Selamat malaaaaammm semuanya :* :*
maaf yah, baru bisa ngepost.
saya baru tahu kalau entri ini belum kepublic :D
sekali lagi saya minta maaf ..
maaf yah, baru bisa ngepost.
saya baru tahu kalau entri ini belum kepublic :D
sekali lagi saya minta maaf ..
okeh, saya akan meneruskan cerbung ini dulu yaaa ...
di mohon jangan ada yang menjadi pembaca gelap.
hargai author dan reposter teman teman ...
okeh, happy reading :))
“Kecelakaan?” Gumam Ify Lirih.Akhirnya semua pertanyaan yang
ada dalam benaknya terjawab sudah.Entah kenapa kepalanya tiba-tiba saja terasa
sakit mendengarnya.
“Kamu nggak pa-pa kan,Fy?” Tanya Tristan khawatir saat melihat raut wajah perempuan di depannya ini berubah pucat.
Ify menggeleng pelan.”Aku..harus balik ke kantor,Tan. Jam istirahat udah abis.” Jawab Ify lalu bangkit dari duduknya. Tristan hanya mengangguk lalu tersenyum. Walaupun dirinya sendiri terlihat bingung. Namun laki-laki itu lebih memilih diam. Dia punya cara sendiri untuk mencari tau kenapa perempuan yang sekarang masih disayanginya itu terlihat aneh.
“Nomer kamu masih yang lama kan,Fy?” Tanya Tristan lagi sebelum perempuan itu melangkah pergi. Ify tersenyum lalu mengangguk. “Iya Tan. Duluan yah,” Pamit Ify.
***********************************
Ify menghempaskan tubuhnya di sofa empuk ruang tamu rumahnya.Entah kenapa setelah mendengar berita dari Tristan dirinya merasa sangat bersalah kepada Rio. Ternyata penyebab hilangnya ingatan Rio adalah dirinya sendiri. Dan sekarang dia berniat memisahkan Rio dari anaknya. Dirinya benar-benar jahat.
“Nda..” Panggil Rafli pelan membuyarkan lamunan Ify. Dia tersenyum lalu menyambut buah hatinya dengan senyum lembut.
“Kenapa sayang?” Tanya Ify mendudukan Rafli dipangkuannya.
Rafli diam sejenak.”Lapi kangen sama Om Lio,Nda. Boleh nggak Om Lio maen kesini?”
Ify memandang sedih wajah anaknya. Sepertinya Rafli mulai menyukai Rio. Mungkin ikatan batin mereka berdua sangat kuat sehingga memudahkan keduanya menjadi akrab. Apalagi sifat Rafli yang hampir mirip dengan Rio. Semakin memperlihatkan kedekatan mereka berdua. Apakah dirinya tega menjauhkan keduanya? Padahal alasan utama Ify meninggalkan Rio sudah tidak ada lagi.
Ify mengangguk tersenyum. “Boleh sayang, “ Jawab Ify akhirnya membuat Rafli senang. Anaknya langsung mencium Ify .”Makacih,Nda. Lapi sayang,Nda “ Kata Rafli senang. “Yaudah telpon om Lio, Nda. Lapi kan nggak tau nomel om Lio,” Pinta Rafli polos.
Ify mengangguk lalu mengeluarkan handphonenya dari tas. Kemudian memencet nomer yang sudah sangat dia hapal. Setelah tersambung Ify memberikan handphone tersebut kepada Rafli.
“Hallo Om Lio?! Ni Lapi “ Sapa Rafli senang.
Terdengar suara tawa pelan dari seberang. Karena Ify sengaja meloaudspakerkan hpnya.
“Hallo l! Apa kabar?” Sapa Rio ramah.
“Baik ,Om. Om Lio maen ke lumah Lapi yah, Lapi mau kasih liat gambal Ecel cama om Lio,” Pinta Rafli. Wajahnya terlihat senang.
“Boleh, yaudah tunggu setengah jam lagi yah,Sayang.Ntar Om Lio udah sampai di rumah kamu. Oke?” Balas Rio kemudian.
Rafli mengangguk tanpa sadar bahwa Rio tidak akan bisa melihatnya.” Oce Om Lio .”
Sambungan terputus.Rafli segera menyerahkan hp tersebut kepada Ify.”Makacih, Nda. Lapi mau mandi dulu bial wangi .” katanya senang lalu melangkah pergi ke kamarnya. Membuat Ify hanya tersenyum. Semoga saja Ify selalu bisa melihat senyum anakanya itu. Senyum tanpa dosa yang selalu menyejukan hatinya.
******************************************
Setengah jam kemudian Rio datang. Seperti biasa laki-laki itu terlihat tampan walau hanya mengenakan t-shirt dan celana levis hitamnya. Tangannya menggengam paper bag berwarna hitam.
“Om Liooo!!!!” Teriak Rafli lalu berhambur memeluk Rio saat pria itu baru memasuki ruang tamu. Rio menyambut Rafli dengan kedua tangannya yang terlentang dan langsung menggendong Rafli. Lagi-lagi Ify hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Sepertinya dirinya harus mengalah dan membiarkan Rio hadir kembali dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya.
Halo jagoan,Udah mandi belum?” Tanya Rio lalu membawa Rafli duduk dipangkuannya. Rafli tersenyum lalu mengangguk. “udah dong ,om. Kan Om Lio mau datang. “
Rio mengelus-elus rambut Rafli dengan sayang.”Nih buat Rafli.” Rio menyerahkan paper bag hitam tersebut. Rafli menerimanya lalu melihat isi paper bag itu. Sebuah mainan robot edisi terbaru yang harganya lumayan membuat Ify mengelus dada. Dulu Rafli pernah meminta mainan tersebut. Namun karena harganya yang lumayan mahal,akhirnya dia memilih membelikan mobilan saja. Untungnya waktu itu Rafli mengerti dan tidak memaksakan kehendaknya.
“Makasih,Om.” Kata Rafli lalu mencium pipi Rio.
“Sama-sama jagoan, “ Balas Rio lalu memandang Ify yang sedang tersenyum kearahnya. Ketahuan sedang memerhatikan Rio, Ify buru-buru membuang pandangannya kearah lain. Semburat merah terlihat jelas dipipinya yang putih. Rio hanya bisa mengulum senyum melihat tingkah Ify.
“Om, tunggu bental yah, Lapi mau ngambil gambalan di kamal Lapi.” Pamit Rafli turun dari pangkuan Rio dan berlari ke kamarnya.
Tinggalah Ify dan Rio berdua di dalam ruang tamu tersebut. Keduanya bergeming. Rio hanya diam sambil memandang Ify yang juga memandang dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Kenapa,Fy?” Tanya Rio bersuara.
Ify menaikkan alisnya sebelah.”Kenapa apanya?” Tanyanya bingung.
“Kenapa kamu ngeliatin aku sampe segitunya? Ada sesuatu di wajah aku? “
Ify menggeleng cepat lalu tersenyum lembut.”Nggak ada,Yo.”
“Aku seneng liat kamu senyum kayak gitu. Baru kali ini aku ngeliat kamu senyum sama aku.” Kata Rio jujur. Sejak pertama bertemu memang Ify tidak pernah tersenyum tulus kepada dirinya. Bahkan perempuan itu selalu saja menghindari dirinya. Namun kali ini untuk pertama kalinya dia melihat senyum tulus Ify untuknya. Membuat perempuan itu terlihat sangat cantik.
Ify merasakan wajahnya mulai memanas,pasti sekarang pipinya sudah berwarna merah.”Maaf deh kalo selama ini aku jutek sama kamu,Yo.” Kata Ify merasa bersalah. Dia sadar akan tindakan dirinya dulu.
Rio tersenyum.”Gak perlu minta maaf, Fy. Aku juga kadang kelewatan selalu godain dan bikin kamu marah. Abis entah kenapa aku seneng aja liat kamu ngambek,” Sahut Rio.” Tambah keliatan sexy” Lanjutnya yang langsung mendapat pelototan dari Ify. Ternyata otak mesum laki-laki itu tetap sama dan tidak pernah berubah ,malahan semakin bertambah.
Rio terkekeh melihat reaksi Ify. Membuat dirinya ingin langsung memeluk perempuan yang duduk tepat didepannya tersebut.”Tuh kan ngambek. Bikin aku…”
“Om Liooo!!!” Teriak Rafli yang berlari kearah Rio membuat ucapannya terputus.
“Duh..duh Rafli ngagetin aja, jangan lari-lari nanti jatuh.” Nasehat Rio lalu mengelus rambut Rafli. Rafli hanya tersenyum lalu menyerahkan buku gambar bersampul Angry Bird tersebut kepada Rio.
“Ini gambal yang tadi di sekolah Lapi buat,Om “ Kata Rafli duduk disamping Rio. Dengan perlahan Rio membuka satu persatu halaman buku gambar tersebut dan sampai halaman terakhir ,wajah tampannya menyunggingkan senyum. Halaman terkahir itu Rafli menggambar pantai serta tiga orang yang sedang berdiri di pinggir pantai. Rio tau gambar tersebut adalah gambar Ify, Rafli dan juga dirinya. Karena gambar laki-laki tersebut mengenakan kacamata .
“Itu gambal Bunda, Lapi sama Om Lio di pantai. Besok kan kita mau jalan-jalan ke pantai. “ Rafli berusaha menjelaskan dengan maksud agar Rio mengerti maksud gambarannya. Rio tersenyum mengelus rambut Rafli dengan sayang.
“Oke,besok kita berangkat pagi-pagi ,biar Rafli bisa seharian di pantai. Gimana?” Usul Rio.
“Nggak bisa gitu,Yo. Rafli kan harus sekolah. Kemarin kamu bilang kita berangkat sehabis Rafli sekolah.” Tolak Ify tegas. Membuat wajah Rafli terlihat kecewa.
“Tapi kan nggak papa , Fy sekali-kali Rafli nggak masuk. Untuk kali ini aja.” Mohon Rio. Dia tidak tega melihat wajah Rafli yang kecewa atas penolakan Ify.
Ify menggeleng tegas.”Nggak, sekali enggak tetep nggak.” Kata Ify kesal beranjak dari ruang tamu meninggalkan Rafli dan Rio. Kalau untuk urusan sekolah Ify tidak mentolerir apapun alasannya bila Rafli membolos sekolah. Kecuali bila anaknya memang sakit.
“Om, telus gimana? Bunda kalo malah selem,Om.” Tanya Rafli sedih.
