Kamis, 17 April 2014

Gue Kena Karma - EPILOG ( SPECIAL SHIELL )

LINK SEBELUMNYA => http://indahnuramalia6.blogspot.com/2013/12/link-gue-kena-karma-rify.html

GUE KENA KARMA
EPILOG ( SPECIAL SHIELL )



Mobil Hitam itu melaju dengan cepat meninggalkan pantai yang sedari tadi menjadi tempat bermainnya bersama dengan sahabat sahabatnya yang lain. Membelah jalanan ibu kota yang sekarang sedang ramai ramainya. Karena jam pulang kerja sedang terjadi, dimana para pekerja kebanyakan sedang menuju ke rumah masing masing, membuat jalanan menjadi penuh oleh berbagai macam kendaraan.

            Inilah yang orang orang tidak senangi, Macet. Hal yang sudah biasa terjadi di kawasan wilayah Jakarta ini. Mereka yang terjebak macet hanya bisa menghela nafas pasrah berusaha untuk tidak memaki hal yang membuat kemacetan ini terjadi. Dan tentu saja, bukan dalam hitungan menit jika sudah berada di posisi itu, tapi bisa berjam jam. Untung sekarang sudah menjelang malam, tidak siang yang biasanya cuacanya sedang panas.

            Suasana canggung sedang menyelimuti kedua insane yang berada di dalam mobil hitam ini. Mereka hanya berdiam diri seraya mengalihkan pandangannya berlawanan arah satu sama lain. Gabriel dan Shilla. Yah, mereka lah yang berada di dalam mobil. Shilla asyik menatap pemandangan melalui kaca mobil, sedangkan Gabriel hanya menatap jalanan di depannya yang sekarang sedang di penuhi oleh berbagai kendaraan yang juga sama dengan dirinya yaitu terjebak macet.

“Loe gak kedinginan ???” Tanya Gabriel berusaha mengusir suasana canggung yang terjadi di dalam mobilnya. Shilla tersenyum canggung seraya menatap pemuda di sampingnya.

“Enggak.”

“Baju loe basah gitu. Gue gak percaya kalau loe gak kedinginan.”

“Emang nyatanya gak.”

“Nyangkal mulu loe. Tuh ambil jaket gue di belakang. Trus loe pake, jangan sampai loe sakit kalau lagi sama gue.”

“Gak usah deh, gue gak apa apa kok.”

“Dasar keras kepala.” Ucap Gabriel seraya mengambil jaket’nya yang ia letakkan di kursi belakang mobilnya. “Nih pake.”

            Shilla hanya diam seraya menetralkan perasaannya. Jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya. Ia takut, jika pemuda di sampingnya mengetahui detakkan jantungnya yang semakin cepat. Gabriel memasangkan jaket’nya ke tubuh Shilla karena gadis itu sedari tadi hanya diam saja, mengacak acak rambut gadis itu menjadi bagian penutup dari kelakuannya.

“Shill.” Shilla menolehkan kepalanya kearah pemuda tampan itu. “Loe laper gak ???”

“Mmm, sebenernya sih iya Iel.”

“Mau makan bareng gue ?? Soalnya gue yakin, macetnya bakalan lama. Jadi sekalian nungguin jalanan gak macet juga.”

“Mmm, boleh deh. Tapi gue gak repotin kan ???”

“Enggak lah, gue juga laper masalahnya. Tadi gue nawarin ke loe dulu takutnya loe gak laper. Depan jalan itu ada café Shill, kita makan di situ yah.” Shilla hanya menganggukan kepalanya menyetujui.

            Venice Café menjadi pilihan pemuda itu. Tempat makan ini memang selalu rame setiap harinya. Apalagi sekarang sedang macet macetnya, pasti banyak yang minat untuk mengisi perut terlebih dahulu di café yang memang paling dekat dengan jalanan macet itu. Gabriel dan Shilla duduk di kursi yang berada di tepi. Hanya itu tempat yang paling nyaman, selain karena bisa melihat pemandangan Jakarta, juga bisa mengobrol tanpa harus ada yang tau isi obrolan mereka.

