Buat semuanya yang mau baca ini, baca doa keselamatan dulu yah :D
Jujur, gue gak tahu ini apa. Cerpen ?? Oneshoot ?? Atau hanya prolog :o
karena gue membuat ini dengan penuh rasa tertekan :D #sok banget bahasa gue :D
ini cuma buat selingan yah guys :D karena gue pusing banget mau lanjutin cerbung yang mana -___-
yang jelas, loe semua jangan ada yang pada demo sama gue :o
Okeh, langsung aja, HAPPY READING ALL :*
Love in Danger
Suara musik menggema di sebuah tempat terlarang di kota metropolitan. Musik berderu dengan kencang membuat setiap orang yang berada di dalam sana menjadi bersemangat dalam melakukan perbuatan yang mereka suka tanpa memikirkan akibat dari perbuatan itu.
Ruangannya sangat gelap dan menjadi berwarna warni karena sebuah permainan lampu di dalamnya. Bau alkohol dan asap rokok menyebar di penjuru ruangan. Dan yang menjadi ciri khas dari tempat ini adalah, dipenuhi oleh manusia manusia yang merusak harga diri mereka sendiri.
Melody’s club adalah nama dari tempat terlarang ini. Tempat yang menjadi tujuan orang – orang tertentu yang tidak bisa menghadapi hidup.
Beberapa wanita dengan pakaian yang sangat minim sedang asyik meliuk liukkan tubuhnya di tengah ruangan dengan didampingi oleh beberapa pria yang asyik menikmati tubuh terbukanya. Sesekali tangan mereka meraba sekujur tubuh sang wanita.
Sedangkan di tempat bar kecil, tampaklah bartender yang sepertinya sedang sibuk mengurusi para pelanggan. Sesekali wanita yang memesan minuman apapun tampak menggoda bartender tersebut.
Serta di sofa sofa panjang yang mengelilingi ruangan itu, beberapa pasangan sedang asyik melakukan perbuatan yang dilarang. Mereka tidak perduli jika ada seseorang yang melihat kelakuan mereka. Yang menjadi prinsip para pria datang ke tempat ini adalah, bersenang senang dengan semua wanita penggoda yang ada disana.
Tetapi tidak dengan di sofa kecil yang berada pada ujung ruangan. Disana terlihat beberapa pria yang sedang asyik meminum sesuatu berkadar tinggi. Mereka tidak tertarik untuk turun ke lantai dansa ataupun mengajak para wanita penggoda yang dari mereka masuk ke dalam tempat ini sudah menyambutnya.
Mario Raditya dan Alvin William. Dua orang bersahabat itu selalu datang ke tempat terlarang ini. Tapi sampai sejauh ini pun mereka tidak pernah menyentuh para wanita penggoda yang ada di sana. Mereka hanya ingin merileks’kan pikirannya yang setiap harinya selalu dipenuhi oleh masalah.
Tidak akan ada yang percaya bahwa dua orang bersahabat itu merupakan pemimpin sebuah perusahaan ternama di kota metropolitan ini. Karena mereka tidak pernah bertemu dengan pekerja yang ada di kantor mereka di tempat ini. Dan juga, tempat ini terletak sangat jauh dari perusahaan mereka.
Mario kembali menenggak minuman beralkohol dengan kadar yang cukup tinggi itu. Karena sudah terbiasa, berapa banyak pun minuman yang ia tenggak, tidak akan bisa membuatnya kehilangan keasadarannya. Walaupun itu hanya 10 % saja.
“Loe beneran gak mau main bro ??” Tanya Alvin yang sudah terkapar dengan bersender pada senderan sofa.
Mario melirik ke sahabatnya yang sepertinya benar – benar tidak mempunyai kesadarannya lagi. Dia menghembuskan nafasnya secara kasar. Dengan kasar, dia meletakkan botol beralkohol tinggi itu ke meja kaca kecil di hadapannya sampai menghasilkan bunyi yang keras.
Laki – laki itu menatap ke lantai dansa. Kemudian tersenyum miring. Laki – laki ini benar – benar muak dengan semua wanita yang ada disini. Mereka seperti tidak mempunyai harga diri. Menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan sejumlah uang. Rela tubuhnya dijamah hanya untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan.
“Wanita murahan.” Gumamnya pelan.
