Selasa, 22 Oktober 2013

Gue Kena Karma - Part 12 (RIFY)

Hai para readers. Thanks karena udah mau bersedia menunggu cerbung gaje ini yaaaa :)
cuma mau bilang, maap kalau ngaret :D
Hehehe. happy reading all.
Cekidot !!!

Masalah mereka sudah selesai. Mereka bisa beraktivitas seperti biasanya lagi. Tentunya tanpa kehadiran Zahra cs. Sekarang, tidak ada lagi Febby, Prissil dan Oik yang selalu berbuat jahat dan seenaknya kepada orang lain. Tanpa perduli atau memikirkan perasaan orang itu sendiri. Sebenernya mereka iba kepada Zahra. Gadis itu tidak tahu apa apa. Baru beberapa bulan menginjakkan kakinya di sekolah ini sudah mendapat masalah sampai dikeluarkan dari sekolah. Tapi perbuatannya kepada Ify sungguh keterlaluan. Kepala sekolah tidak akan pernah mengijinkan murid murid seperti itu berada di sekolahnya.

Zahra juga ikhlash menerimannya, dia sempat meminta maaf kepada teman temannya termasuk Ify cs. Dia juga telah meminta maaf kepada Rio dan Alvin. Dua pemuda tampan yang beberapa bulan ini selalu menjadi sahabatnya saat dia masih berada di sekolah barunya. Zahra menyesal tidak mendengarkan kata kata Rio untuk tidak berurusan dengan Prissil cs.

Dan semuanya memang sudah terlambat. Keputusan pihak sekolah sudah bulat untuk tetap mengeluarkannya dari sekolah ini. Dan akibat dari perbuatannya, Ayahnya menjadi marah dan mengirim kembali Zahra ke Amerika. Membuat gadis cantik itu merasa tertekan. Tetapi semuanya sudah berlalu. Zahra harus bisa menerima semuanya. Semua yang terjadi di hidupnya sekarang adalah karena kesalahannya. Dan ia pantas mendapatkan hukuman itu.

Sedangkan Agni, masalah gadis tomboy itu dengan sepupu Ify juga sudah selesai. Mereka bisa kembali bersama sama lagi seperti dulu. Yaps, mereka pernah berpacaran waktu jaman SMP. Kakak kelasnya yang tampan itu selalu membuatnya merasa terpesona. Apalagi saat pemuda itu sedang bermain basket dalam keringat yang bercucuran. Itu membuatnya jauh lebih tampan dari biasanya. Dan Cakka itu merupakan mantan ketua OSIS di sekolahnya. Itu membuatnya semakin digilai hampir seluruh kaum hawa di sekolahnya waktu SMP dulu.

Tapi waktu itu, Agni juga mendapat masalah. Oik, gadis itu juga menyukai Cakka. Dan Oik tahu, bahwa Agni juga menyukai Cakka. Maka dari itu, Oik melalukan berbagai cara supaya Agni menjauh dari Cakka dan Cakka menjadi benci kepada Agni. Tapi usahanya malah GATOT alias gagal total. Setiap kali membuat Cakka membenci Agni, semakin sakit pula hati Oik. Karena bukan kebencian yang selalu ia lihat jika Cakka sedang menatap Agni, perasaan sayanglah yang ia perlihatkan. Dan itu semua membuat Oik membenci Agni hingga saat ini.

Tapi sekarang, Oik sudah dipindahkan ke luar kota oleh orang tuanya. Jadi, insya Allah tidak akan ada yang mengganggu hubungan dirinya dengan kakak kelasnya itu. Agni jadi teringat setelah dirinya keluar dari ruang Outdoor itu, dia tertawa geli mengingat kejadian itu.