“Mau mesen apa Shill ???” Tanya Gabriel seraya tersenyum manis.

“Samain sama loe aja deh.”

“Gue pesen seafood yah. Loe suka kan ???”

“Gak Iel. Kecuali itu. Gue alergi sama seafood soalnya.”

“Oh okey. Berarti selain itu gak apa apa ???” Shilla mengangguk dengan cepat. “Yaudah, gue pesen dulu. Loe tunggu sini bentar.” Ucap Gabriel seraya beranjak untuk memesan makananya.

            Shilla hanya tersenyum manis melihat pujaan hatinya yang sekarang lebih ramah dan banyak tersenyum kepadanya, tidak seperti dulu yang jika bertemu dengannya hanya memasang wajah datar. Shilla melihat jaket milik pemuda itu. Harum tubuh pemuda itu menempel di jaket yang Shilla kenakan sekarang. Dan itu membuat Shilla merasa senang. Shilla suka harum tubuh pemuda itu.

            Beberapa saat kemudian, Gabriel kembali dengan membawa beberapa makanan yang berada di atas nampan. Pemuda itu memang begitu mempesona. Tak jarang, sepanjang perjalanan banyak kaum hawa yang melirik ke arahnya, tapi tidak diperdulikan oleh Gabriel. Pemuda ini hanya menatap Shilla dan tersenyum manis kepada gadis satu itu.

“Makan Shill.” Ajak’nya

“Iya.”

“Kenapa sih, gak tenang gitu duduknya. Tempatnya gak enak ???”

“Bukan gitu. Gue gak suka aja dilihatin banyak orang, mereka semua lihatin gue kaya mau makan gue hidup hidup tahu gak.” Gabriel mengalihkan pandangannya. Dan benar saja, banyak kaum hawa yang langsung memasang wajah sok manis seraya bersikap genit kepadanya dengan gerakan tubuhnya.

“Udah lah, gak usah difikirin. Mereka Cuma iri sama loe, bisa duduk sama cowo sekeren dan seganteng gue.” Jawab Gabriel narsis membuat Shilla tertawa pelan.

“PD banget loe.”

“Ish, gak percaya. Tanyain aja sama mereka, apa yang membuat mereka ngelihatin loe terus dari tadi.”

“Iya deh percaya. Loe gak mau jadiin mereka sebagai korban keplayboy’an loe ???”

“Korban ??? Kayaknya korban gue selanjutnya loe deh. Tapi buat selamanya. Bukan hanya sekedar korban ke playboy’an gue yang sewaktu waktu bisa gue buang.”

“Gombalan loe basi tahu gak. Gak mempan sama gue.”

“Masa sih ?? Selama 4 bulan ini gue seneng loh Shill bisa ngabisin waktu berdua sama loe lebih banyak.”

“Gue gak percaya.”

“Apa yang membuat loe gak percaya. Selama ini gue kan gak pernah jalan sama cewe lain selain loe. Dan kata temen temen gue. Gue itu playboy yang lagi tobat.”

“Hahaha. Bisa aja loe.” Gabriel yang gemas melihat gadis itu tertawa langsung mengacak acak rambut Shilla lagi, dan kedua tangannya langsung menggenggam kedua tangan Shilla. Wajah Shilla langsung merona merah diperlakukan seperti itu.

“Loe tahu. Gue adalah cowo terbodoh. Karena gue gak sadar ada cewe yang bener bener sayang sama gue. Apalagi cewe’nya itu loe. Cewe paling cantik di sekolah.”

“Apaan sih. Yang cewe paling cantik kan Ify, bukan gue.”

“Loe juga. Sivia sama Agni juga. Tepatnya kalian berempat. Tapi gue aja yang bodoh. Selalu melihat kearah Ify tanpa mau memandang kalian bertiga. Padahal, kalian berempat itu cantik cantik.”

