Minggu, 14 Juni 2015

Love in Danger - Part 9 (RIFY)

PART 9




Alyssa merutuki dalam hati tentang kejadian kemarin di kantor Mario. Andaikan kemarin dia tidak gegabah mungkin tidak akan menjadi seperti itu. Wanita cantik ini sekarang sedang duduk di sofa rumah Sivia. Hari masih pagi, tetapi Sivia sudah menghilang bersama Nathan. Subuh sekali mereka pergi. Karena saat masih tidur, Alyssa mendengar suara mobil samar-samar dari pendengarannya.

Bagaimana jika nanti Ayah laki-laki itu berpikiran yang tidak-tidak tentang dirinya. Ck, lagian bukannya Mario mempunyai hubungan tidak baik dengan ayahnya ? Apa yang terjadi kemarin ?

Karena kesal tidak mendapat jawaban, akhirnya Alyssa memutuskan untuk menghubungi laki-laki itu sekarang. Tangannya menekan tombol 1 –yang langsung menghubungkan ke pemuda itu- kemudian menempelkan benda pintar itu ke telinga.

**********

            Mario masih berada di alam mimpi. Padahal jam di dindingnya sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tetapi Mario masih bergelung di dalam selimut hangatnya. Wajar saja jika laki-laki ini masih berada di alam mimpi, tadi malam dia tidur hampir jam 3 pagi. Bagaimana dia bisa menahan rasa kantuknya jika tidur pukul 3 pagi.

            Tetapi sepertinya alam tidak memihak kepadanya, beberapa saat kemudian, terdengar lagu just the way you are yang mengalun lembut dari handphonenya. Tetapi Mario hanya mendengus kemudian menutup telingannya menggunakan bantal.

“Siapa sih, pagi-pagi udah gangguan orang.” Gerutu Mario.

            Tangannya menggapai meja sebelah kasur, kemudian menjawab panggilannya dengan marah.
“Siapa sih loe, loe gak liat jam apa, ini masih pagi woy. Loe udah mengganggu ketenteraman orang tahu gak. Gue bisa nuntut loe kalau loe ...”

“Mario sayang.”

Deg.

            Mario langsung membuka matanya, dengan cepat, dia menegakkan tubuhnya menjadi duduk sekarang. Dengan cepat, dia menatap kearah jam dinding. Dan matanya membelalak melihat jarum jam yang tertempel disana. Gila, sudah jam 9 lebih. Dan Mario merasa merinding mendengar sang penelepon memanggil namanya dengan nada yang seperti ingin memakan dirinya hidup-hidup.

“Alyssa.”

“Iya ini gue. Kenapa ?? Kaget ??”

“Lys, gue ...”

“Udah jam berapa sekarang sayang ??”

            Mario berusaha untuk menelan salivanya. Merasa tenggorokannya sangat kering sekarang. Apa yang harus ia lakukan sekarang ?

“Iya iya. Maaf. Gue tidur jam 3 pagi tadi sayang. Beneran.”

“Gue gak mempersalahkan kamu tidur dan bangun berapa. Yang membuat gue marah itu, kenapa loe waktu jawab panggilan gue dengan nada seperti itu. Loe gak inget itu nada dering khusus buat Gue ??”

            Mario menepuk jidatnya. Benar-benar habis sekarang. Padahal 2 hari ini dia sudah memasang lagu bruno mars itu khusus buat panggilan dari Alyssa. Tetapi dirinya melupakan hal tersebut.

“Maaf Lys, Loe pasti tahu karena apa gue bisa melupakan hal itu.”

            Mario bisa mendengar helaan nafas dari wanitanya di seberang sana. Dia langsung bangkit kemudian menuju ke kamar mandi. Dengan ponselnya yang masih menempel di telinga.

“Gue akan ke apartment loe sekarang.”

“Alyssa. Lys. Halo. Aish.” Mario mengumpat karena wanita itu dengan seenaknya menutup panggilannya tanpa memberi salam terlebih dahulu.

            Dengan kesal, dia melemparkan ponselnya ke rak yang ada di dalam kamar mandi. Dengan kesal dia menutup pintunya kemudian melanjutkan kegiatan mandinya.

