu..." Kata tuh cowok sambil memanjat pohon untuk mengambil tas Ify, setelah dapat tu cowok bermaksud langsung turun tapi tiba-tiba ada salah satu dahan yang kering menggores pelipisnya "Aww..." katanya sambil mengusap pelipisnya, tapi tangannya langsung terkena darah yang keluar dari pelilisnya "Payah, begini saja berdarah" Gumannya dan kembali turun dari atas pohon, lalu menghampiri Ify "Nih tas loe..." Katanya sambil menyerahkan tas Ify.
"Makasih yaa..." Balas Ify dan mengenakan tas ranselnya kembali.
"Lain kali kalau nggak bisa sendiri loe boleh minta tolong sama orang lain, karena nggak semua hal bisa kita lakukan sendiri" nasehatnya.
"Baiklah, Tapi... ada apa sama pelipis loe?" tanya Ify sambil menunjuk pelipisnya yang berdarah.
"Ah nggak. cuma tergores dahan kering tadi. Tapi nggak apa-apa kok, Tenang aja" balasnya, Ify membuka ranselnya dan mengeluarkan sapu tangan panjang, lalu menyerahkannya ke sang 'Hero'.
"Nih, ini bisa menahan agar darahnya berhenti mengalir, tapi loe ikat sendiri, gue takut lihat darah" kata Ify.
"Oh baiklah, Terima kasih" balasnya dan menerima sapu tangan dari Ify untuk mengikat lukanya dengan melilitkan sapu tangan ke sekeliling kepalanya. Tuh cowok jongkok di depan Ify "Naiklah ke punggung gue, gue antar loe sampai rumah"
"He?! loe mau gendong gue??? gue itu berat tau" Ify memperingati.
"Gue tau itu. Tapi gue juga nggak mungkin ninggalin loe sendiri di sini, loe tenang aja gue itu lebih besar dari loe, jadi gue lebih kuat, lagian gue itu laki-laki, Ayo"
"Emmm, baiklah..." kata Ify akhirnya setelah berfikir beberapa saat, lalu naik kepunggung cowok baik hati itu.
"Rumah loe di mana?" tanya tuh cowok.
"Di sana... di ujung jalan itu" tunjuk Ify.
"0oo... Eh Tapi,... Gue belum tau nama loe, Nama loe siapa?" tanya tuh cowok sambil membawa Ify di atas punggung nya.
"Gue Ify, dan elo pasti Hero"
"Ha?! Hero???" tuh cowok tampak bingung.
"Ia Hero, karena loe pahlawan gue, jadi loe itu Hero" jawab Ify.
"Hemmm, Baiklah, Hero sepertinya bukan nama yang buruk" balas Hero akhirnya sambil tersenyum senang begitu juga dengan Ify.

Flashback end.

Ify sedih dan kembali meneteskan air matanya, sejak kejadian itu Ify cuma bertemu tiga kali dalam tiga hari, karena kemudian Hero tidak lagi muncul menghampirinya, Ify sampai nangis seharian di kamar sambil memeluk sapu tangan Hero.

"Bodoh, menangisi cowok yang jelas-jelas tidak memperdulikan gue, kenapa gue baru tau kalau gue memang sebodoh itu" Ify berkata pada dirinya sendiri sambi9l memperhatikan sapu tangan yang masih ada bekas darahnya sendiri, begitu mengingat kejadian 10 tahun yang lalu.

Tok tok tok...
"Ify... Ada nak Rio tuh di depan... Mau ketemu kamu katanya..." Panggil mamanya dari luar yang langsung menyadarkan Ify dari tangisannya, mendengar nama Rio kembali membuatnya sedih.
"Bilang aja Ify nggak ada!!" kata Ify dengan sedikit sembab, mamanya menatap pintu kamar Ify dengan sedikit bingung, tapi tetap melangkah keluar menuju ruang tamu begitu mendengar isak tangis anaknya.
"Bodoh, ngapain sih kesini-sini segala, masih inget sama gue??? udah lah, pergi saja, temu cewek itu?!! jangan sok perduli lagi sama gue" Gerutu Ify sendiri. lalu melanjutkan acara tangis-tangisannya.

Setelah lama menangis di kamar, Ify melangkah menuju balkon luar kamarnya, mungkin suasana dari balkon yang sedikit sejuk bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

"Ify??? Wah gue bener, Ternyata loe memang ada di kamar" Kata-kata Rio dari balkon kamarnya sendiri langsung menyadarkan Ify "loe kenapa sih nggak mau nemuin gue??? padahal kan gue mau ngajakin loe ke danau seperti biasanya, gue juga mau ngenalin loe sama... Tunggu, Ify??? loe nangis ya???" tanyanya kaget.
"Jangan perduliin gue?! Siapa yang mau loe temui??? Orang yang paling loe sayang???" Tanya Ify langsung yang makin membuat Rio kaget.
"Dari mana loe bisa tau???" tanya Rio bingung
"Ayo jawab!!!"
"I iya... dia orang yang paling gue sayang... Tapi..."
"Jangan pernah temuin gue lagi" potong Ify dan langsung berlari masuk kedalam kamarnya kembali sambil mengusap air matanya.
"Lho, Ify???... Ify..." panggil Rio tapi Ify tetap tidak keluar lagi "Maksud gue itu kan orang yang sangat gue sayang setelah elo. kenapa sih loe main pergi begitu saja" lanjutnya "Apa loe masih marah sama gue??? Tapi, Tunggu!!! Apakah gue melakukan kesalahan????"

******

Dan siang itu sewaktu Ify masuk ke toilet dan mencuci wajahnya di wastafer, Ify mendengar beberapa anak-anak yang memasuki toilet, Ify mengelap wajahnya menggunakan tissue, Tapi Ify langsung menghentikan aktifitasnya saat tak sengaja mendengar obrolan beberapa anak-anak itu.

