Minggu, 22 Januari 2017

Love in Danger - Part 12 (RIFY)

Yang lupa sama part sebelumnya bisa baca dulu guys :D 
KLIK DISINI

PART 12



            Alyssa sedang berkutat dengan semua bahan masakan yang ia sendiri tak tahu untuk apa. Dia hanya menerima itu semua saat tadi ada yang mengantarnya ke apartement Mario yang kata si pengantar itu semua merupakan pesanan Mario. Alyssa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan pria itu yang semakin tidak bisa ia tebak apa maunya.


            Bunyi deringan handphone membuat Alyssa mengalihkan pandangannya. Dia melirik sekilas dan menghembuskan nafasnya secara kasar, ada panggilan dari pria yang sedari tadi di pikirkannya. Kemudian tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Alyssa menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.


“Ya ??” Ucap Alyssa dengan malas.


            Mario yang masih berada di ruangannya sedang duduk di atas kursi kejayaannya hanya terkekeh mendengar nada suara Alyssa yang terdengar malas di telingannya.


“Pagi sayang.”


“Gak usah basa basi. Jadi basi tahu gak.”


“Sensi banget sih, gara-gara bahan masakan yang aku kirim tadi ??”


“Pasti ada maunya.”


“Enggak banyak kok. Cuma ingin kamu dateng ke kantor dengan membawa makanan buatanmu aja. Maka dari itu, aku nyiapin bahan masakannya supaya kamu tinggal masak sayang.”


“Sejak kapan aku bisa masak Mariooo.”


“Jangan pernah lupa kalau kamu pernah masakin aku sesuatu sayang.”


“Okey okey. Fine. Siang nanti aku ke kantor bawain masakan buat kamu.”


Mario terkekeh pelan. “Okey sayang. Aku tunggu. Love you.”


            Alyssa tersentak mendengar kalimat terakhir dari Mario. Kemudian dia menggeleng gelengkan kepalanya supaya tidak usah dimasukkan ke dalam hatinya. Bahaya jika kalimat tersebut tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.


“Daripada gue mikir yang enggak enggak. Mending gue langsung masak aja deh.”


**********


            Dering ponsel membuat Mario yang tadinya sedang berkutat dengan laporan-laporannya menjadi terfokus menatap ke handphone.nya, menatap malas saat menemukan nama ayah kandungnya yang menelepon. Dia menghiraukan panggilan itu hingga dering ponselnya mati dan berdering kembali untuk kedua kalinya. Mario memutar bola matanya malas kemudian terpaksa mengangkat panggilannya.


“Ada apa pah ?”


“Rio lagi banyak pekerjaan. Gak bisa sekarang Rio kerumah.”


“Ini salah satu sifat Papa yang Rio gak suka.”


            Mario membanting ponselnya begitu saja ke atas meja kerjanya. Lagi-lagi ayah kandungnya meminta dia untuk ke rumah sekarang juga dengan ancaman-ancaman yang membuat Mario mau tidak mau harus datang ke rumah saat ini juga.


            Dengan malas dia bangkit seraya memgambil jasnya yang digantung di sandaran kursi kemudian melangkah keluar kantor untuk menuju ke rumahnya.


            Mario menyenderkan tubuhnya pada sofa ruang keluarga dengan malas. Dia menatap saja ayah kandungnya yang sedang berdiri di hadapannya dengan menatap tajam dirinya. Mario siap mendengarkan apa saja yang ayahnya ingin bicarakan dengannya.


“Kamu keterlaluan udah buat keluarga rekan bisnis Papa menunggu kamu terlalu lama Mario. Papa bisa terima kalau kamu hanya sekedar terlambat. Tapi kenyatannya kamu gak datang Mario, dan kamu tidak memberi kabar dengan rekan bisnis Papa itu.”


“Papa lagi bicara sama kamu.”