“Terus loe mau jadiin kita berempat korban loe juga, gitu.”

“Cukup Ify deh kayaknya. Gue gak mau nyari korban lagi. Kasihan.”

“Punya rasa kasihan loe. Kemana aja loe kemarin kemarin. Kenapa baru sadar sekarang. Loe fikir cewe mainan apa. Bisa loe mainin kapan aja sesuka loe.”

“Bukan gitu. Gue Cuma lagi berusaha mencari yang paling terbaik di antara yang terbaik. Dan gue rasa, gue udah nemu orangnya sekarang.”

“Siapa ???”

“Loe.” Ucapan Gabriel sukses membuat Shilla diam, gadis itu begitu kaget mendengar pernyataan yang pemuda itu tujukan kepadanya.

“Gue serius Shilla. Selama empat bulan ini gue jalanin semuanya sama loe, gue jadi sadar. Kalau gak semua cewe bisa gue mainin sesuka gue. Loe beda. Selama ini loe berhasil merubah gue dari Gabriel yang playboy menjadi Gabriel yang sekarang. Yang hanya mencintai satu orang. Dan itu loe.”

“Gabriel. Loe jangan main main sama perasaan. Gue mengakui, kalau gue udah terjebak dalam pesona loe. Tapi loe gak bisa mainin perasaan gue gitu aja.”

“Gue gak main main Shilla. Gue serius. Gue cinta sama loe.”

“Gak. Gue tetep gak percaya.”

“Shill, please dengerin gue. Loe adalah cewe satu satunya yang bisa merubah gue menjadi cowo yang lebih baik. Bahkan kedua orang tua gue aja gak bisa. Cuma loe Shill. Gue sadar, kalau gue selama ini udah cinta sama loe.”

“Gue …” Gabriel langsung menggenggam kedua tangan Shilla.

“Sekarang loe ikut gue. Gue akan buktiin sama loe, kalau gue cinta sama loe.” Ucap Gabriel seraya menarik kedua tangan Shilla setelah sebelumnya menaruh beberapa lembar uang di atas meja.

            Shilla hanya pasrah di tarik pemuda itu. Mereka kembali ke mobil. Gabriel langsung melajukan mobilnya membelah jalanan yang sekarang macetnya sudah lumayan. Seenggaknya mobilnya masih bisa berjalan normal. Pemuda tampan itu selalu diam jika gadis di sebelahnya menanyakan tujuan mereka. Gadis cantik itu, yang sedari tadi di jadikan kacang hanya memasang wajah kesal karena pertanyaan yang ia ajukan tidak pernah di jawab oleh pemuda di sampingnya.

“Gabriel. Selagi lagi gue Tanya. Kita mau kemana ???” Tanya Shilla kesal.

“My Honey. Diem dulu sayang. Nanti loe juga bakalan tahu kita mau kemana.”

“Apaan tuh sayang sayang. Orang lagi sebel di ajak santai.”

“Yang jelas gue gak akan menculik loe. Sayang lagi kalau di culik. Mendingan gue sembunyiin di dalam kamar gue.”

“Ish, apaan sih loe.” Ucap Shilla kesal seraya memukul lengan Gabriel. Pemuda tampan itu hanya menahan tawanya melihat ekspresi gadis itu yang begitu lucu di matanya. “Awas aja kalau loe berani ngelakuin itu.”

“Emang gue mau di apain kalau gue berani lakuin itu.”

“Mau gue buang ke laut.”

“Jangan di buang ke laut deh, mendingan di buang ke hati loe aja.” Goda Gabriel dan sukses membuat Shilla melayangkan pukulannya kembali ke lengannya.

“Jangan ngegombal deh loe. Gue udah bilang kalau gombalan loe gak akan mempan buat gue.”