“Rafli tenang aja, Om Rio pasti akan bikin bunda setuju. Kamu tunggu sini yah.” Kata Rio tersenyum yang dibalas anggukan oleh Rafli.
Rio mencari Ify di setiap ruangan, Dia sampai bingung kemana perginya perempuan itu. Sampai akhirnya dia melihat Ify yang ternyata sedang berada di gazebo taman belakang rumahnya.
“Ngapain di luar sendirian?” Tanya Rio duduk disamping Ify. Ify mendengus sebal. Masih tetap bergeming.
“Fy, kok diem aja sih? Kamu nggak suka kalo Rafli harus bolos sekolah?”
“Iya.” Balas Ify cepat.
Rio menghela nafas.”Yaudah, aku tukar sama utang kamu deh, gimana?”
Ify mengernyitkan dahi.”Hutang?” Tanyanya bingung.
Rio mengangguk. “Hutang morning kiss kamu aku tuker sama izin kamu deh,yah?” Pinta Rio memohon.
“Sejak kapan aku punya utang kayak gitu sama kamu?” Tanya Ify pura-pura lupa. Padahal dirinya masih sangat ingat tentang janjinya dulu saat Rio menolongnya yang hampir jatuh dari kursi.
Rio tersenyum nakal.”Emm..pengen aku ingetin nih ceritnya?” Goda Rio.
Ify menatap Rio sebal.”Kamu tuh yah…ih oke-oke. Kali ini kamu menang ,Yo.” Kata Ify akhirnya.
Rio tersenyum penuh kemenangan. Dia sudah bisa menebak pasti Ify tidak akan bisa menolak permintaanya.”Makasih sayang.” Rio mencium sekilas bibir Ify dan segera beranjak dari situ sebelum Ify marah. Samar-samar terdengar suara tawanya dari jauh.
“RIOOO!!!!” Teriak Ify karena kaget mendapat serangan dadakan dari Rio, tapi sedetik kemudian dia tersenyum penuh arti.
************************************************
Pagi-pagi Ify sudah sibuk menyiapkan apa saja yang akan dibawanya ke pantai nanti. Dia sengaja bangun jam lima subuh untuk menyiapkan barang-barang serta bekal untuk di Pantai nanti. Hari ini Ify sengaja membuat grilled sandwich, lumpia isi daging, sandwich gulung serta ayam goreng kriuk kesukaan Rafli. Setelah mengecek satu persatu barang-barang yang akan dibawa, Ify memutuskan untuk membangunkan sang buah hati.
“Sayang ba…”
“Pagi ,Nda. Ecel ganteng nggak?” Tanya Rafli saat Ify baru saja masuk ke dalam Kamarnya.
Ify tersenyum lucu melihat anaknya yang ternyata sudah mandi dan rapih. Rafli rupanya sudah bangun sejak tadi. Ify memerhatikan penampilan Rafli yang terlihat tampan hari ini. Kemeja lengan pendek serta celana selutut bermotif tentara. Kacamata hitam dan topi yang senada dengan celananya sudah bertengger manis ditempatnya masing-masing.
“Sipp..anak bunda ganteng banget.” Balas Ify lalu mencium pipi Rafli dengan gemas.
‘Tin..tin..tin..’
“Tuh Om Rio udah dateng, yuk berangkat.” Ajak Ify menuntun Rafli keluar kamarnya.
*************************************************
Rio mengajak Ify dan juga Rafli ke sebuah pantai yang sangat indah dan belum pernah Ify datangi sebelumnya. Terdapat beberapa cottage mewah di sekitar pantai tersebut. Restorant-restorant pun sudah berjejer manis di dekat cottage. Di sebelah kanan cottage tersebut terdapat kolam renang yang lumayan besar. Rio mengajak keduanya menuju cottage paling ujung. Pemandangan di sekitar cottage itu sangat bagus.
“Kita taro barangya disini ,abis itu baru kita ke pantai. Oke jagoan?” Kata Rio menurunkan Rafli dari gendongannya. Rafli mengangguk semangat. Ify pun segera mengganti pakaian Rafli dengan celana renang miliknya.
“Bunda gak belenang ?” Tanya Rafli karena Ify masih mengenakan pakaian yang tadi.
Ify tersenyum.”Berenang dong, tunggu sebentar yah sama Om Rio di luar,Bunda ganti baju dulu.” Perintah Ify. Rafli mengangguk dan menuruti perintah bundanya.
Tak berapa lama kemudian Ify keluar dengan baju renang berwarna biru laut serta kain pantai berwarna senada yang melekat di pinggangnya. Rio sampai dibuatnya tidak bisa berkedip. Ify terlihat cantik dan seksi mengenakan baju renang tersebut. PiIfy liarnya mulai bergerilya.
“Yo..Rio..” Ify mengebas-ngebaskan tangannya di depan wajah Rio.
“Eh iya,Fy? Kenapa? “ Tanya Rio bingung.
Ify menggeleng-gelengkan kepalanya.” Aku tanya, sekarang kita mau kemana? Malah ngelamun aja” Jawab Ify sebal.
Rio terkekeh pelan.”Abis kamu cantik banget. Yaudah sekarang kita ke pantai. Oke jagoan?” Rio langsung menggendong Rafli dan membawa keduanya ke pinggir pantai.
Suasana pantai pagi itu tidak terlalu ramai. Mungkin karena sekarang bukan hari libur atau weekend, Jadi pengunjung pantai tidak terlalu banyak. Rafli senang bukan main saat melihat air laut yang bersih itu. Dirinya langsung bermain-main dengan air laut. Ify hanya tersenyum melihat Rafli yang loncat-loncat kesenangan.
“Nggak rugi juga kan Rafli nggak masuk sekolah. Liat dia seneng banget maen air. “ Kata Rio lalu duduk di samping Ify.
Ify mengangguk .”Iya ,Yo. Yah terkadang aku juga berfikir terlalu disiplin sama Rafli. Tapi semua itu aku lakuin supaya dia jadi anak yang bertanggung jawab.”
“Aku tau, kamu sedang berusaha jadi ibu yang baik buat Rafli. Membesarkan anak seorang diri itu memang nggak gampang, Fy. Dan menurut aku , kamu udah menjadi ibu yang baik buat Rafli. Aku kagum sama kamu.” Rio memandang lembut Ify membuat perempuan itu menjadi salah tingkah dipandang seperti itu.
“Makasih yah, Yo buat semuanya. “ Ify akhirnya memberanikan diri memandang kearah Rio. Semenjak bertemu dengan Tristan dan mendengar penyebab hilangnya ingatan Rio, mulai saat itu dirinya memutuskan untuk menerima Rio kembali. Mungkin dengan hadirnya dia dan Rafli bisa membuat ingatan Rio kembali pulih.
“Kalo kamu makasih sama aku, kenapa nggak pake ini aja.” Rio tersenyum usil menunjuk bibirnya membuat mata Ify terbelalak. Sepertinya dirinya harus sabar menghadapi pria mesum ini.
“Please deh, Rio. Ini di luar, di Pantai. Emang kamu nggak malu apa diliatin orang?” Sungut Ify.
Rio terkekeh pelan mendengar perkataan Ify.”Ohh..jadi kamu cuma masalahin tempat aja, kan? Nggak masalah sayang, di sini sepi kok. Liat gazebo yang kita pake ini tertutup kok.”
‘Shitttt…gue salah ngomong lagi.’
“Maksud aku bukan gitu, Ck… Rio bisa nggak sih kamu berhenti godain Aku? Otak kamu ini mesum banget tau nggak.” Gerutu Ify memasang wajah cemberut.
“Nggak bisa. Karena aku seneng liat kamu marah. What? Tadi kamu bilang aku mesum? Jangan salahin aku dong kalo aku berpiIfy mesum kalo lagi dekat kamu. You make me get horny,dear..” Kata-kata terakhir Rio sengaja dia bisikan ke telinga Ify sehingga membuat bulu kuduknya meremang.
“Maksud kamu?” Tanya Ify pura-pura tidak mengerti untuk menutupi rasa malunya.
“Dengan penampilan kamu yang kayak gini mustahil pria lain nggak berpiIfy dirty tentang kamu, Fy. Karena mereka normal. And I’m normal.” Rio tersenyum penuh kemenangan saat melihat Ify yang hanya bisa tercengang mendengar ucapannya barusan.
“So, let me kiss you or kamu sendiri yang mau ngelakuinnya?”
“Nggak…sekali nggak tetep nggak…” Ify bersedekap lalu membuang pandangannya kearah dimana Rafli masih sedang asik bermain bola pantainya. Dia sudah lelah berdebat dengan Rio masalah otak mesumnya.
‘Yang waras ngalah’ Pikirnya.
“Fy…” Panggil Rio.
“hem..” Jawab Ify singkat tanpa menoleh sedikitpun. Pandangannya tetap kearah pantai dimana Rafli sedang asik bermain.
“Kamu cantik…”
“Makasih…” Balas Ify cuek.
“Fy..” Panggil Rio lagi.
“Iya..” Ify mulai sedikit jengkel.
“Kamu seksi banget…”
Ify memutar bola matanya gerah. Nggak ada kerjaan apa Rio selain mengeluarkan kata-kata gombal untuknya. Padahal pria itu tau bahwa Ify bukan perempuan yang mudah termakan rayuan gombal. Menghadapi Rio memang harus mempunyai kesabaran extra. Tapi sekarang kesabaran Ify sudah menipis. Sekali lagi pria itu memanggilny dia akan menoleh dan mencekik leher Rio (haha…memang Ify tega?).
“Ify!”
Ify menoleh dan sudah siap –siap mengeluarkan makian untuk Rio, namun perempuan itu malah diam membeku saat melihat apa yang ada dihadapannya.
“Happy Birthday, Ify.” Rio memegang kue tart kecil berbentuk hati dengan lilin diatasnya yang menyala. Ify hanya bisa tercengang sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dia tidak menyangka Rio ingat ulang tahun dirinya. Padahal Ify sendiri sudah lupa dengan hari kelahirannya itu.
“Kenapa malah nangis? Tiup dong,” Kata Rio menghapus air mata dipipi Ify. Perempuan itu terharu dan tak bisa membendung lagi air matanya. Dia memejamkan matanya sejenak berdoa lalu meniup lilin tersebut.
