Senin, 26 Mei 2014

Love in Danger - Chapter 3 (RIFY)

Lanjutannya :)) semoga kalian terhibur dengan my story ^^
HAPPY READING ALL :*

WARNING !!!
INI UNTUK KALANGAN DEWASA, UMUR DIATAS 17 TAHUN !!! JIKA KALIAN TIDAK MEMATUHI DAN TERJADI APA - APA, DOSA DITANGGUNG SENDIRI.



PART SEBELUMNYA !!!

Alyssa hanya tersenyum canggung kepada kedua orang tua itu. Mario juga memberikan senyumannya saat mereka berdua meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu kepadanya. Mario langsung menutup pintu kamar kost Alyssa saat mobil yang ternyata benar milik seseorang yang sedang bertamu ke kost Alyssa sudah menjauh.

“Gue butuh penjelasan.” Ucap Mario secara tegas seraya menatap Alyssa dengan tatapan tajamnya. Dia masih berdiri di depan pintu. Dan Alyssa masih duduk dengan gelisah dan tidak mau menatapnya.

“Loe mau tahu siapa mereka ??”

PART SELANJUTNYA !!!

“Jelas Alyssa. Loe pernah bilang sama gue, kalau loe hidup di Indonesia sendirian. Gak ada satu orang pun yang punya hubungan darah sama loe, tapi kenapa ada mereka yang datang ke sini untuk ...”

“Cukup Mario. Sampai kapan loe akan terus mencari tahu tentang kehidupan gue. Sampai kapan loe akan terus ingin tahu sama semua yang berhubungan dengan gue.” Potong Alyssa dengan kesal seraya menatap mata Mario yang masih marah.

“Karena gue ...”

“Kenapa ?? Loe gak bisa jawab kan ?? Jangan karena kejadian kemarin malam, loe bisa seenaknya ingin tahu tentang gue Mario. Gue juga butuh privacy.”

            Mario menatap bingung kearah wanita itu. Harusnya disini dia yang marah, tapi kenapa sekarang menjadi wanita itu yang marah dengannya ?? Mario mendekat kearah wanita itu dan duduk di sebelah kanan Alyssa. Alyssa masih menampakkan wajah kesalnya dan tidak juga menatapnya.

“Gue kan Cuma nanya, mereka siapa elo. Kok marah ??”

“Loe yang bikin gue marah.” Ucap Alyssa kesal. Dia masih tidak mau menatap Mario.

“Ck, padahal gue kesini ingin melupakan kelelahan gue. Disini malah di sinisin.” Ucap Mario dengan nada yang sengaja di sengsara seraya menyenderkan tubuhnya di kepala sofa. Dan berhasil membuat wanita itu menatapnya.

“Ya habis, loe dulu sih yang mulai.” Ucap Alyssa pelan seraya mendekat kearah bosnya itu. “Capek banget yah emangnya ??” Tanya Alyssa polos.

“Gak kok, biasa aja. Tapi gue butuh obat buat bikin rasa lelah gue hilang.”

“Apa ??” Tanya Alyssa was – was. Ada bau bau tidak enak disini. Apalagi melihat tatapan kerlingan nakal dari pria di hadapannya sekarang.

            Mario menatap Alyssa lama. Matanya menatap bibir tipis wanita itu dengan penuh minat. Alyssa yang sudah mengetahui bahwa dugaannya benar hanya menjaga jarak dengan pria itu dengan memundurkan tubuhnya.

“Kenapa ??” Tanya Mario heran seraya tersenyum nakal melihat tingkah Alyssa.

“Jangan mendekat. Kalau loe berani mendekat, gue akan ...”

“Akan apa ?? Emang loe berani ngapain gue ?? Loe kan sekretaris gue. Jadi gue bebas menyuruh apapun sama loe.”

“Hanya di kantor.” Jawab Alyssa seraya memberikan beberapa penekanan.

“Oh ya ?? Bukannya gue bilang kemarin, kalau loe udah sah menjadi sekretaris gue di dalam atau di luar kantor ?? Inget ??”

“Enggak.”

“Yaudah deh, loe inget inget aja dulu. Gue mau mandi.”

“Eh, gak sopan banget sih loe. Ini kan kamar milik gue. Gue gak ngijinin loe mandi disini.” Ucap Alyssa.

