Jumat, 04 September 2015

Love in Danger - Part 10 (RIFY)

Sebelumya gue mau ngucapin permintaan maaf buat kalian semua.
Gak pernah ada pemikiran buat PHP'in kalian :( 
Bener-bener gak ada kuota buat share tulisan gaje gue. Sorry :(

Next, gue mau ngucapin selamat buat MARIO, yang udah bisa nyiptain lagu sendiri. Walaupun baru single, gue selalu menanti single kalian yang lain, kalau bisa ALBUM. Amiin :)
Semangat terus buat RIO ALVIN, sukses selalu yaaaa ;) 




PART 10

            Mario sedang sibuk dengan makananya. Pria ini sekarang sedang bersama Alyssa di apartement’nya. Setelah meyakinkan wanita itu akan kesetiannya, akhirnya Alyssa luluh juga dengan kalimat-kalimatnya. Pria ini berhasil membawa wanita itu ke apartement’nya.

            Dia menatap kembali ke makanan Alyssa dan menatap wanita itu bergantian. Ada yang aneh dengan mata wanita itu, tampak kosong. Mungkin Alyssa memang sedang banyak pikiran. Batin Mario.

“Ehem.” Mario mengernyit karena tidak mendapati tanggapan dari wanita itu.

            Pria itu menyentuh lengan Alyssa yang masih berada di atas meja dan mengusapnya pelan. Alyssa langsung terbangun dari lamunannya. Dia menatap Mario sebentar kemudian memakan kembali makananya yang sudah tampak dingin.

“Kenapa ??” Tanyanya dengan tangan kirinya yang masih mengusap lengan Alyssa.

“Enggak. Cuma kepikiran sesuatu aja.”

“Kapan loe bisa berbagi masalah loe sama gue Lys.”

“Gue gak kenapa-kenapa Mario.”

Mario menghela nafas pasrah. Dia menyerah untuk membuat wanitanya mau jujur dan berbagi masalahnya dengan dirinya.

“Wanita yang kemarin sama gue namanya Zahra Lys. Dia mantan gue.” Ucap Mario mencoba menjelaskan kepada wanita itu.

“Loe udah menjelaskannya kemarin.” Jawab Alyssa singkat.

“Gue dulu pernah pacaran sama dia selama 2 tahun. Dan kita putus, saat gue harus ke Italia buat melanjutkan study gue. Dia gak mau LDR, makanya gue putusin dia. Tapi dia juga waktu itu gak mau putus sama gue. Yang artinya, dia gak mengijinkan gue buat ke Italia.” Mario menjelaskan kembali, tidak perduli kalau Alyssa mau mendengarkannya atau tidak.

“Sebenernya Italia bukan sasaran gue buat dijadiin tempat gue meneruskan study gue. Tapi ini perintah Papa. Dan saat Zahra bilang dia gak mengijinkan gue buat ke Italia, gue langsung mengiyakan. Karena waktu itu perasaan gue juga masih besar buat dia. Dan Papa marah besar sama gue.” Lanjutnya.

“Tapi setelah itu, gue patuh juga sama Papa. Gue mau, waktu papa menginginkan gue buat ke Italia lagi. Karena Papa mengeluarkan ancaman yang gak bisa gue toleransi lagi. Zahra dan keluarganya akan menderita kalau gue gak mau nurutin perintah Papa Lys. Itu yang bikin gue terpaksa putus sama dia.”

“Dan saat gue di Italia, gue udah lost contact sama dia. Karena Handphone gue jatuh entah dimana membuat semua yang berhubungan dengan Zahra hilang. Dan gue bener-bener memulai hidup baru gue disana. Menjadi Mario yang seperti sekarang.”

            Mario menatap mata Alyssa yang tidak memberikan komentar apapun saat dia bercerita tadi. Wanita itu masih diam dengan tangan yang bergerak aktif memainkan sendok di atas makananya. Membuat makanan itu sudah tidak berbentuk lagi dan tidak pantas untuk dimakan.

“Loe marah sama gue ??”

            Alyssa menghela nafas kemudian mengalihkan pandanganya dan sekarang menatap mata Mario dalam. “Enggak, justru gue bangga sama loe, loe udah mau jujur sama gue tentang masa lalu loe. Loe membuat gue percaya sama loe.”