**********

            Alyssa memakai sepatunya dengan terburu buru. Dengan cepat, dia menyambar tasnya kemudian keluar dari rumah sahabatnya itu. Bersiap untuk ke tempat laki-laki itu. Saat membuka pintu rumah Sivia, dia terbelalak melihat siapa yang datang di hadapannya saat ini. Nathan. Kekasih sahabatnya.

“Nathan, loe bikin gue kaget aja.”

“Gue mau ketemu Sivia Fy.”

“Stop call me Ify Nathan. Loe jangan jadi orang nyebelin sekarang.”

“Okeh, sorry sorry Alyssa. Gue mau ketemu Sivia sekarang, bukan berantem sama loe Lys. Sekarang kasih tahu gue dimana Sivia sekarang.”

“Sivia ?? Bukannya dia pergi sama loe.”

“Gue tadi berantem sama dia, terus gue gak tahu lagi dia kemana.” Ucap Nathan dengan nada frustasi.

            Alyssa mengernyit kemudian menatap laki-laki itu dari atas ke bawah. Sepatunya sudah tidak berwarna, banyak sekali lumpur disana, kemudian celana laki-laki itu yang sangat kotor, kemeja yang sudah sebagian keluar dari celananya, lengan kemeja yang tergulung tidak rapi. Dan yang terakhir, wajahnya yang kusam dan rambutnya yang sangat berantakan.

“Loe habis darimana ?? Penampilan loe ?? Ini gak seperti Nathan yang biasanya.”

“Lys, ini bukan saatnya membahas gue. Ini saatnya gue harus nyari Sivia.”

“Kalau sampai terjadi apa-apa sama dia, gue bakalan masukkin loe ke jurang.” Jawab Alyssa dengan telunjuknya yang menunjuk persis di depan wajah Nathan.

“Ayo.” Lanjutnya kemudian berlari.

            Nathan dengan sigap ikut berlari kemudian mereka berdua memasuki mobil Nathan yang sudah terpakir di halaman rumah Sivia. Alyssa melupakan janjinya dengan Mario, bahwa dia akan datang ke apartment’nya sekarang. Yang terpenting sekarang adalah mencari keberadaan sahabatnya yang entah berada dimana.

**********

            Mario masih berendam di dalam air hangat kamar mandinya. Sejenak dia memejamkan matanya dengan nyaman. Tetapi pengganggu mengacaukan segalanya. Ada seseorang yang membunyikan bel apartment’nya. Mario sudah tahu siapa yang membunyikan bel apartemen’nya. Jadi dia masih saja berdiam di dalam bathub’nya.

“Masuk Alyssa sayang. Jangan bikin gue kesel.” Gerutu Mario pelan masih dalam posisinya, memejamkan matanya dan mulutnya masih menggumamkan kalimat yang sama.

            Dengan kesal, Mario bangkit kemudian menyambar baju mandinya dan mengikatnya asal. Lihat saja nanti Alyssa, loe akan nyesel udah bikin gue kesel. Batinya sebal seraya berjalan kearah pintu.

“Alyssa, loe ....”

            Mata Mario membelalak melihat siapa orang yang berada di depan pintu apartment’nya. Seorang perempuan asing. Mario menelisik dari bawah keatas. Higheel merah menyala terpasang apik di kaki perempuan itu, kemudian rok yang beberapa cm di atas lutut, kemudian baju transparan berwarna putih, wajahnya putih halus bak putri raja, kacamata bertengger manis di kedua matanya, dan terakhir, rambutnya yang lurus sepanjang bawah dada.

“Loe siapa ??” Tanya Mario heran.

            Perempuan di hadapan Mario membuka kacamatanya dengan senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya. Kemudian tanpa aba-aba, dia langsung mendorong Mario ke dalam dan mencium bibirnya. Kedua tangan perempuan itu berada di punggung dan tengkuk Mario.

            Kaki perempuan itu mendorong pintu sampai pintu itu menutup dengan sendirinya. Mario hanya bisa pasrah mendapat serangan dari seseorang yang tak dikenalnya. Apalagi ini seorang wanita. Tetapi laki-laki itu tidak menyerah. Dia mencoba untuk mendorong bahu perempuan itu agar terlepas darinya.