            Mario menegakkan tubuhnya yang semula menyender kemudian menatap Papanya dengan wajah malasnya. Dia sudah lelah dengan pekerjaan kantor, dan sekarang harus membahas masalah yang sama sekali tidak ia suka.


“Mario.” Bentak Pak Bara masih dengan tatapan tajamnya menatap Mario.


“Telinga Rio masih normal untuk mendengarkan perkataan Papa.” Jawab Rio asal membuat Pak Bara menarik nafasnya dengan kasar.


“Kapan kamu mendengarkan ucapan Papa Mario.”


“Kapan Papa mendengarkan ucapan Mario.” Mario dengan seenaknya mengulang perkataan Papanya. Dia sekarang sudah berdiri menghadap Papanya dengan berani.


“Mario, yang sopan kalau bicara sama orang tua.” Bentak Pak Bara kembali.


“Papa harus mendengarkan Rio, Rio gak mau menerima perjodohan itu Pa, Rio gak suka sama perempuan itu. Kenapa Papa selalu memaksa. Rio selalu menuruti kemauan Papa, tapi untuk urusan perempuan, Papa gak usah ikut campur. Itu urusan Rio.” Rio langsung berjalan menuju pintu rumahnya untuk segera keluar dari sana.


“Apa karena perempuan itu kamu jadi seperti ini Mario ?”


            Mario mengehentikan langkahnya kemudian membalikan tubuhnya dan kembali berhadapan dengan Papanya yang saat ini sedang memegang beberapa lembar foto dirinya dan Alyssa. Mario langsung berlari mengambil foto-foto yang dipegang Papanya dengan kasar.


“Darimana Papa mendapatkan ini.”


“Kamu gak perlu tahu Papa dapat darimana. Papa tahu asal usul perempuan itu, dan karena itu papa gak suka sama dia. Putuskan dia dan mulailah berhubungan dengan perempuan yang Papa kenalkan sama kamu.”


“Papa gak akan pernah bisa membuat Rio jauh dari dia.” Desis Mario tajam.


“Kenapa gak bisa Rio ? Kamu tahu apa yang akan Papa lakukan untuk membuat kamu jauh dari perempuan itu.”


            Mario menatap benci Papanya yang berdiri tepat dihadapannya. Dia mengepalkan tangan kirinya untuk menghalau sesuatu yang mungkin saja akan ia lakukan jika tidak bisa menahan diri. Dia membuang nafasnya pelan untuk meredakan emosinya.


“Jangan pernah menyentuhnya.”


“Tergantung sama kamu. Kalau kamu mau menuruti perintah Papa, perempuan itu akan baik-baik aja.”


            Mario hanya menatap tajam wajah Papanya yang menatapnya dengan senyumannya yang malah membuat Rio bertambah emosi. Ini sifat Papanya yang sangat Mario tidak suka. Sedari dulu, dia selalu dituntut untuk selalu menuruti perintah Papanya. Dan dia tidak pernah pilihan kecuali menuruti perintah Papanya.


“Nanti malam, datang ke rumah rekan bisnis Papa. Papa sudah membuat janji kalau kamu akan datang kesana untuk makan malam. Kamu tahu sendiri akibatnya kalau kamu masih mau membantah perintah Papa Mario.”


            Mario memejamkan matanya erat kemudian dengan langkah lebar dia meninggalkan kediaman Raditya. Mario sangat tidak menyukai Papanya – Bara Raditya. Sejujurnya dia ingin dilahirkan tanpa embel embel Raditya di belakang namanya agar dia bisa merasakan menjadi laki-laki biasa yang bisa melakukan segala hal tanpa memikirkan ancaman-ancaman yang menghantuinya seperti selama ini.


            Andai Mario yang dipilih untuk ikut ibunya, pasti dia sekarang sudah bahagia menjadi seorang anak. Lagi-lagi Rio diingatkan keadaan tersebut dimana ibunya lebih memilih kakak kandungnya dibandingkan dirinya. Mungkin Mario memang ditakdirkan untuk hidup seperti ini.


