Senin, 13 Mei 2013

Kau Harus Terima Part 1 - REPOST !!!

nih gue mau repost cerpen punya Herlina Damayanti :)
kalau loe semua mau berteman sama dia silahkan klik in here :D
mari kita lihat cerpennya :D
di jamin ceritanya seruuuu !!!



Hidup itu indah jika semua yang kita mau bisa terwujud. Seperti keinginan Rio bisa mendapatkan Ify yang.sekarang duduk di hadapannya. Ify cewek manis,smart, berprestasi, pandai bergaul bisa ia dapatkan setahun yang lalu. Rio tidak menyangka, cewek ini mau menerimanya yang notabene cowok sederhana, kedua orang tuanya sudah meninggalkannya semenjak ia berusia tujuh tahun, dan sekarang Rio tinggal bersama seorang Ibu yang mau mengangkatnya sebagai anak. Sedangkan Ify adalah anak dari pengusaha ternama di ibu kota. Sekali lagi, itulah Yang membuat Rio heran, mengapa Ify mau menerimanya?
Jawabannya ada pada cewek berwajah tirus itu sendiri. Jujur saja, awalnya Ify ingin menolak karena ada orang lain di hati Ify, namun lama kelamaan Ify bisa merasakan bahwa dirinya nyaman disisi Rio, Ify bisa lihat sendiri dari mata cowok itu ada ketulusan yang mendalam dan satu lagi yang membuat Ify kagum pada cowok itam manis ini adalah kesederhanaannya.
    “Kok lama sih makannya? Nggak enak?” Tanya Rio. 
Ify tidak merespon kata-kata Rio barusan,dia tetap meyantap hidangan sederhana di depannya dengan gaya amat lambat, namun Rio tau pasti ada pikiran lain di otak Ify, sehingga Ify tidak mendengar bahwa dirinya sedang mengajak Ify bicara. Rio pun mengernyit, dia mengulurkan tangannya agar bisa menyentuh lengan Kiri Ify. Ify langsung mengalihkan pikirannya agar kembali fokus pada Rio.
     “Ada yang salah?” tanya Rio lagi, dengan cepat Ify menggelengkan kepalanya.
     “Nggak.. nggak ada yang salah kok, emangnya kenapa?” Rio menghela nafas berat sambil menarik tangannya kembali,
    “Apa sebegitu pelannya ya suaraku sampai kamu tadi nggak ngemet waktu aku ajak ngomong?” Rio menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
    “Sori Yo, aku bener-bener nggak denger, maafin aku ya" Gantian Ify yang meneyentuh lengan Rio. Rio menegakkan tubuhnya kembali, lalu matanya menatap ke wajah Ify yang sepertinya memohon ingin di maafkan. 
    “Ada yang kamu sembunyiin?” selidik Rio. Ify mengalihkan pandangan ke penjual sate yang tengah mengipas berpuluh puluh tusuk sate. ‘Ada yo, aku memang menyembunyikan sesuatu.’ Ify hanya bicara lewat hati, ia tak ingin Rio mengetahuinya. Pandangannya kembali beralih pada Rio.
    “Nggak ada Yo, Aku Cuma rada pusing aja.” Ify berkilah, ‘Maafin aku Yo,’ batinnya.
    “Beneran Fy? Kalo gitu cepet habisin makannya, habis dari sini kamu langsung aku antar pulang biar kamu bisa istirahat.” Rio panik bukan main, Ify menatap cowok itu lekat-lekat, 
    “Aku cinta kamu Yo.” Lirih Ify tiba-tiba membuat Rio membalas tatapaan itu dengan bingung. 
     “Iya.. aku juga cinta sama kamu. Kok kamu kelitan kacau Fy? Ya udah, kalo gitu aku antar pulang sekarang aja yuk!” Rio bangkit dari duduknya dan mengamit pelan tangan Ify, sampai Ify berdiri.
    “Mang, makasih ya!” teriak Rio sambil menyalakan mesin motornya yang terparkir di samping rombong sate pinggiran jakarta itu.
    “Oh..Iya iya Mas.”
Ify memeluk pinggang Rio erat saat motor mulai membelah kepadatan Ibu kota di malam hari. Kepalanya ia sandarkan ke punggung Rio. Bukan karena dia sakit, tetapi karena ia seperti ingin menebus rasa bersalahnya pada cowok yang amat ia cintai ini. Rio merasakan eratnya rengkuhan tangan Ify di perutnya, ia mengira cewek ini benar-benar sakit.
    “Kamu kuat ya Fy!” katanya dengan sarat perhatian.
‘Kamu baik yo,kamu perhatian banget sama aku, kamu tulus cinta sama aku,tapi apa balasanku ke kamu, aku mendua dibelakangmu Yo, Aku nggak pantas buat kamu.’ Batin Ify. ‘Semoga kamu nggak akan pernah tau Yo.’