            Mario berhenti melangkah kemudian membalikan tubuhnya. “Yang tadi pagi bayar kamar kost loe siapa ?? Gue kan. Jadi, gue berhak buat ngapain aja disini. Termasuk tidur di kasur loe itu.”

“What ?? Mario.” Teriak Alyssa dengan kesal. Sayangnya pria tampan itu sudah masuk ke kamar mandi dengan tertawa puas. Alyssa hanya mendengus kesal seraya mengusap wajahnya secara kasar.

“Musibah banget buat gue kalau ada dia disini. Ck.”

“Alyssa.” Alyssa menatap kearah pintu kamar mandi, disana ada kepala Mario yang menyembul. Dia bisa menebak kalau pria tampan itu sudah naked.

“Loe gak salah kan ngisi kamar mandi loe dengan barang – barang pribadi kaya gitu.”

            Alyssa mengernyit bingung. Barang – barang pribadi ?? Apa yang dimaksud oleh bos’nya itu ?? Alyssa kembali menatap Mario yang masih berada di posisi sebelumnya dengan seringaian khas miliknya yang membuat Alyssa teringat sesuatu. Astaga, di dalam sana ada pakaian dalamnya yang belum sempat Alyssa taruh.

“Marioo.” Dengan gerakan cepat Alyssa masuk ke kamar mandi untuk mengambil pakaian dalamnya itu. Dan wanita ini tidak menyadari jika Mario sudah mengunci pintu kamar mandinya dan kuncinya ia letakkan di tempat yang tidak terjangkau.

“Dasar mesum.” Teriak Alyssa saking jengkelnya di depan Mario yang hanya di tanggapi dengan senyuman manis pria tampan itu.

“Itu memang ciri khas gue Alyssa. Fix, sekarang gue mau mulai membersihkan diri.”

            Alyssa menatap tajam kearah pria itu kemudian memilih mengalah dan ingin keluar dari kamar mandi, tapi kenop pintunya tidak bisa di buka. Sudah berulang kali Alyssa mencoba membuka tapi tetap tidak bisa.

“Mario, mana kuncinya. Gue mau keluar.” Ucap Alyssa geram dengan pemuda itu.

“Udahlah. Mendingan kita mandi bersama.” Ucap Mario santai seraya menarik lengan Alyssa mendekat kearahnya sampai mereka berdua sama – sama basah terkena air yang meluncur dari shower.

            Alyssa memejamkan matanya dengan kedua tangannya yang bertumpu di kedua bahu pria tampan di hadapannya sekarang. Dan Alyssa baru merasakan jika Mario hanya bertelanjang dada. Sementara celana panjangnya sudah di lepas dan hanya menyisahkan celana pendeknya.

“Lebih enak kan kalau mandi bareng.”

            Alyssa membuka matanya setelah mendengar kalimat penuh ke pervert’an dari pria ini. Dia langsung berusaha mendorong Mario untuk menjauh darinya. Tapi dengan cepat Mario menarik pinggang Alyssa hingga mereka berpelukan.

“Alyssa, loe harus tahu. Gue bener – bener lelah. Dan Cuma loe yang bisa menyembuhkan rasa lelah gue Alyssa.” Ucap Mario pelan seraya memeluk pinggang wanita itu dengan erat.

“Tapi gak dengan cara seperti ini.”

            Mario menarik bahu Alyssa yang sudah basah. Pria tampan itu menatap Alyssa dari bawah hingga keatas. Dan dia baru menyadari jika Alyssa memakai rok mini yang sangat pendek serta baju pink’nya yang menggelembung di bagian lengan. Membuat Mario menyeringai saat bisa melihat pakaian basah Alyssa.

“Loe tahu kalau gue mau kesini ?? Sengaja mau ngegoda gue ??” Goda Mario.

“Apaan sih. Tingkat kemesuman loe semakin tinggi. Menjijikan.” Ujar Alyssa seraya menatap mata Mario dengan tajam.

“Yang penting loe suka. Sekarang buka baju loe.” Perintah Mario dengan seenaknya. Mata wanita itu melebar mendengar kalimat itu.

“Loe gila ??” Pekik Alyssa dengan nada shock. Kemudian mencubit lengan pria itu dengan tidak berperikemanusiaan.

“Alyssa. Aw. Ini beneran sakit. Lepasin.” Teriak Mario berusaha menyingkirkan tangan Alyssa yang masih bertengger di lengannya.

“Kasih tahu gue dimana kuncinya setelah itu baru gue lepasin.” Ancam Alyssa.