"Kalian serius kan???" Tanya salah satu dari ketiga cewek itu.
"Tentu saja, gue nggak mungkin salah lihat, Karena kalau seandainya pun gue salah lihat Sivia nggak mungkin salah lihat juga kan, Vi bener kan kita lihat Rio sama seorang cewek yang lagi jalan berdua di taman?" Tanya temennya ke arah Sivia, yang di tanya langsung mengangguk dengan antusias.
"Bener banget tuh, Gue lihat pake mata kepala gue sendiri, cowok itu bener-bener Rio, Dan dia lagi jalan sama cewek, Cantik sih walau masih cantikan gue, Tentu saja, Tapi kita nggak bohong Ag" Jawab yang di panggil Sivia tadi.
"Kalian yakin yang kalian lihat itu bukan cewek yang di gosipin sama Rio selama ini??" Tanya Zahra.
"Yakin banget!" Jawab temen-temennya serentak.
"Kira-kira siapa ya tuh cewek??? Ify saja belum berhasil kita singkirin, Sekarang malah muncul lagi musuh baru, dan parahnya kita nggak mengenalnya" Kata Zahra sambil berfikir.
"Loe tenang aja Ra, Kita pasti bakal mencari tau siapa tuh cewek, Tapi guys, Kalau seandainya Rio bener-bener jalan sama cewek lain berarti dia udah ngerjain Ify donk"
Deg. jantung Ify seperti berhenti berdetak mendengar kata-kata yang di ucapkan Sivia, apa?! Di kerjain???? nggak mungkin, Ini pasti ada yang salah, Benarkan dia sebodoh itu sampai-sampai bisa di kerjain sama orang yang sangat di cintainya???
"Wah bisa jadi tuh, Jadi kita nggak perlu repot-repot menyingkirkan Ify, Toh Rio bakal menjauh darinya dengan sendirinya, Dari awal juga gue udah yakin, Pasti Rio cuma mau main-main saja dengan tuh cewek, Mana mungkin sih. Rio cowok yang paling terpandang di SMA ini bisa segitu naksirnya sama cewek sok cantik itu" Kata Zahra lagi, Karena nggak tahan dengan semua caci maki yang di lontarkan oleh beberapa anak-anak di belakangnya, Ify langsung berlari keluar dari toilet sambil menghapus air mata terus mengalir deras di pipinya.
Ify berlari kearah taman, Dan duduk di bawah pohon sambil menangis menyesali kebodohannya, Begini kan akhir dari kisahnya, Apa Rio terlalu bosen menunggunya hingga ia tega melakukan hal se brengsek ini, Benarkan apa yang di katakan anak-anak yang tak sengaja di dengarnya, Apa orang yang selama ini di cintainya bener-bener orang yang paling jahat yang pernah ia temukan selama ini???

"Bodoh! Menangis cuma gara-gara nggak penting seperti ini, kenapa gue jadi selemah ini???" kata Ify sendiri sambil menghapus air matanya yang makin mengalir deras menyadari kebodohannya.
"Kenapa gue bisa tertipu dengan semua perlakuannya ke gue??? Nggak sadarkan gue siapa gue di matanya, gue itu bukan siapa-siapa, Mana mungkin gue bisa jadi cinderella buat pangeran satu sekolah ini... Bodooooh..." lanjutnya, dan mengusap air matanya kembali "Tenang Ify... Tenang... Loe nggak boleh membuang air mata loe yang sangat berharga ini demi cowok yang nggak pernah menghargai elo... Berhenti menangis..."
"Hiks,.. Hiks... Hiks... Kenapa hati gue sakit banget begitu mendengar apa yang selama ini di lakukannya? Kenapa gue seperti nggak terima, Benarkah gue cemburu?? Nggak, gue nggak boleh selemah ini... Jangan menangis gara-gara hal nggak penting seperti ini Ify..." Ify menguatkan dirinya sendiri, sambil membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya yang di tekuk (bisa bayangin nggak gimana posisinya??? *Ehem, Abaikan*).