“Berhenti, loe siapa sih.” Bentak Mario saat bibirnya terlepas dari wanita itu.

“Aku Zahra Mario. Masa kamu lupa sama aku ??”

“Zahra ?? Zahra Ratu Annisa ??”

            Dengan anggun, Zahra mengangguk. Membuat Mario membelalakan matanya-lagi. Entah mengapa sejak kemarin dia selalu mendapat kejutan yang tak pernah disangkanya. Oh tidak, ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal tersebut. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah, mengapa wanita ini – Zahra – yang ia yakini sebagai mantan kekasihnya bisa berada di apartment’nya ??

“Mario, you know, i miss you so much. So much.” Ucap Zahra sekali lagi.

“Zahra, hubungan kita udah selesai. Jadi mendingan loe keluar dari sini sekarang.”

“Enggak, aku Cuma pengin tahu rumah yang selama ini kamu tinggalin seperti apa.”

            Dengan tanpa tahu aturan, perempuan itu memasuki apartment Mario dengan santainya. Mario hanya bisa mengacak acak rambutnya yang masih basah. Dengan geram, dia mengikuti langkah Zahra.

“Zahra please, kehidupan gue sekarang ini Cuma milik gue. Loe Cuma hadir di masa lalu, bukan sekarang.”

            Zahra masih acuh tak acuh terhadap perkataan Mario. Dia duduk di sofa yang ada di ruang TV. Kemudian dengan santainya, dia melepas sepatunya dan menaruhnya di bawah sofa, kemudian melepas baju transparannya menyisahkan tanktop merahnya. Membuat kejutan untuk Mario-lagi.

“Apa yang loe lakuin ??”

            Dengan berkacak pinggang, Mario berdiri dibelakang sofa. Zahra masih acuh kemudian berjalan kembali tanpa menghiraukan Mario lagi.

“Zahra, loe keluar sekarang. Gue bisa laporin loe ke polisi kalau bisa. Zahra.”

“Kamu itu berisik banget sayang. Kamu diem dulu deh, aku Cuma pengin lihat apartment kamu seperti apa. Udah itu doang.”

            Mario mengusap usap wajahnya dengan kesal. Matanya masih menatap tajam ke arah Zahra, tetapi perempuan itu tampaknya tidak perduli.

            Mario mengikuti pergerakan perempuan itu sampai Zahra masuk ke dalam ruangan privacy’nya – kamarnya. Mario hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

“Loe tahu darimana tempat tinggal gue Zahra ??”

“Kamu pasti tahu Mario. Aku itu banyak mata-mata. Kalau buat mata-matain kamu, aku punya banyak tangan kanan. Okeh sayang.”

“Hah.” Dengan santainya, dia merebahkan tubuhnya diatas kasur Mario. Dengan kedua tangannya direntangkan keatas kemudian memejamkan matanya.

            Mario hanya berdiri bersender di tembok samping pintu, kemudian kepalanya menggeleng lagi. Dengan posisi seperti itu, membuat tanktop wanita itu menjadi terangkat. Membuat Mario menggeleng gelengkan kepalanya dan mencoba untuk berpikiran positif dan tidak memikirkan yang tidak tidak.

            Mario mendekat kearah Zahra kemudian mencoba untuk menarik perempuan itu menjauh dari kasurnya. Dan alhasil, yang terjadi malah dia yang tertarik. Membuat posisi dirinya berada tepat diatas tubuh Zahra. Dan dengan nakalnya, Zahra memeluk punggung laki-laki itu dengan erat.

“Zahra, lepasin gue.”

“Aku ijinin kamu buat menyentuh aku lagi sayang. Seperti dulu.”

“Enggak.”

“Enggak ?? Are you sure ?? Aku gak yakin kamu gak mau nyentuh aku lagi.”

“Gue sekarang udah punya kekasih, jadi loe berhenti buat gangguin gue mulai sekarang. Lepasin gue.”

            Dengan sigap, Zahra memutar balikan posisinya. Sehingga sekarang Mario yang berada di bawah tubuhnya. Dengan cepat, dia kembali mencium bibir laki-laki itu. Membuat Mario tidak bisa menghindar karena tangan Zahra menekan kepalanya.