            Mario tidak mengindahkan perkataan wanita itu. Dia langsung menarik Alyssa mendekat kemudian mencium tepat di bibir manis Alyssa. Alyssa lagi – lagi dibuat seperti ini oleh Mario membuat cubitannya terlepas. Mario tersenyum dalam sela – sela ciuman panasnya itu.

            Pria tampan itu menarik pinggang Alyssa lebih dekat setelah Alyssa menerima perlakuannya dengan memejamkan mata dan kedua lengannya melingkar sempurna di leher Mario. Bahkan sekarang wanita itu sudah bisa membalas ciuman Mario.

Pria itu terus menerus tersenyum dalam ciumannya seraya menggerak gerakkan kepalanya ke kanan dan kiri berusaha untuk mencari posisi yang paling nyaman untuknya. Dengan disengaja, tangan Mario mengangkat baju Alyssa keatas dan berusaha melepaskannya dari tubuh wanita itu.

Alyssa tersadar saat baju atasnya melewati kepalanya. Dia langsung menjaga jarak dengan pria itu seraya menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.

            Mario mendengus kesal karena saat - saat membahagiakannya harus tersapu begitu saja begitu Alyssa melepaskan ciumannya secara kasar. Dia menatap wanita itu yang masih menutup tubuhnya dengan kedua tangan.

“Please Alyssa. Gak usah lebay. Gue Cuma gak mau loe sakit. Cuma karena mandi tengah malam begini. Lagian kan ada tanktop merah muda loe itu.” Ujar Mario kesal.

“Tetep aja loe gak sopan udah membuka baju gue tanpa ijin. Loe pikir dengan gue hanya mengenakan pakaian serba mini seperti ini, gue gak kedinginan ??”

“Fine, loe kedinginan kan ?? Jadi gue boleh mengobati hal itu dengan memeluk loe.”

            Mario memeluk Alyssa kembali. Kali ini wanita itu tidak memberontak seperti sebelumnya. Karena dia benar – benar kedinginan. Bahkan sekarang Alyssa memeluk bos’nya itu tak kalah erat dengan Mario. Kepalanya ia senderkan di bahu telanjang Mario. Dan dia menyadari, jantungnya berdegup kencang. Ada sesuatu yang menggelitik yang Alyssa sendiri tidak tahu itu karena apa.

            Apa jangan – jangan karena dia sekarang sedang dekat dengan Mario ?? Apa karena pria ini dia bisa merasakan hal – hal seperti tadi ?? Alyssa menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak boleh mempunyai perasaan lebih untuk bos’nya yang satu itu. Bukan itu tujuannya dia berada di tempat kost kumuh seperti ini. Bukan itu. Dan Alyssa terus meyakinkan dirinya bahwa tidak ada perasaan disana.

***********
            
Alyssa sedang berkutat dengan bahan – bahan masakan di dapur kecilnya. Yah, di kamar kost’nya ada dapur kecil yang letaknya di sebelah kamar mandi. Alyssa sedikit beruntung karena disaat dia butuh makanan di malam hari, dia tidak perlu keluar kamar untuk mencari makanan, karena ada dapur mini yang bisa ia gunakan.

            Jam yang terpajang di dinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Dan dia terbangun karena merasakan perutnya yang sangat lapar. Wanita ini tadi malam terlalu sibuk untuk mengurusi dua orang yang tadi malam bertamu ke kamar kostnya. Dan setelah itu langsung diganggu oleh bos’nya itu yang datang tiba – tiba.

            Alyssa membawa mie cup’nya ke sofa. Dia mulai menikmati makanan ringannya itu. Pikirannya tanpa diperintah kembali ke tadi malam saat dua orang paruh baya itu datang ke kamar kost’nya dan memerintah tanpa bisa di bantah oleh Alyssa.

            Wanita itu terus menerus mengucapkan lafal ‘maaf’ kepada siapapun yang bersangkutan dengannya. Dia ingin berhenti menerima perintah dari mereka. Tapi tidak bisa, mengingat jika mereka adalah dua orang yang wajib Alyssa hormati karena statusnya yang lebih tua darinya.

            Alyssa ingin sekali menemukan seseorang yang bisa menyelamatkan kehidupan dirinya yang begitu rumit. Dia ingin terbebas dari semuanya. Dia ingin hidup bebas tanpa di beri beban yang cukup berat di pundaknya.

“Ehem.”