Kemudian Mario berjalan menuju kearah toillet. Sesekali tangannya mengusir wanita – wanita yang mengajaknya ‘bermain’. Dia tidak akan pernah rela jika harus bersentuhan dengan wanita – wanita penggoda seperti mereka.
“Loe itu bayar gue buat nemenin loe minum kan. Bukan buat main sama loe. Jadi lepaskan gue.”
Teriakan itu menggema begitu keras. Mario berhenti berjalan kemudian memutar tubuhnya sehingga sekarang dia menghadap ke sebuah kamar dengan pintu tertutup. Mario sangat yakin, jika teriakan itu berasal dari dalam.
“Gue gak mau. Lebih baik loe cari wanita lain yang mau main sama loe. Lepaskan.”
Teriakan itu kembali terdengar. Laki – laki ini mengangkat alisnya tinggi – tinggi. Dibayar ?? Minum ?? Bermain ?? . Kemudian Mario tersenyum tipis. Dia mengerti maksud teriakan itu. Tapi yang menjadi pertanyaan disini adalah, mengapa wanita itu berteriak ‘tidak mau’ untuk bermain ??
“Sok jual mahal. Cish.” Desisnya pelan.
“Gue gak mau. Lepaskan. Tolong. Please, tolongin gue.”
Mario membelalakan matanya. Baru kali ini, dia mendengar wanita yang sudah dibayar meminta tolong untuk dilepaskan. Tetapi mendengar teriakan meminta tolong itu berlanjut terus menerus membuat laki – laki ini panik sendiri.
Dengan gerakan cepat, Mario mendobrak pintu kamar itu. Tidak perduli dengan apa yang terjadi nanti. Yang jelas, dia harus mengikuti kata hatinya yang menyuruhnya untuk masuk dan menolong wanita itu.
BRAK !! BRAK !! BRAK !!
Dilihatnya seorang wanita yang sedang berbaring di kasur dengan keadaan yang sangat berantakan. Dan seorang pria yang sepertinya sedang berusaha membuka baju wanita itu dengan cara merobeknya.
“Brengsek. Siapa loe.” Teriak laki – laki itu seraya menatap tajam kearah Mario.
Mario meludah disertai dengan senyum miring plus sinisnya. Dia bisa melihat air mata di wajah wanita itu. Dan juga baju mininya sudah banyak yang robek dimana – mana. Mario beralih menatap ke pria gila dihadapannya. Dia menatap tajam dan menyiratkan kemarahan yang luar biasa.
“Loe yang brengsek. Ngapain loe maksa dia buat menuruti keinginan loe.”
“Gue udah bayar dia.” Teriak pria itu. Mario kembali tersenyum miring.
Dengan pelan, dia mendekat kearah pria itu. Senyum miringnya menghiasi wajah tampannya. Kemudian ....
BUK BUK BUK BUK
“Keluar.” Perintah Mario dingin saat pria itu sudah terkapar di depannya dengan wajah yang lebam karena pukulannya tadi.
“Gue udah bayar dia.” Jawab pria itu. Mario tersenyum sinis kemudian mengeluarkan beberapa uang dari dalam dompetnya dan melemparkannya ke tubuh pria itu.
Pria itu segera keluar dari kamar itu meninggalkan Mario dan seorang wanita yang sekarang sedang bersandar pada kepala ranjang dengan menutup tubuhnya menggunakan selimut tebal.
Setelah pria itu keluar dari kamar. Mario mendekati wanita itu yang sekarang sedang memeluk tubuhnya dengan air mata yang masih berlinangan di wajahnya.
“Loe itu kalau mau jadi wanita murahan ya udah. Gak usah sok jual mahal dengan menolak pelanggan loe itu yang udah bayar loe mahal.”
Wanita itu menggeleng gelengkan kepalanya dengan tangisan yang semakin menjadi. Mario jadi pasrah dan berjalan lebih dekat ke wanita itu. Dan dengan gentle’nya dia melepas jaketnya dan diberikan ke wanita itu.
“Pakai. Kita keluar dari sini.”
Wanita itu mengangguk kemudian melepaskan selimutnya sehingga terlihat kulit mulusnya. Karena banyaknya sobekan dimana dimana membuat kulitnya sangat terlihat. Apalagi wanita itu menggunakan gaun terusan berlengan pendek dengan panjang hanya mencapai beberapa senti di atas lutut. Mario meneguk ludahnya kasar melihat tubuh mulus wanita itu. Dia menggeleng gelengkan kepalanya dan menatap kearah lain.