**********


“Saya mau minta bantuan kamu.”


            Shilla menatap tak percaya kepada atasannya tersebut. Tadi, dia dipanggil oleh Gabriel secara langsung karena ada hal yang ingin dibicarakannya. Dan dia tidak menyangka bahwa atasannya tersebut ingin meminta bantuan dirinya.


“Saya sedang bicara denganmu Shilla.”


            Kalimat itu membuat Shilla tersentak, dia menatap Gabriel seraya menganggukkan kepalanya dengan heran.


“Jika saya bisa saya akan membantu Pak.”


            Gabriel memutar meja kerjanya kemudian berdiri di depan Shilla dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celananya. Dia menatap Shilla yang saat ini tengah menundukkan wajahnya dalam-dalam.


“Ajak Alyssa untuk menginap di Apartment kamu.”


“Apa ?” Shilla sontak menatap wajah atasanya dengan berani.


“Keberatan ?”


“Tapi untuk apa Pak ?”


“Saya Cuma ingin itu sekarang Shilla. Buat Alyssa tinggal di apartment kamu apapun caranya. Setelah kamu bisa membuat Alyssa tinggal sama kamu, saya akan jelaskan kelanjutannya.”


            Shilla menghembuskan nafasnya pelan. Dia tidak tahu apa yang direncanakan oleh Gabriel dengan membuat Alyssa yang merupakan mantan sekretaris gabriel tinggal di apartmentnya yang selama ini ia tempati.


“Kamu tidak mau ?”


“Tapi bagaimana caranya Pak ? Saya tidak sedekat itu dengan Alysssa hingga kemungkinan besar Alyssa akan menolak untuk tinggal bersama saya.”


“Itu urusan kamu. Tadi saya sudah berkata apapun caranya kamu harus membuat dia mau tinggal dengan kamu.”


            Shilla terdiam, tidak mengerti apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Dia hanya menundukkan wajahnya dan masih berpikir apa ia harus menerimanya atau tidak.


“Saya tidak jadi meminta bantuan kamu.”


            Hal itu sontak membuat Shilla menatap wajah Gabriel dengan senyumannya. Tapi kalimat selanjutnya membuat Shilla langsung memudarkan senyumannya.


“Tapi saya memberi perintah kepada kamu yang artinya kamu tidak bisa menolaknya. Kamu harus bisa membuat Alyssa tinggal bersama kamu. Mengerti !.”


**********


            Mario mendudukan Alyssa diatas pahanya dengan posisi berhadapan langsung dengan wajahnya. Sedari tadi Mario selalu memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir wanita itu. Alyssa memegang wajah Mario untuk menghentikannya.


“Ada masalah ?”


            Mario menggeleng kemudian mencium bibir Alyssa dengan membabi buta. Tangannya menahan belakang kepala wanita itu agar ciumanya menjadi lebih intens. Alyssa tahu ada yang tidak beres dengan laki-laki itu, maka dari itu untuk kali ini dia  akan membiarkan.


“Aku siap dengerin kalau kamu mau cerita.”


“Gak ada apa-apa cantik. Aku Cuma mau kamu sekarang.”


            Mario kembali melanjutkan ciumannya tanpa memperdulikan Alyssa yang membuat wanita itu akhirnya menerimanya tanpa penolakan. Mario mencium dahi, kedua mata Alyssa secara bergantian, turun mencium hidung mancung Alyssa dan beralih ke kedua pipi wanita itu secara bergantian dan kembali mencium bibir seksi Alyssa dengan menggebu.


            Alyssa hanya menerimanya tanpa banyak protes seperti biasanya. Dan kejadian yang ia duga terjadi lagi di siang itu.


            Mario mengerjap-ngerjapkan matanya hingga terbuka sempurna kemudian langsung mencari ponselnya. Dia membelalakan matanya saat menemukan 18 panggilan tak terjawab dari Ayahnya. Setelah melihat jam saat ini dia langsung terbangun dan langsung berlari masuk ke kamar mandi.