            Deheman yang cukup keras itu membuat Alyssa mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Dan dia terkesiap saat bos’nya sudah duduk di sampingnya dengan piyama birunya dan rambutnya yang acak – acakkan. Mulutnya terus menguap dan tangannya terus menerus mengusap wajahnya kasar.

“Kok bangun ??”

“Gue pasti bangun kalau gulingnya ngilang.” Jawab Mario asal. Masih setengah sadar karena baru bangun dari alam mimpinya.

“Guling ?? Seinget gue, di kasur itu gak ada guling, hanya ada ... Astaga, dasar mesum. Gimana bisa gue punya bos yang mesum banget kaya loe.” Cerocos Alyssa.

            Mario mendekatkan dirinya kearah Alyssa dan memeluk wanita itu serta menyenderkan kepalanya pada lekukan leher wanita itu. “Serius Alyssa. Gue gak bisa tidur kalau gak bisa peluk sesuatu. Apalagi kalau gulingnya itu elo. Gue tambah nyaman deh tidurnya.”

“Kok loe jam segini makan sih ?? Mie lagi ?? Mau gemukkin badan ??” Tanya Mario heran saat menyadari ada cup yang berisi mie yang masih dipegang wanita itu.

“Gue laper. Tadi malam belum makan.” Jawab Alyssa cuek.

“Gue masih penasaran, dua orang itu siapa loe ??”

“Gue udah bilang jangan membahas masalah itu lagi Mario. Kenapa sih ngeyel banget dibilangin ??” Ujar Alyssa kesal serta melepaskan pelukan Mario dengan kasar.

“Ck, gue gak bermaksud ikut campur. Gue hanya ingin tahu.”

“Itu privacy gue. Jadi jangan buat gue kesel lagi dengan keingintahuan loe itu.” Ucap Alyssa sinis seraya bangkit darisana. Dia berjalan menuju ke kamarnya.

            Mario hanya menatap Alyssa dengan tatapan sendunya. Wanita itu sama sekali tidak mau jujur dengannya. Entah apa yang dirahasiakan dari wanita itu kepadanya. Mungkin benar kata Alyssa. Setiap orang butuh privacy. Dia saja mempunyai privacy yang hanya orang tertentu saja yang boleh tahu.

            Tapi mengingat saat dirinya tadi menghampiri Alyssa. Wanita itu sepertinya mempunyai sesuatu yang sangat berat di pundaknya. Tatapannya benar – benar penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran membuat Mario tidak bisa menebak apa yang terjadi pada wanita itu.

            Pria tampan itu memutuskan untuk berjalan kearah kamar mandi untuk bersiap – siap ke kantor. Banyak pekerjaannya yang sedang menunggu di kantor. Dan mungkin hari ini hingga beberapa hari ke depan, Mario akan terus berada di kantor karena pekerjaannya itu.

Tapi, pria ini tetap tidak akan menyerah, mengingat semua ini adalah kerja keras dari orang tuanya selama ini. Dia harus bisa membuat perusahaan itu semakin maju agar orang tuanya bangga kepadanya. Yah, itu yang harus ia lakukan sekarang.

*************
            Alyssa menatap layar ponselnya dengan pandangan nanar. Melihat beberapa kalimat yang tertera melalui pesan singkat yang dikirimkan oleh seseorang. Dia bergegas untuk pergi ke suatu tempat dahulu sebelum pergi ke kantor.

            Mengingat tadi pagi, tentang sikap Mario yang benar – benar cuek setelah mendapat kalimat sinis darinya membuat Alyssa menyesal. Mario tidak salah, dia hanya ingin tahu masalah yang sebenarnya sedang dialaminya. Tapi Alyssa sedang tidak ingin berbagi dengan siapa – siapa sekarang.

            Alyssa menghembuskan nafas secara kasar. Dia cepat – cepat bergegas untuk pergi ke suatu tempat. Dia harus cepat datang atau sesuatu yang buruk menimpa dirinya. Dan Alyssa benar – benar malas jika harus berurusan dengan masalah dengan orang yang akan ditemuinya sekarang.

            Alyssa berhenti di sebuah gedung betingkat. Entah ini gedung apa namanya yang jelas wanita ini selalu datang ke tempat ini setiap hari untuk melaksanakan tugasnya. Alyssa melihat beberapa orang yang sedang bercengkrama di dalam sana, dan dengan keberanian yang tinggi, wanita ini mendekat.