Mario tersenyum kemudian mencium bibir wanita itu pelan.

“Gara-gara loe hidup terlalu lama di Italia, loe jadi pervert seperti sekarang.” Lanjut Alyssa datar seraya menatap makanannya lagi.

“Gimana lagi. Loe tahu kan Italia itu kayak gimana. Disana, gak ada pakaian tertutup. Apalagi daerah deket kampus gue. Gue gak pernah bosen tinggal disana.” Ucap Mario menyahuti perkataan Alyssa seraya menggoda wanita itu.

            Alyssa hanya menatap sinis pria itu membuat Mario tertawa lepas. Dengan pasti, dia mendekat kearah Alyssa kemudian mengangkat tubuh wanita itu ke atas pangkuannya membuat Alyssa reflek memukul lengan pria itu.

“Karena makanan loe udah gak layak dimakan, gimana kalau kita berdua makan makanan gue bareng. Biar romantis Lys.”

“Ck, apanya yang romantis. Minggir, gue gak nafsu makan Mario.”

“Kan makan’nya sama gue. Bukannya kalau sama gue, nafsu loe selalu tinggi ya.” Goda Mario yang membuat kepalanya mendapat sasaran dari tangan jail wanitanya.

            Mario hanya terkekeh kemudian menyuapi Alyssa dengan makananya. Dan wanita itu sudah mau menerima suapan darinya. Mereka makan bersama dengan candaan kecil yang menengahi acara makan bersama mereka.

            Mario menatap wajah wanita itu dengan seksama saat Alyssa masih sibuk dengan handphone’nya. Wanita itu berada di atas pangkuannya –yang sekarang sudah berubah menjadi menyamping- dan mereka masih berada di meja makan. Mario tersenyum kecil saat menatap wajah wanitanya. Cantik. Dia sangat menyukai bentuk wajah wanitanya. Entah mengapa tidak pernah bosan untuk dilihat kapanpun dan dimanapun.

“Ck, gak usah ngeliatin gue gitu banget Mario.” Tegur Alyssa kesal. Masih tidak perduli dan masih sibuk dengan handphone’nya.

Mario terkekeh kecil. “Enggak, gue seneng aja kalau lagi ngeliatin wajah loe.”

“Alasan apa lagi sekarang ??” Tanya Alyssa masih tanpa menatap Mario.

“Enggak ada. Dan efek gue ngeliatin loe terus, gue jadi pengin bawa loe ke kamar dan kita berbaring bersama di atas kasur. Dengan posisi loe yang dibawah gue dan gue yang ......Aw.”

            Alyssa dengan sadisnya mencubit lengan Mario. Tidak perduli dengan ringisan dan teriakan pria itu yang menyuruhnya berhenti. Gila. Pria ini memang sudah gila. Bisa-bisanya mengungkapkan apa yang diinginkannya –yang seharusnya tidak di ucapkan- secara bebas seperti itu.

“Lepasin Alyssa. Ini beneran sakit.” Ringis Mario seraya berusaha menyingkirkan tangan wanita itu dari lengannya.

“Siapa yang nyuruh loe buat mengungkapkan keinginan pervert loe secara bebas seperti itu Mario.” Desis Alyssa.

“Iya iya maaf. Lepasin dulu tangan loe sayang.”

            Dengan perasaan kesalnya, dia melepaskan jarinya dari lengan pria itu karena tidak tega melihat ringisan pemuda itu yang sepertinya memang sedang menahan sakit. Dia melirik sekilas ke lengan pemuda itu yang sepertinya memerah di bagian cubitan dia tadi. Tapi dia tidak perduli.

“Loe tega banget sama gue Lys.” Ucapnya manja seraya mengusap usap lengannya.

“Bodo.” Ucap Alyssa seraya bangun dari pangkuan laki-laki itu. Kemudian beranjak untuk menata kembali meja makan dengan membawa piring bekas mereka makan dan membawanya ke dapur.

“Alyssa.” Teriak Mario tetapi tidak didengarkan oleh wanita itu. Saat dia ingin menyusul wanita itu, getaran handphone menghentikan niatnya. Dia melirik sekilas, ponsel Alyssa.