“Makasih , Yo. Aku nggak nyangka kamu tau hari ulang tahun aku.” Ify berterimakasih pada Rio. Dia juga sedikit bingung gimana laki-laki itu membawa kue tart kecil itu. Padahal tadi saat ke pantai Rio bahkan tidak membawa apa-apa.
“Aku udah taro duluan tuh kue di pondok ini sebelum kita kesini. Yah bukan aku sih yang naro. Tapi pelayannya. Maaf yah kuenya kecil. Abis di pantai kan jarang ada tart ,Fy. Dadakan sih.” Jelas Rio seolah-olah membaca piIfy Ify.
“Nggak papa,Yo. Aku seneng banget kamu udah bikin surprise kayak gini buat aku. Sekali lagi makasih yah.” Ucap Ify tulus. Rio mengeluarkan sesuatu dari saku jaket pantai yang dia kenakan. Sebuah kotak beludru berwarna biru.
Rio meraih tangan mungil Ify yang bebas, lalu dia membuka kotak tersebut , dan menyematkan sebuah cincin berlian dijari manis Ify. Perempuan itu hanya bisa terpana melihatnya. Ify speechless, tak sanggup berkata apa-apa.
“Aku harap kamu mau nerima kado dari aku ini, Fy.” Rio tersenyum lembut menatap Ify. Perlahan tapi pasti Rio mendekatkan wajahnya meraih dagunya membuat jarak keduanya hanya tinggal beberapa senti lagi. Entah kenapa Ify merasa terhipnotis oleh tatapan mata Rio. Dia pasrah menerima perlakuan Rio. Jarak keduanya mulai menipis, semakin dekat…dekat… dan..
“Bunda sama Om Lio lagi ngapain?” Tiba-tiba saja Rafli muncul dengan wajah polosnya. Ify buru-buru mendorong tubuh Rio menjauhi dirinya. Karena terbawa suasana dia tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di mana.
‘Ini semua gara-gara Rio, ampir aja. Dasar Rio mesum’ Gerutu Ify dalam hati.
“ Eh itu sayang, tadi mata Bunda kelilipan, jadi tadi Om Rio mau niup mata Bunda, Iya kan Om Rio?” Jawab Ify gelagapan. Matanya milirik Rio meminta bantuan, tapi laki-laki itu malah terkekeh pelan. Nyebelin banget nggak sih?
“Yooo…” Geram Ify gemas.
“hehe..iya, Fy, tadi matanya bunda kelilipan. Yaudah sekarang kita main aja,yuk . Biarin tinggalin Bunda sendrian aja di sini.” Ajak Rio menggandeng tangan Rafli.
Rafli mengangguk senang.”Ayo Om, kita buat Istana pasil. “ Balas Rafli.
Sebelum pergi Rio sempat berbisik dikuping perempuan itu.” Sekarang kamu bisa ngehindar, tapi lain kali nggak akan.”
“Kamu…” Ify tidak jadi melanjutkan makiannya. Toh percuma, laki-laki itu memang suka seenaknya sendiri. Semakin diladeni malah semakin menjadi si Rio. Yah, lagi-lagi Ify harus mengalah dan berusaha sabar. Akhirnya perempuan itu memutuskan menyusul keduanya yang sedang asik bermain pasir di pinggir pantai.
“Eitss… jangan dilepas kainnya. Awas berani lepas.” Ancam Rio saat melirik Ify yang hendak melepas kain pantainya. Ify memandang Rio bingung, namun sedetik kemudian dia tersenyum mengerti. Laki-laki itu tak ingin tubuhnya ditonton oleh orang lain. Padahal dirinya hanya ingin membenarkan ikatan kain pantainya yang agak longgar.
‘Imut banget sih cemburunya’ Pikir Ify tersenyum.
“Om istana pasilnya awas lusak. Itu kepitingnya ambil ,Om..cepetan…cepetan..” Seru Rafli senang saat seekor kepiting kecil melewati Istana pasir buatannya. Rio dengan sigap mengambil kepiting tersebut dan meletakkanya diember kecil milik Rio.
Ify hanya tertawa pelan melihat keduanya sibuk mengambil kepiting kecil yang berusaha mengancurkan Istana pasir milik Rio. Saat itu Ify merasa Rio bukan seorang pria dewasa, melainkan seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.
“om itu kepitingnya ada satu lagii..” Teriak Rafli heboh.
“Mana..mana ambil, Raf cepetan.” Balas Rio antusias.
“Nggak belani Om, Ntal dicapit.” Sahut Rafli ngeri.
“Anak cowok itu harus berani, cepet ambil, nggak nyapit kok. Liat nih om dapet yang gede aja nggak takut kan?” Rio menunjukkan Kepiting yang berukuran lumayan besar pada Rafli. Lagi-lagi Ify hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya.
“Gitu yah, Om? Oce Lapi juga belani.” Katanya sok serius. Bahkan keduanya tak menghiraukan panas yang mulai menyengat tubuhnya. Matahari mulai semakin naik.
“Hole!!! Dapet Om, dapet. “ Teriak Rafli senang sambil loncat-loncat.
“cepetan taro ember, ntar lepas.” Balas Rio tak kalah senang.”Rafli hebat.Gitu dong, itu baru namanya anak cowok.” Rio mengelus rambut Rafli dengan sayang.
“Lapi gitu lho.”
“Rio, Rafli, Udah siang nih. Makan dulu yuk! ” Ajak Ify.
Rio mengangguk mengerti, Keduanya kemudian menghampiri Ify yang sudah duluan ada di pondok. Dia menyiapkan makan siang yang tadi pagi sudah dibuatnya. Ketiganya pun mulai menyantap makanan buatan Ify.
Terdengar gelak tawa dari mulut Rafli dan Rio saat laki-laki itu bercanda. Rafli dengan sangat antusias bercerita tentang teman-temannya di sekolah pada Rio. Bahkan Rafli bilang dia sedang menyukai seorang anak perempuan yang cantiknya seperti Ify. Perempuan itu sempat terperangah mengetahui buah hatinya menyukai teman sekelasnya.
*****************************************************************************
Ify menutup pintu kamar cottage itu pelan-pelan. Dia tidak ingin anaknya terbangun. Setelah lelah bermain seharian di Pantai. Rafli pun tertidur sehabis mandi tadi. Ify mendekati sofa dimana Rio sedang tiduran, Dia tersenyum lembut mendapati mata Rio terpejam. Terdengar suara dengkuran halus yang menandakan pria itu sedang tidur. Ify memlih duduk disamping Rio. Dia masih ingin terus memandangi wajah tampan itu.
Tangan Ify perlahan terulur , jari-jarinya menulusuri setiap lekuk wajah sempurna dihadapannya tersebut. Ify masih ingat jelas, mata itu selalu menatapnya lembut, membawa kenyamanan dalam dirinya. Tangan Rio yang kokoh, dulu selalu mendekapnya penuh hangat, melindungi dirinya bila sedang ketakutan. Dan bibir Rio, selalu menciumnya dengan penuh sayang , walau terkadang pria dihadapannya ini suka seenak dirinya mencium bibir Ify. Perlahan Ify menunduk dan mencium pipi Rio sekilas.
“Makasih ya,Yo. Buat semuanya.” Bisik Ify lembut.
“Sama-sama.” Balas Rio dengan mata masih terpejam. Ify terlonjak kaget, dia tidak tau bahwa Rio ternyata sudah bangun. Sejak kapan?
Rio membuka matanya lalu tersenyum usil.” Ternyata kamu hobi juga ya nyerang orang yang lagi tidur.”
Ify tergagap.”Ma..maksud kamu?”
“Kamu tadi nyium aku kan waktu aku lagi tidur,bukannya itu namanya nyerang yah?” Rio mengulum senyum melihat wajah Ify merona merah.
“A..aku cuma mau ngucapin makasih aja, kok. Bukan maksud buat nyerang kamu.” Balas Ify lalu membuang pandangannya kearah jendela yang bisa langsung melihat pemandangan pantai. Dia merasa sangat malu karena ketangkap basah mencium Rio disaat pria itu sedang tertidur.
‘Dasar Ify bego…bego..’ Makinya dalam hati.
Senyum Rio masih terus mengembang, sebenarnya dia tadi memang sedang tidur, namun saat tangan Ify yang mulai menyentuh wajahnya, dia terbangun dan sadar permpuan itu sedang memandanginya. Walaupun Rio tak membuka matanya, namun wangi tubuh Ify sudah cukup jelas memberitau bahwa perempuan itu sedang duduk di samping dirinya. Rio bahkan sangat terkejut saat dirinya merasakan pipinya dicium oleh Ify. Dan Rio harus sekuat tenaga untuk tidak menarik dan mencium Ify dengan liar, Entah kenapa dirinya merasa lepas control bila sedang berhadapan dengan wanita itu. Sekarang, sepertinya pertahanan Rio hancur sudah.
“AAaaaa” Pekik Ify kaget saat Rio menarik tangannya, membuat posisi dirinya menjadi terbalik. Sekarang Ify yang berada di bawah kurungan tangan kokoh itu.
“Jangan salahin aku kalo kali ini aku lepas control.” Bisik Rio tersenyum evil.
“Maksud kamu?” Ify merasa bingung.
“Kamu yang udah mancing aku duluan, Fy. Kamu tau, dari tadi aku berusaha buat nggak nyerang kamu. Tapi, kamu sendiri yang malah ngasih aku umpan. Sekarang kamu harus tanggung jawab.” Balas Rio serius.
Ify menelan ludah dengan susah payah. Dia sekarang mengerti maksud Rio.”Yo, nanti diliat Rafli.” Bisik Ify takut. Nggak lucu aja Rafli bangun dan melihat posisi Ify di bawah sedangkan Rio di atasnya.
“Makanya kamu jangan berisik, nurut aja kenapa.” Tangan Rio mulai bermain di wajah Ify. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah mulus itu. Rio semakin menundukkan kepalanya.
“Rio…” Lirih Ify.
“Hem..” Balas Rio singkat. Bibirnya mulai bergerilya di leher jenjang Ify. Membuat perempuan itu harus menahan nafas. Sensasi yang ditimbulkan Rio membuat dirinya melayang.Sekujur tubuhnya merinding. Tangan Ify meremas rambut Rio berusaha meredam suara desahannya.
“Fy, I love you.” Bisik Rio di telinga Ify. Lalu dengan tanpa ampun Rio langsung mencium bibir mungil Ify. Mengelus dan melumat bibir itu dengan bibirnya. Ify yang terbawa suasana membalas ciuman Rio. Rio berusaha membuka mulut Ify dan berhasil, Lidahnya sudah bermain lincah dirongga mulut Ify, mencari lidah perempuan itu untuk dilumatnya.