“Akhirnya datang juga devil’s girl kita yang satu ini.”

“Loe semua tahu kan, kalau gue gak suka basa – basi.” Jawab Alyssa datar.

            Mereka menganggukkan kepalanya kemudian mendekat kearah Alyssa, serta langsung menyerahkan selembar kertas yang membuat Alyssa menatap bingung ke orang itu.

“Lihat dan perhatikan baik – baik.” Teriak seseorang, Alyssa hanya menatap datar orang itu yang merupakan pemimpin di group Devil ini. Dia tidak menjawab perkataannya dan langsung memperhatikan baik – baik sesuatu yang ada di kertas.

            Mata Alyssa membulat melihat foto yang tertera jelas disana. Alyssa jelas tahu siapa orang yang ada di kertas ini. Dan mulutnya menganga begitu membaca detail tentang kehidupan seseorang itu.

“Dekati dia, dan buat semua yang dimilikinya menjadi milik kita. Loe pasti ngerti maksud gue kan ??”

            Alyssa tidak percaya dengan pendengarannya sekarang. Dia menggeleng gelengkan kepalanya dengan kuat. Tidak, dia tidak sanggup jika melakukan hal itu.

“Enggak. Kalian boleh menyuruh gue buat mendekati siapapun. Tapi tidak dengan orang ini.” Tolak Alyssa tegas. Semua yang berada disana justru tertawa mendengar hal itu. Alyssa hanya diam.

“Sayangnya kami tidak menerima penolakan. Silahkan pergi dan patuhi perintah kami. Atau loe akan mendapat masalah.”

“Please.” Ucap Alyssa memohon.

“Itu target loe sekarang. Laksanakan dan jalankan dengan sebaik – baiknya seperti sebelumnya Alyssa. Dan jangan sampai gagal.”

            Alyssa sekali lagi menatap nanar ke foto itu. Dia tidak tega jika harus berbuat seperti itu. Alyssa menatap orang – orang disana dengan tatapan memelas yang dimilikinya, tapi tetap saja, hanya gelengan sebagai jawaban. Alyssa menganggukkan kepalanya karena tidak mungkin permohonannya di kabulkan.

“Baiklah. Gue permisi.”

“Laksanakan dengan cepat Alyssa.”

            Alyssa tidak mengindahkan teriakan itu. Dia hanya diam dan terus berjalan. Pandangannya kosong. Antara mematuhi dan menolak. Jika menolak, maka akan banyak bahaya yang pastinya akan datang pada kehidupannya. Dan semakin banyak pula orang – orang di sekelilingnya yang akan disakitinya.

Dan Alyssa tidak mau jika itu terjadi.

            Dengan sangat terpaksa dia mematuhi perintah itu. Dan harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Seraya berjalan, Alyssa menundukan wajahnya dan terus – menerus mengucap kata ‘maaf’ kepada orang yang akan disakitinya – lagi.

*************

            Alyssa memasuki kantor dengan tidak bersemangat. Entah mengapa hari ini ia ingin sekali sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan dia sekarang memang wajib untuk dikerjakan. Alyssa sadar diri, jika sekarang ia sudah terlambat. Tapi tidak perduli apakah dia harus di pecat atau mendapat omelan dari sang direktur itu.

“Alyssa.” Baru saja wanita ini duduk di kursinya sudah ada seseorang yang memanggil namanya. Membuat emosinya naik seketika.

            Alyssa menengadah dan terlihatlah seorang wanita yang memakai pakaian kantor cukup ketat dan mini. Alyssa melengos melihat wanita itu yang merupakan salah satu fans fanatic direktur’nya itu.

“Kamu sudah terlambat tapi tidak mau ke ruangan saya untuk mempertanggung jawabkan kelakuan kamu. Kamu pikir kamu siapa Alyssa ??”

            Alyssa berhenti mencoret – coret buku yang ada di mejanya. Tangannya memegang erat pena yang ia pegang di tangan kananya sampai jari – jarinya memutih akibat terlalu kuat mencekalnya.

“Denger yah nona Fa yang terhormat. Saya mau ijin sama kamu atau tidak, itu bukan urusan kamu. Kamu mau tahu siapa saya ?? Saya sekretaris dari bapak Direktur. Sekaligus pemilik perusahaan – Pak Mario Raditya. Jelas ??”

“Kamu pikir, pak Mario akan berpihak sama kamu setelah kesalahan terbesar kamu yang udah menantang saya dan berbuat seenaknya. Dasar wanita malam.”

