Apa sebenarnya rencanamu ??
Apa yang kau inginkan ??
Aku bukan seseorang yang bisa menebak perasaan seseorang.
Tapi yang harus kamu tahu, aku tidak bisa bersamamu.
Karena aku bukan seseorang yang selama ini kamu kenal.
***********
Mario
menatap tajam seseorang yang sedang berdiri dengan angkuhnya di depan pintu
ruangannya. Dia ingin sekali memaki orang itu jika saja dia tidak ingat siapa
yang berdiri disana. Beberapa saat kemudian, Mata Mario terfokus pada sebuah
map yang berada diatas mejanya. Dia hanya bisa menatap nanar map itu.
“Tanda tangan Mario, setelah itu semuanya beres.”
Mario
mengalihkan pandangannya lagi kearah perempuan yang baru saja mengeluarkan
suaranya setelah menit sebelumnya mereka hanya bisa saling pandang dengan
tatapan yang mengandung banyak arti di dalamnya. Tatapan Mario sulit
dijelaskan. Karena banyak sekali maknanya sampai sampai dia harus
mengendalikannya jika tidak ingin menimbulkan hal yang tidak tidak.
“Apa yang loe inginkan Alyssa ??”
“Gue hanya menginginkan tanda tangan loe diatas kertas itu.”
Mario
menggeram. Sekali lagi dia menatap kertas yang berada di dalam map itu.
Terlihat jelas bahwa kertas itu berisi surat pengunduran diri dari
perusahaannya.
Bagaimana bisa wanita itu memilih
mengundurkan diri dari perusahaannya ?? Dia baru bekerja baru tiga bulan dan
dia menginginkan pergi ?? Mario tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang.
Pria
itu mendekat kearah Alyssa yang masih berdiri dengan angkuhnya di dekat pintu
ruangannya. Terlihat jelas dari tangannya yang dilipat di depan dada dan
wajahnya yang terangkat dan menyunggingkan senyum datarnya yang justru terlihat
mengerikan untuk dilihat.
Mario
berdiri di depan Alyssa. Wanita itu masih mempertahankan posisi sebelumnya
walaupun sekarang wajah Mario sudah ditundukkan hingga mensejajari wajahnya
sendiri.
“Apa yang loe inginkan ?? Coba loe jujur sama gue.”
Kalian
salah jika menganggap bahwa Alyssa sudah bisa mengontrol dirinya jika
berhadapan sedekat ini dengan Mario. Nyatanya sekarang dia berusaha untuk tidak
salah tingkah ataupun menjaga agar wajahnya tidak merona. Dia bersusah payah
untuk mempertahankan tingkah angkuhnya yang sedari tadi ia tunjukkan kepada
Mario.
“Gue ingin mendengar langsung dari mulut loe Alyssa. Sekarang.” Perintah
Mario dan dengan sengaja meniupkan nafasnya tepat di depan wajah Alyssa membuat
wanita itu memejamkan matanya sebentar kemudian membukanya lagi.
Alyssa
mendengus kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Gue ingin mengundurkan diri dari sini.”
“Coba tatap gue sekarang.”
“Udahlah, apa yang loe Mario. Gue Cuma minta tanda tangan loe. Loe boleh
gak ngasih gaji gue selama sebulan ini. Tapi tolong tanda tangan diatas kertas
itu.”
“Iyalah loe gak butuh gaji loe. Loe udah dapet uang satu koper.” Ucap Mario
dengan nada sinis dan tajamnya.
Tiba
– tiba saja emosinya menjadi naik mengingat bahwa Alyssa pernah menemani om – om
yang bisa dibilang lebih mirip menjadi ayahnya daripada menjadi ‘patner kerja’.
Mario hanya marah. Dan itu bukan berarti cemburu.
Sedangkan
Alyssa langsung melebarkan kedua matanya seraya menatap Mario. Dilihatnya pria
itu sudah kembali ke posisi semula dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam
saku celananya dan wajahnya yang menyiratkan emosi di dalamnya serta tatapannya
yang mengarah kearah lain.
“Darimana loe tahu ??”
“Apa yang gak gue tahu Alyssa.” Jawab Mario tegas. “Sekarang gue tanya,
uang sebanyak itu buat apaan ??”