Perlahan tangan Rio mulai menyusup ke dalam rok Ify, mengelus paha itu dengan lembuat. Lalu tangannya berpindah ke atas berusaha membuka kancing baju teratas perempuan tersebut. Ciuman Rio turun kembali ke leher jenjang Ify, membuat perempuan itu mendesah pelan, Rio tersenyum saat mendengar desahan itu. Dia berhasil membuat Ify terlena akan belaiannya. Dirinya pun semakin nafsu untuk menjelajahi setiap lekuk tubuh ini.
“Rio…” Bisik Ify lirih.
“Iya.” Sahut Rio singkat masih sibuk mencium leher Ify, sesekali dia menggigit leher itu menimbulkan bekas berwarna merah.
“Nanti Rafli bangun.” Permpuan itu berusaha melepaskan pelukan Rio, dia mulai tersadar bahwa ada Rafli diruangan ini yang bisa kapan saja muncul.
“Makanya jangan berisik.” Jawab Rio enteng.
“Rio…nanti Raf…” Belum sempat Ify bicara Rio kembali membungkam mulutnya dengan ciuman-ciuman yang panas. Pria itu mulai kehilangan kendali. Ify membuatnya akan lupa segalanya. Yang dia pikirkan hanyalah memiliki perempuan ini. Yah, Rio menginginkan Ify.
“Rio…please…” Mohon Ify saat dirinya sudah terbebas dari ciuman Rio. Ify berusaha mendorong tubuh besar itu menjauh darinya.
“Sebentar lagi ,sayang.” Bujuk Rio mendorong tubuh Ify untuk kembali ke posisi semula. Dia menunduk bermaksud untuk kembali mencium bibir mungil itu, namun secepat kilat Ify menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kalo kamu lanjutin lagi, aku bakal marah.” Ancam Ify.
Rio terkekeh pelan melihat Ify yang ngambek seperti anak kecil. Dengan sangat tidak rela akhirnya Rio melepaskan Ify. Dia bangkit dan duduk di samping perempuan itu.
“Udah, jangan ditutupin terus tuh muka.”
Mendengar Rio berbicara seperti itu, dia pun langsung membuka kedua tangannya dan mendapati Rio sedang mengulum senyum menatap dirinya. Ify segera bangkit dari posisinya. Merapikan baju serta roknya yang ternyata sudah tersingkap, sedangkan kancing bajunya sudah terlepas.
“Kamu…“ Ify menatap Rio tajam, sebal melihat apa yang telah dilakukan Rio padanya.
“Heheh…sorry, Fy. Abis kamu yang ngundang aku duluan. Jangan salahin aku donng.” Balasnya tanpa rasa berdosa sama sekali. Rio malah meneguk cappuccinonya yang masih tersisa di meja.
“Awas kalo kamu kayak gini lagi. “ Ify mendengus pelan. Dia bangkit menuju wasteful yang tidak jauh dari situ. Bermaksud ingin merapikan dandanannya, namun yang terlihat dicermin malah kissmark di leher dan di atas dadanya.
“RIOOOOO!!!!!” Teriak Ify kesal. Dia ingin sekali menusukkan gunting yang tergantung di dekat wastafel pada tubuh Rio.
Rio malah tertawa keras melihat tingkah Ify yang seperti orang kebakaran jenggot. Dia sangat menikmati ekspresi peremuan itu. Dirinya merasa sangat puas bila bisa membuat Ify tersenyum sekaligus malu.
**************************************************************************
Ify berjalan terburu-buru menuju lift, dia harus mengejar Rio yang ternyata meninggalkan laporan yang seharusnya dia bawa untuk rapat dengan salah satu klien yang amat penting untuk perusahaannya. Sepanjang jalan Ify merutuki kecerobohan Rio ini.
“Bukannya disiapin dari tadi, malah pake acara ketinggalan segala coba. Ck.. Rio ini nyusahin gue aja, kalo gini siapa yang repot coba? Gue kan?” Gerutu Ify sadar sudah berada di dalam lift.
‘Ting’
Pintu lift terbuka, Ify keluar dan langsung menuju receptionis. Oik tersenyum manis kearahnya.
“Ik, Liat Pak Rio nggak?” Tanya Ify.
Wina mengernyitkan dahinya bingung.” Pak Rio?”
Ify meringis geli.”Bukan , maksud aku Pak Mario.” Ralat Ify.
“Baru aja berangkat Ke Luxury Restoran. Kenapa?”
Ify mendecak kesal. Ternyata dia kalah cepat.”Nggak apa-apa, yaudah makasih ya.” Balas Ify lalu menuju lapangan parkir tempat dimana biasanya mobil kantor selalu stand by.
“Pak Ujang, tolong anterin aku ke Luxury yah. Mau nganterin berkas penting.” Perintah Ify saat sudah berada di dalam mobil. Pak ujang mengangguk dan menjalankan mobilnya sesuai perintah Ify.
‘Dret..dret..dret’ Hp Ify bergetar.
“Hallo , Yo? Kamu dimana?” Tanya Ify saat tau Rio yang menelponnya.
“Masih dijalan, Fy. Laporannya udah ada di tangan kamu kan?”
“Udah, aku juga lagi di jalan. Nanti kamu tunggu aku di depan ya kalo udah sampe.”
“Iya. Yaudah sampai ketemu di Luxury ya, Maaf nih ngerepotin kamu.” Kata Rio merasa bersalah.
‘Nyadar juga rupanya nih orang kalo nyusahin?’ Batin Ify masih sedikit kesal.
“Iya, nggak papa, bye.” Ify mengakhiri sambungannya.
Perempuan itu sampai di depan Luxury restoran setengah jam kemudian karena jalanan yang sangat padat. Rio tersenyum lucu saat melihat wajah Ify yang cemberut, sepertinya perempuan itu sedang kesal padanya.
“Nih berkasnya. Untung aja nggak telat.” Ify menyerahkan berkas tersebut kepada Rio.
“Iya, maaf sayang. Tadi aku bener-bener lupa.” Balas Rio tersenyum ramah.
“Makanya kalo aku ngasih tau itu didengerin, kamu tuh susah sih dibilanginnya.” Omel Ify kesal.
Rio terkekeh pelan.” Iya…iya. Yuadah Aku masuk yah. Nanti kita makan siang bareng.” Pamit Rio lalu mencium kilat pipi Ify. Membuat Perempuan itu terperangah. Rio terlalu cuek pada lingkungannya, dia tidak menyadari ada pak ujang yang memerhatikan keduanya.
“Dasar nggak pernah berubah. Selalu cuek.” Sungut Ify , lalu memutar badannya menuju mobil kantor yang terparkir tidak jauh dari situ. Namun baru beberapa langkah kakinya berjalan tiba-tiba saja seseorang memanggil namanya.
“Ify!!!” Panggil seorang perempuan cantik dengan penampilan anggun. Dari penampilannya saja Ify bisa langsung menebak bahwa perempuan itu dari kalangan atas seperti Rio. Namun dia heran kenapa perempuan itu bisa tau namanya, melihatnya saja baru kali ini.
“Kamu Ify kan?” Tanya perempuan cantik itu.
Ify masih sedikit bingung, namun dia mengangguk juga.”Iya. Anda siapa ya?”
“Saya Shilla. Saya Cuma mau kasih tau kamu, lebih baik kamu jaga jarak dengan Rio. Bikin sakit mata tau nggak.” Kata Perempuan itu sinis. Bahkan terkesan meremehkan Ify.” Jangan kecentilan jadi perempuan.” Lanjutnya.
“Apa hak kamu ngelarang aku deket-deket dengan Rio?” Tanya Ify ketus. Dia bingung tiba-tiba saja perempuan bernama Shilla itu melarangnya mendekati Rio
“Hahah…Kamu mau tau siapa saya? …” Shilla tertawa pelan , lalu menatap tajam Ify.” Saya Tu-na-ngan Rio.” Balas Shilla dengan menekankan kata Tunangan.
Wajah Ify berubah pucat saat mendengar jawaban perempuan itu. Tunangan Rio? Ify menggeleng kuat-kuat, dia tidak percaya Rio sudah bertunangan . Rio tidak pernah sekalipun membahas soal dia bertunangan atau belum. Dan kalau benar dia sudah bertunangan, mana mungkin Rio mendekati dirinya dan juga Rafli.
“Nggak…nggak mungkin. Kamu pasti bohong? “ Ify menatap Shilla tidak percaya.
Shilla hanya mengangkat bahunya santai.” Yah itu terserah kamu. Tapi jangan terlalu berharap jadi orang kaya yah. Sekali miskin tetap miskin. Dan ini… undangan buat kamu. Biar kamu sadar kalo kamu itu Cuma punguk yang merindukan sang bulan. “ Balas Shilla sinis dan memberikan sebuah Undangan Cantik berwarna silver.
Di undangan itu tertulis jelas nama Mario Haling dan Ashilla Zahrantiara. Tubuh Ify menegang, dia menatap nanar Undangan tersebut. Bahkan dirinya merasa bagai tertusuk beribu-ribu jarum. Kenapa di saat dia mulai menerima kehadiran Rio kembali dia harus merasakan kenyataan pahit ini lagi. Ify mulai merasakan kelopak matanya memanas, dia harus pergi dari tempat ini. Sebelum air matanya jatuh dan perempuan ini kan meremehkan dirinya lagi.
“Makasih buat Undangannya, dan mulai sekarang aku akan jauhin Rio. Jadi kamu nggak perlu khawatir soal aku.” Kata Ify dengan suara bergetar. Perlahan dia melangkah meninggalkan Shilla yang tersenyum penuh kemenangan.
“Jalan pak!” Perintah Ify saat dirinya sudah di dalam mobil Pak Ujang menuruti perintah Ify.
Tangan Ify masih tetap memegang Undangan itu, Air matanya mulai mengalir deras. Kenapa kebahagian yang dia rasakan hanya semantara saja. Baru saja kemarin dirinya ,Rafli dan juga Rio bersenang – senang. Tapi kenapa sekarang semuanya berbanding terbalik. Pak Ujang hanya menatap Ify dengan iba saat melihat perempuan itu menangis pilu lewat kaca spionnya.