            Mario tidak bisa berpikir jernih sekarang. Dia juga laki-laki normal. Jika dihadapkan dengan situasi seperti ini, dia pasti akan tergoda juga. Dan tanpa memikirkan akibatnya, Mario melakukannya. Dalam keadaan sadar. Sesuatu yang tidak diharapkan akhirnya terjadi.

**********

“Lys.”

            Alyssa mengerjapkan matanya pelan. Sedari tadi dia melamun ternyata. Dan tersadar begitu Nathan menepuk pundaknya dengan tidak sabaran.

“Kenapa ??”

“Harusnya gue yang nanya. Loe lagi mikirin apa ?? Sivia ?? Tenang aja, dia udah aman di rumah nenek kakeknya.”

            Ya, Sivia memang sudah ditemukan. Sekarang, mereka berdua berada di sebuah taman untuk sekedar makan dan minum bersama. Yang paling penting untuk Nathan adalah, dia sudah tahu keberadaan kekasihnya itu. Masalah cara dia berbaikan bagaimana itu urusan nanti.

Alyssa tersenyum pelan. “Gatau kenapa perasaan gue gak enak Tan.”

“Kenapa ?? Pikiran loe lagi kemana emang ??”

“Rio.”

“Mario Raditya ?? Pacar loe itu ??”

“Iyalah siapa lagi. Pasti Sivia udah cerita sama loe masalah itu.”

“Kenapa emangnya sama dia ??”

“Gatau. Pokoknya perasaan gue gak enak sama dia.”

“Ayo gue anterin loe ke apartment’nya dia. Tadi kan loe udah janji mau kesana. Gara-gara nemenin gue, loe gajadi kesana kan.”

“Ayo.”

            Di dalam mobil, perasaan Alyssa makin tidak enak. Entah kenapa. Tangannya berkali kali melakukan panggilan ke laki-laki itu. Tetapi tidak ada jawaban. Entah sedang apa laki-laki itu sampai tidak menjawab panggilannya.

“Tenang aja Lys, gue yakin banget. Cowo loe baik baik aja.”

“Percepat mobilnya Tan.”

            Nathan hanya mengikuti perintah sahabat kekasihnya tersebut. Nathan memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah apartment mewah milik Mario.

“Loe tunggu disini aja. Gue Cuma bentar. Habis ini kita jemput Sivia.”

“Okeh, loe jangan lama-lama.”

            Alyssa hanya menganggukkan kepalanya, kemudian berlari masuk ke dalam apartement Mario. Dia berkali-kali menekan bel, tetapi tidak ada jawaban. Dengan cepat, dia memasukkan angka password yang sudah dihapalnya diluar kepala. Dan pintunya terbuka sempurna.

“Mario.”

“Mario loe dimana.” Teriak Alyssa. Dia masih memutari apartment mewah tersebut. Tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda keberadaan Mario.

            Dengan kesal Alyssa duduk di sofa. Dan matanya mengernyit merasakan sesuatu yang janggal disana. Ada higheel wanita disana. Berwarna merah. Dan dia merasakan memegang sesuatu. Alyssa mengangkatnya dan matanya membelalak melihat ada baju wanita di sofa laki-laki itu.

            Dengan cepat, dia berlari mengelilingi ruangan lagi. Terakhir, Alyssa mendorong pintu kamar laki-laki itu dengan brutal, dan matanya membelalak melihat sesuatu yang aneh disana. Alyssa hanya diam seraya menutup mulutnya dengan shock.

            Mario yang mendengar suara keributan di sekitarnya, membuka matanya perlahan. Dan matanya langsung diarahkan ke pintu kamarnya. Dia melihat kekasihnya ada disana. Tetapi dalam keadaan terluka.

            Mario mengalihkan kembali ke samping dirinya. Dan matanya membulat melihat dia sedang memeluk Zahra sekarang. Dengan sigap, Mario menjauhkan dirinya dari Zahra.

            Laki-laki itu kemudian berdiri dan dia baru menyadari 1 hal, dirinya dan Zahra dalam keadaaan tidak berbusana. Dan Alyssa melihatnya. Ini benar-benar neraka buatnya.