                        **********************************

Sesampainya di depan rumah Ify, Ify turun dan menggumamkan terima kasih pada Rio.
     “Kamu abis nangis Fy?” tanya Rio setelah melepaskan helm fullfacenya.  
     “Nggak Yo, mungkin pengaruh pusing aja, makanya mataku merah.” Ify berbohong, sebenarnya waktu di boncengan Rio tadi dia memang menangis.
      “Ya udah Yuk!” Rio turun dari motornya.
      “Loh? Kamu mau ngapain?” tanya Ify bingung. Rio menatap Ify.
      “Meskipun aku cowok sederhana, tapi aku bertanggung jawab sayang.” Katanya. 
      “Sebelum aku ajak kamu pergi, kamu masih sehat kan? Tapi begitu kamu jalan sama aku, tiba-tiba kamu pusing, apa kata orang tua kamu nanti?” Ify tersenyum.                                 
      “Okedeh pangeran, tapi dirumah nggak ada Papi sama Mami, yang ada cuma Cakka.” “Hm...” Responnya sambil merangkul pundak gadis itu masuk ke rumah.

Didalam rumah ada Cakka adik Ify yang berusia tiga tahun dibawah Ify yaitu enam belas tahun, dan sekarang dia duduk di kelas Sebelas.“Weits.. ganti lagi nih!” goda Cakka. Ify mendelik.“Ganti apa Kka?” Rio nampak bingung dengan ucapan adik pacarnya ini. Ify benar-benar geram terhadap adiknya itu. Sebenarnya keluarga Ify menyayangkan kehendak Ify yang mau meneruskan statusnya sebagai pacar Rio. Tapi, Ify bersikeras untuk tetap jalan dengan Rio dan.. .Alvin.

Alvin, dialah orang ketiga di antara hubungan Rio dan Ify. Sosok keren, cool, putih dan tajir tentunya. Alvin juga merupakan mantan Ify waktu SMA. Namun Ify kecewa karena Alvin selinggkuh dengan cewek lain, akhirnya mereka putus meskipun dalam hati Ify yang paling dalam masih amat sangat menyayangi cowok itu, sampai suatu ketika ia bertemu dengan Rio di kampusnya, dia bisa sedikit menghilangkan rasa cintanya pada Alvin. Namun takdir menemukan Ify dengan Alvin lagi tiga bulan yang lalu.   