“Aku harus ngejauhin Rio. Aku harus pergi dari kota ini…” Kata Ify sedih masih dengan air mata yang terus mengalir
“Kamu nggak pa-pa kan,Fy?” Tanya Tristan khawatir saat melihat raut wajah perempuan di depannya ini berubah pucat.
Ify menggeleng pelan.”Aku..harus balik ke kantor,Tan. Jam istirahat udah abis.” Jawab Ify lalu bangkit dari duduknya. Tristan hanya mengangguk lalu tersenyum. Walaupun dirinya sendiri terlihat bingung. Namun laki-laki itu lebih memilih diam. Dia punya cara sendiri untuk mencari tau kenapa perempuan yang sekarang masih disayanginya itu terlihat aneh.
“Nomer kamu masih yang lama kan,Fy?” Tanya Tristan lagi sebelum perempuan itu melangkah pergi. Ify tersenyum lalu mengangguk. “Iya Tan. Duluan yah,” Pamit Ify.
***********************************
Ify menghempaskan tubuhnya di sofa empuk ruang tamu rumahnya.Entah kenapa setelah mendengar berita dari Tristan dirinya merasa sangat bersalah kepada Rio. Ternyata penyebab hilangnya ingatan Rio adalah dirinya sendiri. Dan sekarang dia berniat memisahkan Rio dari anaknya. Dirinya benar-benar jahat.
“Nda..” Panggil Rafli pelan membuyarkan lamunan Ify. Dia tersenyum lalu menyambut buah hatinya dengan senyum lembut.
“Kenapa sayang?” Tanya Ify mendudukan Rafli dipangkuannya.
Rafli diam sejenak.”Lapi kangen sama Om Lio,Nda. Boleh nggak Om Lio maen kesini?”
Ify memandang sedih wajah anaknya. Sepertinya Rafli mulai menyukai Rio. Mungkin ikatan batin mereka berdua sangat kuat sehingga memudahkan keduanya menjadi akrab. Apalagi sifat Rafli yang hampir mirip dengan Rio. Semakin memperlihatkan kedekatan mereka berdua. Apakah dirinya tega menjauhkan keduanya? Padahal alasan utama Ify meninggalkan Rio sudah tidak ada lagi.
Ify mengangguk tersenyum. “Boleh sayang, “ Jawab Ify akhirnya membuat Rafli senang. Anaknya langsung mencium Ify .”Makacih,Nda. Lapi sayang,Nda “ Kata Rafli senang. “Yaudah telpon om Lio, Nda. Lapi kan nggak tau nomel om Lio,” Pinta Rafli polos.
Ify mengangguk lalu mengeluarkan handphonenya dari tas. Kemudian memencet nomer yang sudah sangat dia hapal. Setelah tersambung Ify memberikan handphone tersebut kepada Rafli.
“Hallo Om Lio?! Ni Lapi “ Sapa Rafli senang.
Terdengar suara tawa pelan dari seberang. Karena Ify sengaja meloaudspakerkan hpnya.
“Hallo l! Apa kabar?” Sapa Rio ramah.
“Baik ,Om. Om Lio maen ke lumah Lapi yah, Lapi mau kasih liat gambal Ecel cama om Lio,” Pinta Rafli. Wajahnya terlihat senang.
“Boleh, yaudah tunggu setengah jam lagi yah,Sayang.Ntar Om Lio udah sampai di rumah kamu. Oke?” Balas Rio kemudian.
Rafli mengangguk tanpa sadar bahwa Rio tidak akan bisa melihatnya.” Oce Om Lio .”
Sambungan terputus.Rafli segera menyerahkan hp tersebut kepada Ify.”Makacih, Nda. Lapi mau mandi dulu bial wangi .” katanya senang lalu melangkah pergi ke kamarnya. Membuat Ify hanya tersenyum. Semoga saja Ify selalu bisa melihat senyum anakanya itu. Senyum tanpa dosa yang selalu menyejukan hatinya.
******************************************
Setengah jam kemudian Rio datang. Seperti biasa laki-laki itu terlihat tampan walau hanya mengenakan t-shirt dan celana levis hitamnya. Tangannya menggengam paper bag berwarna hitam.
“Om Liooo!!!!” Teriak Rafli lalu berhambur memeluk Rio saat pria itu baru memasuki ruang tamu. Rio menyambut Rafli dengan kedua tangannya yang terlentang dan langsung menggendong Rafli. Lagi-lagi Ify hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya. Sepertinya dirinya harus mengalah dan membiarkan Rio hadir kembali dalam hidupnya untuk yang kedua kalinya.
Halo jagoan,Udah mandi belum?” Tanya Rio lalu membawa Rafli duduk dipangkuannya. Rafli tersenyum lalu mengangguk. “udah dong ,om. Kan Om Lio mau datang. “
Rio mengelus-elus rambut Rafli dengan sayang.”Nih buat Rafli.” Rio menyerahkan paper bag hitam tersebut. Rafli menerimanya lalu melihat isi paper bag itu. Sebuah mainan robot edisi terbaru yang harganya lumayan membuat Ify mengelus dada. Dulu Rafli pernah meminta mainan tersebut. Namun karena harganya yang lumayan mahal,akhirnya dia memilih membelikan mobilan saja. Untungnya waktu itu Rafli mengerti dan tidak memaksakan kehendaknya.
“Makasih,Om.” Kata Rafli lalu mencium pipi Rio.
“Sama-sama jagoan, “ Balas Rio lalu memandang Ify yang sedang tersenyum kearahnya. Ketahuan sedang memerhatikan Rio, Ify buru-buru membuang pandangannya kearah lain. Semburat merah terlihat jelas dipipinya yang putih. Rio hanya bisa mengulum senyum melihat tingkah Ify.
“Om, tunggu bental yah, Lapi mau ngambil gambalan di kamal Lapi.” Pamit Rafli turun dari pangkuan Rio dan berlari ke kamarnya.
Tinggalah Ify dan Rio berdua di dalam ruang tamu tersebut. Keduanya bergeming. Rio hanya diam sambil memandang Ify yang juga memandang dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Kenapa,Fy?” Tanya Rio bersuara.
Ify menaikkan alisnya sebelah.”Kenapa apanya?” Tanyanya bingung.
“Kenapa kamu ngeliatin aku sampe segitunya? Ada sesuatu di wajah aku? “
Ify menggeleng cepat lalu tersenyum lembut.”Nggak ada,Yo.”
“Aku seneng liat kamu senyum kayak gitu. Baru kali ini aku ngeliat kamu senyum sama aku.” Kata Rio jujur. Sejak pertama bertemu memang Ify tidak pernah tersenyum tulus kepada dirinya. Bahkan perempuan itu selalu saja menghindari dirinya. Namun kali ini untuk pertama kalinya dia melihat senyum tulus Ify untuknya. Membuat perempuan itu terlihat sangat cantik.
Ify merasakan wajahnya mulai memanas,pasti sekarang pipinya sudah berwarna merah.”Maaf deh kalo selama ini aku jutek sama kamu,Yo.” Kata Ify merasa bersalah. Dia sadar akan tindakan dirinya dulu.
Rio tersenyum.”Gak perlu minta maaf, Fy. Aku juga kadang kelewatan selalu godain dan bikin kamu marah. Abis entah kenapa aku seneng aja liat kamu ngambek,” Sahut Rio.” Tambah keliatan sexy” Lanjutnya yang langsung mendapat pelototan dari Ify. Ternyata otak mesum laki-laki itu tetap sama dan tidak pernah berubah ,malahan semakin bertambah.
Rio terkekeh melihat reaksi Ify. Membuat dirinya ingin langsung memeluk perempuan yang duduk tepat didepannya tersebut.”Tuh kan ngambek. Bikin aku…”
“Om Liooo!!!” Teriak Rafli yang berlari kearah Rio membuat ucapannya terputus.
“Duh..duh Rafli ngagetin aja, jangan lari-lari nanti jatuh.” Nasehat Rio lalu mengelus rambut Rafli. Rafli hanya tersenyum lalu menyerahkan buku gambar bersampul Angry Bird tersebut kepada Rio.
“Ini gambal yang tadi di sekolah Lapi buat,Om “ Kata Rafli duduk disamping Rio. Dengan perlahan Rio membuka satu persatu halaman buku gambar tersebut dan sampai halaman terakhir ,wajah tampannya menyunggingkan senyum. Halaman terkahir itu Rafli menggambar pantai serta tiga orang yang sedang berdiri di pinggir pantai. Rio tau gambar tersebut adalah gambar Ify, Rafli dan juga dirinya. Karena gambar laki-laki tersebut mengenakan kacamata .
“Itu gambal Bunda, Lapi sama Om Lio di pantai. Besok kan kita mau jalan-jalan ke pantai. “ Rafli berusaha menjelaskan dengan maksud agar Rio mengerti maksud gambarannya. Rio tersenyum mengelus rambut Rafli dengan sayang.
“Oke,besok kita berangkat pagi-pagi ,biar Rafli bisa seharian di pantai. Gimana?” Usul Rio.
“Nggak bisa gitu,Yo. Rafli kan harus sekolah. Kemarin kamu bilang kita berangkat sehabis Rafli sekolah.” Tolak Ify tegas. Membuat wajah Rafli terlihat kecewa.
“Tapi kan nggak papa , Fy sekali-kali Rafli nggak masuk. Untuk kali ini aja.” Mohon Rio. Dia tidak tega melihat wajah Rafli yang kecewa atas penolakan Ify.
Ify menggeleng tegas.”Nggak, sekali enggak tetep nggak.” Kata Ify kesal beranjak dari ruang tamu meninggalkan Rafli dan Rio. Kalau untuk urusan sekolah Ify tidak mentolerir apapun alasannya bila Rafli membolos sekolah. Kecuali bila anaknya memang sakit.
“Om, telus gimana? Bunda kalo malah selem,Om.” Tanya Rafli sedih.
“Rafli tenang aja, Om Rio pasti akan bikin bunda setuju. Kamu tunggu sini yah.” Kata Rio tersenyum yang dibalas anggukan oleh Rafli.
Rio mencari Ify di setiap ruangan, Dia sampai bingung kemana perginya perempuan itu. Sampai akhirnya dia melihat Ify yang ternyata sedang berada di gazebo taman belakang rumahnya.
“Ngapain di luar sendirian?” Tanya Rio duduk disamping Ify. Ify mendengus sebal. Masih tetap bergeming.