“Alyssa, ini bukan seperti apa yang loe lihat.”

“Alyssa, gue ...”

            Alyssa hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari laki-laki itu. Dia merutuki air matanya yang turun membuat dirinya terlihat menyedihkan sekarang. Dengan cepat dia berlari keluar kamar. Dan tentu saja Mario mengejarnya, berusaha untuk meluruskan apa yang salah disini.

“Alyssa, dengerin penjelasan gue dulu. Ini gak seperti yang loe pikirkan. Gue Cuma ..”

“Cuma apa ??” Teriak Alyssa dengan tangisanya yang benar benar menyayat hati Mario. Air mata kesakitan. Dia terluka karena loe Mario.

“Dia Zahra Lys. Loe harus mendengar penjelasan gue dulu.”

“Gue gak mau tahu apa yang terjadi antara loe dan dia. Gue kecewa sama loe Mario.”

            Dengan cepat, Ify berlari keluar apartment’nya. Dan Mario hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia melakukan ini. Ini semua salah Zahra. Jika saja wanita itu tidak muncul, pasti kejadiannya tidak seperti ini.

            Mario mengacak rambutnya dengan kasar. Kemudian dia berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengejar Alyssa. Dia akan melakukan apapun agar Alyssa percaya padanya.

Dia tidak akan membiarkan wanita itu salah paham secara terus menerus. Karena hidup Mario sekarang ini bergantung pada Alyssa. Laki-laki ini sudah sangat mencintai Alyssa. Sangat. Entah mengapa, di dalam hatinya sekarang ini Cuma ada nama wanita itu. Dan dia akan meluruskan kesalahpahaman ini.

********

            Shilla sedang melamun di ruang kerjanya. Hari ini, tidak banyak pekerjaan yang dia kerjakan. Hanya memeriksa beberapa proposal dari teman-temannya. Dan sekarang waktunya istirahat siang. Tetapi Shilla tidak ingin kemana-mana. Pikirannya bercabang kemana-mana.

            Dia teringat dengan ucapan orang tuanya saat dia pulang kemarin. Orang tuanya berniat untuk menjodohkan dirinya dengan rekan bisnis ayahnya. Ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimana mungkin dijaman sekarang ini masih ada acara perjodohan segala. Memangnya ini tahun berapa ??

“Shill, kasih ini ke Pak Gabriel gih. Gue mau makan siang soalnya.”

            Shilla mengalihkan pandangannya kearah rekan kerjanya. Alisnya mengangkat heran melihat proposal yang sekarang berada di atas mejanya.

“Kenapa harus gue ??”

“Gak harus Shill, gue Cuma minta tolong sama loe. Gue udah janjian sama pacar gue soalnya. Loe kan tahu, gue habis berantem. Gue mau memperbaiki hal itu sekarang. please Shill.” Sekar-rekan kerja Shilla memohon dengan muka memelas membuat Shilla terkekeh pelan.

“Iya iya, gue bantuin.”

“Thanks Shill, loe baik banget. Gue duluan yaaa. Ntar kapan-kapan gue traktir loe.”

            Shilla hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya itu. Apa memang seperti itu yah jika sudah merasakan jatuh cinta. Entahlah.

            Sejujurnya, Shilla sangat malas untuk bertemu dengan Gabriel saat ini. Bukan waktu yang tepat untuk dirinya bertemu dengan laki-laki itu. Shilla menumpukkan kepalanya pada lipatan tangannya di meja. Kemudian menghela nafasnya secara dalam dan menghembuskannya dengan kasar.

“Semangat Shilla.”

            Perempuan itu bangkit kemudian berjalan menuju ke tempat dimana pemimpin perusahaannya itu berada.

“Kamu mau ngapain Shilla ??” Tanya seseorang yang ia yakini ketua bagian HRD menggantikan Alyssa yang menghilang entah kemana.

“Mau ketemu Pak Gabriel, dia ada di dalam ??”

“Pak Gabriel sedang tidak ingin ditemui siapapun saat ini.” Jawabnya dengan nada kesal.