“Oh yah.” Goda Gabriel lagi. Shilla tidak menanggapi ucapan Gabriel. Jika perkataan pemuda itu di tanggapi, yang ada hanya kesal’lah yang ia dapatkan. Shilla mengalihkan pandangannya kearah depan. Jalanan di depan cukup gelap dan itu membuktikan jika hari sudah malam.

“Iel, anterin gue pulang aja deh.”

“Kenapa ???”

“Udah malem tahu. Dari sore kan gue kabur dari rumah. Mana gue gak ngasih tahu nyokap bokap gue lagi. Ntar mereka nyariin lagi.”

“Tenang aja. Gue udah minta ijin kok tadi.”

“Gimana caranya ???”

“Gue kan punya nomer ponsel nyokap loe. Masa sama calon mertua sendiri gak akrab. Sekalian pendekatan gitu. Ini juga cara Rio.”

“What. Loe gak bercanda kan Iel.”

“Gak sayang. Gue gak bercanda. Loe gak percaya banget deh.”

“Berhenti manggil gue sayang.”

“Shilla, gue ini calon pacar loe. Jadi, gue boleh manggil loe sayang.”

“Baru calon. Belum tentu loe jadi pacar gue.” Shilla melipat kedua tangannya di depan dadanya dan memasang wajah kesal. Lagi lagi Gabriel tertawa karena kelakukannya. Hanya seorang Shilla yang bisa membuat pemuda tampan ini tertawa lepas.

“Eh tunggu. Ini bukannya mau perumahan Nusa Indah.”

“Iya.” Jawab Gabriel singkat dan santai.

“Bukannya rumah loe ada di sana. Eh, loe mau ngapain ??? Gabriel. Loe jangan bercanda. Gue mau pulang sekarang.”

“Shilla. Selow kenapa sih. Slow Shill. Gue kan udah bilang sama loe. Gue gak akan menculik loe. Gue Cuma mau bawa loe ke rumah gue.”

“Gak. Pokoknya gue mau pulang. Anterin gue pulang sekarang. Gue gak mau tahu.”

“Tenang aja deh. Gue akan nganterin loe pulang. Tapi nanti. Sekarang loe turun dulu. Gue gak akan berbuat jahat sama loe karena di rumah gue juga ada orang tua gue.” Ucap Gabriel seraya turun dari mobil. Mereka sekarang sudah berada di depan rumah Gabriel yang sangat mewah bak istana. Seperti rumah Rio.

“Gak. Loe punya rencana apa. Hah. Di rumah loe ada nyokap bokap loe kan. Terus kenapa loe ngajakkin gue kesini.”

“Nanti loe juga akan tahu. Sekarang loe turun.”

“Gak. Gue akan tetep disini.”

“Turun atau gue gendong.”

“Iya iya gue turun.” Jawab Shilla seraya turun dari mobil dengan kesal. “Sebenernya loe punya niat apa sih. Kenapa loe bawa gue kesini.”

“Loe mau bukti dari gue kan ?? Yaudah gue bawa kesini. Biar loe percaya kalau gue itu bener bener cinta sama loe. Ayo masuk.”

            Gabriel menggenggam tangan Shilla lembut. Shilla lagi lagi pasrah menuruti permintaan pemuda tampan yang satu ini. Mereka memasuki rumah megah itu. Dan benar saja, di ruang keluarga, sudah berkumpul kedua orang tuanya dan seorang gadis cantik yang duduk di sebelah sang mama. Mereka berdua langsung menghampiri kedua orang tua Gabriel.

“Gabriel.”

“Malam mah, malam pah.” Ucap Gabriel seraya mencium punggung tangan mama dan papa’nya. Shilla hanya mengikuti seraya tersenyum manis.

“Ini siapa Iel ???” Tanya sang mama seraya menatap Shilla dan membalas senyuman manis gadis itu.

“Kenalin mah pah. Ini Shilla. Shill, kenalin mereka orang tua aku dan ini adik sepupu aku, namanya Aren.”