“Fy, kok diem aja sih? Kamu nggak suka kalo Rafli harus bolos sekolah?”
“Iya.” Balas Ify cepat.
Rio menghela nafas.”Yaudah, aku tukar sama utang kamu deh, gimana?”
Ify mengernyitkan dahi.”Hutang?” Tanyanya bingung.
Rio mengangguk. “Hutang morning kiss kamu aku tuker sama izin kamu deh,yah?” Pinta Rio memohon.
“Sejak kapan aku punya utang kayak gitu sama kamu?” Tanya Ify pura-pura lupa. Padahal dirinya masih sangat ingat tentang janjinya dulu saat Rio menolongnya yang hampir jatuh dari kursi.
Rio tersenyum nakal.”Emm..pengen aku ingetin nih ceritnya?” Goda Rio.
Ify menatap Rio sebal.”Kamu tuh yah…ih oke-oke. Kali ini kamu menang ,Yo.” Kata Ify akhirnya.
Rio tersenyum penuh kemenangan. Dia sudah bisa menebak pasti Ify tidak akan bisa menolak permintaanya.”Makasih sayang.” Rio mencium sekilas bibir Ify dan segera beranjak dari situ sebelum Ify marah. Samar-samar terdengar suara tawanya dari jauh.
“RIOOO!!!!” Teriak Ify karena kaget mendapat serangan dadakan dari Rio, tapi sedetik kemudian dia tersenyum penuh arti.
************************************************
Pagi-pagi Ify sudah sibuk menyiapkan apa saja yang akan dibawanya ke pantai nanti. Dia sengaja bangun jam lima subuh untuk menyiapkan barang-barang serta bekal untuk di Pantai nanti. Hari ini Ify sengaja membuat grilled sandwich, lumpia isi daging, sandwich gulung serta ayam goreng kriuk kesukaan Rafli. Setelah mengecek satu persatu barang-barang yang akan dibawa, Ify memutuskan untuk membangunkan sang buah hati.
“Sayang ba…”
“Pagi ,Nda. Ecel ganteng nggak?” Tanya Rafli saat Ify baru saja masuk ke dalam Kamarnya.
Ify tersenyum lucu melihat anaknya yang ternyata sudah mandi dan rapih. Rafli rupanya sudah bangun sejak tadi. Ify memerhatikan penampilan Rafli yang terlihat tampan hari ini. Kemeja lengan pendek serta celana selutut bermotif tentara. Kacamata hitam dan topi yang senada dengan celananya sudah bertengger manis ditempatnya masing-masing.
“Sipp..anak bunda ganteng banget.” Balas Ify lalu mencium pipi Rafli dengan gemas.
‘Tin..tin..tin..’
“Tuh Om Rio udah dateng, yuk berangkat.” Ajak Ify menuntun Rafli keluar kamarnya.
*************************************************
Rio mengajak Ify dan juga Rafli ke sebuah pantai yang sangat indah dan belum pernah Ify datangi sebelumnya. Terdapat beberapa cottage mewah di sekitar pantai tersebut. Restorant-restorant pun sudah berjejer manis di dekat cottage. Di sebelah kanan cottage tersebut terdapat kolam renang yang lumayan besar. Rio mengajak keduanya menuju cottage paling ujung. Pemandangan di sekitar cottage itu sangat bagus.
“Kita taro barangya disini ,abis itu baru kita ke pantai. Oke jagoan?” Kata Rio menurunkan Rafli dari gendongannya. Rafli mengangguk semangat. Ify pun segera mengganti pakaian Rafli dengan celana renang miliknya.
“Bunda gak belenang ?” Tanya Rafli karena Ify masih mengenakan pakaian yang tadi.
Ify tersenyum.”Berenang dong, tunggu sebentar yah sama Om Rio di luar,Bunda ganti baju dulu.” Perintah Ify. Rafli mengangguk dan menuruti perintah bundanya.
Tak berapa lama kemudian Ify keluar dengan baju renang berwarna biru laut serta kain pantai berwarna senada yang melekat di pinggangnya. Rio sampai dibuatnya tidak bisa berkedip. Ify terlihat cantik dan seksi mengenakan baju renang tersebut. PiIfy liarnya mulai bergerilya.
“Yo..Rio..” Ify mengebas-ngebaskan tangannya di depan wajah Rio.
“Eh iya,Fy? Kenapa? “ Tanya Rio bingung.
Ify menggeleng-gelengkan kepalanya.” Aku tanya, sekarang kita mau kemana? Malah ngelamun aja” Jawab Ify sebal.
Rio terkekeh pelan.”Abis kamu cantik banget. Yaudah sekarang kita ke pantai. Oke jagoan?” Rio langsung menggendong Rafli dan membawa keduanya ke pinggir pantai.
Suasana pantai pagi itu tidak terlalu ramai. Mungkin karena sekarang bukan hari libur atau weekend, Jadi pengunjung pantai tidak terlalu banyak. Rafli senang bukan main saat melihat air laut yang bersih itu. Dirinya langsung bermain-main dengan air laut. Ify hanya tersenyum melihat Rafli yang loncat-loncat kesenangan.
“Nggak rugi juga kan Rafli nggak masuk sekolah. Liat dia seneng banget maen air. “ Kata Rio lalu duduk di samping Ify.
Ify mengangguk .”Iya ,Yo. Yah terkadang aku juga berfikir terlalu disiplin sama Rafli. Tapi semua itu aku lakuin supaya dia jadi anak yang bertanggung jawab.”
“Aku tau, kamu sedang berusaha jadi ibu yang baik buat Rafli. Membesarkan anak seorang diri itu memang nggak gampang, Fy. Dan menurut aku , kamu udah menjadi ibu yang baik buat Rafli. Aku kagum sama kamu.” Rio memandang lembut Ify membuat perempuan itu menjadi salah tingkah dipandang seperti itu.
“Makasih yah, Yo buat semuanya. “ Ify akhirnya memberanikan diri memandang kearah Rio. Semenjak bertemu dengan Tristan dan mendengar penyebab hilangnya ingatan Rio, mulai saat itu dirinya memutuskan untuk menerima Rio kembali. Mungkin dengan hadirnya dia dan Rafli bisa membuat ingatan Rio kembali pulih.
“Kalo kamu makasih sama aku, kenapa nggak pake ini aja.” Rio tersenyum usil menunjuk bibirnya membuat mata Ify terbelalak. Sepertinya dirinya harus sabar menghadapi pria mesum ini.
“Please deh, Rio. Ini di luar, di Pantai. Emang kamu nggak malu apa diliatin orang?” Sungut Ify.
Rio terkekeh pelan mendengar perkataan Ify.”Ohh..jadi kamu cuma masalahin tempat aja, kan? Nggak masalah sayang, di sini sepi kok. Liat gazebo yang kita pake ini tertutup kok.”
‘Shitttt…gue salah ngomong lagi.’
“Maksud aku bukan gitu, Ck… Rio bisa nggak sih kamu berhenti godain Aku? Otak kamu ini mesum banget tau nggak.” Gerutu Ify memasang wajah cemberut.
“Nggak bisa. Karena aku seneng liat kamu marah. What? Tadi kamu bilang aku mesum? Jangan salahin aku dong kalo aku berpiIfy mesum kalo lagi dekat kamu. You make me get horny,dear..” Kata-kata terakhir Rio sengaja dia bisikan ke telinga Ify sehingga membuat bulu kuduknya meremang.
“Maksud kamu?” Tanya Ify pura-pura tidak mengerti untuk menutupi rasa malunya.
“Dengan penampilan kamu yang kayak gini mustahil pria lain nggak berpiIfy dirty tentang kamu, Fy. Karena mereka normal. And I’m normal.” Rio tersenyum penuh kemenangan saat melihat Ify yang hanya bisa tercengang mendengar ucapannya barusan.
“So, let me kiss you or kamu sendiri yang mau ngelakuinnya?”
“Nggak…sekali nggak tetep nggak…” Ify bersedekap lalu membuang pandangannya kearah dimana Rafli masih sedang asik bermain bola pantainya. Dia sudah lelah berdebat dengan Rio masalah otak mesumnya.
‘Yang waras ngalah’ Pikirnya.
“Fy…” Panggil Rio.
“hem..” Jawab Ify singkat tanpa menoleh sedikitpun. Pandangannya tetap kearah pantai dimana Rafli sedang asik bermain.
“Kamu cantik…”
“Makasih…” Balas Ify cuek.
“Fy..” Panggil Rio lagi.
“Iya..” Ify mulai sedikit jengkel.
“Kamu seksi banget…”
Ify memutar bola matanya gerah. Nggak ada kerjaan apa Rio selain mengeluarkan kata-kata gombal untuknya. Padahal pria itu tau bahwa Ify bukan perempuan yang mudah termakan rayuan gombal. Menghadapi Rio memang harus mempunyai kesabaran extra. Tapi sekarang kesabaran Ify sudah menipis. Sekali lagi pria itu memanggilny dia akan menoleh dan mencekik leher Rio (haha…memang Ify tega?).
“Ify!”
Ify menoleh dan sudah siap –siap mengeluarkan makian untuk Rio, namun perempuan itu malah diam membeku saat melihat apa yang ada dihadapannya.
“Happy Birthday, Ify.” Rio memegang kue tart kecil berbentuk hati dengan lilin diatasnya yang menyala. Ify hanya bisa tercengang sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dia tidak menyangka Rio ingat ulang tahun dirinya. Padahal Ify sendiri sudah lupa dengan hari kelahirannya itu.
“Kenapa malah nangis? Tiup dong,” Kata Rio menghapus air mata dipipi Ify. Perempuan itu terharu dan tak bisa membendung lagi air matanya. Dia memejamkan matanya sejenak berdoa lalu meniup lilin tersebut.
“Makasih , Yo. Aku nggak nyangka kamu tau hari ulang tahun aku.” Ify berterimakasih pada Rio. Dia juga sedikit bingung gimana laki-laki itu membawa kue tart kecil itu. Padahal tadi saat ke pantai Rio bahkan tidak membawa apa-apa.
“Aku udah taro duluan tuh kue di pondok ini sebelum kita kesini. Yah bukan aku sih yang naro. Tapi pelayannya. Maaf yah kuenya kecil. Abis di pantai kan jarang ada tart ,Fy. Dadakan sih.” Jelas Rio seolah-olah membaca piIfy Ify.