"Ify,..." Sebuah suara yang langsung menyadarkan Ify dari tangisnya, Ify menoleh "Loe kenapa???" Tanyanya.
"Ngapain loe di sini!!! Pergi!!!" kata Ify sambil mengusap air matanya. Begitu melihat Rio yang berada di sampingnya.
"Gue salah apa sama loe??? Beri tau gue, jangan seperti ini, kalau loe ada masalah, loe bisa cerita sama gue. Gue pasti bakal membantu loe, Asal loe jangan menghindar dari gue seperti ini" kata Rio.
"Gue. Nggak. Butuh. Kasian. Dari. Loe!!!" Kata Ify dengan penuh penekanan menahan agar air matanya tidak mengalir, tapi sia-sia karena kini air matanya makin banyak saja yang keluar "Pergi sekarang" lanjutnya dan mengalihkan pandangannya dari Rio.
"Loe salah kalau loe fikir gue melakukan ini karena gue kasian sama loe" kata Rio yang membuat Ify kembali menatapnya kaget "Asal loe tau aja, gue melakukan semua ini karena gue sendiri. Loe taukan kalau gue itu egois??? Bahkan saat loe sedang sedih seperti ini gue juga tetap egois. Apa loe tau kalau gue selalu perduli sama loe saat ini atau hari-hari sebelumnya itu karena mentingin diri gue sendiri???" lanjutnya.
"Maksud loe???" Ify bingung sambil mengusap air matanya yang masih mengalir deras di pipinya.
"Gue itu nggak bisa melihat loe seperti ini, loe tau nggak sih. Kalau loe menangis seperti ini gue sakit melihatnya... Gue nggak tega sama loe, gue sama sekali nggak ngasihanin loe, tapi gue kasian sama diri gue sendiri yang selalu sakit saat melihat loe seperti ini, jadi gue mohon sama loe. Berhenti lah menangis..." jawab Rio, Ify langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain kembali.
"Apa loe nggak sadar kalau semua ini gara-gara loe??? Ha?!" Bentak Ify ke arah Rio yang membuat Rio kaget. Lagi?
"Gue??? Apa yang udah gue lakuin??? Loe jangan asal menuduh gue seperti ini" Rio nggak terima.
"Apa belum puas loe menyakiti gue??? Mau loe tambahin seperti apa lagi???" Kata Ify pelan.
"Apakah di dekat gue bener-bener membuat loe semenderita ini??? Tapi gue udah terlanjur janji nggak bakal melepaskan elo begitu saja" kata Rio serius "Nggak bisakah elo bertahan lebih lama lagi di samping gue??? Gue pasti bisa membuat elo menatap gue..." lanjutnya.
"Rio... jangan buat gue terlalu berharap lagi sama loe... Pleaseee udah cukup loe menyakiti gue..." kata Ify.
"Tapi gue nggak bakal berhenti sebelum elo menjelaskan kesalahan gue itu di mana" Rio mulai emosi.
"Loe itu pura-pura bodoh atau memang bodoh Ha?! Loe fikir melihat loe dengan cewek lain dan menganggap gue bukan siapa-siapa itu hal yang mudah Ha?! Nggak berfikir kah loe sedikit pun tentang gue??? gimana gue saat melihat loe dengan nya???"
"Loe ngomong apa???" Rio makin bingung "Cewek??? Siapa???" tanyanya.
"Siapa cewek yang loe ajak jalan kemaren??? He? siapa dia? pacar loe??? Simpanan??? Selingkuhan?? Atau apa Ha?!" Ify semakin marah karena Rio tetap menunjuk kan sikap wajah tanpa dosa nya.
"Jalan??? Kemaren??? Hei, gue di rumah. Nggak sadar kah loe, kemaren itu gue menunggu elo di depan balkon kamar gue??? Handphone loe juga nggak aktif, Seharusnya gue yang tanya loe kemana???" balas Rio.
"0h ya??? Di rumah??? Jadi loe fikir siapa yang gue lihat di taman kota kemaren Ha?! Nggak mungkin kan loe itu punya kem..."
"Ya!!! Gue memang kembar. Dan seingat gue, gue pernah memberi tahu loe" potong Rio dengan tajam. Yang langsung menyadar kan Ify dari kesalahannya, Jangan-jangan... Rio siap mau pergi karena menahan emosinya, Refleks Ify menahan tangannya.
"Maaf" ucap Ify, walau ia tau ucapan 'Maaf' saja tidak cukup untuk menebus kesalahannya. Rio kembali jongkok di samping Ify, lalu memperhatikannya, Ify jadi salah tingkah sendiri.
"Sudah menyadari kesalahan loe???" Tanya Rio, Ify diam tampa bisa menjawabnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain "Masih menginginkan gue untuk pergi???" Tanyanya, Ify langsung menoleh kaget.
"Gue..."
"Bodoh, jangan selalu mengambil kesimpulan yang bakal membuat loe sakit sendiri..." Kata Rio dan memeluk Ify yang masih terdiam, lalu menghapus air matanya "Berhenti lah menangis, gue sakit kalau melihat loe seperti ini, gue tau gue egois dan nggak sempurna, Tapi karena ketidak sempurnaan gue itu lah gue butuh elo untuk menyempurna kannya" Lanjutnya yang membuat Ify merasa terharu dan balas memeluk Rio.

*****

Krriiiingggg....
Ify membuka matanya yang masih mengantuk, lalu meraih jam beker di atas meja dan melihatnya. Pukul 05:03, Ify mengucek-ngucek matanya kembali.
"Ha?! jam Lima??? Siapa yang membuat alarm sepagi ini???" Tanya Ify sedikit bingung, dan terdengar lah lagu 'No other' nya 'Super junior' dari handphonenya yang menandakan ada panggilan masuk. Siapa yang iseng menelefon sepagi ini??? Kurang kerjaan!!!
"Halo..." Ify mengangkat hanpone nya tanpa melihat siapa yang menelponenya karena matanya masih mengantuk, baru jam 12 malam ia bisa tidur karena semalaman ia manyalahkan kebodohannya.
"Siap-siap sekarang, temui gue di bawah. Dan satu lagi, Inget. jangan buat pacar loe ini menunggu lama" kata Rio di seberang sana dan langsung mematikan hubungan telpone nya tanpa menunggu protesan dari Ify.
"Ta, tapi... Halo, Halooo..." Ify melihat kearah hape nya yang sambungannya telah terputus "Gila, mau ngapain pagi-pagi begini??? Benar-benar menyebalkan.!!! tidak bisa kan dia menunda acara marah-marahnya itu tiga jam kedepan. Benar-benar..." gerutu Ify, tapi tetap melangkah kan kaki turun dari ranjangnya menuju kamar mandi.

"Hei, mau apa loe pagi-pagi begini udah bangunin gue Ha?!" Tanya Ify begitu keluar menghampiri Rio yang telah menunggunya, Rio menoleh ke arahnya dan tersenyum.
"Ikut gue sekarang" kata Rio sambil menarik tangan Ify untuk mengikutinya.
"Hei, loe mau bawa gue kemana???" Tanya Ify, tapi Rio tidak menghirau kannya, dan tetap membawa Ify menuju mobilnya, dan membawanya pergi. Padahal hari masih begitu pagi, Tidak sadarkah dia kalau Ify masih mengantuk???.