Mario mendengarkan suara keributan yang tidak jauh darinya. Dia menggeram kesal kemudian cepat – cepat menarik wanita itu untuk mendekat kearahnya. Mario sangat tahu, jika keributan itu karena dirinya. Karena dia sudah memukul pria tadi yang mungkin memiliki banyak bodyguard di luar sana.
Karena suara tersebut semakin dekat, Mario menarik wanita itu menuju ke sebuah lemari besar yang terdapat di dalam kamar. Kemudian dia masuk ke dalam sana setelah sebelumnya menarik wanita itu untuk ikut masuk. Lemarinya sangat sempit membuat mereka harus berdekatan di ruangan tanpa udara itu.
“Diem kalau loe pengin selamat.”
Wanita itu mengangguk anggukan kepalanya. Mereka berdua sesekali menahan nafas. Kedua tangan Mario memeluk pinggang gadis itu. Sedangkan wajah keduanya tampak sangat dekat.
Dan Mario baru menyadari jika wanita di pelukannya sekarang amat sangat cantik. Matanya cantik, hidungnya mancung dan bibirnya sangat seksi, membuat Mario ingin mengecupnya.
“Ehem.” Dehem wanita itu pelan membuat Mario tersadar kemudian mengalihkan wajahnya kearah lain dengan menggaruk lehernya salting.
Sedangkan wanita itu terkekeh pelan. Dia tahu gerak – gerik laki – laki di hadapannya sekarang. Diam – diam, dia mengakui bahwa laki – laki di hadapannya sangat tampan. Tubuhnya tinggi atletis, matanya seksi, hidung mancung dan bibirnya sangat pas untuk ukuran seorang pria. Seksi juga menarik.
“Kayaknya udah aman. Kita keluar.” Ucap Mario dan menarik tangan wanita itu untuk keluar juga bersamanya. Mereka menghembuskan nafas lega.
“Thanks banget udah nolongin gue.” Gumam wanita itu pelan. Tapi Mario masih bisa mendengarnya. Laki – laki itu hanya tersenyum miring.
“Bersikaplah buat menerima keadaan. Gue baru sekarang ini lihat cewe bayaran kaya loe meminta tolong buat dilepaskan.” Ucap Mario tanpa perasaan.
“Terserah loe mau mikir apa. Gue Cuma ingin berterima kasih sama loe. Permisi.” Ucapnya pelan kemudian wanita itu melangkah keluar kamar.
Mario hanya menatap langkah wanita itu yang berjalan sangat pelan. Sempat merasa bersalah karena perkataannya barusan. Tapi Mario tampak tidak perduli dan melangkah keluar kamar. Laki – laki ini berjalan ke sofa yang berada di ujung ruangan. Sahabatnya masih berada disana dengan dua wanita disebelahnya.
“Darimana bro.” Tanya Alvin dalam keadaan setengah sadar. Kedua tangannya merangkul pada bahu kedua wanita di kanan kiri pria ini.
“Cabut. Ini udah jam 3 pagi Vin.” Ucap Mario dengan menarik tangan sahabatnya. Alvin hanya menurut setelah sebelumnya memberikan ciuman di kedua pipi wanita itu. Mario hanya geleng – geleng kepala kemudian beranjak keluar.
Entah berawal darimana sampai dua sahabat itu bisa menemukan tempat terlarang ini. Hampir setiap hari mereka ketempat itu. Tidak perduli dengan akibat – akibat yang mungkin saja terjadi pada mereka suatu saat nanti. Mereka berdua hanya ingin mendapatkan kebebasan. Dan kebebasan itu mereka cari pada malam hari. Seperti sekarang. Dan dua laki – laki itu hanya punya dua atau tiga jam untuk mengistirahatkan tubuhnya barang sejenak.
**********
Menjadi seorang pemimpin di perusahaan ternama di dunia merupakan sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Banyak hal – hal yang harus dilakukan untuk bisa tetap mempertahankannya. Entah itu harus fokus untuk memilih perusahaan mana yang bisa untuk diajak bekerja sama maupun harus fokus dalam menandatangani semua berkas – berkas penting menyanngkut perusahaan.