“Oh jadi ini yang namanya Shilla. Cewe yang sering kamu ceritain itu Iel.” 

Shilla langsung melotot kearah Gabriel mendengar suara wanita parub baya di hadapannya. Seola olah berkata ‘apa aja yang loe ceritain sama nyokap bokap loe, hah.’ Sedangkan sang tersangka hanya memperlihatkan gigi putihnya kepada Shilla dengan tatapan tak bersalahnya.

“Iya mah, ini Shilla yang sering Iel ceritain.”

“Cantik ya Iel. Bahkan sangat cantik. Bener kata kamu. Akhirnya kamu berani juga bawa cewe ketemu sama mama papa.”

“Dia kan special mah. Jadi Iel berani. Mama sama papa setuju kan kalau Iel sama Shilla.”

“Setuju dong. Ya kan pah.”

“Iya sayang. Papa juga setuju kok. Lagian gadis ini yang berhasil bikin jagoan papa jadi lebih baik seperti sekarang.”

“Aren juga setuju kok kak, kak Shilla cantik banget. Untung kak Gabriel udah gak playboy lagi, kalau kak Gabriel masih playboy, Aren gak akan setuju.”

“Tuh kan Shill. Mereka semua setuju gue sama loe jadian.”

“Apaan sih.” 

Shilla tersenyum malu malu karena mendengar jawaban dari orang tua Gabriel. Dia fikir, dia akan mendapatkan cacian dari orang tua Gabriel. Karena Shilla tidak sekaya Gabriel. Pemuda itu benar benar luar biasa kaya. Dengan memiliki rumah yang sangat besar dan beberapa mobil yang berjejer rapi di depan rumahnya. Tapi ternyata pemikirannya salah, keluarga pemuda itu mau menerima dirinya dengan hangat.

“Shilla udah makan ?? Kalau belum makan bareng aja disini Shill.”

“Baru aja makan kok tante.”

“Oh gitu, Yaudah kita mau makan dulu yah Shill, kamu berdua sama Gabriel gak apa apa kan ??? Kalau dia berbuat macem macem sama kamu, kamu teriak aja. Biar tante jewer telingannya.” Shilla hanya tertawa kecil mendengarnya. Sedangkan Gabriel sudah manyun.

“Mama apaan deh. Macem macem sama calon pacar kan gak apa apa mah.”

“Baru calon pacar aja udah berani macem macem. Gimana kalau calon istri Iel. Shill, tante, om sama Aren ke dalam dulu yah.”

“Iya tante silahkan.”

“Kak Shilla, Aren makan dulu yah kak. Hati hati sama kak Gabriel kak, dia anaknya ganas. Hahaha.”

“Sialan loe.” Gabriel melempar bantal sofa kearah adik sepupunya itu dan tidak mengenai sasaran membuat Aren menjulurkan lidahnya dan berlari. Sedangkan Gabriel hanya bersungut sungut kesal.
“Udah ah, sekarang tugas loe nganterin gue pulang.”
 
“Pulang ?? Gak. Loe hari ini tidur disini.”

“Apa ?? Gila loe. Mana mungkin gue tidur disini.”

“Ya mungkin aja, kalau loe gak berani tidur sendiri, loe bisa tidur di kamar gue. kalau masih gak berani, gue siap kok nemenin loe.” Goda Gabriel dan lagi lagi membuat pukulan dari Shilla. Kali ini lebih keras membuat pemuda itu meringis kesakitan.

“Makanya kalau ngomong itu dijaga.”

“Maaf deh. Shill. Gue beneran cinta loh sama loe.”

“Terus ??”

“Loe mau jadi pacar gue gak ???” Tanya Gabriel santai. Membuat Shilla melotot.

“Loe nembak gue ???”

“Iya lah, kan tadi gue udah nawarin.”

“Playboy tapi cara nembaknya kaya gini ?? Gimana bisa loe punya banyak mantan kalau cara nembak loe aja kaya gini.” Protes Shilla.