“Atas hak apa loe tanya. Memangnya loe suami gue apa.”
“kalau memang dengan cara menjadi suami loe gue bisa tahu apa aja tentang
loe. Gue bersedia.” Ucap Mario sungguh – sungguh. Tapi Alyssa hanya tertawa.
“Bercanda loe.”
“Gue serius.”
“Uang itu buat apaan itu bukan urusan loe.”
Mario
mengepalkan kedua tangannya yang masih berada di dalam saku celananya. Entah
mengapa, dia ingin sekali meluapkan emosinya kepada apapun itu agar emosinya
bisa mereda. Tapi dia menahan diri karena didepannya adalah seorang perempuan.
Jangan sampe loe lepas kontrol Mario. Batinya mengingatkan.
“Fine, sekarang gue tanya, dengan alasan apa loe mau mengundurkan diri ??”
“Gue mau kembali ke perusahaan Damanik.”
Mata
Mario melebar mendengar jawaban Alyssa. Damanik ?? perusahaan yang menjadi
musuh besarnya selama ini. Apa – apaan.
Mario benar – benar tidak bisa menahan
emosinya sekarang. Dia menarik Alyssa dan menyudutkan tubuhnya pada dinding
lumayan keras membuat Alyssa terpekik pelan. Tapi Mario tidak perduli, dia
menatap Alyssa dengan mata yang menyala karena menyimpan emosinya sedari tadi.
“Coba ulangi jawaban loe barusan.” Ucap Mario penuh penekanan di setiap
katanya.
“Loe bener – bener gak punya hati.” Jawab Alyssa dengan nada sinisnya.
“Apa loe bilang ??” Mario mengeraskan rahangnya kembali. Emosinya benar –
benar sudah mencapai puncaknya.
“Loe tahu siapa Damanik itu ?? Loe tahu ?? Dia itu musuh perusahaan gue.
Seluruh perusahaan yang gue incer untuk gue ajak bekerja sama selalu
mempertimbangkan lagi antara perusahaan gue dan perusahaan dia. Dan sekarang,
loe dengan seenaknya keluar masuk dari dua perusahaan yang sudah bermusuhan
sejak lama itu. Apa yang ada di otak loe Alyssa ??”
Alyssa hanya meringis pelan karena
cengkraman tangan Mario pada lengan kirinya membuat tangannya memanas. “Mario
sakit. Lepasin.”
“Enggak sebelum loe mencabut semua perkataan loe.”
“Gue gak bisa Mario. Gue mohon lepaskan gue dari perusahaan loe. Loe bisa
mencari sekretaris yang jauh lebih hebat dari gue Mario.”
“Gue Cuma butuh alasan yang jelas Alyssa.” Tanpa sadar Mario membentak
Alyssa dengan suara yang benar – benar keras.
Entah
mengapa hati Alyssa sakit mendengar bentakkan Mario yang keras. Seumur
hidupnya, dia tidak pernah dibentak sedemikian keras seperti ini. Dan baru kali
ini. Oleh orang yang membuatnya nyaman jika berada di sisinya.
Kalian
tahu apa rasanya ?? Sakit. Sakit sekali hingga membuat mata Alyssa yang
terpejam mengeluarkan butiran bening membentuk anak sungai di pipi putihnya.
Mario
tersentak saat menyadari air mata Alyssa turun dari kedua mata wanita itu yang
terpejam. Dia melonggarkan cengkramannya dan perlahan melepaskan tangan Alyssa.
“Alyssa, gue minta maaf. Gue benar benar minta maaf. Gue gak bisa
mengendalikan emosi gue Alyssa. Gue minta maaf.” Racau Mario karena merasa
bersalah.
Tangan
Mario terangkat mengusap kedua mata wanita itu hingga terbuka sempurna dan
menatap kearahnya. Perlahan Mario menghilangkan air mata yang ada di wajah
wanita itu dengan jarinya.
“Maaf.” Bisik Mario tepat di depan wajah wanita itu.
“Gue mohon tanda tangan.”
“Loe bisa memohon Alyssa, gue juga bisa. Sekarang gue yang memohon sama
loe, tetap tinggal disini. Bersama gue, di perusahaan ini. Gue mohon.”