"Danau????" Ify kaget begitu menyadari Rio memarkirkan mobilnya di tepi danau dan mengajak Ify keluar. Rio tersenyum mengangguk "Mau apa kita ke danau sepagi ini???" Tanyanya berusaha untuk tidak menonjok orang yang berada di depannya, jangan mentang-mentang dia orang yang di sukai trus bisa seenaknya saja memperlakukannya seperti ini kan????
"Ntar loe juga tau sendiri. Loe tau, Ini hukuman karena elo udah membuat gue strez seperti orang gila kemaren. Gue itu sampai ngurung diri gue di kamar sendiri tau, gara-gara kelakuan loe yang menghindari gue secara tiba-tiba itu, apa loe masih nggak sadar juga kalau loe itu salah, Ha?!"
"Apa loe nggak bisa menunda hukuman loe itu tiga jam lagi??? Gue itu masih ngantuk. loe tau kan ini baru jam berapa???" Ify sewot.
"Nggak. Gue nggak mau menunggu lagi. Loe tau, menunggu itu adalah hal yang sangat membosan kan dalam hidup gue, tapi gue masih tetap bertahan menunggu loe sampai sekarang. Apa loe nggak berniat memberi tau isi hati loe sekarang???" tanya Rio.
"Loe yakin mau denger pengakuan gue sekarang???" tanya Ify sambil tersenyum penuh rahasia.
"Tentu saja"
"Sekalipun itu membuat loe sakit hati"
"Maksudnya loe mau nolak gue??? Berani loe lakuin itu, gue jamin hidup loe akan di hantui rasa bersalah" Ancam Rio.
"Apa yang mau loe lakuin???" tanya Ify.
"Sebaiknya loe jawab pertanyaan gue tadi, akuin prasaan loe ke gue sekarang" balas Rio, Ify terdiam menimbang apa kah sebaiknya ia jujur saja sama Rio tentang perasaannya "Gue buat lebih mudah dengan sebuah pertanyaan 'Apa loe udah bisa melihat kearah gue dan mencintai gue???' "tanya Rio kearah Ify.
"Emmm, Baik lah, Gue ngaku kalah, Loe terlalu keren untuk gue tolak" jawab Ify sambil tersenyum bangga.
"Jadi gue udah bisa membuat loe jatuh cinta sama gue???" tanya Rio terlihat senang.
"Tentu saja tidak, loe itu nggak membuat apa-apa untuk membuat gue jatuh cinta sama loe, karena tanpa loe melakukan apa-apa juga gue udah suka sama loe"
"Benarkah??? Loe nggak berusaha untuk membohongi gue kan???" tanya Rio.
"Tentu saja tidak. Udah lah jangan buat gue untuk mengulang kata-kata menjijik kan itu lagi, seharusnya loe tau kalau loe bener-bener suka sama gue, apa kah harus gue akuin dulu baru loe mengerti" Gerutu Ify.
Saat hari mulai semakin pagi, matahari timbul dari arah Timur, dan Samar-samar mengenai wajah Ify yang membuatnya silau, Rio berdiri di depan Ify menghalangi Ify dari sinar matahari pagi.
"Melihat matahari timbul salah satu kegemaran gue mulai sekarang" kata Rio sambil tersenyum.
"Gue akan selalu menemani elo menyaksikannya mulai sekarang, karena gue mau, saat gue bangun di pagi hari sebelum gue melakukan aktivitas apapun gue mau elo yang pertama kali gue lihat" balas Ify dan ikut tersenyum "Tapi, Kalau benar bukan elo, kemaren itu yang gue lihat siapa? bukan kah loe bilang saudara kembar loe berada di surabaya?" tanya nya begitu mengingat sesuatu.
"Kalau loe belum amnesia, gue pernah memberi tau loe kalau Gabriel bakal kesini saat dia libur" jawab Rio, Ify mengingat-ingat, kemudian tersenyum kembali menyadari kesalahannya.
"Hemmm, gue lupa. Mau kah loe berjanji untuk tidak pergi dari gue??? Dan jangan pernah untuk meneteskan air mata lagi??? gue udah melupakan cinta pertama gue untuk elo" pinta Ify.
"Tentu. Gue akan melakukannya. Loe tau kan, Gue belum pernah gagal melakukan apa pun..." jawab Rio sambil tersenyum begitu juga dengan Ify, Benarkah mereka akan bahagia selamanya???? Sepertinya iya, He he he... Karena mereka, Rio dan Ify akan saling mencintai ... selamanya.


Cieeeeee yang udah end ^^
komentarnya jangan lupa dong guys, tinggalkan jejak kalian yaaaaa **
sekedar memberi reaksi kalian juga gak apa apa kok, hehehe.
terima kasih yang udah mau membaca ..

Rio and Ify Forever Love - Part 2

Ify sudah rapi dengan seragam sma nya, Begitu selesai sarapan, Ify keluar dari rumahnya untuk berangkat, Tapi baru beberapa langkah tiba-tiba ada yang mengklakson nya, Ify langsung menoleh dan mendapati sebuah mobil yang menghampirinya,
"Gue naik angkutan umum aja" Tolak Ify, "Bisa-bisa jantung gue makin parah kalau slalu disamping loe" Batin Ify dan berusaha untuk tersenyum, Rio keluar dari mobil nya dan menghampirinya, Menarik tangan nya dan membuka pintu mobilnya.
"Masuk" Perintah Rio
"Tapi gue..." Kata-kata Ify terhenti saat Rio mendorong nya masuk kemobil, Jelas Ify jadi sebel mana mungkin dia bisa menolak permintaan cowok yang disukainya, Rio masuk kemobilnya,
"Loe mau gue pasangin lagi sabuk pengamannya,?" Tanya Rio yang langsung menyadarkan Ify, Dan buru-buru memasang sabuk pengaman nya, Rio tersenyum senang melihat nya, Lalu menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah dan menuju kesekolahnya.