“Emang loe mau yang kaya gimana ?? Yang alay kaya di sinetron sinetron gitu. Nyiapin tempat romantis, bikin kejutan dan nembaknya diiringi pake lagu. Alay.” Ujar Gabriel kesal.

“Ish, ya bukan gitu juga. Gue juga gak terlalu suka sama cara nembak yang begitu.”

“Terus yang loe mau kaya gimana ???”

“Gak jadi deh, gue tolak tahu rasa loe.”

“Loe mau nolak gue ?? Emang berani ?? Bukannya seorang Shilla itu mencintai seorang Gabriel dalam diam yah.”

“Apaan sih loe. Tuh kan, loe bikin gue bad mood lagi. Udah ah, gue nolak loe. Bodo amat masalah cinta. Gue bisa nyari yang lain lagi.” Shilla langsung beranjak keluar rumah tapi lengannya langsung di tahan Gabriel.

“Eits, loe gak bisa kemana mana sayang. Mulai sekarang loe udah sah jadi milik gue.”

“Lepasin Iel. Gue belum nerima loe.”

“Gabriel sekarang udah sah jadi pacar Ashilla. Dan Ashilla sekarang udah resmi pacaran sama Gabriel.” Ucap Gabriel gak jelas.

“Ish, sebenernya mau loe apa sih.”

“Gue Cuma mau loe nerima gue. Gue gak akan ngebiarin loe cari cowo lain Shilla. Dan gue juga gak akan ngebiarin loe pergi dari gue seenaknya.”

“Apa hak loe.”

“Gue punya hak karena gue adalah pacar loe.”

“Udah berapa kali gue bilang kalau gue …”

            Ucapan Shilla terhenti begitu saja karena ada sesuatu yang basah yang menempel di bibirnya. Itu bibir pemuda itu. Ciumannya begitu lembut membuat kaki Shilla lemas. Untung Gabriel menahan tubuhnya dengan kedua tangannya yang bertengger manis di bahu dan tengkuk Shilla.

“Gabriel.” Gumam Shilla lirih berusaha supaya pemuda ini melepaskan ciumannya. Tapi sepertinya pemuda itu tidak mau mendengarkan, dia malah memperdalam kecupan lembutnya. Shilla berusaha mendorong dada Gabriel menjauh dan akhirnya berhasil.

“Maafin gue Shill. Gue … gue .. gue gak bermaksud gitu. Tadi gue hanya ..”

“Gue mau pulang. Jangan pernah loe menahan gue lagi Gabriel.” Shilla langsung berlari keluar rumah itu dengan cepat. Gabriel dengan sigap langsung mengejarnya, dan pemuda itu berhasil menahan Shilla.

“Shilla maafin gue. Iya gue tahu gue salah. Gue udah lancang ngambil first kiss loe. Gue minta maaf Shill. Gue Cuma mau buktiin sama loe kalau gue bener bener cinta sama loe.”

“Apa dengan ciuman loe ngasih bukti itu ke gue Iel.”

“Shilla. Maafin gue. Gue mohon maafin gue Shill. Gue janji gak akan pernah lancang lagi sama loe.” Gabriel kini sudah berlutut di depan Shilla.

“Gabriel.” Shilla langsung memeluk pemuda itu setelah sebelumnya menyuruh Gabriel berdiri. Gabriel balas memeluk dengan lebih erat.

“Gue mohon maafin gue. Gue cinta sama loe. Gue Cuma mau loe jadi pacar gue Shill. Gue sungguh sungguh dengan perkataan gue.”

“Gue udah maafin loe kok Iel. Iya gue mau jadi pacar loe.” Jawab Shilla lirih, tapi karena jarak mereka begitu dekat, Gabriel bisa mendengarnya. Pemuda itu langsung melepaskan pelukannya.

“Apa Shill ??? Loe mau jadi pacar gue ???”