Seperti sekarang. Mario sang pengusaha muda sedang duduk di kursi tertingginya. Dengan ditemani oleh kertas - kertas pentingnya mengelilingi sebuah meja besar di ruangannya.
Pakaiannya sekarang ini sangat berwibawa. Kemeja putih dengan jas hitamnya yang tersampir di kursi tertingginya. Celana hitam dan sepatu pantofel yang berwarna senada dengan jas’nya. Rambutnya tampak rapi. Tidak seperti pakaiannya jika sudah berada di sebuah tempat terlarang itu. Ini Mario yang sesungguhnya. Mario sang pengusaha sukses yang terkenal sebagai orang yang berwibawa.
Ceklek.
Suara pintu yang dibuka membuat Mario mengalihkan tatapannya dari berkas berkas penting di kedua tangannya. Dlihatnya seorang pria paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri.
“Maafkan saya Pak Mario. Saya tidak sopan karena sudah membuka pintu ruangan bapak tanpa meminta ijin terlebih dahulu.”
Mario tersenyum. “Ada apa Pak ??”
“Hari ini sekretaris baru sudah mulai bekerja. Apa Pak Mario mempunyai waktu untuk bisa bertemu dengannya ??”
“Suruh masuk pak. Saya bisa mengerjakan ini nanti.”
Pria paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan langsung membungkukan setengah badannya kemudian keluar ruangan.
Mario tersenyum tipis. Dia sangat percaya dengan pria yang satu itu. Menurut Mario sendiri, pria paruh baya itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan ayahnya sendiri di matanya juga di hatinya. Karena itu, dia menempatkan pria paruh baya itu sebagai Managing direktur atas usul ayahnya juga. Mengingat ayahnya, membuatnya tidak mood untuk meneruskan pekerjaanya.
“Ini pak sekretaris yang baru.”
Mario mengangkat kepalanya untuk bisa melihat wajah sang sekretaris baru. Dan matanya membelalak begitu melihat wanita yang sedang berdiri di depan pintu dengan wajah yang sama kagetnya dengan dirinya. Tapi dengan cepat, Mario menguasai diri dengan berdehem pelan.
“Baiklah pak. Bapak bisa keluar dari ruangan saya. Saya ingin mengenal sekretaris yang bapak pilih lebih lanjut.”
Setelah pria paruh baya itu pergi, Mario kembali menatap wanita yang sedang berdiri gelisah di depan pintu. Itu bisa terlihat karena wanita itu menggigit bibirnya dan meremas tangannya sendiri. Sepertinya wanita itu sangat amat takut sekarang. Karena yang menjadi bos’nya sekarang adalah, orang yang pernah menolongnya.
Mario menatap wanita yang sedang menundukkan kepalanya itu dari atas hingga bawah. Dia tersenyum miring melihat cara berpakaian wanita itu yang sangat sopan sekali. Rok’nya saja beberapa senti di bawah lutut.
“Duduk.” Perintahnya tegas.
“Baik Pak.” Jawab wanita itu seraya berjalan dan duduk di kursi di hadapan Mario.
“Gue gak ngerti kenapa cewe kaya loe bisa jadi sekretaris disini.” Mario tersenyum miring menatap wanita yang duduk hanya terbatasi dengan meja besar itu.
“Maaf pak. Perkenalkan, nama saya Alyssa Sellina.” Ucap Wanita itu dengan mengalihkan pernyataan dari bos barunya dengan memperkenalkan diri.
Mario bangkit dari duduknya dan memutar meja besar di ruangannya itu dan mendekat kearah wanita yang sedang menundukkan wajahnya dalam. Dia lagi – lagi tersenyum miring seraya duduk di atas meja tepat di depan wanita itu.
“Alyssa Sellina.” Mario mendekatkan wajahnya. “Gak usah berpura pura sok suci di depan gue. Kita sedang berdua sekarang.” Desisnya kemudian menjauhkan wajahnya.
“Gak nyangka, wanita murahan kaya loe bisa diterima di perusahaan ini. Gue gak ngerti apa yang membuat Pak Adit menerima loe. Atau jangan – jangan, loe merayu lagi, dengan tubuh loe itu.” Ucapnya penuh dengan kesinisan.
Mario terus menatap wanita itu yang sedari tadi terus menundukkan wajah cantiknya. Dia bisa melihat air mata yang jatuh ke tangan wanita itu karena sedang di letakkan di atas pahanya.