“Kalaupun gue bisa, gue udah melakukan itu Mario. Nyatanya gue harus
melakukan itu karena ada sesuatu yang gue lakukan untuk hidup gue.” Tanpa sadar
Alyssa berteriak dengan suara seraknya karena menahan tangisannya. Air matanya kembali
turun dari kedua matanya.
“Loe bisa cerita sama gue Alyssa.”
“Enggak. Belum saatnya loe tahu Mario. Gue mohon, tanda tangan.”
“Fine. Gue akan menuruti apa yang loe mau. Kalau itu yang loe mau, gue akan
melakukannya. Loe bener, gue bukan siapa siapa loe.” Ucap Mario kemudian
membalikkan tubuhnya bersiap untuk kembali ke meja kerjanya.
Tapi
ada seseorang yang memegang lengannya. Membalikkan tubuh Mario dan ... mario
hanya bisa terdiam setelah merasakan ada sesuatu yang kenyal yang berada di
bibirnya. Itu bibir Alyssa. Kalian harus tahu, Alyssa menciumnya dengan
menggebu. Kedua tangannya diletakkan tepat di belakang kepala Mario, bahkan
sudah meremas rambut pria itu untuk menyalurkan perasaannya.
Mario
tidak juga bergerak, dia hanya diam. Dan tangan kanan Alyssa turun dari
rambutnya menuju ke depan dadanya. Mengusapnya perlahan membuat Mario
memejamkan matanya karena tidak kuat menerima rangsangan sebegitu hebatnya dari
tangan halus Alyssa.
Dengan
tidak sabar, Mario membawa tubuh Alyssa ke sofa yang berada di sana.
Membaringkan Alyssa dan dengan cepat dia berada di atas tubuh Alyssa dengan
bibir yang masih bersahutan. Kali ini Mario yang memimpin. Dan suara yang
berada di dalam kantor Mario yang tadinya hening sudah mulai terusik akan suara
mereka akibat dari perbuatan yang sedang mereka jalankan sekarang.
Tangan
Alyssa sudah mulai membuka satu persatu kancing kemeja Mario dengan gerakan
yang benar – benar menggoda iman pria itu. Setelah terlepas semua, dia
melemparnya entah kemana. Sedangkan Mario yang sadar akan hal itu hanya
tersenyum kecil di sela ciumannya yang menggebu.
Alyssa
mendorong wajah Mario saat dirasanya nafasnya mulai melemah. Dan untung saja
Mario mau menurut. Itu memberi kesempatan Alyssa untuk mengambil nafas sebanyak
banyaknya. Mario menatap Mario.
Tanpa
sadar tangannya terangkat dan berniat untuk membelai wajah Mario. Dari mulai
dahi, turun ke alisnya yang tebal, mata indahnya yang setelah disentuh Alyssa
terpejam menikmati, turun ke hidung mancungnya, dan terakhir bibirnya yang
basah akibat perbuatan yang baru saja mereka lakukan.
Kemudian
terakhir menangkup kedua pipi pria itu dan menatapnya dengan tatapan penuh
kagum. Alyssa kagum dengan Mario. Tentu saja. Bayangkan saja, diumur Mario yang
masih 24 tahun ini, dia sudah bisa menjadi CEO yang benar – benar hebat. Penuh
wibawa dan mampu menandingi perusahaan perusahaan besar di Indonesia ataupun di
luar Indonesia.
Sesuatu
yang menempel sebentar di bibirnya membuat dia kembali dari dunia khayalannya.
Dia menatap Mario yang kini sudah tersenyum begitu manis di depan wajahnya.
Bahkan mereka tidak punya jarak sepertinya, karena Mario menempelkan dahinya
pada dahi Alyssa.
“Mau bicara sesuatu ?? Katakan.”
“Enggak, gue Cuma mau bilang kalau gue di perusahaan Damanik hanya
sementara. Dan ada saatnya loe tahu nanti. Disaat itu, gue akan menceritakan
semuanya yang mungkin membuat loe merasakan perasaan yang bermacam macam sama
gue. Dan mungkin aja, loe akan menjauh dari gue.”
Mario
mengernyitkan keningnya bingung. Dia menjauhkan wajahnya dan membalikkan
tubuhnya menjadi di bawah kemudian mengangkat Alyssa hingga berada di atasnya.