Ceklek.

Dua orang yang masih berseteru itu akhirnya menoleh bersamaan setelah terdengar kenop pintu yang terbuka. Dua orang itu langsung memasang mimik muka yang sangat berbeda saat melihat siapa seseorang yang membuka pintu itu.

            Alyssa melengos tanpa menatapnya dan Fa memasang senyuman paling manis seraya membenarkan penampilannya dengan tidak sabar.

“Ada apa ini ??”

“Maaf pak. Alyssa sudah terlambat tapi tidak mau ke ruangan saya. Dia malah membentak saya dan berbuat seenaknya.” Adunya. Orang yang membuka pintu – yang ternyata Pak Direktur – menatap Alyssa yang tidak menatapnya.

            Mario mengernyit bingung melihat raut wajah Alyssa yang tidak seperti biasanya. Ah, Mario lupa, dia dan Alyssa kan sedang bertengkar akibat masalahnya tadi pagi. Ck, ini bahkan lebih sulit untuknya jika Alyssa seperti ini.

“Sudah Fa, kamu kembali ke ruangan kamu. Biar Alyssa saya yang urus.”

“Saya bantu ya pak.” Ucap Fa dengan nada manja membuat Alyssa mencibir pelan. Ck, wanita ini benar – benar menjijikan.

“Tidak usah Fa. Silahkan kembali ke ruangan kamu. Sekarang.” Ucap Mario tegas.

“Baik Pak. Permisi.”

            Mario bernafas lega karena wanita itu sudah pergi. Ck, dia sama sekali harus berpikir keras untuk bisa mencari jawaban jika wanita itu selalu meminta yang aneh – aneh. Seperti tetap kekeh untuk berada di sampingnya. Membuatnya muak.

“Alyssa. Permasalahan di luar kantor tolong jangan di sangkut pautkan disini.”

            Alyssa tetap pada posisinya semula. Dan mencibir pelan akibat ke sok tahuan yang dilakukan oleh Direkturnya ini. Memangnya dia seperti ini akibat masalah mereka tadi pagi ?? Ck, bahkan masalah yang satu ini jauh lebih sulit untuknya.

“Saya lagi berbicara Alyssa.” Ujar Mario memberi peringatan untuk wanita itu.

“Saya minta ijin untuk pulang ke rumah Pak. Saya sedang tidak enak badan hari ini.”

“Apa yang kamu maksud dengan tidak enak badan ?? Kamu pikir saya anak TK yang bisa dibohongin sama kamu ??”

            Mario memandang Alyssa dengan tatapan tajamnya. Dia benar – benar emosi sekarang. Baru kali ini ada seseorang yang sangat berani kepadanya. Apalagi jabatan yang dimilikinya jelas sangat di bawah Mario.
“Kamu ikut ke ruangan saya Alyssa.” Perintah Mario seenaknya.

            Alyssa memandang Mario yang sudah masuk lebih dulu ke ruangannya dengan tatapan nanar. Wanita ini menundukan wajahnya dalam – dalam. Dia amat sangat merasa bersalah kepada seseorang, dan dia ingin sendiri dulu untuk menenangkan pikirannya. Mengapa Mario sangat tidak perduli tentang hal itu ??

            Dengan tidak bersemangat, Alyssa mengikuti Mario memasuki ruangannya. Dia membuka pintu itu dan terlihatlah Mario yang sedang duduk di kursi tertingginya dengan tidak melakukan apa – apa, hanya menatap Alyssa dengan tatapan mengintimidasinya. Membuat Alyssa gugup sendiri di tatap seperti itu.

“Duduk.”

            Alyssa mengikuti perintahnya dengan duduk di depan Mario – yang hanya di batasi dengan meja besar di ruangannya – dengan gugup.

            Tanpa Alyssa sadari, Mario mendekat kearah Alyssa dan mengambil tempat duduk di sebelah Alyssa dan didekatkan kearah wanita itu. Sehingga sekarang, Mario sudah duduk di sebelah Alyssa dengan jarak yang sangat dekat.

“Ada apa Alyssa ??”

            Wanita itu tersentak saat merasakan ada tangan yang menyentuh pipi’nya. Dia mengalihkan pandangannya ke samping kananya dan sudah terdapat Mario yang masih menatapnya seperti sebelumnya.

“Pak, lepas. Ini di kantor.”