Begitu tiba dipariran Rio keluar dari mobilnya begitu juga dengan Ify, Rio mendekati Ify yang masih merapikan pakaian nya, Rio menggandeng tangan Ify dan membawanya masuk kesekolah, Tatapan anak-anak langsung tertuju kearah mereka berdua, Ify langsung menarik tangan nya karna malu diliatin sama yang lain, Tapi Rio malah mempererat genggaman nya, Akhirnya Ify hanya bisa diam sambil menutup wajahnya karna setiap anak-anak menatap kearahnya Dengan tatapan membunuh, Apalagi fans-fans Rio, Tapi keliatannya Rio cuek aja dengan semua itu, Malah menarik Ify lebih dekat, Dan jalan dengan beriringan dengan rapat,

"Sepertinya ni cowok berbakat banget untuk membuat gue mati muda, Bisa copot jantung gue kalau begini caranya" Kata Ify dalam hati, Menahan detak jantung nya yang berdetak lebih cepat,
"Loe kenapa si, tegang banget, Santai aja dong" Kata Rio
"Gimana gue bisa santai Dengan tatapan semua orang seperti itu, Bodoh,!" Ify jadi sebel
"Nggak usah hiraukan mereka"
"Loe berniat membunuh gue Dengan meminta anak-anak itu melakukannya ha,?! Loe membuat semua orang membenci gue" Keluh Ify
"Yang mau membunuh loe siapa? Gue nggak mungkin membiarkan ada orang yang berani ngedeketin loe? Kalau mereka membenci loe itu berarti loe cuma punya gue sekarang, jadi jangan coba-coba untuk pergi dari gue"
"Loe itu bener-bener menyebalkan, Kemana gelar 'ice prince' loe itu? Kenapa loe begitu cerewet didepan gue ha,?! Menyebalkan!"
"Itu wajar, Karna gue suka sama loe, Dan loe pacar gue, Jadi jangan mengeluh lagi, Apa lagi perotes Yang hanya sia-sia saja, Mengerti.!!"
"Huh... Kenapa si loe bisa suka sama gue?" Ify tanpak sebel.
"Gue juga nggak tahu, Dan loe juga harus tahu, Gue juga heran kenapa gue suka sama loe, Cewek yang jelas-jelas membenci gue, Dan nggak menginginkan kehadiran gue, Tapi gue nggak bisa apa-apa? Perasaan itu datang dengan tiba-tiba, Begitu saja"
"Mana ada seorang cowok yang menjawab seperti itu" Kata Ify
"Ada. Gue. Rio, Dan gue nggak mau bersikap manis seperti cowok-cowok lain nya, Karna itu bener-bener bukan diri gue" Kata Rio.
"Kalau begitu mana mungkin gue bisa suka sama loe"
"Bisa. Loe tinggal menatap gue dan belajar untuk jadi yang terbaik buat gue, Pasti loe bakal suka sama gue" Jelas Rio.
"pe-de amat loe?" Kata Ify,
"Itu kenyataan, Hmmm ya sudah, Loe masuk kelas gih, Gue mau kekelas gue" Kata Rio begitu sampai didepan kelas Ify,
"Bagaimana loe tahu kelas gue disini??"
"Loe nggak lupa kan kalau gue pinter bin jenius? Jadi nggak ada yang gue nggak tahu, Udah gih masuk" Kata Rio, Ify hanya mengangkat bahu nya, Dan berjalan, Tapi tiba-tiba
"Ify" panggil Rio. Ify langsung menoleh kearah Rio yang masih berdiri didepan pintu "Ingat kata-kata gue, Loe harus hati-hati dan memperhatikan langkah loe, Jangan sampai terjadi apa-apa, Jangan melirik cowok lain, Dan sok akrab dengan nya, Jangan buat gue marah, Dan inget loe pacar gue" Rio mengingatkan.
"What? Loe itu nyebelin banget sih, Gara-gara sikap dan kata-kata loe itu, Mana ada yang mau ngedeketin gue lagi, Menyebalkan!!' Ify kesel dengan sikap Rio
"Seenggak nya masih ada gue, Udah masuk sana" Kata Rio, Ify melangkah kan kaki nya tapi "Ify,!!" Ify kembali menoleh, "Istirahat gue kesini, Dan gue pengen makan bareng sama loe, Jangan membuat gue sebel, Dengan sikap loe yang deket sama cowok didepan dan belakang loe,?" Lanjut nya
"Iya, Iya loe cerewet amat si?" Ify kesel dan kembali melangkah, "Awas aja kalau dia menahan gue untuk yang ke..." Sebelum Ify sempet meneruskan perkataan hati nya,
"Ify...!!"
"huhf... Apa lagi ha?!!" Ify tidak dapat menahan kekesalan nya,
"Selamat belajar..." Kata Rio dan melangkah kekelasnya.
"Astaga tuh anak bener-bener menyusahkan gue"Kata Ify dengan dirinya sendiri "Dan sial nya hati gue malah merasa senang dengan sikap nya yang tampak perhatian, Sangat menyebalkan, Dan sepertinya hati gue udah nggak kompak sekarang, Menyebalkan!!!" Lanjutnya.