            Shilla hanya mendecak kesal. Dia sangat tidak ingin bertengkar saat ini. Tetapi wanita di hadapannya sudah membuatnya kesal. Memang, dia selalu mendengar gosip bahwa wanita ini tidak suka dengannya saat awal masuk. Dia juga mendukung Gabriel saat lelaki itu menginginkan dirinya untuk tidak berada di perusahaannya.

            Dan yang Shilla tahu sekarang adalah, wanita ini – Bu Ratna menyukai Gabriel. Tetapi sama seperti Shilla. Selalu ditolak.

“Saya hanya ingin menyerahkan proposal ini. Tidak untuk apapun.”

“Saya mengerti Shilla. Tetapi Pak Gabriel saat ini tidak ingin ditemui siapapun.”

            Shilla menatap atasannya itu dengan geram. Andaikan dia tidak dikantor, mungkin sedari tadi Shilla sudah menjambak rambut Ratna dengan brutal.

            Dengan sebal, Shilla langsung berjalan kemudian membuka pintu ruangan Gabriel tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Apa yang kamu lakukan Shilla ??” Bentak Gabriel marah.

            Laki-laki itu sedang tiduran di sofa dengan penampilan yang tidak menampilkan dia sebagai seorang pimpinan. Rambut berantakan, wajah kusam dan kemeja yang sudah keluar semua dari celananya. Sangat tidak rapi. Tidak seperti Gabriel seperti biasanya.

“Maaf Pak. Tetapi, saya ingin menyerahkan laporan ini kepada Bapak.” Jawab Shilla dengan nada takut-takut.

“Maaf Pak Gabriel, tadi saya sudah melarang Shilla agar tidak masuk. Tetapi dia tetap kekeh dan memaksa masuk.” Ujar Bu Ratna seraya menundukkan wajahnya.

“Yasudah, kamu keluar sekarang Ratna.”

“Baik Pak.” Ratna keluar dengan menyenggol bahu Shilla lumayan keras membuat perempuan iyu terhuyung ke belakang.

“Kapan kamu tidak membuat keributan Shilla.” Ucap Gabriel lagi dengan nada kesal.

“Maaf Pak. Saya hanya ingin menyerahkan ...”

“Kamu bisa menitipkannya di meja sekretaris.” Bentak Gabriel lagi. Shilla hanya menundukkan wajahnya. Sudah sering dia mendapat bentakan, maka dari itu, dia sudah kebal dengan segala yang Gabriel ucapkan padanya. Entah itu kata-kata kasar ataupun kata-kata yang menyakitkan hatinya.

“Kamu tahu ?? Kamu itu orang yang paling ingin saya jauhkan. Kapan kamu tidak membuat saya marah Shila ?? Kapan ??”

“Maaf Pak.”

“Maaf ?? Apa Cuma kata itu saja yang ada dalam pikiran kamu Shilla ?? Hah ??” Ucap Gabriel dengan nada kasar. “Gue pengin loe pergi jauh dari kehidupan gue. Gue mau loe pergi dari sisi gue. Tapi kenapa loe gak pernah mau ngerti ?? Gue tahu loe butuh kerja. Bisa gak kalau di kantor loe gak usah menampakkan wajah loe di depan gue.” Lanjut Gabriel dengan nada kasar.

            Shilla hanya memejamkan matanya denga erat. Tangannya terkepal di kedua sisinya. Dan tanpa sadar, wanita itu sudah mengeluarkan air matanya. Sangat menyakitkan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh laki-laki itu.

“Loe tahu Shilla, semua makanan yang loe kasih ke gue berakhir di tempat sampah. Dan semua yang loe berikan ke gue hanya berakhir mengenaskan. Asal loe tahu, gue gak pernah menerima pemberian loe dengan senang hati, justru gue membuangnya dengan senang hati.”

            Shilla sudah tidak bisa menahan laju air matanya. Dia memberanikan diri menatap Gabriel yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan mengerikannya. Tatapan mata Shilla terlihat sangat terluka. Entah mengapa membuat hati Gabriel sedikir tersentuh. Gabriel langsung mengalihkan pandangannya.