Tangannya dengan nakal mengusap usap pinggang wanita itu membuat Alyssa
bergerak gerak di atas tubuhnya karena geli.
“Gue gak ngerti.”
“Gue bilang gue akan memberi tahu kalau saatnya tiba nanti.”
“Loe mau coba main teka teki sama gue Alyssa. Hmm.”
“Enggak Mario. Lepaskan tangan gak sopan loe itu.”
“Gak sopan ?? Masa ?? Siapa yang tadi mencium lebih dulu, Hmm.”
“Gue refleks karena gue gak mau loe marah sama gue.”
“Gue memang marah sama loe dan loe harus membayarnya.” Dengan secepat kilat
Mario kembali menempelkan bibirnya di bibir Alyssa. Kali ini lebih dikuasai
oleh nafsu. Permainan Mario begitu menggebu membuat Alyssa berusaha
menyeimbangi permainan lidah Mario yang berada di dalam mulutnya.
Desahan
penuh desahan mengiringi perbuatan mereka. Tangan Mario berusaha untuk
menurunkan blazer Alyssa dan setelah terlepas, dia segera membuanganya sejauh
mungkin. Dan Mario lagi – lagi memutar posisinya menjadi diatas – lagi.
“Mario. Gue gak bisa bernafas.” Ucap Alyssa seraya memukul dada pria itu
pelan. Wanita itu masih menormalkan nafasnya kembali.
Mario
hanya tersenyum kemudian memindahkan ciumannya ke leher Alyssa. Refleks, kepala
Alyssa langsung keatas begitu menerima siksaan sedemikian rupa oleh Mario.
Tidak bisa dijelaskan oleh Alyssa bagaimana perasaannya saat ini.
Kemeja
putih Alyssa sudah terlepas semua kancingnya. Jadi Mario bisa melihat dengan
jelas apa yang ada di dalamnya. Membuat gairahnya entah mengapa langsung
menanjak naik. Dia dengan bersemangat mengecup leher Alyssa berkali kali
membuat tanda kepemilikan disana yang pastinya akan berubah warna yang kontras
dengan warna kulit Alyssa yang putih bersih.
Setelah
beberapa lama, akhirnya Mario menghentikan aksinya dan menatap wajah Alyssa
yang entah mengapa jauh lebih sexy karena peluh yang ada di wajahnya, dan
wajahnya yang merona merah serta bibirnya yang benar – benar basah menggodanya
kembali untuk mengecupnya.
Tapi tidak untuk sekarang Mario.
“Gue minta maaf karena gak bisa menuntaskan apa yang udah kita lakuin
barusan.”
Alyssa
hanya mendengus sebal. Seorang Mario yang dingin baru saja berbicara dengan
nada manja dan di imut imutkan. Benar benar bukan seorang CEO.
“Gue ada meeting Alyssa. Dan gue harus menghadirinya karena ini menyangkut
kerja sama dengan investor terbesar dari perusahaan lain.”
“Loe pikir gue sedemikian sedihnya apa melihat loe menghentikan aksi gila
loe ini.”
Mario
terkekeh kemudian mengusap wajah Alyssa dengan lembut. Dia menghapus keringat
yang berada di wajah wanita itu dengan tangannya. Kemudian dia bangkit dan
berjalan kearah kemejanya di lempar oleh Alyssa.
“Lain kali kalau mau buang pakaian itu yang deket aja sayang.”
Alyssa menatap sinis. “Loe pikir loe enggak ?? Lihat tuh blazer gue.”
“Haha. Cukup menghibur sebelum gue dihadapakan sama kertas – kertas yang
sangat membosankan itu.”
Mario
berjalan ke belakang mejanya dan merapikan berkas yang akan dia bawa untuk
rapat hari ini. Alyssa menatap Mario dengan menggigit bibirnya pelan.
“Mario.”
“Iya.” Jawab Mario tanpa menatap kearah Alyssa.
“Loe mau menanda tangani surat itu kan ??” Tanyanya pelan. Mario langsung
menatap Alyssa dengan menyipitkan kedua matanya. Alyssa buru buru menjawab
lagi.