Setelah keluar dari ruangan itu, Agni berlari menuju ke toilet wanita. Dan Cakka tetap mengikutinya, bahkan sampai ikut masuk ke dalam toilet wanita itu. Jelas saja pemuda itu menjadi pusat perhatian kaum hawa yang masuk ke dalam toilet wanita itu. Tapi sepertinya Cakka tidak perduli, pemuda itu terus menerus minta maaf kepadanya sampai membuat orang orang di sekeliling mereka tertawa mendengarnya. Siapa yang tidak tertawa, melihat seorang pemuda tampan masuk kedalam toilet WANITA dan merengek rengek minta di maafkan seperti anak kecil. Tapi Agni mempunyai hati, dia mengajak Cakka keluar dari Toilet itu dan berbicara empat mata sampai Agni mau memaafkan Cakka.

Rio dan Ify tersenyum senang melihat sahabat sahabatnya sudah menIelesaikan masalahnya masing masing. Mereka sedang berada di taman belakang sekolah menikmati pemandangan di hadapannya bersama sama. Rio yang dengan santainya merangkul Ify dengan tangan kananya hingga perempuan itu menyenderkan tubuhnya ke tubuh Rio. Dan Ify yang dengan pastinya melingkarkan kedua tangannya di pinggang Rio membuatnya mereka merasa nyaman.

Jika ada yang melihat pemandangan itu, orang itu pasti akan berfikir bahwa Rio dan ify adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Padahal hubungan mereka masih tanpa status. Mereka memang saling mencintai tapi tidak dengan status yang jelas. Kedua insane yang saling mencintai ini masih dalam posisi yang sama. Mereka benar benar nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Mereka sangat menikmatinya.

“Makasih yah Rio, buat semua yang udah loe lakuin buat gue.” Ucap Ify tulus sedangkan Rio hanya menganggukan kepalanya dalam diam.

“Gue bener bener gak nyangka kalau Zahra yang ngelakuin itu.” Lanjutnya membuat Rio bereaksi. Pemuda itu menaruh dagunya di puncak kepala Ify dan semakin mengeratkan rangkulannya membuat ify semakin dekat dengannya.

“Gak usah di inget lagi. Semuanya udah berlalu Ify. Yang jelas sekarang gak akan ada lagi yang menganggu loe. kalau sampai ada yang berani menyentuh loe untuk menyakiti loe, orang itu akan berhadapan dengan gue.”

“Thanks Rio. Loe emang malaikat penolong gue. Gue sayang sama loe.”

“Masa ??? Kalau gue gak sayang sama loe gimana ???” Ujar Rio cepat bermaksud menggoda membuat Ify memukul dadanya kesal, Rio hanya terkekeh melihat kelakuan Ify.

“Gak mungkin loe gak sayang sama gue. Yang dulu ngejar ngejar gue siapa ???”

“Oh, jadi kalau cowo ngejar ngejar cewe itu karena sayang ??? Kalau cewe ngejar cowo juga karena sayang ???” Ify mengangguk dengan cepat. “Kata siapa ???”

“Kata aku dong.” Jawab Ify singkat.

“Oh gituh yah. Mmm Fy.”

“Ya kenapa ???” setelah Ify mendongakan kepalanya untuk menatap wajah Rio, Rio dengan jail menggunakan kesempatan itu untuk mencium Ify di pipinya dengan cepat. Setelah itu dia berdiri dan langsung berlari menghindari amukan Ify. Sedangkan Ify hanya tersentak dengan perlakuan Rio yang terlalu tiba – tiba.

“Ify.”

Teriakan Rio membuat Ify tersadar, dia mencari keberadaan rio. Karena pemuda itu sudah tidak ada di sebelahnya, dan dia menemukan Rio sedang bersender pada sebuah pohon yang letaknya cukup jauh dari tempat Ify dengan senyum jailnya. Ify lantas berdiri dan berlari mengejar Rio yang kembali berlari.

“Loe sayang sama gue gak Fy ???”

“Gak. Gue benci banget sama loe.” Teriak Ify berusaha menangkap Rio yang selalu berlari menghindarinya.

“Kata loe, kalau cewe ngejar ngejar cowo itu karena sayang. Berarti loe sayang sama gue dong. Kan loe lagi ngejar ngejar gue. Hahaha.” Rio masih berlari seraya berkata seperti itu dan tertawa terbahak bahak membuat Ify merenggut kesal.