Yang tidak bisa di mengerti oleh Mario adalah, wanita itu adalah seorang wanita yang semalam baru ia tolong di Melody’s Club dari seorang pria yang sudah membayarnya. Dengan pelan, dia menggelengkan kepalanya miris. Kemudian, dia kembali duduk di kursi tertingginya.
“Pernah bekerja di perusahaan mana sebelumnya ??”
Wanita itu mengangkat wajahnya mendengarkan pertanyaan lembut dari seorang pria yang menjadi bos’nya sekarang. Dengan cepat dia menghapus air matanya yang tiba – tiba mengalir setelah mendengarkan ucapan pedas dari seorang pria di hadapannya.
“Di perusahaan Damanik Pak.”
Mario mengangguk anggukan kepalanya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa yang disebutkan oleh wanita itu merupakan saingan terberat perusahaannya.
“Sebagai apa ?? Dan kenapa kamu bisa pindah kesini ??”
“Pernah menjadi karyawan, kepala bagian, supervisor dan sekretaris pak.”
“Pertanyaan kedua kenapa tidak dijawab Alyssa.” Ucap Mario tegas.
“Mmm, tempat kost saya berada tidak jauh dari perusahaan bapak. Maka dari itu, saya mengundurkan diri dari perusahaan Damanik dan beralih ke perusahaan ini.”
Mario mengernyitkan keningnya bingung, dengan refleks, wanita itu melanjutkan keterangannya agar tidak membuat bos’nya itu semakin marah.
“Karena saat saya masih di perusahaan Damanik, saya sering terlambat pak. Akibat dari bangun tidur saya yang sering kesiangan dan juga mencari kendaraan yang bisa mengantarkan saya ke perusahaan Damanik yang letaknya sangat jauh dari tempat kost saya.” Terang wanita itu dengan nada sopan.
“Alasan diterima. Kamu bisa mulai bekerja hari ini.”
“Terima kasih pak. Saya akan bekerja sebaik mungkin disini.”
“Bagus. Kamu tahu perusahaan menjadi terbaik itu apa kan ??” Tanya Mario dengan nada lembut. Wanita di hadapannya hanya diam.
“Okeh saya jelaskan, sebuah perusahaan akan memiliki kualitas yang baik jika semua pekerjaan dikerjakan dan dilakukan oleh kerja sama yang baik. Tidak memonopoli atau melakukan kecurangan dalam sebuah proyek yang akan dikerjakan nanti.”
“Dan dengan ini, perusahaan lain akan melihat sebuah eksperimen untuk melakukan kerja sama yang mungkin akan bisa menguntungkan satu sama lain. Semua itu dilakukan demi menunjukkan sebuah perusahaan yang dimiliki sebagai implementasi setiap perusahaan yang akan bermodal tinggi. Kamu tahu maksud saya kan ??”
Wanita itu mengangguk anggukan kepalanya. Dia sebenarnya sangat terpana melihat kewibawaan seorang Mario. Pengusaha muda yang sangat tampan dan juga kaya raya. Perempuan mana yang tidak ingin menjadi kekasihnya atau istrinya. Semua wanita sepertinya sangat ingin menjadi bagian terpenting di hati Mario.
“Saya tidak akan melihat kamu sebagai wanita malam yang bekerja di Melody’s Club selama dikantor. Anggap saja kita baru bertemu sekarang. Mengerti ??”
“Mengerti Pak.”
“Silahkan kamu kembali ke tempat kamu. Dan bekerjalah dengan sepenuh hati.”
“Pasti pak. Saya permisi.”
Mario menatap wanita itu dengan senyuman miring. Dia benar – benar tidak menyangka jika wanita yang semalam ia temui di tempat terlarang itu juga pernah bekerja di perusahaan terbaik milik Damanik. Mempunyai kepribadian ganda, sama seperti dirinya. Dan sepertinya, dia akan lebih bisa bermain main sedikit dengan wanita itu mengingat mereka akan bertemu setiap hari.
“Permainan ?? Sungguh menarik.”
***********
END !!!
Fix itu END guys :D Bukan TBC loh yah ..
sorry banget gantung, sorry banget gaje, sorry banget kalau judul sama ceritanya gak nyambung :D
Insya Allah, kalau mood gue lagi bagus, gue lanjutin :))
Mohon komentarnya guys :*
@IndahNurAmalia9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*