“Kamu tenang saja. Disini hanya ada kita berdua. Ruangan ini kedap suara dan CCTV di ruangan saya hanya saya yang bisa melihatnya.”

            Mario menarik wajah Alyssa mendekat. Sehingga sekarang mereka berdua berhadapan dengan wajah yang hanya terpaut beberapa cm. Alyssa menahan nafas saat Mario mendekatkan wajahnya kearahnya. Pandangan pria itu terus tertuju pada bibirnya. Dan benar saja, Mario menciumnya tepat di bibir.

            Alyssa bisa melihat mata Mario yang tertutup. Perlahan – lahan, Alyssa mengikutinya dengan menutup matanya. Dia berusaha untuk menerima perlakuan Mario dengan mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu.

            Mario menarik pinggang Alyssa untuk berdiri begitupun dengan dirinya. Lalu mendudukan wanita itu di meja besar di ruangannya. Dan itu bisa membuat Mario bebas untuk menjelajah lebih lanjut bibir manis milik wanita itu. Tangannya sudah masuk ke dalam baju kerja Alyssa dan mengelus punggung wanita itu dengan ahlinya.

            Alyssa terus mendesah menikmati permainan Mario. Entah mengapa, sentuhan pria ini membuatnya seperti candu yang selalu saja ingin diperlakukan seperti ini terus. Sentuhannya sangat lembut dan membuatnya bergairah. Dan seumur hidupnya baru kali ini Alyssa merasakan sentuhan seorang laki – laki.

            Alyssa meremas rambut pria itu dengan eratnya. Berusaha meredam semua desahannya lewat itu. Ciuman mario bertambah panas. Dan sekarang bibir pria itu sudah ada di lehernya dan mengecupnya berkali – kali membuat Alyssa mendesah tidak karuan. Pria itu membuat tanda kepemilikan disana. Dan setelah puas, mario kembali melumat bibir Alyssa dengan rakus.

“Ehem.”

            Alyssa mendorong Mario menjauh saat tersadar ada seseorang pria yang berdiri di pintu dengan menyenderkan tubuhnya disana dan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. Entah berapa lama pria itu berdiri disana. Yang jelas itu membuat Alyssa salah tingkah dan cepat – cepat membenarkan penampilannya.

            Mario juga ikut menatap ke orang yang sudah menganggu acaranya. Dia menatap tajam ke orang itu dan langsung menurunkan Alyssa dari atas mejanya. Dia sempatkan untuk mengecup pipi kiri wanita itu membuat Alyssa mencubit lengannya dengan keras dan menyebabkan Mario meringis kesakitan.

“Gue ganggu yah.”

            Mario mencibir pelan karena kalimat sok imut yang keluar dari mulut orang yang mengganggu acaranya yang ternyata sahabatnya – Alvin William. Sedangkan Alvin sendiri sudah tertawa puas melihat sahabatnya yang sepertinya sangat sengsara karena kehadirannya.

“Sorry bro, gue kan gak tahu kalau loe lagi berbuat, ehem.” Goda Alvin.

“Permisi, saya keluar dulu.” Sela Alyssa membuat dua pria tampan itu menatapnya.

“Loe yakin mau keluar setelah gue membuat kiss mark di leher loe ??” Tanya Mario tanpa pikir panjang. Alyssa langsung menutupi lehernya serta menundukkan wajahnya karena perkataan Mario yang tidak tahu aturan. Dalam hati, dia terus menerus merutuki perkataan direkturnya itu yang membuatnya malu.

“Ck, sopan banget omongan loe bro. Disini ada anak baru gede nih.”

Mario menatap tajam kearah Alvin yang nyengir gaje. “Loe punya tugas bro. Mumpung loe lagi ada disini. Beliin syal buat Alyssa. Dan gak pake lama.”

            Mata pemuda itu melebar sempurna. What ? Seorang Alvin di perintah begitu saja oleh seorang Mario Raditya ?? Ini keterlaluan.

“Loe yakin nyuruh gue ??” Tanya Alvin tidak santai.

“Loe mau backstreet loe gue bocorin ke nyokap bokap loe ??” Ucap Mario langsung.

“Loe kan udah janji sama gue gak bakalan bocorin sama siapa – siapa bro.” Ucap alvin memelas. Ancaman sahabatnya merupakan kekalahan telak buat Alvin.