“Buat sementara. Gue janji, setelah urusan gue selesai, gue akan kembali ke
perusahaan loe lagi. Gue janji.”
“Apa yang bisa gue pegang dari kata – kata loe barusan ??”
“Mario, gue udah mengijinkan loe mengambil harta berharga gue satu –
satunya. Gue udah mengijinkan loe untuk menyentuh gue, dan gue juga udah
merelakan loe buat melakukan apapun sama gue. Masih butuh bukti ??”
Mario berjalan kearah Alyssa dengan
membawa tas nya yang ia jinjing di tangan kananya. “Gue setuju. Dan
setelah urusan loe selesai, loe harus kembali lagi kesini. Tanpa alasan apapun.
Mengerti.”
Alyssa menganggukkan kepalanya pelan.
“Dan saat itu, loe harus menceritakan semuanya sama gue. Tanpa terkecuali.”
“Iya, gue janji sama loe.”
“Okey, gue pergi dulu Alyssa.” Ucap Mario kemudian mencium dahi wanita itu
dengan lembut kemudian mencium bibirnya dan melumatnya pelan.
Mario
tersenyum dan melangkah keluar ruangan. Lihatlah, bahkan ruangannya sudah bisa
berbagi dengan Alyssa. Wanita yang baru dikenalnya selama beberapa bulan ini.
Dia sudah percaya Alyssa, tentu saja. Jika tidak mana mungkin dia mengijinkan wanita
itu untuk berada di ruangannya tanpa ia didalamnya.
Alyssa
duduk di atas sofa, menatap kepergian Mario dengan tatapan yang sulit
diartikan. Kemudian dia menundukkan wajahnya dalam. Berulang ulang mengucapkan
kata yang sama seperti dulu. Maaf.
************
Mario
berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah ruangan yang sudah tidak asing lagi
baginya. Dia ingin bertemu dengan sahabatnya. Lagian sudah lama juga dia tidak
berkunjung ke kantor sahabatnya ini. Sedangkan sahabatnya sendiri sudah sering
memunculkan batang hidungnya di perusahaannya.
Mario
berhenti di depan pintu ruang sahabatnya itu. Dia melirik ke samping dan
mengernyit heran, biasanya sekretaris kesayangan sahabatnya – yang kata Alvin
cantik dan sexy – ada disana menyambut siapapun yang ingin bertemu dengan
bos’nya itu. Tapi sekarang ... ... nihil.
Mario
menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu tidak perduli. Dia langsung membuka
pintunya begitu saja. Dan matanya langsung membelalak begitu melihat adegan
yang benar – benar tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin perusahaan.
Alvin sedang bersama dengan sekretarisnya.
Kalian
bisa menebak apa yang mereka lakukan. Bagaimana bisa seorang sekretaris duduk
di atas meja dan diapit oleh tubuh pemimpinnya. Mario, loe juga harus
mengingatnya, bahwa loe pernah melakukan hal itu dengan Alyssa yang saat itu
menjadi sekretaris loe Mario.
Alvin
asyik mencium sekretaris yang menurutnya sexy itu. Tangannya sudah kemana mana.
Mario sekali lagi menggelengkan kepalanya prihatin. Sahabatnya memang playboy,
tingkat atas lagi. Ckck, kapan sih Alvin tahan jika tidak menyentuh seorang
wanita ?? Jawaban Mario tidak pernah. Itu kenyataannya.
“Selamat siang Bapak Alvin William.” Ucap Mario dengan nada sinis.
Dia
bisa melihat bahwa di depan sana, Alvin ribet sendiri. Dia menurunkan
sekretarisnya itu dan menyuruhnya untuk memperbaiki tatanan tubuhnya. Mereka
masih balik badan dan masih sibuk dengan urusannya sendiri.
Alvin sibuk memperbaiki pakaiannya yang
sudah sangat amat berantakan. Begitupun dengan wanita itu, dia juga masih
membenarkan penampilannya.
Mario hanya bisa tersenyum simpul.
Karena
apa ?? Karena dia dulu juga pernah di ganggu sahabatnya ini saat dia sedang
berduaan dengan Alyssa. Sekarang – saatnya pembalasan. Tanpa sadar, Mario
terkekeh sendiri dengan pembalasan.