            Mario dengan cepat berganti pakaian setelah sebelumnya menghabiskan waktu yang sangat sedikit di kamar mandi. Kemudian kembali melirik jam dinding di kamarnya yang saat ini sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dia sangat telat. Mario langsung berlari keluar dan langsung menemukan Alyssa yang sedang menonton TV.


“Mau kemana ?”


“Sayang, aku harus pergi, aku akan cerita setelah aku pulang nanti. Jangan nunggu aku, kalau ngantuk langsung tidur aja.” Mario mengatakannya dengan cepat kemudian mencium bibir Alyssa dengan cepat pula. Kemudian dia langsung berlari keluar dengan secepat kilat.


**********


            Mario sudah duduk manis di ruang makan keluarga yang katanya rekan bisnis Papanya itu. Mario melirik malas ke orang-orang di sekitarnya. Kemudian matanya bertubrukan dengan salah satu wanita disana. Mario ingat, dia Shilla. Perempuan yang pernah ia temui di kantor Gabriel.


“Mario, tante dengar kamu lagi mendirikan cabang Blue Sky  Corporation lagi Yo ?. Dimana itu ?”


Mario menatap wanita paruh baya disana yang ia yakini adalah ibunya Shilla. Mario tersenyum sebagai formalitas. “Di Tokyo tante. Tapi belum seberapa karena masih awal.”


“Hebat kamu Yo. Bara, anak kamu memang keren.”


            Pak Bara hanya tertawa pelan, Mario memberikan senyum miring seraya menundukkan wajahnya sehingga pasti tidak akan terlihat oleh siapapun.


“Shilla masih kerja di perusahaan Damanik Shil ?” Tanya Papa Mario.


“Iya Om, Shilla masih kerja disana.”


“Kenapa gak pindah aja ke perusahaannya Rio ?. Om jamin kamu akan mendapatkan jabatan bagus disana.”


            Mario bisa melihat Shilla menatap dirinya dengan senyum canggung.


“Makasih Om. Tapi Shilla betah kerja disana.”


            Mario benar-benar muak dengan semua percakapan dan ekspresi penuh kepalsuan disini. Dia ingin cepat-cepat pulang ke apartement dan bercinta dengan Alyssa. Mario akan membuat Alyssa mendesahkan namanya dan berteriak penuh kepuasan, dan dia akan membuat Alyssa selalu me ....


“Mario.”


            Mario tersentak dari lamunan vulgarnya. Dia menatap wajah Ayahnya yang menatapnya dengan tatapan tajamnya. Mario hanya bisa memberikan senyumnya ke kedua orang tua Shilla sebagai formalitas permintaan maafnya, aslinya dia tidak perduli sama sekali.


“Shill, mending kamu ngobrol berdua sama Rio gih di belakang. Kayaknya kalian butuh waktu buat berduaan.” Ucap Ayah Shilla.


“Iya Yah.”


            Mario mengikuti Shilla setelah menangkap maksud dari tatapan Shilla yang menyuruhnya untuk mengikutinya. Mereka berhenti di kebun kecil di belakang rumah Shilla. Mereka duduk di ayunan terpisah.


“Gak nyangka kita ketemu lagi dalam suasana seperti ini.” Ucap Mario memulai percakapan.


“Gue tahu loe gak nyaman sama suasana ini.”


“Sangat. Gue gak bisa nolak permintaan bokap gue. Gue pengin gak perduli sama semua ancamanya, tapi gue gak bisa membuat hidup orang lain menderita hanya karena keegoisan gue.”


“Kita sama-sama ada di posisi sulit.”


“Loe bisa menentang perjodohan sialan ini Shill. Gak ada pengaruhnya sama loe.”


“Kalau gue bisa udah gue lakuin dari dulu.”