“Riooooo. Loe nyebelin banget tahu gak.” Teriak Ify kesal

“Ify sayang sama gue loh.” Teriak Rio yang membuat beberapa orang yang melewati taman tersebut tersenyum geli melihat kelakuan Ify dengan Rio yang berkejar kejaran seperti anak kecil.

“Gak. Rio bohong. Gue gak sayang sama Rio. Gue benci sama Rio.” Kali ini giliran Ify yang berteriak membuat Rio semakin tertawa mendengarnya.

Mereka memang pasangan yang serasi. Sayang, hubungan mereka belum memiliki status yang jelas, padahal semua warga sekolah sudah tahu kedekatan Ify dengan Rio itu seperti apa. Mereka merupakan pasangan ter the best di SMA STAR. Bahkan sudah banyak pula yang menyuruh Rio untuk menyatakan perasaannya kepada Ify. Tapi pemuda itu hanya membalasnya dengan senyuman yang penuh arti. Tak sedikit pula yang memberikan saran untuk acara penembakan mereka. Dan itu semakin membuat Rio merasa bahagia. Rio sudah merencanakan acara penembakan itu dengan sangat antusias. Dan ia yakin, kisah cintanya akan berakhir happy ending. Tentunya bersama ify. Gadis yang ia cintai dan sayangi selama beberapa bulan ini.

***************
Sore ini jadwal Rio dan Alvin berlatih basket di club. Mereka berdua memang mendapat jadwal yang sama. Kedua pemuda tampan ini melajukan motornya membelah jalanan ibu kota yang selalu padat. Di tengah perjalanan mereka berdua memberhentikan motornya karena ada sesuatu yang menghalangi perjalanan mereka berdua. Rio dan Alvin membuka helm fullface’nya.

Kedua pemuda tampan ini hanya mengernyit bingung. Di hadapan mereka telah berdiri beberapa orang yang badanya atletis semua. Hal itulah yang menghambat perjalanannya. Rio dan Alvin saling pandang dan hanya mengangkat bahu secara bersamaan karena bingung dengan orang orang yang berdiri di hadapan mereka. Sepertinya beberapa orang itu memang sengaja menunggu Rio dan Alvin melewati jalanan ini. Dan kebetulan juga, mereka sekarang sedang berhenti di sebuah jalan yang lumayan sepi dan jauh dari pemukiman penduduk. Hanya terdapat beberapa pohon yang berdiri kokoh di pinggir jalan.

“Ngapain loe semua berdiri di situ.” Ucap Rio santai.

“Kita Cuma punya satu keinginan yang harus loe berdua penuhi.”

“Keinginan apa ???”

“Loe berdua harus keluar dari club BATAVIA.”

“Loe gila. Siapa yang nyuruh loe semua. Suruh bos loe pada berdiri di sini. Jangan jadi pecundang yang bisanya nyuruh anak buah.”

“Gue gak pecundang.”

Suara itu berhasil mengalihkan perhatian Rio dan Alvin dari beberapa orang yang berdiri di hadapan mereka sekarang. Dilihatnya pemuda yang begitu sangat mereka kenali. Ternyata dia dalangnya. Rio dan Alvin yang melihatnya hanya tersenyum sinis melihat kedatangan musuh mereka.

“Ternyata elo.”

“Iya, ini gue, Gabriel Stevent Damanik. Musuh loe yang tidak terkalahkan.” Ucap orang itu yang ternyata Gabriel dengan angkuhnya.

“Cish, beraninya main keroyokan loe. Pengecut.” Ucap Alvin kesal.

“Kenapa, loe takut. Bukannya loe dan sahabat loe yang tercinta ini udah berkali kali menang tawuran.”

“Terserah loe mau ngomong apa Iel. Sekarang gue minta, loe dan anak buah loe itu minggir sekarang, gue mau lewat.”

“Siapa loe berani perintah gue.” Bentak Gabriel yang membuat Rio dan Alvin tersenyum sinis.