“Yaudah, silahkan keluar dan patuhi perintah gue.” Ucap Mario tegas dan tidak berperasaan. Terpaksa, Alvin menyetujui walaupun dengan cibiran - cibiran pedas yang keluar dari mulutnya.

“Aw.” Pekik Mario keras saat dirasakan jitakan yang mendarat di kepalanya serta cubitan pedas di lengan kananya. Pintu sudah tertutup kembali saat sahabatnya sudah keluar untuk mematuhi perintahnya.

“Loe tahu, loe itu orang yang paling nyebelin. Sahabat loe sendiri loe suruh ?? Ck.”

“Alyssa Sellina. Bisa gak sih loe gak make kekerasan setiap memberi peringatan sama gue ?? Lama – lama gue bisa masuk rumah sakit gara – gara kekerasan loe.” Ucap Mario, tangannya masih mengelus lengannya yang memerah.

“Bodo. Loe aja gak mikirin perasaan orang lain. Buat apa gue mikirin perasaan loe.”

            Mario langsung menarik pinggang wanita itu mendekat. Tidak perduli dengan teriakan Alyssa, pria itu sudah mencium bibir Alyssa dengan penuh minat. Alyssa berusaha berontak tapi Mario selalu menahan pingangnya dan mencekal lengan kananya, membuat wanita itu tidak bisa kemana – mana.

            Ciuman kali ini lebih panas dari sebelumnya. Mario menggerak gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha mencecap semua bibir manis nan mungil milik Alyssa. Tangannya aktif mengelus bagian depan tubuh wanita itu membuat Alyssa mengerang dalam ciumannya.

            Mario mendorong Alyssa hingga wanita itu menempel pada meja. Ciumannya beralih ke leher wanita itu dan menciumnya dengan tidak sabaran. Alyssa hanya bisa meremas rambut Mario dan menggigit bibir bawahnya untuk meredam desahannya. Ini gila, baru kali ini dia merasakan kenikmatan seperti ini seumur hidupnya. Dan dia menyukai sentuhan Mario. Dan entah mengapa, dia menginginkan lebih.

Ini benar – benar gila. Sentuhan Mario membuatnya gila.

            Mario sudah melepas blazer Alyssa tanpa wanita itu tahu karena terlalu fokus pada sentuhan Mario yang membuatnya melupakan semua hal yang ada di pikirannya sebelumnya. Oh, ini benar – benar nikmat. Sampai membuatnya seperti di surga. Mario juga sudah bertelanjang dada karena tangan Alyssa – yang tanpa sadar – sudah membuka kemeja pria itu.

Hanya tersisa celana panjang Mario dan rok hitam sebatas paha milik Alyssa. Dan bra yang masih melekat di tubuh atas Alyssa.

Mereka benar – benar lupa sedang berada dimana dan melakukan perbuatan apa.

Alyssa tidak bisa berhenti mendesah karena sentuhan Mario. Ini gila !!!

            Mario terus tersenyum mendengar desahan wanita yang berada dalam pelukannya sekarang. Cukup bangga bisa membuat wanita yang – pertama kali – melakukan hal ini dengannya seperti berada di langit ke tujuh. Tangan pria itu terus saja menjelajah kemana saja yang bisa disentuh di tubuh wanita itu.

Mario sudah bergairah saat ciuman pertama mereka tadi. Dan sekarang semakin bergairah karena respon yang diberikan wanita ini.

Ceklek !!!

            Mata Mario melebar mendengar suara pintu yang dibuka oleh seseorang. Dia langsung memeluk Alyssa dengan lebih erat untuk menutupi bagian depan tubuh wanita itu yang terbuka.

“Siapa ??” Tanya Mario penuh dengan kegugupan.

            Alyssa juga sama gugupnya melihat seseorang paruh baya yang sedang berdiri disana menatap kearahnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Alyssa. Dia malu. Sungguh. Sudah dua kali dia kepergok sedang berbuat ‘mesum’ bersama dengan direkturnya ini. Entah dia harus bagaimana lagi jika harus berhadapan dengan seorang paruh baya yang masih berdiri mematung di pintu itu.

“Siapa Alyssa ??” Tanya Mario sekali lagi dengan tidak sabaran.

“Pak Adit.” Jawab Alyssa dengan lirih.

“APA.”

***********


Selesai untuk post hari ini :D
Sekali lagi teman :* PLEASE, DON'T BE A SILENT READERS !!!
Gak ninggalin jejak, gak lanjut :p
Au revoir :*