            Mario mengernyit melihat ada yang aneh disana, tulisan ‘Bunda’ yang hadir di layar handphone wanitanya. Dengan ragu, dia mengambil handphone wanita itu dan menatap nama si pemanggil dengan bingung. Hanya menatapnya tanpa berniat untuk menjawab panggilan tersebut.

            Sesaat kemudian getaranya benar-benar berhenti. Mario masih menatap nanar layar handphone Alyssa. Bunda ?? Maksudnya apa ?? Alyssa bilang kepadanya jika dia sudah tidak mempunyai orangtua, tetapi mengapa sekarang ada nama Bunda yang melakukan panggilan dengan wanita itu ??

            Mario menundukkan wajahnya, merasakan kepalanya berputar karena terlalu rumit dengan semua kejadian ini. Dia mengangkat kembali wajahnya saat dirasakan handphone Alyssa yang masih berada dalam genggamanya bergetar kembali.

Dengan nama pemanggil yang masih sama dengan sebelumnya.

Apa yang harus ia lakukan ?? Mengangkatnya atau membiarkannya ??

            Karena dia ingin tahu apa yang terjadi, Mario menekan tombol hijau kemudian mendekatkannya ke telinga.

“Ify, kamu bener-bener anak kurang ajar. Berani-beraninya kamu gak ngangkat telepon saya tadi, habis darimana hem ?? Kamu jangan main main sama saya Ify.”

            Mario hanya diam mendengarkan apa yang diucapkan oleh si pemanggil. Tetapi sesaat setelah mendengarkan kalimat itu, dia mengepalkan tangan kirinya yang tidak memegang handphone. Berani sekali dia membentak wanitanya. Tetapi sesaat dia juga tersadar jika si pemanggil dengan nama ‘Bunda’ di layar juga menyebut Alyssa dengan Ify. Siapa Ify ??

“Saya sudah mendengar penjelasan dari Bos kamu. Keluar ?? Apa yang ada dalam pikiran kamu ?? Darimana kamu dapet uang kalau kamu keluar Ify ??”

            Mario hanya mengurut pelipisnya yang terasa menjadi sangat pegal disana. Kepalanya berputar membuatnya pusing. Sebenarnya si pemanggil salah sambung atau bagaimana ?? Sudah jelas jika si pemilik handphone bernama Alyssa. Mengapa sedari tadi dia menyebut nama Ify disana ?? Lalu Bos ?? Apa maksudnya ?? Batin Mario menyuarakan banyak pertanyaan yang membuatnya pusing sendiri.

“Malam ini, kamu harus mengirim uang kepada saya. Harus. Dan saya tidak menolak penolakan kamu. Atau 1 nyawa menghilang.”

            Desisan terakhir disertai dengan panggilan yang ditutup oleh si pemanggil di seberang sana. Mario meletakkan handphone’nya lemas di atas meja. Jadi apa maksudnya ini semua ?? Mario benar-benar butuh penjelasan sekarang. Tetapi bagaimana dia menanyakannya kepada Alyssa ??

“Mario.”

            Mario mengangkat wajahnya mendengar sapaan lembut yang selalu hadir dalam hidupnya akhir akhir ini. Dia menatap wajah Alyssa yang nampak terkejut melihat handphone milik wanita itu sedang berada dalam genggamannya. Dia merasakan Alyssa yang merebut handphone’nya secara kasar dari tangannya. Tetapi Mario masih belum mau merespon semuanya. Dia masih terlalu bingung.

“Apa yang loe lakuin sama handphone gue Mario. Jawab.” Teriak Alyssa, wanita ini merasa marah karena laki-laki dihadapannya merebut privacy’nya.

            Mario tersadar kemudian menundukkan wajahnya. Memikirkan bagaimana cara dia mengungkapkan kepada Alyssa. Dan Alyssa menatap Mario dengan mata indahnya yang sudah nampak berkaca kaca. Dengan cepat, dia mengutak atik handphone’nya. Dan matanya membelalak melihat 1 panggilan yang dijawab beberapa menit yang lalu. Dia menatap Mario dengan mata berkaca-kaca. Kemudian dengan cepat dia keluar menuju ke ruang depan dimana tasnya berada disana dan bersiap pulang.