“Gue Cuma pengin Tanya sama loe Iel, sebenernya masalah loe sama gue itu apa sih. Kenapa loe selalu cari gara gara sama gue.”

Mendengar ucapan Rio, Gabriel hanya tersenyum sinis dan mengalihkan wajahnya ke arah lain. Beberapa menit kemudian dia kembali menatap kearah Rio dan ..

BUGH.

Tangan Gabriel sukses mendarat di wajah Rio membuat sudut bibir pemuda tampan itu berdarah, Alvin yang melihat itu langsung bereaksi dengan mendekat kearah Gabriel dan bersiap melayangkan tangannya, tapi dengan cepat Rio menahan lengan Alvin sehingga pemuda itu tidak jadi memukul Gabriel.

“Loe jangan ikut campur dulu Vin, ini masalah gue sama dia.”

“Tapi bro.”

Rio hanya menepuk bahu Alvin. Dan Alvin mengerti maksud Rio, pemuda tampan itu melangkah mundur kembali ke tempatnya semula. Sementara Rio menghapus darah di sudut bibirnya seraya menatap tajam Gabriel, yang di tatap hanya menampilkan senyum miringnya.

“Kenapa loe malah mukul gue. Gue tadi Cuma Tanya, bukan ngajakkin loe berantem.”

“Tapi tangan gue gatel pengin mukul loe.”

“Kenapa loe mukul gue disaat gue lagi gak siap. Hanya pengecut yang mukul lawan disaat lawan lagi gak siap.”

“Terserah loe mau ngomong apa Mario. Yang jelas, gue bener bener benci sama loe. gue gak akan biarin loe tersenyum bahagia. Giliran gue yang akan membuat loe menderita.”

“Sayangnya gue gak pernah kalah dari loe Iel.”

“Sombong.” Bentak Gabriel menatap Rio murka.

“Gue Cuma Tanya sama loe, apa yang membuat loe begitu benci sama gue.”

“Gue itu membenci semua yang ada pada diri loe.”

“Apa yang harus gue lakuin supaya loe gak membenci gue.”

“Keluar dari club Batavia itu dan Serahin ify ke gue. Apa loe sanggup memenuhi persyaratan gue itu supaya gue gak membenci loe lagi tuan Mario.”

“Sorry, gue gak bisa lakuin itu.”

“Cissh, apa yang loe dapet dari club batavia itu Mario. Loe disana Cuma sok jago, pengin terkenal, dan membuat semua orang memuji loe. Iya kan ??”

“Seenggaknya gue gak malu kaya loe dulu. Dengan kepedean yang loe punya loe nantangin gue dengan syarat yang loe buat sendiri dan akhirnya ngejatuhin loe sendiri. Loe itu gak punya malu. Udah berani ngelakuin hal kaya gitu masih sok aja.”

“Loe bener bener nyari mati sama gue Mario.” Desis Gabriel penuh dengan kemarahan. Dia menatap Rio dengan tatapan yang membunuh. Beberapa saat kemudian Gabriel memberi kode kepada anak buahnya untuk menyerang Rio dan Alvin. Dan terjadilah pertempuran sengit di antara kedua golongan itu.

Walaupun Rio dan Alvin pernah berlatih karate dan sekarang sudah mempunyai kemampuan yang sangat hebat mereka tetap saja masih kewalahan melawan anak buah Gabriel yang lumayan banyak itu. Mereka berdua memang sering bertarung seperti ini dan selalu berhasil mengalahkannya, tapi jika melihat musuh mereka kali ini, mereka sepertinya tidak akan sanggup. Rio dan Alvin hanya berdua. sedangkan anak buah Gabriel ada banyak orang yang tubuhnya atletis semua.