“Nggak papa,Yo. Aku seneng banget kamu udah bikin surprise kayak gini buat aku. Sekali lagi makasih yah.” Ucap Ify tulus. Rio mengeluarkan sesuatu dari saku jaket pantai yang dia kenakan. Sebuah kotak beludru berwarna biru.
Rio meraih tangan mungil Ify yang bebas, lalu dia membuka kotak tersebut , dan menyematkan sebuah cincin berlian dijari manis Ify. Perempuan itu hanya bisa terpana melihatnya. Ify speechless, tak sanggup berkata apa-apa.
“Aku harap kamu mau nerima kado dari aku ini, Fy.” Rio tersenyum lembut menatap Ify. Perlahan tapi pasti Rio mendekatkan wajahnya meraih dagunya membuat jarak keduanya hanya tinggal beberapa senti lagi. Entah kenapa Ify merasa terhipnotis oleh tatapan mata Rio. Dia pasrah menerima perlakuan Rio. Jarak keduanya mulai menipis, semakin dekat…dekat… dan..
“Bunda sama Om Lio lagi ngapain?” Tiba-tiba saja Rafli muncul dengan wajah polosnya. Ify buru-buru mendorong tubuh Rio menjauhi dirinya. Karena terbawa suasana dia tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di mana.
‘Ini semua gara-gara Rio, ampir aja. Dasar Rio mesum’ Gerutu Ify dalam hati.
“ Eh itu sayang, tadi mata Bunda kelilipan, jadi tadi Om Rio mau niup mata Bunda, Iya kan Om Rio?” Jawab Ify gelagapan. Matanya milirik Rio meminta bantuan, tapi laki-laki itu malah terkekeh pelan. Nyebelin banget nggak sih?
“Yooo…” Geram Ify gemas.
“hehe..iya, Fy, tadi matanya bunda kelilipan. Yaudah sekarang kita main aja,yuk . Biarin tinggalin Bunda sendrian aja di sini.” Ajak Rio menggandeng tangan Rafli.
Rafli mengangguk senang.”Ayo Om, kita buat Istana pasil. “ Balas Rafli.
Sebelum pergi Rio sempat berbisik dikuping perempuan itu.” Sekarang kamu bisa ngehindar, tapi lain kali nggak akan.”
“Kamu…” Ify tidak jadi melanjutkan makiannya. Toh percuma, laki-laki itu memang suka seenaknya sendiri. Semakin diladeni malah semakin menjadi si Rio. Yah, lagi-lagi Ify harus mengalah dan berusaha sabar. Akhirnya perempuan itu memutuskan menyusul keduanya yang sedang asik bermain pasir di pinggir pantai.
“Eitss… jangan dilepas kainnya. Awas berani lepas.” Ancam Rio saat melirik Ify yang hendak melepas kain pantainya. Ify memandang Rio bingung, namun sedetik kemudian dia tersenyum mengerti. Laki-laki itu tak ingin tubuhnya ditonton oleh orang lain. Padahal dirinya hanya ingin membenarkan ikatan kain pantainya yang agak longgar.
‘Imut banget sih cemburunya’ Pikir Ify tersenyum.
“Om istana pasilnya awas lusak. Itu kepitingnya ambil ,Om..cepetan…cepetan..” Seru Rafli senang saat seekor kepiting kecil melewati Istana pasir buatannya. Rio dengan sigap mengambil kepiting tersebut dan meletakkanya diember kecil milik Rio.
Ify hanya tertawa pelan melihat keduanya sibuk mengambil kepiting kecil yang berusaha mengancurkan Istana pasir milik Rio. Saat itu Ify merasa Rio bukan seorang pria dewasa, melainkan seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.
“om itu kepitingnya ada satu lagii..” Teriak Rafli heboh.
“Mana..mana ambil, Raf cepetan.” Balas Rio antusias.
“Nggak belani Om, Ntal dicapit.” Sahut Rafli ngeri.
“Anak cowok itu harus berani, cepet ambil, nggak nyapit kok. Liat nih om dapet yang gede aja nggak takut kan?” Rio menunjukkan Kepiting yang berukuran lumayan besar pada Rafli. Lagi-lagi Ify hanya bisa tersenyum melihat kedekatan keduanya.
“Gitu yah, Om? Oce Lapi juga belani.” Katanya sok serius. Bahkan keduanya tak menghiraukan panas yang mulai menyengat tubuhnya. Matahari mulai semakin naik.
“Hole!!! Dapet Om, dapet. “ Teriak Rafli senang sambil loncat-loncat.
“cepetan taro ember, ntar lepas.” Balas Rio tak kalah senang.”Rafli hebat.Gitu dong, itu baru namanya anak cowok.” Rio mengelus rambut Rafli dengan sayang.
“Lapi gitu lho.”
“Rio, Rafli, Udah siang nih. Makan dulu yuk! ” Ajak Ify.
Rio mengangguk mengerti, Keduanya kemudian menghampiri Ify yang sudah duluan ada di pondok. Dia menyiapkan makan siang yang tadi pagi sudah dibuatnya. Ketiganya pun mulai menyantap makanan buatan Ify.
Terdengar gelak tawa dari mulut Rafli dan Rio saat laki-laki itu bercanda. Rafli dengan sangat antusias bercerita tentang teman-temannya di sekolah pada Rio. Bahkan Rafli bilang dia sedang menyukai seorang anak perempuan yang cantiknya seperti Ify. Perempuan itu sempat terperangah mengetahui buah hatinya menyukai teman sekelasnya.
*****************************************************************************
Ify menutup pintu kamar cottage itu pelan-pelan. Dia tidak ingin anaknya terbangun. Setelah lelah bermain seharian di Pantai. Rafli pun tertidur sehabis mandi tadi. Ify mendekati sofa dimana Rio sedang tiduran, Dia tersenyum lembut mendapati mata Rio terpejam. Terdengar suara dengkuran halus yang menandakan pria itu sedang tidur. Ify memlih duduk disamping Rio. Dia masih ingin terus memandangi wajah tampan itu.
Tangan Ify perlahan terulur , jari-jarinya menulusuri setiap lekuk wajah sempurna dihadapannya tersebut. Ify masih ingat jelas, mata itu selalu menatapnya lembut, membawa kenyamanan dalam dirinya. Tangan Rio yang kokoh, dulu selalu mendekapnya penuh hangat, melindungi dirinya bila sedang ketakutan. Dan bibir Rio, selalu menciumnya dengan penuh sayang , walau terkadang pria dihadapannya ini suka seenak dirinya mencium bibir Ify. Perlahan Ify menunduk dan mencium pipi Rio sekilas.
“Makasih ya,Yo. Buat semuanya.” Bisik Ify lembut.
“Sama-sama.” Balas Rio dengan mata masih terpejam. Ify terlonjak kaget, dia tidak tau bahwa Rio ternyata sudah bangun. Sejak kapan?
Rio membuka matanya lalu tersenyum usil.” Ternyata kamu hobi juga ya nyerang orang yang lagi tidur.”
Ify tergagap.”Ma..maksud kamu?”
“Kamu tadi nyium aku kan waktu aku lagi tidur,bukannya itu namanya nyerang yah?” Rio mengulum senyum melihat wajah Ify merona merah.
“A..aku cuma mau ngucapin makasih aja, kok. Bukan maksud buat nyerang kamu.” Balas Ify lalu membuang pandangannya kearah jendela yang bisa langsung melihat pemandangan pantai. Dia merasa sangat malu karena ketangkap basah mencium Rio disaat pria itu sedang tertidur.
‘Dasar Ify bego…bego..’ Makinya dalam hati.
Senyum Rio masih terus mengembang, sebenarnya dia tadi memang sedang tidur, namun saat tangan Ify yang mulai menyentuh wajahnya, dia terbangun dan sadar permpuan itu sedang memandanginya. Walaupun Rio tak membuka matanya, namun wangi tubuh Ify sudah cukup jelas memberitau bahwa perempuan itu sedang duduk di samping dirinya. Rio bahkan sangat terkejut saat dirinya merasakan pipinya dicium oleh Ify. Dan Rio harus sekuat tenaga untuk tidak menarik dan mencium Ify dengan liar, Entah kenapa dirinya merasa lepas control bila sedang berhadapan dengan wanita itu. Sekarang, sepertinya pertahanan Rio hancur sudah.
“AAaaaa” Pekik Ify kaget saat Rio menarik tangannya, membuat posisi dirinya menjadi terbalik. Sekarang Ify yang berada di bawah kurungan tangan kokoh itu.
“Jangan salahin aku kalo kali ini aku lepas control.” Bisik Rio tersenyum evil.
“Maksud kamu?” Ify merasa bingung.
“Kamu yang udah mancing aku duluan, Fy. Kamu tau, dari tadi aku berusaha buat nggak nyerang kamu. Tapi, kamu sendiri yang malah ngasih aku umpan. Sekarang kamu harus tanggung jawab.” Balas Rio serius.
Ify menelan ludah dengan susah payah. Dia sekarang mengerti maksud Rio.”Yo, nanti diliat Rafli.” Bisik Ify takut. Nggak lucu aja Rafli bangun dan melihat posisi Ify di bawah sedangkan Rio di atasnya.
“Makanya kamu jangan berisik, nurut aja kenapa.” Tangan Rio mulai bermain di wajah Ify. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah mulus itu. Rio semakin menundukkan kepalanya.
“Rio…” Lirih Ify.
“Hem..” Balas Rio singkat. Bibirnya mulai bergerilya di leher jenjang Ify. Membuat perempuan itu harus menahan nafas. Sensasi yang ditimbulkan Rio membuat dirinya melayang.Sekujur tubuhnya merinding. Tangan Ify meremas rambut Rio berusaha meredam suara desahannya.
“Fy, I love you.” Bisik Rio di telinga Ify. Lalu dengan tanpa ampun Rio langsung mencium bibir mungil Ify. Mengelus dan melumat bibir itu dengan bibirnya. Ify yang terbawa suasana membalas ciuman Rio. Rio berusaha membuka mulut Ify dan berhasil, Lidahnya sudah bermain lincah dirongga mulut Ify, mencari lidah perempuan itu untuk dilumatnya.
Perlahan tangan Rio mulai menyusup ke dalam rok Ify, mengelus paha itu dengan lembuat. Lalu tangannya berpindah ke atas berusaha membuka kancing baju teratas perempuan tersebut. Ciuman Rio turun kembali ke leher jenjang Ify, membuat perempuan itu mendesah pelan, Rio tersenyum saat mendengar desahan itu. Dia berhasil membuat Ify terlena akan belaiannya. Dirinya pun semakin nafsu untuk menjelajahi setiap lekuk tubuh ini.