SKIP !!!
"Pelajarannya dilanjutkan minggu depan" Bu fera menyelesaikan pelajaran nya dan melangkah keluar kelas, Ify ssegera merapikan buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas, Temen-temennya yang lain segera keluar untuk isterahat, Tidak ada yang punya keinginan untuk mengajak nya walau sekedar hanya untuk basa-basi, Dengan sikap Rio beberapa hari ini kepadanya, Banyak anak-anak yang menatap sinis kepadanya, Dan kebanyakan kakak kelas tentunya, Dan image anak barunya langsung buruk.
"Ify kok sendirian" Ify langsung menoleh kaget.
"Lho, Kak..??" Ify mikir-mikir, mengingat.
"Debo"
"ha, Iya kak Debo maksudnya, kakak kok bisa ada disini?" Kata Ify,
"Sengaja nyari loe." Jawab Debo
"He??? Mau ngapain?" Ify bingung
"rencananya sih mau ngajak loe kekantin, Dan itu sih kalau loe nggak keberatan?" Debo sedikit ragu
"Emm... Gimana ya... Sebenernya sih Ify nggak keberatan" Kata Ify dengan tampang sedikit bersalah "Cuman..."
"Dia kekantin bareng gue" Kata seseorang yang langsung memotong perkataan Ify, Ify dan Debo langsung menoleh kearah suara tersebut
"Owh... Jadi loe mau makan bareng Rio" Tanya Debo yang jadi salting karena Rio menatap tajam kearah nya
"Ya gitu deh, Maaf ya.. Kalau lain kali aja gimana??" Ify basa-basi
"Nggak !!!" Potong Rio dengan cepat sebelum Debo menjawab "Nggak ada yang nama nya lain kali, Mulai sekarang, Ify akan selalu makan bareng gue" Lanjut Rio "Kalian nggak lupakan kalau Ify itu pacar gue" Sambungnya lagi sebelum ada yang protes,
"yaudah deh, maaf gue nggak bermaksud gangguin Ify kok?" Debo jadi tambah salting
"Kalau begitu jangan pernah deketin dia lagi dan merayunya, Apalagi merebutnya !!!" Rio memperingatinya dengan tegas dan menatap intens ke Debo yang membuat nyalinya tambah ciut "Kita pergi sekarang fy" Lanjutnya dan menarik tangan Ify untuk mengikutinya keluar kelas meninggalkan Debo yang masih merinding bulu romanya.

"Gila,! Baru kali ini gue melihat aura yang sangat menyeramkan seperti itu, Padahal kan biasanya dia itu dingin banget, Terus kenapa sekarang berubah drastis, Bahkan lebih menyeramkan dari dewa kematian, Wuah, Apa seseorang bisa berubah hanya dengan satu kata,'cinta' pasti Rio sangat menyukai Ify, Kalau ada yang berani deketin Ify bisa nggak akan liat dunia lagi tuh," kata Debo dalam hati sambil bergidik ngeri lalau melangkah keluar.

"Rio lepasin tangan gue dong, Sakit tau loe tarik-tarik begini?" Kata Ify, Tapi Rio sama sekali tak menghiraukannya "Rio,!!!" Bentak Ify dan menarik tangannya hingga lepas dari tangannya hingga lepas dari genggaman Rio.
Sebel juga dicuekin mulu, Rio menghentikan langkahnya dan menatap Ify dengan tajam, Ify jadi takut tapi segera bisa mengendalikan dirinya.
"Loe apa-apaan sih, Gue itukan lagi ngobrol sama kak Debo, Apa loe nggak bisa sedikit lebih sopan?"
"Buat apa gue sopan sama orang yang jadi saingan gue sendiri? Gue nggak sebodoh itu Ify"
"Saingan??? Dia itu cuman temen gue, Kita itu nggak ada apa-apa Jadi loe nggak usah over protektif gitu dong, Gue itu juga butuh temen kali" kata Ify dengan sebel
"Apa gue yang cowok paling keren disekolah ini masih belum cukup buat loe?"
"Astaga Rio,! Loe itu lama-lama penyakit narsisnya makin parah deh... Bangga banget loe jadi orang paling keren disekolah ini" Ledek Ify
."Huhf Ayolah, Siapa sih yang bakal mungkiri itu, Dia emang cowok paling keren disekolah ini, Dan kalau dia ada dideket gue, Emang gue nggak akan butuh temen lain"Kata Ify dalam hatinya, Huhf jangan sampe Rio bisa membaca fikiran nya.
"Udah, Akuin ajalah, Dan asal loe tau aja, Baru kali ini dan detik ini juga, Gue bangga dengan wajah keren gue"
"Maksud loe?? Loe bangga bisa membuat semua cewek disekolah ini naksir sama loe?"
"Apa loe juga ada diantara cewek-cewek itu? Kalau ada, Gue sangat seneng banget, Dan gue yakin loe emang ada diantara pengagum-pengagum gue" Kata Rio sambil terus menatap Ify yang makin berdebar-debar jantung nya.
"Yah muncul lagi narsisinya"
"Wajah loe merah, Loe grogi ya dideketin gue?" Tanya Rio dan langsung dapat jitakan dikepalanya "Yak kok loe mukul kepala gue?" Rio mengusap-usap kepalanya,
"Biar kepala loe baik lagi dan sadar"
"Loe bilang begitu karna loe gugup kan? Apa sebegitu mempesona nya gue sampe-sampe loe naksir dan tergila-gila ke gue ?" Ledek Rio
"Astaga !!! Sepertinya loe itu seneng banget kalau semua orang itu tergila-gila sama loe" Ify jadi sebel

"Kalau loe mau tahu, Gue lebih seneng lagi karna itu juga berlaku untuk loe" kata Rio keburu menarik tangannya, "Kekantin yuk sekarang sebelum bel berbunyi" Kata Rio dan Ify hanya bisa pasrah,