Beberapa kali Rio dan Alvin terkena pukulan oleh tangan anak buah Gabriel yang kokoh. Di wajah, di perut, di kaki dan di bagian tubuh yang lainnya, mereka benar benar kewalahan. Gabriel yang melihat itu hanya tersenyum sinis melihatnya. Dia sangat bahagia melihat musuh bebuyutannya tak berdaya seperti itu. setelah puas, Gabriel menyuruh anak buahnya menghentikan aksinya. Rio dan Alvin langsung terjatuh ke tanah dengan luka dimana mana.

“Sekarang gimana ??? Loe masih mau nantangin gue tuan Mario. Dan buat loe Vin, loe itu bego. Gue itu Cuma benci sama Rio, bukan sama loe. Karena tadi loe udah nyoba buat ngelawan gue, maka seperti inilah hasilnya. Hahaha.”

“Loe bener bener gak punya hati Iel.” Ucap Alvin seraya meringis menahan sakit di bagian perutnya yang sedari tadi terkena pukulan anak buah Gabriel.

“Iya, gue emang gak punya hati. Apa lagi buat orang kaya loe berdua. Cissh, loe lihat sendiri kan, kalau Gabriel sekarang jauh lebih hebat dari MARIO STEVANO.”

“Loe keterlaluan Iel.”

“Siapa yang perduli. Sekarang gue Cuma mau ngasih peringatan sama loe, kasih Ify sama gue atau loe akan tahu akibatnya.” Desis Gabriel seraya menarik baju Rio yang sudah tidak bisa berbuat apa apa lagi.

“Gue gak akan pernah kasih dia buat loe.” Teriak Rio tepat di depan wajah Gabriel membuat pemuda itu melayangkan tangannya kearah wajah Rio lagi, Rio yang sudah tidak di tahan oleh Gabriel langsung jatuh tersungkur ke tanah.

“Loe denger baik baik ucapan gue Yo, gue gak main main. Kalau loe gak mau Ify celaka, sebaiknya loe serahin dia ke gue dan gue akan bersikap lembut sama dia. Tapi kalau loe gak mau, jangan salahin gue kalau terjadi apa apa sama dia.” Ucap Gabriel seraya kembali ke mobilnya dan berlalu dari tempat itu diikuti oleh anak buahnya di belakangnya.

Alvin dan Rio hanya diam di tempat, mereka masih menahan sakit di beberapa bagian tubuh mereka. Gara gara kejadian ini, mereka tidak berlatih di club Batavia, dan itu semua karena Gabriel. Alvin langsung mengambil handphone’nya di saku celananya, dia langsung mencari nama Sivia di kontak, setelah berhasil menemukan nama sang pujaan hati, Alvin langsung men-dial dan mendekatkan ke telinga kanannya.

“Hallo.” Sapa suara di seberang sana.

“Vi, kamu lagi sibuk gak.”

“Gak Vin, kamu kenapa ?? Kok kaya lagi kesakitan gitu. kamu dimana Vin ???” Ucap Sivia dengan nada khawatir.

“Vi, Aku sama Rio lagi ada di jalan Pancasila. Kamu bisa kesini sekarang ??”

“Okeh okeh, aku kesana sekarang.”

“Aku tunggu.” Ucap Alvin mengakhiri percakapan via telepon dengan gadis pujaannya.

“Loe ngapain nyuruh Via kesini ???” Tanya Rio bingung.

“Ya bantuin kita lah. emangnya loe bisa pulang naik motor ??? Berdiri aja susah.” Rio hanya diam seraya menahan rasa sakit. “Gue gak ngerti sama kelakuan Gabriel.”

“Gue apalagi. Tuh anak benci sama gue tapi gak punya alasan yang jelas. Sorry yah bro, gara gara gue loe jadi babak belur.”

“Cissh, loe itu kaya sama siapa aja deh Yo. Gue ini sahabat loe. Kalau gue ngebiarin loe ngelawan mereka sendiri itu namanya gue egois Cuma mau selamat sendiri.”

“Dan gara gara gue juga kita jadi batal latihan di club hari ini.”

“Bukan gara gara loe, tapi gara gara Gabriel sialan itu.”