“Iya Iel, gue mau. Tapi loe harus janji sama gue kalau loe bakalan setia sama gue. Jangan jadi playboy lagi kaya dulu, jangan coba coba selingkuh dari gue dan jangan coba coba buat mainin hati gue.”

“I promised my dear. Sekarang kita resmi pacaran kan ???” Tanya Gabriel yang langsung di jawab dengan anggukan oleh Shilla. Gabriel langsung memeluk Shilla.

“Thanks Shill, thanks. Gue janji bakalan berhenti jadi playboy demi loe. Gue akan selalu jagain loe dan akan selalu ada di samping loe. I love you Shilla.”

            Shilla hanya tersenyum mendengar ucapan pemuda tampan ini. Dia yakin, kalau rencananya selama ini telah membuahkan hasil. Karena ia yakin, Gabriel yang sekarang resmi menjadi kekasihnya ini tidak akan pernah mempermainkan perasaannya. Dan sifat playboy’nya pasti akan hilang dengan sendirinya. Ia yakin itu. Karena cinta bisa merubah segala sesuatu yang ada. Termasuk merubah seseorang menjadi lebih baik. Dan Shilla berhasil melakukannya.

***************
            
 Keempat pasangan ini sedang menikmati saat saat kebersamaan mereka. Rio, Alvin, Gabriel, Cakka beserta sang pacar masing masing sekarang sedang berada di lapangan kompleks dekat dengan rumah Alvin. Para cowo itu sedang asyik berebut bola basket di tengah lapangan sedangkan sang cewe sedang asyik berada di pinggir lapangan seraya bergosip dan menatap kearah sang pacar.

“Ciyeee yang baru jadian. Pajaknya belum nyampe ke gue loh.” Sindir Agni seraya melirik kearah Shilla.

“Jangan minta ke gue dong. Minta sono sama Gabriel. Dia yang nembak gue.”

“Bilang aja loe suka ditembak sama pujaan hati loe. Akhirnya penantian loe selama ini gak sia sia Shill. Rencana loe sukses bikin playboy tingkat akut itu tobat.”

“Apaan deh loe Via. Loe juga sama kak Alvin makin lengket.”

“Lebih lengketan loe sekarang sama kak Gabriel. Iya gak guys ???” Ucap Sivia dan disetujui oleh Ify dan Agni dengan Anggukan.

“Hey, lagi ngomongin gue yah.” Ucap Gabriel tiba tiba diikuti oleh para cowo di belakangnya. Para cewe dengan sigap memberikan sapu tangannya dan air minum.

“PD banget sih loe. Siapa juga yang ngomongin loe.”

“Ish, sayang Shilla gitu banget sama Iel.” Ucap Gabriel sok imut membuat yang lain menoyor kepalannya.

“Sumpah, gue jijik banget denger omongan loe bro. Bisa jatuh posisi loe sebagai playboy akut tuh.” Ucap Rio.

“Biarin aja. Kan gue udah janji sama sayang Shilla bakalan berhenti jadi playboy.” Ucap Gabriel kembali menatap Shilla yang sekarang sedang membuka tutup botol minumannya.

“Udah gak usah ngomong terus. Nih minum.” Shilla menyerahkan botol itu kepada Gabriel yang langsung diminum oleh pemuda itu.

“Ini rambutnya kenapa deh, kan aku udah bilang jangan di berantakin.” Omel Ify seraya membenarkan rambut kekasihnya itu.

“Sayang, ini tuh lagi trend tahu. Kenapa malah gak suka.”

“Berantakan kaya gini di bilang trend ??? Yang ada kaya orang gila.” Dumel Ify membuat Rio bersungut sungut, dia memang selalu tidak bisa membantah perintah Ify. Gadis itu selalu bisa membuat dirinya tidak berkutik. Membiarkan rambutnya di tata sedemikian rupa sesuai dengan permintaan Ify yang ia sendiri tidak suka.