            Mario yang tersadar segera berlari kemudian menahan wanita itu dan memeluknya secara paksa. Dia bisa mendengar tangisan wanitanya walaupun wajah Alyssa terendam didadanya. Dia hanya bisa mengusap usap punggung dan rambut wanita itu untuk menenangkannya. Semua ini terlalu cepat. Dia tidak bisa berpikir secara rasional sekarang. Yang ada di pikirannya, dia harus menenangkan wanita itu. karena pasti, Alyssa sedang dalam masa kalutnya sekarang.

            Setelah tangisan wanitanya berhenti, Mario melepaskannya kemudian menjajarkan tinggi mereka sehingga wajah keduanya sekarang benar-benar berhadapan. Tangannya terangkat mengusap air mata yang masih membekas di wajah cantik Alyssa.

“Gue mohon tetap disini. Gue tahu loe belum bisa cerita sama gue tentang semuanya. Gue akan nunggu saat loe siap buat cerita Lys.”

            Alyssa menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca kaca lagi. Dia menghapus kasar air matanya yang berhasil menetes kemudian menatap Mario tajam. Dia sedang tidak ingin bersama siapa-siapa sekarang.

“Gue mau pulang.” Ucap Alyssa yang membuat Mario mendesah kecewa.

            Dia hanya mengangguk dan bersiap untuk mengambil kunci mobilnya tetapi tangannya ditahan oleh Alyssa.

“Gue pulang sendiri.”

“Enggak, gue akan anterin loe pulang selamat sampai rumah.”

“Mario, please.” Ujar Alyssa lemah, menatapnya dengan penuh permohonan.

            Mario mendesah keras kemudian mengusap wajahnya kasar. Dia menatap wajah Alyssa kembali yang sekarang sedang menundukkan wajahnya.

“Loe harus janji sama gue loe akan baik-baik aja. Telepon gue selalu. Dan harus minta bantuan gue kalau loe butuh bantuan.”

            Alyssa tidak merespon ucapannya. Mario mengangkat dagu wanita itu kemudian mendekatnya wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu. Dengan mata tertutup, berusaha meresapi semua yang baru saja terjadi. Alyssa meneteskan air matanya kembali saat dirasakan laki-laki itu menciumnya dalam keadaan mata yang tertutup. Kemudian, dia ikut menutup matanya.

            Mereka masih berada di posisi seperti itu. Hingga Mario benar-benar mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi dan mencium wanita itu dengan lebih berani. Pria itu melumat bibir Alyssa dan memperdalam ciumannya. Perlahan, tangan Alyssa terangkat kemudian mengalungkannya di leher Mario. Ikut meresapi ciuman pria itu yang baginya adalah penyemangat hidupnya.

*********

Gabriel berjalan dengan pelan seraya melirik kanan kirinya memasuki gedung besar yang sudah sah menjadi miliknya. Dia mengernyit karena tidak menemukan salah satu objek yang sedari tadi dicarinya. Merasa aneh, pria itu menggeleng gelengkan kepalanya pelan kemudian meneruskan langkahnya menuju lift untuk sampai di ruangannya di lantaii atas.

“Selamat pagi Pak Gabriel.” Sapa salah seorang karyawati.

“Pagi.” Jawab Gabriel datar seraya berjalan menuju kearah lift dan memasukinya.

            Gabriel menekan tombol 4, kemudian lift berjalan pelan. Pria itu menghembuskan nafasnya frustasi saat pintu lift sudah terbuka. Buat apa dia kemari ?? Ah, dia bisa menggunakan jabatannya untuk alasannya nanti.

“Selamat pagi Pak Gabriel. Mohon maaf sebelumnya, tetapi ada apa Bapak kemari ??” Tanya seorang bagian recepcionist disana. Memang, di kantor Gabriel, setiap lantai pasti ada bagian recepcionist’nya. Jadi, tidak jarang tamu yang tidak berkepentingan harus merasakan yang namanya ditolak oleh bagian itu.

“Hanya ingin melihat lihat secara langsung saja.”

“Baik Pak, silahkan.” Karyawati itu mengekor di belakang direkturnya itu. Dia hanya mengikuti semua perintah atasanya itu, karena jika dia menolak barang sekali saja, sudah pasti pekerjaannya sekarang akan menghilang begitu saja.

“Semuanya lancar ?? Gak ada kendala apapun ??”