Rio hanya tersenyum menanggapi ucapan Alvin yang penuh emosi itu, sebenarnya dirinya juga marah sama Gabriel, anak itu selalu mencari masalah dengannya tanpa ada alasan yang jelas, berusaha merebut semua yang ia punya sekarang termasuk jabatannya di club Batavia. Tapi Rio tidak ambil pusing, biarkan saja Gabriel berlaku seenaknya dengannya. Asal semua orang yang berada di sekitarnya baik baik saja.

“Alvin.”

Rio dan Alvin reflek langsung menengok ke sumber suara mendengar teriakan seseorang yang mereka kenal, dilihatnya Sivia yang sedang berlari ke arahnya, tak lama kemudian, di belakang Sivia juga ada seorang gadis cantik yang mengekor di belakang Sivia. Rio membelalakan matanya melihat gadis yang berlari di belakang Sivia, mengapa gadis itu juga ikut ikutan kesini ???

“Alvin kamu gak papa kan ???” Tanya Via cemas melihat keadaaan Alvin yang sudah penuh luka di beberapa bagian tubuhnya. Alvin hanya tersenyum melihat kecemasan yang dirasakan oleh pacarnya sekarang.

Hal yang sama dilakukan oleh gadis yang mengekor di belakang Via tadi, dia berlari kearah Rio dengan wajah cemas dan khawatir. Mengingat pemuda itu di bagian wajah sudah babak belur seperti itu. Gadis ini langsung menaruh kepala Rio di pangkuannya. Setelah beberapa saat menatap dengan rinci pemuda di hadapannya, matanya sudah berkaca kaca pertanda anak sungai sedang berkumpul di kelopak matanya dan siap mengalir jika dia mengerjapkan matanya.

“Rio. Maafin gue, kalau gue gak pernah berurusan sama Gabriel, loe gak akan kaya gini. Gue minta maaf.”

“Loe tahu darimana kalau ini semua gara gara Gabriel.”

“Gak penting gue tahu darimana, luka loe harus di obatin segera Yo. Ayo gue bantu masuk ke mobil.” Ucap gadis itu yang ternyata adalah Ify dan langsung memapah Rio menuju ke mobilnya. Begitupun dengan Sivia, dia juga memapah Alvin menuju ke mobilnya, setelah berpamitan satu sama lain, mobil mereka berdua menghilang dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalanan ibu kota.

***************
Rio hanya meringis pelan saat Ify mengobati lukanya. Sekarang mereka berdua ada di rumah Ify. Gadis itu membawa Rio ke rumahnya karena tidak mungkin menyuruh Rio untuk pulang ke rumahnya dalam keadaan seperti ini. Kebetulan di rumahnya juga tidak ada siapapun, jadi tidak akan ada yang mengintrogasi mengapa Rio menjadi seperti ini.

“ Pelan pelan Fy.”

“Ini juga udah pelan Rio. Manja banget jadi cowo.”

“Ya lagian loe ngobatin gue gak pake hati banget. Kasar gini. Gimana bisa loe jadi dokter kalau loe ngobatin gue aja gak bisa.”

“Udah luka parah kaya gini aja masih nyebelin.” Gerutu Ify.

“Bener kan ucapan gue. Mana ada dokter kasar kaya loe. Yang ada pasien loe ntar, bukannya sehat malah tambah parah.” Ejek Rio membuat Ify kesal, gadis itu langsung menekan kompresannya di wajah Rio yang lebam membuat pemuda itu memekik kesakitan.

“Ifyyy. Sakit bodoh.”

“Makanya jangan rese.”

“Loe yang rese. Udah tahu muka gue babak belur kaya gini malah ditekan.”

“Bodo.”

“Fy, bikinin gue makanan dong. Dari siang gue belum makan nih, laper. Biar lukanya gue obatin sendiri. Yayaya.” Pinta Rio dengan wajah memelas.

“Males.”

“Yah Fy, kok gitu sih. Loe masa tega ngebiarin gue kelaparan kaya gini.”

“Biarin aja, biar tambah sakit sekalian.”