            Mario mengusap wajahnya secara kasar. Dia tidak mengerti lagi bagaimana membuat Papanya menjadi terbuka hatinya dengan melihat perasaannya. Mario tidak tahu lagi harus berbuat apa yang membuat perjodohan ini batal.


“Gue denger Alyssa tinggal di apartment loe ?”


“Iya. Gue rasa hubungan loe sama Alyssa gak sedekat itu sampe loe pengin tahu dia tinggal dimana.”


“Gue mau nawarin tempat tinggal gue sama dia. Bukannya gak baik laki-laki dan perempuan yang belum sah tinggal satu atap ?”


Mario memberikan senyum miringnya. “Tahu apa loe soal gak baik ?”


“Gue serius Mario, gue pengin membuat Alyssa tinggal sama gue di apartment gue. Gue pengin punya temen.”


“Enggak. Dia bakalan tinggal sama gue disana. Gue gak akan mengijinkan. Gak ada gunanya kita meneruskan pembicaraan ini Shil.”


            Shilla menghembuskan nafasnya lelah. Dia pikir akan semudah itu membuat Mario mengijinkan Alyssa untuk tinggal bersama dirinya. Tapi ternyata itu hanya khayalannya. Dia harus mencari cara agar Alyssa mau tinggal bersama dirinya. Andaikan dia tidak jatuh hati kepada Gabriel, dia tidak akan mau melakukan hal yang tidak penting seperti ini. Semuanya ia lakukan karena laki-laki itu. Karena perasannya yang jatuh terlalu dalam kepada Gabriel.


**********


            Mario mengernyitkan keningnya saat melihat Alyssa dengan kedua tangannya yang ia silangkan di depan dadanya dengan menatap penuh keingintahuan kepada dirinya. Mario berjalan kemudian langsung memeluk wanitanya itu.


“Habis darimana ?”


Mario melepas pelukannya dengan terpaksa karena Alyssa meronta ingin dilepaskan. Mario kembali berusaha memeluk Alyssa tapi wanita itu malah mundur dan tidak ingin dipeluk oleh dirinya.


“Ke rumah Papa.”


            Alyssa menatap tajam Mario. Dia ingin mencari kebenaran dari perkataan laki-laki dihadapannya.


“Aku butuh alasan.”


“Nanti setelah aku berhasil melepas rindu dulu sama kamu.”


            Mario langsung menerjang Alyssa hingga tubuh mereka berdua terjatuh diatas sofa di ruang tamu apartment Mario. Mario langsung mencium Alyssa dengan membabi buta untuk melepas rasa rindunya. Padahal baru beberapa jam mereka tidak bertemu, tetapi rasanya Mario tidak bisa berjauhan dengan Alyssa barang sedetikpun. Karena kalau sampai itu terjadi, dia akan merasakan kerinduan yang benar-benar membuncah.


“Mario lepaskan.”


“Besok pagi baru aku akan lepas.”


“Gila.”


“Karena kamu sayang.”


            Mario menyusupkan wajahnya di sela-sela leher jenjang Alyssa. Menghirup dalam-dalam aroma Alyssa yang memabukkan membuatnya sangat ingin berlama-lama disana. Alyssa hanya menggeliatkan tubuhnya seraya menikmati sensasi yang akhir-akhir ini sering ia rasakan. Tapi kegiatan mereka kali ini harus terhenti karena dering ponsel Alyssa yang memekakan telinga.


            Mario melepaskan Alyssa kemudian mengusap wajahnya secara kasar. Dia menatap Alyssa tajam. “Lain kali, silent ponsel kamu. Jadi kalau kita mau melakukan kegiatan panas kita, gak akan terganggu.”


Alyssa terkekeh kemudian mengecup bibir Mario sekilas. “Aku angkat dulu sebentar. Kamu ganti baju dulu gih.”


            Alyssa menjauh kemudian menekan tombol hijau pada layar ponselnya.