“Lancar Pak. Dan tidak ada kendala apapun. Semuanya baik-baik saja.” Jawab Karyawati itu sopan. Tidak biasanya atasanya ini ingin mengetahui secara langsung kinerja karyawannya.

            Gabriel memberhentikan langkahnya. Dia menatap 1 objek yang sedari tadi dicarinya tanpa sadar. Ashilla. Wanita itu sedang duduk di bangkunya dengan wajah tidak semangat. Memang, wanita itu sedang bekerja sekarang. Tetapi dilihat dari wajahnya, itu sudah membuktikan bahwa wanita itu sedang tidak dalam mood yang baik.

“Ehem. Mohon perhatiannya. Pak Gabriel sedang ingin memeriksa kinerja kita semua secara langsung. Mohon bantuannya.”

            Sesaat setelah suara karyawati itu, seluruh karyawan yang berada disana mengalihkan pandangan mereka pada Gabriel yang masih berdiri di dekat dengan ruangan mereka. Dengan kompak mereka membungkukan badanya tanda hormat. Gabriel terus melihat kearah Shilla yang sama sekali tidak melihat kearahnya.

“Silahkan bekerja kembali.” Perintah Gabriel dengan datar.

            Mereka mengangguk kemudian meneruskan pekerjaan mereka. Termasuk Shilla. Wanita itu masih tidak ingin melihat kearah atasanya. Gabriel berjalan memutar dari meja satu ke meja yang lain. Mengamati, tetapi pikirannya hanya bisa fokus pada wanita yang berada di seberang sana. Dan setelah berada di hadapan meja Shilla, Gabriel berhenti.

“Kamu tidak bisa untuk lebih menghormati saya ??” Desis Gabriel.

Shilla mengangkat kepalanya menatap atasanya itu. “Mohon maaf Pak, tetapi apa salah saya ??”

“Kamu mengabaikan saya Ashilla. Tidak seharusnya sikap seorang karyawan seperti itu kepada atasanya.”

“Maafkan saya pak.”

            Gabriel masih menatap wanita di hadapannya yang sekarang sudah menundukkan wajahnya kembali. Dia bisa melihat kedua tangan perempuan itu meremas satu sama lain.

“Kamu dapat jatah lembur hari ini sebagai hukuman kamu.”

            Gabriel langsung berjalan meninggalkan ruangan itu. Dia kembali berjalan menuju lift untuk menuju ke ruangannya sendiri. Tangannya terkepal erat dan matanya terpejam. Entah dia sadar atau tidak apa yang sudah ia lakukan pada Ashilla.

            Sedangkan Ashilla hanya menyembunyikan wajahnya pada lipatan kedua tangannya yang ia taruh diatas meja kerja. Merasa malas jika harus berurusan selalu dengan atasanya itu. Dia sudah merasa lelah dengan semuanya. Tetapi dia belum bisa berhenti bekerja sekarang. Ada sesuatu hal yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Setelah itu, dia akan keluar dari nerakanya menurutnya.

**********

            Alyssa sedang duduk di atas meja makan di dalam tempat kos’nya yang selama ini ia tinggali. Dan mungkin malam ini menjadi malam terakhir dia bermalam disana. Karena mulai besok, Alyssa akan mencari apartement kecil saja untuk menjadi tempat tinggalnya selanjutnya. Banyak alasan mengapa Alyssa akan pindah tempat tinggal. Dan ini sudah menjadi keputusanya.

Alyssa menghembuskan nafasnya secara frustasi. Dia baru menyadari satu hal sekarang. Mengenai masalah Damanik Company. Entah bagaimana jika Gabriel atau pegawainya yang lain mengetahui mengenai saham mereka yang sudah berada di tangan bosnya di markas. Alyssa benar-benar melupakan hal itu.

            Dan mengenai hal ini, dia harus secepatnya keluar dari perusahaan itu. Jika bisa mulai besok dia harus sudah memberikan surat pengunduran dirinya ke perusahaan itu.

            Bukan hanya masalah Gabriel, masalah Rio juga salah satu alasanya. Mengenai panggilan dari Bunda yang dijawab oleh Mario. Pasti laki-laki itu berpikiran yang tidak-tidak mengenai dirinya. Tetapi memang benar, dia sedang tidak bisa untuk menjelaskan semua itu kepada Mario. Belum bisa. Setidaknya tidak untuk saat ini.