“Oh gituh, yaudah gue minta makan di rumah Zahra aja. Siapa tau tuh anak belum berangkat.”

“Awas aja kalau loe berani ke rumah Zahra.” Ucap Ify kesal.

“Kenapa emangnya. Loe cemburu ??”

“Cemburu. Ngarep.” Ujar Ify seraya berlalu meninggalkan Rio di ruang tamu.

“Ify, loe jahat banget sih sama gue. Loe mau kemana ??? Bikinin gue makan woy, gue laper. Ifyyy.” Teriak Rio. Tapi sepertinya gadis itu masa bodoh dengan ucapannya. Ify tetap menghilang dari pandangannya.

“Rese banget tuh anak. Mana laper banget lagi. Udah babak belur, kelaperan lagi. Lengkap sudah penderitaan gue. Tidur aja ah.” Gerutu Rio dan langsung membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu Ify dan bersiap untuk tidur.

Sementara Ify hanya tersenyum geli melihat Rio yang menggerutu seperti tadi. Emang enak dikerjain, batinya seraya tersenyum. Dia langsung beranjak kearah belakang lagi, ternyata Ify sedang membuat makanan di dapur. Sepertinya gadis ini tidak tega melihat pemuda yang ia cintai dalam keadaan kelaparan seperti itu. Sebenernya tadi Ify hanya mengerjai Rio. Tapi di anggap serius oleh pemuda itu.

“Biarin aja deh, lagian pake acara bikin gue kesal ada apa. Tapi untung tuh anak gak memilih keluar dari rumah ini dan ke rumah Zahra buat minta makan. Kalau sampai itu terjadi, gak tahu deh nasib gue.” Ucap Ify di sela sela pekerjaanya.

Setelah itu gadis cantik ini focus kembali kearah makanan yang dibuatnya untuk pemuda yang ia cintai itu. pemuda satu satunya yang namanya tercantum di dalam hatinya. Pemuda satu satunya yang sangat ia sayangi. Dan Ify berjanji tidak akan pernah melepaskan pemuda itu untuk siapapun, termasuk Zahra. Karena Ify sudah berjanji jika ia akan selalu menjaga pangerannya itu. dan tidak akan pernah mengijinkan satu cewepun mendekati pangerannya.

Beberapa saat kemudian, Ify telah selesai memasak. Dengan cepat, dirinya langsung menyiapkannya di meja makan. Setelah semuanya sudah beres. Gadis cantik ini melangkah menuju ke ruang tamu dimana pangerannya sedang berada disana. Ify hanya tersenyum melihat Rio yang sedang tertidur. Sepertinya pemuda itu benar benar kelaparan sampai tertidur seperti itu. Ify melangkah mendekati Rio dan berusaha membangunkan Rio.

“Yo bangun.” Ucap Ify seraya menepuk lengan Rio pelan, tapi pemuda itu hanya menggeliat sebentar dan kembali tertidur. Ify tidak menyerah, dia kembali menepuk lengan Rio menjadi lebih keras. “Yo bangun.”

Tidak ada tanda tanda Rio akan bangun. Ify hanya menghela nafas dengan kasarnya dan memandang kesal Rio. Tapi melihat wajah tenang pemuda itu, kesal Ify langsung hilang. Bukannya memarahi Rio, tapi gadis cantik ini malah mengusap rambut Rio lembut, membuat pemuda itu tersenyum dalam tidurnya. Ify kembali tersenyum. Dia terus mengusap usap rambut Rio.

“Yo bangun Yo. Udah mau malem nih.” Rio langsung menggeliatkan tubuhnya karena ada sesuatu yang mengusiknya. Pemuda tampan ini langsung membuka matanya dan terlihatlah Ify yang sedang tersenyum manis kepadanya.

“Kebo banget sih tidurnya.”

“Sorry. Aku ketiduran yah.” Ify hanya mengangguk. “Yaudah deh, aku pulang aja. Udah mau malem juga.” Lanjut Rio dan berusaha untuk berdiri tapi lengannya di tarik Ify sehingga pemuda itu duduk kembali di sofa.