-Flashback-
Ify bersama Sivia menelusuri Mall untuk sekedar refreshing ,melepas penat karena tugas-tugas kampus menumpuk dirumah. Ify sengaja meminta kepada Rio bahwa dirinya ingin menghabiskan waktu bersama sahabatnya, karena sudah lama sekali mereka nggak jalan bareng. Begitupun dengan Sivia.“Huh... masa Iyel tadi mau ikut kita? Ckckck cowok gue itu nggak bisa banget deh jauh-jauh dari gue.” Keluh Sivia bangga.
“Gitu Siv? Klo tau gitu tadi gue bakal ajak Rio, yah... itung-itung sekalian double date gitu lah.” respon Ify sambil melihat-lihat sekeliling mall.
“Emh.. iya juga ya! Tapi kan perjanjian kita jalannya cuma berdua? Kan udah lama kita nggak jalan berdua kayak gini semenjak kita punya cowok?”“Hehe, loe bener juga Siv, yaudah kita cari makan aja dulu yuk!” ajak Ify lalu mereka memasuki sebuah restoran bergaya jepang di dalam mall tersebut.
***
“Ya ampun, lama banget kita nggak kesini ya Siv!” kata Ify sambil menyantap sushi-nya.“Kita? Loe aja itu mah, gue ama iyel sering kok kesini.” Sahut Sivia sebelum meyeruput minumannya.
Baru Ify sadari,kalo selama ia pacaran dengan Rio, Rio tak pernah mengajaknya makan di tempat seperti ini. Tapi Ify merasa enjoy makan dimanapun asalkan bersama Rio. Ify yakin, bukannya Rio tak mampu membelikannya makanan yang cukup menguras dompet. Tapi karena Rio tidak terbiasa dengan makanan seperti ini. Selain Kuliah yang menjadi kesibukkan Rio, Rio juga bekerja sambilan di salah satu Apotik, katanya sambil menunggu dia mendapat gelar Dokter. Rio itu otaknya encer, dengan bermodal IQ tinggi itulah dia mendapat beasiswa untuk masuk ke Universitas ternama di Jakarta, satu kampus dengan Ify.

Sambil mengaduk-aduk minumannya, tak sengaja mata Ify menangkap sosok yang sangat ia rindukan. Alvin!
Ify menelan ludah, “Alvin? Bukannya dia kuliah di Aussie?” gumam Ify nyaring,Sivia celingak celinguk mencari sosok Alvin. Alvin yang duduk menyantap hidangannya dengan lahap.Sendiri!“Alvin mantan loe yang pernah loe ceritain itu Fy?” kata Sivia.
“Iya Siv,” pandangan Ify tetap pada Alvin. Sementara gadis berkacamata di depannya tersenyum sehingga kedua belah pipinya yang chubby mengeluarkan lesung pipit.“Kenapa loe senyum-senyum?” tanya Ify melihat sahabatnya itu tersenyum nggak jelas.

“Ganteng Fy, kenapa loe nggak samperin tuh cowok loe?eh, mantan loe maksud gue.”  “Elah loe Siv, gue kan udah sama Rio, tega loe ya!” Ify kembali pada makanannya.“Becanda becanda, eh dia senyumin gue tuh Fy!” kata Sivia girang, Ify refleks mengalihkan pandangannya pada cowok Sipit itu lagi, dan akhirnya Alvin melihat Ify.
Tidak ada raut kekagetan dari wajah cowok itu, setelah ia menyeruput minumannya, kakinya ia langkahkan menuju meja nomor 23, meja Sivia dan Ify.“Hei, gue gabung ya!” katanya santai lalu duduk di sebelah Sivia berhadapan dengan Ify.
“Jangan macem-macem loe sama temen gue, dia udah ada yang punya tuh!” kata Ify sinis.“hehe.. gue nggak seburuk yang loe kira lagi Fy,sekarang gue udah berubah, gue bukan cowok yang tukang bikin cewek sakit hati. Oh iya apa kabar loe fy?”“Baik.” Ucap Ify singkat, namun di hatinya ia memikirkan kata-kata Alvin barusan, ‘Alvin berubah’.“ loe temennya Ify? Siapa nama loe?” Alvin beralih pada gadis Imut di sampingnya.“Sivia..” Sivia menyebut namanya dan menyambut uluran tangan Alvin. “Gue Alvin, mantannya Ify.” Kata Alvin santai. “Berdua aja kalian ? ”sambungnya Ify diam aja, tetapi Sivia yang merespon.“Iya kami cuma berdua,loe sendiri?”“Gue sendirian, bahkan di Jakarta ini nggak ada yang gue kenal selain Ify, keluarga gue semuanya di malang.” Sivia mengangguk-angguk.ify hanya mendengarkan Alvin bicara.“Gue denger dari cerita Ify, loe itu study di Aussie ya?” tanya Sivia lagi. Alvin tersenyum pada Ify yang menurutnya semakin manis dan cantik.“Ternyata Ify sering ceritain tentang gue ya? Pantes aja gue sering keselek.” Kekeh Alvin. Ify melebarkan matanya. Sivia tau dia juga terlibat karena telah membeberkan sifat Ify mengenai Alvin, dengan cara barusan bahwa Ify sering cerita tentang Alvin. Sivia berdiri dan meringis, “Gue ke toilet dulu ya! Permisi...“ setelah berkata begitu, Sivia langsung ngacir tanpa persetujuan Ify. Bukannya dia tipe sahabat yang nggak bertanggung jawab atas kesalahannya, tapi karena dia tidak ingin memperunyam masalah, misalnya Ify membantah perkataan Sivia tadi, Sivia mau gimana coba? Jadi lebih baik dia pergi dari tempat itu.