“Aku belum punya uang Bun. Bunda tahu sendiri sekarang Ify udah gak punya pekerjaan lagi.”

“Dimana Ify dapet uang sebanyak itu Bun.”


“Ya, Ify tahu.”


            Alyssa ingin sekali membanting ponselnya saat ini juga. Kalau bukan karena kakak kandungnya yang saat ini tidak bisa melakukan apapun hanya sekedar untuk kabur dari wanita jahat itu, Alyssa tidak akan pernah mau memenuhi permintaannya.


“Panggilan dari siapa ?”


            Alyssa tersentak kemudian membalikan tubuhnya, dia melihat Mario berdiri tidak jauh disana dan menatap penuh keingintahuan yang besar. Alyssa dengan gugup menghampiri Mario.


“Temen, minta ketemuan besok pagi. Tapi sepertinya akan jauh lebih enak kalau aku menolak dan lebih memilih dateng ke perusahaan kamu.”


            Mario terkekeh kemudian memeluk pinggang wanitanya dan memeluknya erat. Dia menyerukkan wajahnya di leher Alyssa dan menciumi aroma wanitanya disana. Aroma yang memabukkan yang selalu membuat dirinya buta arah.


“Mario.”


“Iya sayang.” Mario menjawab tanpa mengubah posisinya.


“Akan lebih baik kalau kita gak tinggal bersama. Status kita gak bisa membuat kita terus tinggal berdua dalam satu atap seperti ini Mario. Aku udah cukup buat ngrepotin kamu selama ini.”


            Mario sontak melepaskan pelukannya dan menatap tajam Alyssa.


“Aku udah bilang kalau kamu akan selamanya tinggal disini.”


“Tapi kita bukan suami istri.”


“Akan aku buat kita jadi suami istri kalau itu yang kamu mau.”


            Alyssa menggeleng gelengkan kepalanya. Dia tidak mau Mario terkena kesialan karena harus selalu bersama dirinya. Dia tidak akan pernah bisa membuat Mario dalam bahaya, apalagi karena dirinya.


“Keputusan aku udah bulat. Setelah aku dapet tempat tinggal nanti, aku akan pergi dari sini.”


“ALYSSA.” Bentak Mario tajam.


            Alysssa mendekat kemudian menangkup wajah tampan Mario. Dia mengelus pelan kedua pipi pria itu setelahnya mengecup bibir Mario pelan.


“Kita masih bisa bertemu Mario. Kamu tahu sendiri karena sekarang aku udah bener-bener menjadi bawahan kamu di perusahaan. Kita masih bisa bertemu disana.”

            Mario memeluk Alyssa erat kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak akan pernah bisa berjauhan dengan Alyssa mulai dari sekarang. Alyssa sudah menjadi candu baginya. Tidak akan mudah untuk dirinya jika mulai entah kapan itu dia tidak akan pernah melihat Alyssa lagi di sekitar apartment.nya.


            Alyssa balas memeluk Mario. Dia sangat ingin mendengar Mario menahan dirinya disini dan mengungkapkan kalau laki-laki itu mencintainya. Benar-benar tulus mencintainya. Tetapi itu hanya ada dalam mimpi seorang Alyssa. Dia semakin yakin jika Mario menahan dirinya disini bukan karena lelaki itu mencintainya, tetapi karena tubuhnya. Mario tidak bisa tidak menyentuh Alyssa, karena baginya, Alyssa hanya pemuas nafsu laki-laki itu semata.


**********



PART 12 DONE :D
Alhamdulillah akhirnya lanjut lagi setelah sekian lama. Sorry banget guys. Sorry sorry sorry.
Baru ada ide entah kenapa :D 
Semoga memuaskan. Pasti kalian lupa sama part part sebelumnya kan. Baca part sebelumnya biar inget lagi guys. Hehe.
JANGAN LUPA COMMENT. semakin banyak kalian comment maka semakin semangat gue nulisnya :D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*