“Enak aja pulang.”

“Loh, terus gue harus ngapain disini.” Tanya Rio bingung.

“Makanannya dimakan dulu dong. Gue udah susah susah buatinnya eh loe malah mau pergi seenaknya.”

“Loe masak buat gue ???”

“Gak. Siapa bilang. Gue masakin ini buat diri gue sendiri kok.” Rio hanya menaikkan alisnya seraya memandang Ify. “Tadi gue udah makan duluan, dan sisanya masih banyak, makanya gue nawarin loe makan dulu.”

“Loe ngasih gue sisa ???” Tanya Rio tidak percaya.

“He’emh, tadi kan loe bilang kalau loe laper. Yaudah makan tuh makanannya.”

“Loe serius ngasih gue makanan sisa.” Tanya Rio masih tidak percaya.

“Iya serius, tapi …”

“Tapi apa ???”

“Tapi gue boong. Wlek.”

Ify langsung tertawa sekeras kerasnya melihat raut wajah Rio yang lucu menurutnya. Sedangkan Rio, dia hanya memandang Ify aneh. Sedetik kemudian Rio tersenyum jail. Dengan gerakan cepat Rio menempelkan bibirnya di pipi kiri Ify membuat gadis itu berhenti tertawa. Ify hanya diam sehingga tidak menyadari bahwa Rio sudah masuk ke dalam menuju ke ruang makan di rumah Ify untuk kabur sebelum gadis itu menerkamnya.

“Rioooooo, keluar loe dari rumah ini.” Teriak Ify murka. Ify berlari kearah Rio dengan tatapan tajamnya. Rio hanya tertawa mendengarnya.

“Dasar cowo mesum.” Teriak Ify seraya memukul lengan Rio dengan ganas.

“Aduh. Udah Fy Stop. Badan gue masih sakit nih. Tadi juga kan loe duluan yang ngejailin gue, ya gantian dong sekarang.” Ucap Rio berusaha menahan kedua tangan Ify yang masih memukulnya penuh nafsu.

“Loe tuh emang rese tahu gak.” Ify langsung membalikan badanya dengan tangan terlipat di depan dada. Pasang muka ngambek tentunya.

“Maap Py. Gue kan tadi sengaja, eh maksudnya gak sengaja. Masa gitu doang loe ngambek sih.” Ify masih tetap diam. “Fy.”

“Kalau loe masih diem aja, gue cium lagi nih. Tadi kan di pipi kiri, sekarang giliran yang satunya lagi. Biar gak ada yang iri.” Ucapan Rio berhasil membuat Ify membalikan tubuhnya kembali menghadap Rio dan memukulnya kembali.

“Rese, nyebelin.” Teriak Ify. Rio yang sudah kesakitan karena luka lebam di sekujur tubuhnya yang belum sembuh pun langsung memeluk Ify dengan erat.

Reflek Ify menghentikan aksi pukul memukulnya. Dia hanya diam. Kaget. Gadis cantik ini masih belum sepenuhnya sadar dengan apa yang sedang terjadi. Ify hanya diam tanpa berniat membalas pelukan Rio. Pemuda tampan itu juga sepertinya menikmati dengan pelukannya tanpa menyadari jika ada orang lain yang sedang melihat aksi mereka berdua. Orang itu hanya diam karena kaget dengan kejadian di hadapannya sekarang.

“Rio Ify.” Rio dan Ify reflek melihat ke arah orang yang memanggil mereka. Seketika itu matanya langsung terbelalak kaget melihat kedatangan orang itu yang tiba tiba. Dan reflek pula Rio langsung melepas pelukannya dari Ify. Mereka sama sama salting karena orang itu melihat kearah mereka dengan tatapan menyelidik.



Sorry yah guys kalau part ini mengecewakan.
maaf juga kalau ngaret ^___^
thanks for readers :* semoga tambah sukaaaa yah sama ceritanya.
HARUS LIKE plus KOMENTAR yah guys.

tunggu part selanjutnyaaaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*