Setelah pelayan membawakan pesanan mereka, Ify dan Rio menikmati dan diam dengan pikiran nya msing-masing, Rio menatap Ify sekilas yang masih asik menikmati mie ayam nya, Kemudian kembali menatap mangkok bakso nya, Gantian Ify yang menatap Rio, Memperhatikan Rio yang masih asik makan dengan lahapnya.
"Wah bener-bener mengagum kan"Kata Ify dalam hati sambil masih menatap Rio yang masih menatap mangkok baksonya. "Betapa menyenangkan kalau seandainya gue bisa selalu menatapnya seperti ini, Dia emang keren banget, Nggak salah kalau siapa pun mengagumi dan tergila-gila padanya" kata Ify dalam hati
"Kalau satu sekolah membenci gue,Dan bahkan semua orang yang ada di dunia ini membenci gue, Gue rela asal Rio selalu ada disamping gue seperti ini, Gue nggak akan perduli tanggapan anak-anak tentang gue, Asal dia selalu ada buat gue, Itu udah cukup, Rio jangan pergi dari gue ya...?? Tetap lah berada di deket gue" Ify masih ngomong dalem hati,
"Apa gue emang sangat mengagumkan sampe-sampe loe nggak berkedip liat gue seperti ini" Kata-kata Rio langsung menyadarkan Ify dari lamunannya, Dan langsung mengalihkan tatapannya kearah lain dengan terburu-buru, Yang makin membuatnya seperti tertangkap basah, Rio jadi tersenyum senang melihat kegugupan Ify,
"Apa !! Siapa yang ngeliatin loe, Ge-er" Kilah Ify dan kembali melanjutkan makan,
"Yakin?? Tapi by the way apa yang loe fikir kan saat menatap gue tanpa kedip sambil senyum-senyum nggak jelas?"
"Gue bilang gue nggak ngeliatin loe"
"Jadi melihat kearah gue tanpa berkedip itu apa namanya kalau nggak ngeliatin? Loe pasti sebegitu tertarik nya kan sama gue" Rio tersenyum menggoda, Ify yang jelas jadi gugup plus malu and bingung mau jawab apa?
"Loe itu mending belajar menghilangkan kenarsisan loe itu sedikit aja, Gue itu nggak ngeliatin loe, Sama sekali bukan loe" Tegas Ify
"Oh ya?" Rio masih terus menggoda nya
"Te... Tentu saja ! Loe fikir gue akan tertarik ke elo gitu dengan loe traktir gue makan saat ini ? Sorry ya... Itu belum cukup membuat gue untuk menatap elo"
"Jadi kalau bukan gue, Loe ngeliatin siapa coba? Gue yakin dengan tatapan loe itu, Tatapan seorang cewek yang mengagumi lawan jenisnya" Kata Rio
"Huhf , , , Sok tau loe?"
"Gue itu emang tau kali, Loe nggak mungkin lupakan kalau gue itu cowok paling keren disekolah ini, Jadi gue itu udah terbiasa dan tau kalau tatapan loe itu...,???"
"Stop,!!!" Potong Ify "Jangan mulai narsis lagi deh, Tapi walau apapun juga, gue nggak ngeliatin loe" Tegas Ify
"Bisa loe jelasin, Loe abis ngeliat siapa??"
"Loe liat aja dibelakang loe sendiri," Balas Ify sambil menikmati kembali mie ayam nya Tanpa melihat siapa yang ada dibelakang Rio, Karna penasaran Rio melihat kebelakang dan langsung kaget.
"Loe yakin, Tadi loe ngeliatin dia??" Tanya Rio sedikit ragu
"Tentu saja" Kata Ify santai dan masih menikmati mie ayam nya
"Loe tertarik ya sama dia?" Tanya Rio lagi
"Menurut loe??" Bales Ify
"Kalau emang ia, Gue bakal ngerelain deh" Kata Rio dengan tatapannya, Ify jadi bingung emang siapa yang dimaksud.
"Loe serius??" tanya Ify dan langsung menatap Rio nggak percaya.
"Ya kalau yang loe liatin tadi adalah orang yang berada di belakang gue" Jawab Rio, refleks Ify langsung kearah belakang Rio Dan......
"Wuaaa... Mmmfff,"Jeritan Ify langsung meredam karna mulut nya di bekap sama Rio
"Loe itu apa-apaan sih, Jerit-jerit nggak jelas" Kata Rio setelah Ify diem.
"sembarangan !!!" Bantah Ify "Gue itu menjerit ada sebabnya kali, Loe nggak nyadar siapa yang dibelakang loe tadi??" Lanjut Ify sebel.
"tentu saja gue tau, makanya gue rela, Hahaha..." Tawa Rio langsung meledak menatap kekeselan Ify.
"Seneng ya seneng" Ify tambah kesel.
"Gue nggak nyangka kalau loe itu nafsu juga sama penjaga kantin, Dia itu kan udah punya anak juga, Dan lebih parah nya dia itu wanita Ify...?? Loe naksir sama dia !" Kata Rio sambil mencoba menahan tawanya "Gue jadi sangat menyesal kalau gue menahan loe disini, Mendingan loe buruan deh ungkapin perasaan loe ke dia, Gue nggak mau jadi penghalang perasaan loe ke dia" Lanjut Rio dengan nada yang dibuat-buat menyesal.
"eh, maksud gue tadi bukan dia"
"Trus siapa dong??? Yang ada dibelakang gue cuma dia Ify," Bales Rio Ify langsung mengedarkan tatapan matanya keseluruh kantin.
"Mungkin orang nya udah pergi"
"Oh ya? Coba loe kasih tau, Siapa orang yang loe tatap tanpa kedip itu?"
"Gaya bahasa loe jangan seperti itu dong?"
"Itu kenyataan Ify..." kata Rio dengan tersenyum penuh kemenangan
"gue itu tadi ngeliatin kak Debo"
"Uhuk.. Uhuk..."Rio langsung tersedak dan buru-buru meneguk air putih disampingnya "Siapa ??? Debo ??"
"He-eh, Tuh dia diambang pintu pasti mau pergi, Tadi dia yang ada dibelakang loe" Jawab Ify dan karuan aja Rio kaget banget