“Aku minta maaf buat semuanya. Terima kasih buat kalimat-kalimat kamu Gabriel. Aku permisi.” Ucap Shilla dengan suara yang bergetar. Dia keluar dari ruangan Gabriel kemudian berlari ke ruangannya.

            Gabriel langsung menjatuhkan tubuhnya di lantai begitu saja saat Shilla sudah pergi dari hadapannya. Dia menundukkan wajahnya dalam dan merasa menyesal sudah mengeluarkan kalimat-kalimat yang menyakitkan seperti itu. Tidak seharusnya Gabriel mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu. Apalagi Shilla adalah seorang perempuan. Laki-laki ini merasa menyesal entah karena apa.

**********

“Kenapa Lys ?? Loe udah mau cerita sama gue ??”

            Alyssa hanya duduk diam seraya menumpukkan wajahnya pada lipatan kedua tangannya yang bertengger diatas meja. Sekarang ia dan Nathan sedang berada di rumah makan tradisional yang ada di daerah terpencil di Jakarta. Alyssa ingin menenangkan diri.

“Gue gak apa-apa.”

“Dari tadi loe ngomongnya gitu mulu. Gue bosen dengernya.”

“Mendingan loe jemput Sivia Tan. Gue gak kenapa napa.”

“Sivia udah aman sekarang Lys, loe yang gak aman. Ini gara-gara CEO tampan loe itu lagi ??” Tebak Nathan dengan nada kesal.

“Dia selingkuh Tan. Gue benci menyadari hal itu tahu gak. Apa yang kurang dari gue ?? Gue udah memberi segalanya sama dia. Kenapa dia masih selingkuh Tan ??”

            Nathan hanya menghela nafasnya kesal. Lama-lama mendengarkan curhatan cewe yang sedang patah hati membuatnya bosen juga. Entah sudah berapa banyak teman perempuannya yang menjadikan dirinya sebagai teman curhat.

“Loe dengerin penjelasan Mario dulu Lys. Mungkin aja loe salah lihat.”

“Salah lihat ?? Loe yakin ?? Gue melihat dengan mata kepala gue sendiri Tan, mereka itu gak memakai apa-apa dan tidur dalam posisi berpelukan. Apa yang ada di pikiran loe kalau melihat Sivia yang ada di posisi mereka Tan ?? Jawab gue.”

“Alyssa. Loe biasa aja bicaranya. Orang-orang ngelihatin kita Lys.” Ucap Nathan pelan seraya tersenyum meminta maaf kepada semua orang karena telah mengganggu ketenteraman mereka di tempat itu.

“Gue mau ke rumah orang tua gue.”

“Loe yakin ?? Loe tahu kan kalau loe pulang loe bakalan di apain sama orang tua loe ??” Ucap Nathan merinding membayangkan yang tidak-tidak. Dia mendengar cerita dari Sivia jika orang tua Alyssa orang yang tidak mengenal kasihan. Bisa jadi jika Alyssa pulang, perempuan itu dijadikan tempat uang oleh mereka. Dengan dijadikan wanita malam tentunya. Apalagi ?? Dan Nathan tidak ingin membayangkannya.

“Gue kangen orang tua gue Tan.” Nathan panik saat melihat tangisan Alyssa malah semakin menjadi. Kelemahan Nathan adalah, dia paling tidak bisa menenangkan seseorang yang sedang menangis seperti sekarang.

“Lys, diem dulu. Orang-orang ngelihatin kita Lys.”

“Gue kangen orang tua gue yang dulu Tan.”

            Dengan gemas, Nathan mengambil handphone’nya kemudian mengsms Mario. Dia mendapat nomor laki-laki itu dari Sivia. Berjaga jaga jika suatu saat nanti dia butuh Mario untuk Alyssa.

‘Gue gak mau tahu, loe harus ke rumah makan Cempaka sekarang. Ada di daerah Bukit Sari. Dalam waktu 10 menit loe belum sampai, habis loe sama gue. Nathan.’

            Dengan kesal dia menekan tombol send. Lebih baik dia membantu kedua orang ini untuk berbaikan. Daripada dirinya dijadikan tumbal oleh Alyssa. Lebih baik dia bertemu Sivia dan menjelaskan semuanya. Urusan percintaannya juga belum benar, dia pake sok untuk membantu orang lain.