“Nona, sebaiknya cuci muka anda terlebih dahulu. Bibir anda sangat basah
dan leher anda sudah menimbulkan banyak tanda disana.” Sindir Mario seraya
tersenyum geli.
Alvin
memukul bahu sahabatnya itu dengan kencang saat sekretarisnya sudah keluar dari
ruangannya setelah sebelumnya pipinya merona merah saat mendapat sindiran dari
seorang Mario Raditya.
“Salah loe sendiri gak kunci pintu. Untung yang masuk gue, kalau yang masuk
orang lain, tamat riwayat loe.”
“Kedatangan loe benar – benar mengganggu Mario.” Desis Alvin penuh
kemarahan. Aktivitasnya tertunda gara – gara kemunculan sahabatnya yang tidak
tahu diri ini.
Mario tertawa pelan. “Buang sifat loe yang playboy itu, sekretaris sendiri
di makan juga. Bikin malu gue aja loe.”
“Loe gak ada kaca dirumah ?? Alyssa gimana kabarnya ??” Sindir Alvin sinis.
“Seenggaknya gue Cuma menyentuh dia, gak seperti loe. Semuanya loe ambil.
Gak inget umur loe ?? Kurangi lah Vin, cari cinta sejati loe.”
“Bro, loe tahu gue banget. Gue mencari cinta sejati ya dengan cara seperti
ini. Saat gue berhubungan sama dia gue merasa nyaman, tandanya gue memang cocok
sama dia.” Ucap Alvin seraya mengambil dua minuman dingin dan yang satunya ia
lempar kearah sahabatnya yang sudah duduk di atas sofa ruanganya.
“Terserah loe deh.” Jawab Rio sekenanya, kemudian membaringkan tubuhnya di
atas sofa itu. tubuhnya benar – benar lelahh.
“Kenapa loe ?? Kabur dari rumah ??”
“Kabur ?? Kalaupun itu bisa gue lakuin, udah gue lakuin dari dulu. Bokap
gue punya banyak mata bro. Inget ??”
“Kenapa sih loe gak pernah akur sama bokap loe bro. Kasihan dia, dia Cuma
punya loe sekarang.” Ujar Alvin seraya duduk di depan Mario.
“Kalau dia sayang sama gue, dia gak akan pernah bikin gue tertekan.”
Alvin
menghembuskan nafasnya kesal. Susah sekali membujuk sahabatnya itu untuk bisa
lebih menghormati ayahnya sendiri.
Sebenarnya
Alvin sangat tahu mengapa sahabatnya sangat di kekang oleh ayahnya sendiri.
Karena Pak Bara – ayahnya Mario, itu ingin anaknya menjadi anak yang akan
berguna untuk semua orang kelak. Dan itu sudah Alvin tahu saat dia berbicara
langsung dengan Pak Bara saat dia masih duduk di bangku SMA.
Dan Mario tidak tahu kalau Ayahnya menyimpan sebuah rahasia besar.
Alvin
sudah tahu, tapi dia tidak bisa memberitahu Mario karena permintaan Pak Bara
sendiri. Alvin ingat sekali dengan perkataan Pak Bara yang membuatnya merasa
kasihan dengan pria paruh baya itu.
“Saya yakin, Mario mencintai saya. Dan dia akan mengerti keadaan saya
nanti. Walaupun bukan sekarang, tapi saya akan menunggu saat Mario tahu semua
tentang keadaan saya. Saya ingin dia mengerti keadaan saya karena dia mencintai
dan menyayangi saya sebagai ayah kandungnya.”
“Alvin.”
Alvin
tersadar dan menggelengkan kepalanya pelan. Dia menatap Mario yang masih
berbaring di atas sofa dan sedang menatapnya penuh selidik.
“Apa yang loe pikirin ??”
“Enggak, gimana keadaan Alyssa ??” Tanya Alvin berusaha mengalihkan
pembicaraan.
“Dia sekarang berhenti dari perusahaan gue.”
“Kenapa ?? Gara – gara loe sentuh ??” Sindir Alvin lagi.
“Ck, dia malah ketagihan sama sentuhan gue. Entahlah karena apa, dia bilang
dia punya pekerjaan yang berhubungan dengan Damanik itu.”
“Jadi dia balik lagi ke perusahaan Damanik ??” Tanya Alvin.