"Loe tertarik sama dia?" tanya Rio menahan emosi nya
"Menurut loe? tapi gue juga nggak tahu pasti sih, tapi loe serius, tatapan gue tadi seperti terpesona sama apa yang gue liat?" Tanya Ify pura-pura.
"Nggak !!!" Jawab Rio cepat
"Lho kok nggak sih?" Ify tampak kecewa
"Loe cuma boleh terpesona sama gue, kalau loe tadi ngeliatin orang selain gue, Loe sama sekali nggak terpesona" Tegas Rio
"Loe kok curang gitu sih? Tapi sepertinya loe tadi ada benernya deh?" Kata Ify
"Apanya??" Tanya Rio tambah cemas
"Gue jadi menyadari sesuatu, Sepertinya gue bener-bener TERTARIK sama seseorang yang gue liatin tadi deh" Kata Ify serius
"Gue bilang loe nggak boleh tertarik sama siapa pun selain gue, Apa lagi Debo"Rio tambah sebel banget
"Yaah, Tadi loe bilang, Loe mau ngerelain gue sama orang yang gue tatap tadi"
"Ya itu kalau orangnya bukan Debo !! Atau lebih tepatnya nya orang itu gue sendiri"
"Loe kok egois banget sih"
"Kenapa ?? Loe baru tahu ?? Gue itu emang egois, Loe dengerin kata-kata gue, Gue Rio emang sangat ingin membahagiain loe, Dan gue nggak akan pernah lepasin loe, Dan loe cuma boleh bahagia sama gue, Ngerti !!!" Tegas Rio
"Dasar..."
"Baik... Gue ralat kata-kata gue tadi, Gue Rio akan selalu ada disamping loe, dan akan selalu akan jadi takdir loe, Nggak perduli loe menderita disamping gue atau nggak? Loe harus tetep selalu ada disamping gue, Itu konsekuensi yang harus loe tanggung karna menerima gue jadi pacar loe" Ucap Rio pelan tapi tegas dengan nada serius yang membuat Ify jadi serba salah, Ify bangga plus merinding jadi satu
"Tunggu !! Gue kan belom menerima loe jadi pacar gue" Kata Ify sambil berfikir
"Gue nggak perduli ! Loe tahu kan yang gue omongin jadi loe nggak boleh tergoda sama cowok lain termasuk Debo sekalipun" tegas Rio
"Loe nggak boleh lakuin ini ke gue"
"kenapa ?? apa segitu sulitnya mencintai gue, Loe tinggal berhenti menatap Debo dan mulai ngeliat gue, Udah gitu aja, Loe pasti bisa suka sama gue"
"Loe nggak boleh memaksakan perasaan gue dong"
"Gue selalu mendapat apa yang gue mau Ify... Termasuk ngedapetin loe" Kata Rio mulai emosi
"Sebaiknya loe jangan percaya diri begitu deh, Ntar kalau kecewa pasti sakit banget"
"Gue nggak bakal kecewa, loe tenang aja, Gue yakin kok gue bisa buat loe suka sama gue"
"Sampai kapan loe akan terus begini"
"Sampai loe yang bilang loe boleh pergi, Dan gue yakin seyakin yakinnya itu nggak bakal pernah terjadi" Tegas Rio
"Ya... Ya ... Yaa terserah apa kata loe deh, Gue nggak mau berdebat lagi sama loe, Cape tau !!" Bales Ify melanjutkan makan nya,
"Itu berarti loe mau berusaha menatap gue dan berpaling dari Debo kan??"
"Uhuk-Uhuk..."
"Kalau makan pelan-pelan dong, Baca doa dulu, Nih minum" Rio menyodorkan segelas air putih kearah Ify dan langsung meminum nya,
"Bodoh !! Loe nggak sadar ini karna perkataan loe barusan??" Ify tambah sebel, Rio hanya angkat bahu dan melanjutkan makannya kembali Dan membuat Ify tambah sebel "Anak ini bener-bener membuat darah gue mendidih menahan emosi, Padahal kata-katanya tadi seperti cinta banget sama gue, Tapi tiba-tiba berubah jadi kasar dan menyebalkan seperti ini, dan sialnya gue juga suka sama dia" Kata Ify dalam hati dan menatap Rio dengan emosi.
"loe kenapa ngeliatin gue seperti mau nelen gue seperti itu?" tanya Rio yang langsung menyadarkan Ify dari lamunannya "atau loe bosen makan mie ayam makanya loe mau makan gue gitu?" lanjutnya.
"ia. sepertinya loe lebih enak kalau gue makan mentah-mentah" geramnya.
"wah, sadis banget loe. mau jadi kanibal ya?" kata Rio, Ify jelas sebel banget, dan langsung berdiri siap mau pergi, tapi langsung di tahan lengan nya sama Rio.
"mau kemana loe?" tanya Rio.
"balik kekelas, sebel gue sama loe"
"gue antar" kata Rio sambil berdiri tanpa melepas pegangan tangannya di lengan Ify, lalu membawanya keluar kantin, Ify tentu diam saja.
"Loe mau langsung ke kelas?" Tanya Ify ke arah Rio begitu tiba di depan kelasnya.
"Nggak. rencananya gue mau ngadain jumpa pers dulu" Jawab Rio santai.
"Cih, gaya loe udah seperti artis saja" Cibir Ify.
"Emang loe nggak tau, gue itu kan emang artis di sini"
"Ia, Artis kehilangan panggung!!" Ify sebel mendengar kenarsisan Rio.
"Enak aja, gue seriuz kali. Ya udah loe masuk ke kelas loe gih, Ntar kita pulang bareng, Dan satu lagi, nggak ada yang namanya menghindar dari gue lagi, apalagi sampai pulang bareng orang lain termasuk Debo, Loe harus..."
"Ya ya yaaa... Loe itu bawel banget sih, Udah balik ke kelas loe gih sana..." Kata Ify sambil mendorong Rio, lalu masuk ke kalasnya, tapi pandangan anak-anak yang lain langsung membuatnya menunduk ngeri, Karena hampir semua temen-temen satu kelasnya yang terutama cewek, Menatapnya dengan tatapan membunuh, Menyeramkan.!!!


To be Continue >>>>>