            Jika bukan karena seseorang yang sangat berharga untuknya yang masih berada di tangan seseorang yang ia sebut Bunda itu, pasti Alyssa sudah tidak pernah perduli dengan Ayah dan Bundanya itu. Tetapi seseorang yang berharga itu yang membuatnya tidak bisa lepas dari cengkraman mereka.

            Dia ingin bisa menikmati hidup. Dia ingin bahagia bersama dengan orang yang menyayanginya. Kapan Tuhan akan mendengar permohonanku ini ?? Gue Cuma ingin bahagia di umur gue yang sudah hampir memasuki kepala tiga. Ingin menikah, mempunyai anak dan hidup bahagia bersama dengan keluarga kecilnya. Kapan hal itu akan terjadi dalam kehidupannya ??

            Alyssa kembali dari lamunanya saat dirasanya ada getaran dari handphone’nya yang ia letakkan di atas meja makan. Wanita cantik ini hanya meliriknya sekilas. Kemudian menghela nafasnya kembali secara frustasi. Terpampang jelas nama Mario disana. Dan Alyssa tidak berniat untuk menjawab panggilan tersebut.

            Setelah getarannya berhenti, Alyssa mengambil handphone’nya kemudian mengetik pesan singkat untuk seseorang. Selanjutnya Alyssa langsung bersiap untuk pergi ke suatu tempat yang baginya sangat menyenangkan untuk dirinya tempati. Karena disana, Alyssa merasa tidak sendirian. Siapapun tidak akan ada yang bisa berhentiin keinginan wanita cantik ini. Untuk Mario sekalipun. Karena Alyssa akan pergi ke Melody’s Club.

*********

            Gabriel menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat pegal karena melakukan pekerjaan seharian ini yang tidak ada habisnya. Dia melirik jam tangannya sekilas kemudian menghela nafas karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

            Seraya membereskan pekerjaannya untuk dikerjakan lebih lanjut di apartement’nya nanti, dia jadi teringat dengan wanita itu. Shilla. Seharian ini, wanita itu benar-benar tidak ada dalam penglihatannya. Benar-benar menhilang dalam penglihatannya.

            Tetapi mengingat hukuman yang ia berikan untuk wanita itu tentang waktu lemburnya. Dia mempunyai kesempatan untuk kesana. Entah mengapa, Gabriel ingin melihat wanita itu walaupun hanya sekilas.

            Saat di lift, Gabriel memikirkan 1 hal, entah mengapa dia menjadi merasa bersalah kepada Shilla. Wanita itu sudah sering mendapat perlakuan yang tidak baik darinya. Padahal, Shilla tidak pernah berbuat kesalahan fatal kepada dirinya maupun pada pekerjaannya.

            Gabriel berhenti tepat di depan ruangan yang didalamnya beberapa ruangan milik karyawannya. Matanya terfokus pada Shilla, satu-satunya orang yang berada disana. Masih berkutat pada pekerjaannya tanpa memperdulikan waktu yang sudah menunjukkan pukul 9 malam.

            Gabriel berjalan mendekat tanpa menimbulkan suara apapun. Setelah hampir dekat, laki-laki ini bisa melihat dengan jelas wajah pucat wanita itu. Sangat pucat, bibirnya juga kelihatan kering. Apa wanita itu sedang sakit ??

“Shilla.” Panggilnya dengan suara otoriternya seperti biasa.

Shilla mendongak kemudian menundukkan wajahnya tanda hormat kepada atasanya itu. “Selamat malam pak Gabriel.”

“Pekerjaannya belum selesai ??” Tanya Gabriel, suaranya lebih lembut dari sebelumnya karena tidak tega juga melihat wajah pucat wanita itu.

“Belum pak. Tapi saya janji akan meneruskan pekerjaan saya hingga selesai sebelum pulang.”

“Beresin pekerjaan kamu. Kamu bisa melanjutkannya besok pagi.”

            Shilla menatap Gabriel dengan pandangan tidak percaya. Tetapi kemudian dia langsung tersadar dan menggumam “Baik pak, terima kasih”. Bisa dilihatnya Gabriel yang berjalan menjauh dari ruangannya. Shilla bergegas merapikan pekerjaannya kembali untuk dikerjakan keesokan harinya.