            Beberapa menit kemudian, Nathan melihat Mario datang dengan pakaian yang sangat berantakan. Entah habis melakukan apa laki-laki itu. Nathan tidak perduli. Yang terpenting sekarang, ia terbebas dari situasi menyebalkan ini. Dengan memberi isyarat kepada Mario untuk mendekat. Menggantikan dirinya.

“Gue pergi dulu. Diemin sahabat gue. Kalau loe sampai bikin dia menangis lagi, habis loe sama gue.” Ucap Nathan seraya pergi berjalan keluar.

            Mario duduk di hadapan Alyssa. Perempuan itu masih belum menyadarinya. Dengan ragu dia mendekatkan tangannya dan mengusap rambut Alyssa dengan sayang. Dia sangat menyesal sudah membuat kekacauan sekarang.

“Gue benci Mario Tan, gue benci sama dia. Gue juga benci orang tua gue. Kenapa semua orang yang gue sayangi selalu gue benci Tan ?? Kenapa ??”

“Alyssa.”

            Alyssa mengangkat kepalanya, dan matanya membulat melihat siapa yang ada di hadapannya. Matanya melirik ke penjuru ruangan itu. Dan dia tidak menemukan keberadaan Nathan. Kemana perginya laki-laki itu ?? Mengapa jadi Mario yang sekarang ada di hadapannya ??

“Ngapain loe disini ??”

“Gue mau jelasin sama loe Alyssa. Gue minta maaf buat semuanya. Ini gak seperti yang loe pikirin. Gue khilaf. Entah karena apa gue bisa terpancing sama dia. Sungguh Lys, gue Cuma sayang sama loe.”

“Gue gak percaya.”

            Mario berlari untuk mengejar Alyssa. Menarik lengan perempuan itu kemudian memutar kearahnya. Sekarang mereka menjadi berhadapan.

“Biar gue buktiin sama loe, seberapa besar gue serius sama loe.”

            Dengan cepat, Mario mendekatkan tubuhnya kearah perempuan itu. Kemudian mencium bibir Alyssa dengan lembuat. Alyssa terkejut dan berusaha untuk lepas dari laki-laki itu. Dia bisa merasakan semua orang yang ada disana sedang menatapnya. Laki-laki ini memang tidak pernah melihat situasi dan kondisi. Membuat Alyssa sebal.

            Mario tetap tidak perduli. Dia semakin menekan tengkuk Alyssa agar Alyssa tidak menjauhkan wajahnya. Mario tetap melumat bibir Alyssa dengan membabi buta. Dia sangat merindukan moment seperti sekarang. Dia sangat merindukan segala yang ada didiri perempuan itu.

            Alyssa hanya pasrah sekarang. Dia yakin, dia tidak akan bisa keluar dari jebakan ini. Maka dari itu, dia membalas semua perlakuan Mario. Dengan ragu, kedua tangannya melingkar di leher laki-laki itu. mendekatkan wajahnya ke wajah Mario. Alyssa juga sangat merindukan moment ini.

            Dia ingin waktu berhenti sekarang. Dia ingin hanya dia dan Mario sekarang. Tidak ingin ada orang ketiga diantara mereka. Kapan mereka berdua bisa bersatu ?? Kapan mereka berdua bisa menikmati waktu kebersamaan mereka ??

Mengapa cinta sangat merumitkan ??

Mengapa takdir tidak pernah berpihak padanya ??

Mengapa tidak ada yang mendukung hubungannya ??

Tuhan, aku hanya ingin bersama dia. Kapan Engkau akan mengabulkan permintaanku Tuhan ??


**********



Part 9 DONE :D
Gak nyangka bisa menyelesaikan cerita ini saat aku juga lagi ada segudang kesibukan -_-
Maaf banget guys, bukannya mau PHP'in kalian.
Ini hadiah aku sebelum puasa buat kalian yaaaa :)
Kalau minta lanjut pas puasa nanti, berarti gak ada adegan 'sensor'nya :D
Pilih yang mana ?? Haha.
Please, Leave a comment or like guys ;)