“Bener kata Rio lagi Fy. Itu lagi trend. Kan cowo loe jadi kelihatan lebih keren. Bukannya cowo lebih keren kalau rambutnya berantakan ???”

“Itu menurut loe Shilla. Menurut gue nggak.” Jawab Ify tanpa mengalihkan pandangannya dari rambut Rio. “Nah, kaya gini kan keren.” Lanjutnya.

“Hahaha. Loe kelihatan cupu banget Yo kaya gitu.” Ujar Alvin seraya menahan tawanya. Gabriel dan Cakka juga menahan tawanya melihat tampilan ‘baru’ Rio. Sedangkan sang korban hanya bersungut sungut kesal.

“Sekarang gue yang lebih ganteng sekarang.” Ucap Alvin narsis.

“Apaan, tetep gue dong. Dimana mana itu Cakka yang paling ganteng.”

“Gak usah ribut siapa yang paling ganteng deh. Jelas Gabriel yang lebih ganteng.”

“Mendingan kita Tanya aja sama cewe cewe loe bertiga, siapa yang paling ganteng. Menurut loe bertiga siapa yang paling ganteng guys ???” Tanya Ify.

“Riooooo.” Teriak Shilla, Sivia, dan Agni secara serempak membuat Ify melotot sebal kearah mereka. Sedangkan Rio hanya tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan ketiga cowo lainnya hanya mendumel dalam hati.

“Apaan sih loe semua. Dia cowo gue tahu.” Omel Ify seraya menjitak kepala ketiga sahabatnya dengan sadis membuat mereka meringis.

“Gue juga tahu dia cowo loe. Lah emang nyatanya Rio lebih ganteng. Apalagi kalau rambutnya kaya gini. Nih.” Ucap Sivia seraya memberantakin rambut Rio yang udah Ify tata dengan baik. Shilla dan Agni juga ikut memberantakin rambut Rio. Dan mereka langsung berlari menjauh dari amukan Ify.

“Awas aja loe bertiga. Gue buang loe semua ke tempat sampah baru tahu rasa loe.” Teriak Ify seraya mengejar ketiga sahabatnya yang sudah berlari menjauh.

“Nasib rambut gue. Berantakan deh.” Ucap Rio pasrah

“Nasib loe bro. Akibat karena loe udah membuat ketiga gadis itu bilang loe ganteng. Padahal kemana mana juga gantengan gue.” Ucap Gabriel narsis.

“Udah bro, yang kalah diem aja. Mengakui aja lah kalau gue jauh lebih ganteng dari loe semua.” Ucap Rio dengan bangganya. Dan sukses membuat kepalanya sakit karena dapat jitakkan dari ketiga sahabatnya itu. Mereka langsung tertawa bersama.

            Keempat pemuda tampan itu hanya duduk berdampingan seraya menatap kearah lapangan dimana para gadisnya sedang berada di sana. Mereka semua tersenyum secara bersamaan. Tidak menyangka jika kisah mereka yang dulu pahit berubah menjadi manis, bahkan sangat manis. Dan karena kisah ini juga mereka bisa bersama membentuk sebuah persahabatan. Persahabatan yang mereka yakini akan abadi. Dan mereka juga yakin, kisah cinta mereka akan abadi selamannya. Tentunya bersama dengan seorang gadis yang mereka cintai.

************

selesai sudah cerbung gue ini :))
fix ini cerbung terpanjang yang pernah gue bikin ^^ Tapi insya Allah, bakalan ada cerbung yang jauh lebih panjang dari cerbung ini :D

terima kasih buat pembaca setia GUE KENA KARMA :))
terima kasih juga buat Rio Ify karena udah berperan penting dalam penulisan cerita gue ini ^^
berharap banget gue kalau kalian menjalin hubungan yang lebih dari sekedar 'temen' :D

sekali lagi, thanks for your visit !!!
berkat kalian juga gue semangat nulis.

monggo komentarnya guys. gue selalu menanti kritik dan saran dari kalian :))
Au revoir mes amis :))