Mario mengangguk dengan lesu.
“Loe pernah terpikir gak sih bro, ada yang aneh sama tuh cewe. Mulai dari
cerita loe yang bilang kalau loe pernah ketemu sama orang tua dia tapi dia
bilang orang tuanya meninggal, dia bekerja di club malam tapi punya kost yang
jelek abis, terus dia datang ke perusahaan loe minta pekerjaan dan belum ada
satu tahun udah pindah lagi.” Ucap Alvin panjang lebar.
“Pertanyaan gue. Uanganya dia kemanain ?? Loe liat pakaian dia dong, gak
ada mewah mewahnya. Terus apapun yang dia punya serba sederhana. Gue jadi
curiga.”
“Curiga apa loe ?? Gak usah mikir yang enggak enggak. Mungkin dia punya
alasan sendiri akan hal itu.” Jawab Mario dengan santai.
“Dan sampai sekarang loe belum tahu alasan dia apa kan ??”
“Karena gue percaya sama dia.”
“Percaya ?? Cissh, gombalan basi. Apa yang bisa loe percaya dari dia ?? Hah
??”
“Vin, loe jangan coba – coba buat gue marah sekarang. Gue lagi bener – bener
emosi. Loe diem bisa gak ??” Jawab Mario dengan nada keras.
“Gue Cuma mau bantuin loe. Karena gue udah menganggap loe sebagai kakak gue
sendiri. Tapi loe malah kaya gini. Terserah. Gue gak akan pernah ikut campur
lagi semua urusan loe.”
Mario
hanya menatap sahabatnya itu dengan perasaan yang tidak bisa ia artikan
sendiri. Mario mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya apa yang terjadi dengan
kehidupannya ?? Mengapa semuanya membuat dirinya menjadi rumit ?? Dari ayahnya,
Alyssa, dan sekarang sahabatnya juga ikut – ikutan.
Mario mencintai ayahnya ?? Tentu saja.
Disaat
seperti ini, dia merindukan pelukan hangat seorang ibu. Dia merindukan dimana
dia , ayahnya dan ibunya berkumpul bersama dan bercanda bersama. Tapi semuanya
berubah saat ibunya meninggalkannya sendiri. Ayahnya selalu mengekangnya untuk
menjadi ini atau itu.
Ibu, Mario merindukanmu. Sungguh.
Mario memejamkan matanya perlahan. Dia
berniat tidur sebentar di ruangan Alvin. Detik selanjutnya, Mario sudah
terlelap di alam bawah sadarnya.
Semoga saat gue bangun, semuanya berubah menjadi lebih baik.
************
Udah
panjang kan ??
Butuh
perjuangan tuh buat nulis segini banyaknya.,
Kalian
cukup membalasnya dengan cara meninggalkan jejak.
Komentar
please, kasih saran buat gue biar ceritanya makin bagus.
Dan
kalau kalian masih menghargai saya, jangan maksa buat lanjut.
Sekian
dan terima kasih :))
Sebelumnya maaf deh kak ini baru pertama komen di sini,biasanya aku komennya di fb,soalnya nggak ngerti cara komen di blog.
BalasHapusDan untuk cerbungnya makin keren aja dan tambah bikin penasaran sama siapa alyssa itu sebenrnya.alyssa nya udh suka ya sama mario?. Kak kapan2 isiin dong cerita nya alvin.ditunggu kelanjutannya kak:)
Oh iya de' gak apa - apa :))
HapusThanks buat pujian dan kunjungannya yaaa ^^
dan untuk cerita dengan cast Alvin, insya Allah kalau ada ide ;)
aaaa indah ternyata udah di lanjut yaaa... indah sumpah demi apaa ini keren pake bangett terus juga makin penasaran.. masih teka-teki.. cepet lanjut lagi dahh.. gue selalu nungguiin ini cerita..
BalasHapusnumpang promo nih dah hehe kunjungi blog gue yaa: obatkistatradisional
terimakasih buat pujiannya :D masih teka teki ?? Emang ada apa dengan ceritanya :D Btw, ceritanya udah di lanjut sampe chapter 7 dian :)) Selamat membaca ^^
BalasHapusthanks juga buat kunjungannya ^^