“Rio…” Bisik Ify lirih.
“Iya.” Sahut Rio singkat masih sibuk mencium leher Ify, sesekali dia menggigit leher itu menimbulkan bekas berwarna merah.
“Nanti Rafli bangun.” Permpuan itu berusaha melepaskan pelukan Rio, dia mulai tersadar bahwa ada Rafli diruangan ini yang bisa kapan saja muncul.
“Makanya jangan berisik.” Jawab Rio enteng.
“Rio…nanti Raf…” Belum sempat Ify bicara Rio kembali membungkam mulutnya dengan ciuman-ciuman yang panas. Pria itu mulai kehilangan kendali. Ify membuatnya akan lupa segalanya. Yang dia pikirkan hanyalah memiliki perempuan ini. Yah, Rio menginginkan Ify.
“Rio…please…” Mohon Ify saat dirinya sudah terbebas dari ciuman Rio. Ify berusaha mendorong tubuh besar itu menjauh darinya.
“Sebentar lagi ,sayang.” Bujuk Rio mendorong tubuh Ify untuk kembali ke posisi semula. Dia menunduk bermaksud untuk kembali mencium bibir mungil itu, namun secepat kilat Ify menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kalo kamu lanjutin lagi, aku bakal marah.” Ancam Ify.
Rio terkekeh pelan melihat Ify yang ngambek seperti anak kecil. Dengan sangat tidak rela akhirnya Rio melepaskan Ify. Dia bangkit dan duduk di samping perempuan itu.
“Udah, jangan ditutupin terus tuh muka.”
Mendengar Rio berbicara seperti itu, dia pun langsung membuka kedua tangannya dan mendapati Rio sedang mengulum senyum menatap dirinya. Ify segera bangkit dari posisinya. Merapikan baju serta roknya yang ternyata sudah tersingkap, sedangkan kancing bajunya sudah terlepas.
“Kamu…“ Ify menatap Rio tajam, sebal melihat apa yang telah dilakukan Rio padanya.
“Heheh…sorry, Fy. Abis kamu yang ngundang aku duluan. Jangan salahin aku donng.” Balasnya tanpa rasa berdosa sama sekali. Rio malah meneguk cappuccinonya yang masih tersisa di meja.
“Awas kalo kamu kayak gini lagi. “ Ify mendengus pelan. Dia bangkit menuju wasteful yang tidak jauh dari situ. Bermaksud ingin merapikan dandanannya, namun yang terlihat dicermin malah kissmark di leher dan di atas dadanya.
“RIOOOOO!!!!!” Teriak Ify kesal. Dia ingin sekali menusukkan gunting yang tergantung di dekat wastafel pada tubuh Rio.
Rio malah tertawa keras melihat tingkah Ify yang seperti orang kebakaran jenggot. Dia sangat menikmati ekspresi peremuan itu. Dirinya merasa sangat puas bila bisa membuat Ify tersenyum sekaligus malu.
**************************************************************************
Ify berjalan terburu-buru menuju lift, dia harus mengejar Rio yang ternyata meninggalkan laporan yang seharusnya dia bawa untuk rapat dengan salah satu klien yang amat penting untuk perusahaannya. Sepanjang jalan Ify merutuki kecerobohan Rio ini.
“Bukannya disiapin dari tadi, malah pake acara ketinggalan segala coba. Ck.. Rio ini nyusahin gue aja, kalo gini siapa yang repot coba? Gue kan?” Gerutu Ify sadar sudah berada di dalam lift.
‘Ting’
Pintu lift terbuka, Ify keluar dan langsung menuju receptionis. Oik tersenyum manis kearahnya.
“Ik, Liat Pak Rio nggak?” Tanya Ify.
Wina mengernyitkan dahinya bingung.” Pak Rio?”
Ify meringis geli.”Bukan , maksud aku Pak Mario.” Ralat Ify.
“Baru aja berangkat Ke Luxury Restoran. Kenapa?”
Ify mendecak kesal. Ternyata dia kalah cepat.”Nggak apa-apa, yaudah makasih ya.” Balas Ify lalu menuju lapangan parkir tempat dimana biasanya mobil kantor selalu stand by.
“Pak Ujang, tolong anterin aku ke Luxury yah. Mau nganterin berkas penting.” Perintah Ify saat sudah berada di dalam mobil. Pak ujang mengangguk dan menjalankan mobilnya sesuai perintah Ify.
‘Dret..dret..dret’ Hp Ify bergetar.
“Hallo , Yo? Kamu dimana?” Tanya Ify saat tau Rio yang menelponnya.
“Masih dijalan, Fy. Laporannya udah ada di tangan kamu kan?”
“Udah, aku juga lagi di jalan. Nanti kamu tunggu aku di depan ya kalo udah sampe.”
“Iya. Yaudah sampai ketemu di Luxury ya, Maaf nih ngerepotin kamu.” Kata Rio merasa bersalah.
‘Nyadar juga rupanya nih orang kalo nyusahin?’ Batin Ify masih sedikit kesal.
“Iya, nggak papa, bye.” Ify mengakhiri sambungannya.
Perempuan itu sampai di depan Luxury restoran setengah jam kemudian karena jalanan yang sangat padat. Rio tersenyum lucu saat melihat wajah Ify yang cemberut, sepertinya perempuan itu sedang kesal padanya.
“Nih berkasnya. Untung aja nggak telat.” Ify menyerahkan berkas tersebut kepada Rio.
“Iya, maaf sayang. Tadi aku bener-bener lupa.” Balas Rio tersenyum ramah.
“Makanya kalo aku ngasih tau itu didengerin, kamu tuh susah sih dibilanginnya.” Omel Ify kesal.
Rio terkekeh pelan.” Iya…iya. Yuadah Aku masuk yah. Nanti kita makan siang bareng.” Pamit Rio lalu mencium kilat pipi Ify. Membuat Perempuan itu terperangah. Rio terlalu cuek pada lingkungannya, dia tidak menyadari ada pak ujang yang memerhatikan keduanya.
“Dasar nggak pernah berubah. Selalu cuek.” Sungut Ify , lalu memutar badannya menuju mobil kantor yang terparkir tidak jauh dari situ. Namun baru beberapa langkah kakinya berjalan tiba-tiba saja seseorang memanggil namanya.
“Ify!!!” Panggil seorang perempuan cantik dengan penampilan anggun. Dari penampilannya saja Ify bisa langsung menebak bahwa perempuan itu dari kalangan atas seperti Rio. Namun dia heran kenapa perempuan itu bisa tau namanya, melihatnya saja baru kali ini.
“Kamu Ify kan?” Tanya perempuan cantik itu.
Ify masih sedikit bingung, namun dia mengangguk juga.”Iya. Anda siapa ya?”
“Saya Shilla. Saya Cuma mau kasih tau kamu, lebih baik kamu jaga jarak dengan Rio. Bikin sakit mata tau nggak.” Kata Perempuan itu sinis. Bahkan terkesan meremehkan Ify.” Jangan kecentilan jadi perempuan.” Lanjutnya.
“Apa hak kamu ngelarang aku deket-deket dengan Rio?” Tanya Ify ketus. Dia bingung tiba-tiba saja perempuan bernama Shilla itu melarangnya mendekati Rio
“Hahah…Kamu mau tau siapa saya? …” Shilla tertawa pelan , lalu menatap tajam Ify.” Saya Tu-na-ngan Rio.” Balas Shilla dengan menekankan kata Tunangan.
Wajah Ify berubah pucat saat mendengar jawaban perempuan itu. Tunangan Rio? Ify menggeleng kuat-kuat, dia tidak percaya Rio sudah bertunangan . Rio tidak pernah sekalipun membahas soal dia bertunangan atau belum. Dan kalau benar dia sudah bertunangan, mana mungkin Rio mendekati dirinya dan juga Rafli.
“Nggak…nggak mungkin. Kamu pasti bohong? “ Ify menatap Shilla tidak percaya.
Shilla hanya mengangkat bahunya santai.” Yah itu terserah kamu. Tapi jangan terlalu berharap jadi orang kaya yah. Sekali miskin tetap miskin. Dan ini… undangan buat kamu. Biar kamu sadar kalo kamu itu Cuma punguk yang merindukan sang bulan. “ Balas Shilla sinis dan memberikan sebuah Undangan Cantik berwarna silver.
Di undangan itu tertulis jelas nama Mario Haling dan Ashilla Zahrantiara. Tubuh Ify menegang, dia menatap nanar Undangan tersebut. Bahkan dirinya merasa bagai tertusuk beribu-ribu jarum. Kenapa di saat dia mulai menerima kehadiran Rio kembali dia harus merasakan kenyataan pahit ini lagi. Ify mulai merasakan kelopak matanya memanas, dia harus pergi dari tempat ini. Sebelum air matanya jatuh dan perempuan ini kan meremehkan dirinya lagi.
“Makasih buat Undangannya, dan mulai sekarang aku akan jauhin Rio. Jadi kamu nggak perlu khawatir soal aku.” Kata Ify dengan suara bergetar. Perlahan dia melangkah meninggalkan Shilla yang tersenyum penuh kemenangan.
“Jalan pak!” Perintah Ify saat dirinya sudah di dalam mobil Pak Ujang menuruti perintah Ify.
Tangan Ify masih tetap memegang Undangan itu, Air matanya mulai mengalir deras. Kenapa kebahagian yang dia rasakan hanya semantara saja. Baru saja kemarin dirinya ,Rafli dan juga Rio bersenang – senang. Tapi kenapa sekarang semuanya berbanding terbalik. Pak Ujang hanya menatap Ify dengan iba saat melihat perempuan itu menangis pilu lewat kaca spionnya.
“Aku harus ngejauhin Rio. Aku harus pergi dari kota ini…” Kata Ify sedih masih dengan air mata yang terus mengalir
komentarnya yaaa teman teman :**
kalau gak komentar, gak akan saya lanjutkan :D
tinggalkan jejak kalian sebagai pembaca yang ingin dapat pahala :))
terima kasih :*
Kak kapan nih bikin cerpen rify yang baru?
BalasHapuskapan kapan ya de' :)) kalau ada waktu luang banyak insya Allah buat :))
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke sini ^^
Ditunggu cerpen RIFY yg terbaru nya kak :-) (y)
BalasHapus