            Dia merasa tidak enak badan saat ini. Padahal tadi pagi dia merasa baik-baik saja. Mungkin karena dia belum makan malam. Jadi tidak mempunyai tenaga untuk melakukan apapun. Mungkin setelah ini, dia akan mencari makan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya.

“Pak Gabriel.” Gumam Shilla saat sudah berjalan keluar dan melihat Gabriel sedang duduk di salah satu sofa ruang tamu disana.

“Selama itukah hanya membereskan pekerjaan, Shilla ??” Desis Gabriel.

“Maafkan saya Pak. Saya benar-benar tidak tahu jika pak Gabriel sedang menunggu di luar. Bapak mengapa menunggu disini ?? Menunggu siapa pak ??”

“Pura-pura bego lagi. Loe lah. Gila aja gue biarin karyawati gue sendirian saat semua orang udah gak ada disini.”

            Shilla hanya diam. Gabriel mendesah kasar kemudian berjalan terlebih dahulu ke dalam lift. Shilla masih berdiam diri di tempat semula membuat Gabriel gemas sendiri. Dengan cepat dia kembali dan menarik tangan Shilla untuk masuk ke dalam lift yang sama dengannya.

“Lain kali kalau kerja itu dipercepat Shilla. Perusahaan ini tidak membutuhkan karyawan yang tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat. Mengerti.”

“Mengerti Pak.”         

            Setelah itu mereka diam, Shilla tidak berniat untuk membuka percakapan. Sedari tadi dia hanya menundukkan wajahnya. Sedangkan Gabriel berkali-kali melirik wanita itu. sepertinya memang benar, ada yang tidak beres dengan Shilla. Wajahnya benar-benar pucat.

“Loe udah makan ??”

“Sudah pak.”

“Makan apa ?? Pagi ?? Gue nanya loe udah makan malem apa belum ?? Bukan pagi atau siang.” Sentak Gabriel membuat Shilla berjengit karena kaget.

“Maaf pak. Saya belum makan malam. Mungkin setelah ini saya akan mencari makan malamnya.” Jawab Shilla lirih. Tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak bekerjasama. Dia hanya ingin istirahat saja, tidak ingin membuat keributan dengan siapapun.

            Gabriel menarik tangan Shilla kembali setelah pintu lift terbuka. Dia terus menyeret wanita itu kemudian mendudukan wanita itu di kursi di samping kemudi mobilnya.

“Pak, saya bisa pulang sendiri.”

            Gabriel hanya memberikan tatapan tajamnya kepada wanita itu yang membuat Shilla tidak bisa berkutik. Mereka langsung membelah jalanan ibu kota dengan aksi saling diam mereka. Entah mengapa Gabriel ingin melihat Shilla makan malam dan sampai di rumah dengan selamat.

“Sebentar.”

            Shilla hanya melihat apa yang dilakukan oleh direkturnya itu. Gabriel memasuki sebuah restaurant terkenal di ibu kota itu. Sudah lama Shilla ingin mencicipi makanan disana, tetapi melihat daftar harganya yang tidak bisa di toleransi akhirnya dia memilih untuk memakan makanan biasanya.

“Nih. Makan.” Ucap Gabriel datar seraya menaruh bungkusan di atas paha Shilla. Shilla hanya menatap bingung dengan bungkusan itu.

“Maksudnya pak ??”

“Itu buat loe, gue gak mau ada berita tentang karyawati Damanik’s Company masuk rumah sakit gara-gara kelaparan. Gak elite banget.”

“Terima kasih Pak.”

            Gabriel tidak perduli dengan ucapan wanita itu. Dia juga tidak mengerti mengapa dia melakukan hal ini kepada Shilla. Menurutnya, ini bukan dia banget. Tetapi entah mengapa, dia ingin melihat wanita itu baik-baik saja. Setidaknya, saat bersamanya fisik wanita itu baik-baik saja. Walaupun hati atau organ dalamnya merasakan sakit karena perlakuannya.

            Membicarakan masalah pekerjaan, dia jadi teringat dengan Mario dan Alyssa. Gabriel baru mendapatkan kabar bahwa 2 orang itu sudah menjadi pasangan. Dalam artian, Mario yang dicap dirinya sebagai musuh sudah menjadikan Alyssa sebagai kekasihnya. Gabriel merasa bodoh, karena baru menyadari hal itu.

            Dia akan melakukan sesuatu dulu keesokan harinya. Hubungan Mario dan Alyssa pasti berhubungan dengan kembalinya Alyssa ke perusahaannya. Dalam artian negatif. Karena tidak mungkin jika mereka terlibat dalam pasangan kekasih, tetapi Ify lebih memilih bekerja dengannya daripada kekasihnya sendiri. Ini pasti ada yang tidak beres. Dan Gabriel akan menyelidikinnya esok hari.

            Tekadnya sudah bulat. Dia akan melibatkan wanita yang sekarang sedang duduk di sampingnya dalam mobilnya. Untuk melancarkan rencananya, dia tidak akan melakukan persekongkolan dengan Ashilla. Dia hanya ingin melibatkan wanita itu saja. Tanpa Shilla tahu bahwa dia sudah dilibatkan.

            Gabriel memang merasa kejam dengan pemikirannya itu. Tetapi itu juga dia lakukan untuk keberhasilan perusahaannya. Dia sangat mencintai pekerjaannya sekarang. Maka dari itu, dia tidak ingin perusahaanya kenapa-kenapa. Ada satu saja karyawannya yang melakukan pengkhianatan kepada perusahaannya, maka habislah dia.

            Jika itu Alyssa sekalipun, dia tidak akan mentolerir. Intinya, dia lebih mencintai pekerjaannya daripada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Jika memang dugaannya terbukti. Dia tidak akan segan-segan untuk membuat perhitungan yang lebih kejam kepada si pelaku. Entah siapapun itu.

“Maafin gue Shill.” Gumam Gabriel sangat lirih seraya menatap wanita itu yang sedang menatap ke luar jendela.

*********

Alhamdulilllah clear juga :D 
Guys, gue minta maaf sekali lagi. bener bener gak ada niat buat PHP'in kalian. 
Maapin gue yak.
Jaringannya disini bener-bener lagi susah. Gak ada kuota internet lagi. Ngenes -_-
Haha. yaudah, like and comment gue tunggu ;)
see you next time ;) 


10 komentar:

  1. Nice kak...
    Ditunggu kelanjutannya!!!

    BalasHapus
  2. Syukurlah di lanjut berabad-abad gak ada kabar tapi kurang panjang cepetan nextnya kak

    BalasHapus
  3. Kerenn kaaa,cerita nya susah di tebak ,meskipun gw sempet lupa sm jalan ceritanya wkwkwk lanjuttt ,,

    BalasHapus
  4. Kak ngaretnya kebangetan iniii...kurang panjang jugaaa wkwkwk :D lanjut kak secepatnya kalo bisa...serius di part ini aku kurang ngerti siapa itu 'Bunda'

    BalasHapus
  5. Buat semuanya, thanks buat kunjungannya yaaa, thankss juga buat komentarnya. Walaupun ada yang udah lupa sama jalan ceritanyaa :D Buat Dima juga, sindirannya okehh banget, jadi ngerasa ini :D Buat Tria Novita juga, kayaknya gak sampai berabad abad deh, alay gak sih :D Buat Niya, baca lagi aja ya part sebelumnya kalau lupa, wkwkwk. gue merasa bersalah udah bikin kalian amnesia :D
    Buat Devi juga yang udah kepo sama Bunda, mungkin next part yaaa :) Buat Ara Arina thank juga buat pujiannya :)

    BalasHapus
  6. Satu nyawa melayang? Adik nya ipy?
    Nahkan kasian amat si shilla :'( bentar lagi kayak nya bakal ada perang deh wkw :D

    Ikan cucut makan semangka
    Lanjut kakak :D

    BalasHapus
  7. Kekeke, tunggu part selanjutnya ya de' untuk tahu kabar terbarunya dari mereka :D
    Thanks buat kunjungannya Aya :)

    BalasHapus
  8. lanjutin yaaa kak sampe end pasti keren kak

    BalasHapus
  9. wow ceritanya menarik banget kak.. kalau ingin tahu cara membuat website yukk disini saja. terimakasih.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*