Ify menatap punggung Sivia yang terlihat tergesa-gesa. “Sivia..” gumam Ify setengah jengkel.“Fy,” panggil cowok didepannya, yang di panggil langsung menoleh. “Loe masih suka kangen gue ya Fy?” sambung Alvin dengan senyumannya yang menawan, dengan cepat Ify mengalihkan pandangannya supaya tidak takluk dengan senyum manis milik mantannya ini.“Hm, gue emang sering ceritain ke Sivia kalo loe itu mantan gue yang keren tapi nggak setia!” tukas Ify, matanya tak mau menatap ke arah Alvin. Ify mendengar Alvin mendesah.

“Tatap wajah gue Fy,” suruh Alvin, tak ada respon dari Ify, “Please Fy, sekali ini aja! Setelah itu kalo loe nggak mau natap gue, ato ketemu gue terserah, tapi untuk yang kali ini gue mohon.” Akhirnya Ify memberanikan diri untuk menatap wajah putih Alvin. Alvin tersenyum.

“Kamu tau, aku balik lagi ke Indonesia kenapa?” katanya, tubuhnya ia bungkukkan sedikit sehingga tepian meja itu tepat berada di antara perut dan dadanya. Alvin mulai berbicara dengan Ify menggunakan kata ‘Aku Kamu’ sudah bisa membuat Ify merasakan pasti akan ada apa-apanya.

“Aku kesini, Cuma mau tebus semua kesalahan Aku yang udah nyakitin kamu Fy. Aku tau dengan minta maaf aja, nggak bakal bisa buktiin betapa tulus aku pengen balikkan sama kamu.” Sambung Alvin, dengan pandangan tertancap pada kedua mata yang berada di depannya. Jantung Ify bedegub kencang di tatap orang yang dirindukannya ini. Satu-satunya hal yang harus di lakukannya saat ini juga adalah mengalihkan pandangannya dari Alvin, tapi nggak bisa, kerena kedua mata Alvin itu seperti menguncinya untuk tetap menatap mata cowok itu.

“Percaya sama aku Fy, Cuma kamu cewek yang ku mau biar bisa selalu ada buat aku.” Akhirnya Ify mengeluarkan sebuah senyuman untuk Alvin, senyum itu dari hati.
“Aku akan percaya sama kamu Vin, aku akan coba buka hatiku untuk bisa terima kamu lagi, tapi tolong jangan kamu ulangi lagi kesalahanmu itu.”
“Bener Fy?” Alvin girang. Ify membalas dengan anggukkan dan senyuman. “Makasih sayang...” kata Alvin lagi.“Satu lagi, jangan bilang kalo aku dan kamu balikkan lagi sama Sivia! ” amanat Ify, Alvin mengacungkan kedua ibu jarinya, tak lama Sivia pun datang dan bergabung kembali pada mereka.“Kalian kenapa?” tanya Sivia lalu duduk di kursinya.

“Nggak papa kok Sivia.” Sahut Alvin.

-Flashback end-



     “Ganti apa aja boleeeeh” Jawab Cakka malas.
     “Kka! Mending loe ambilin gue air hangat noh! Gue pusing!” kata Ify, sementara Rio merasa ada yang aneh. Cakka pun menuruti keinginan Ify tersebut, entah ada dorongan apa.
     “Fy... kayaknya bener ada yang disembunyiin nih! Jujur dong sama Aku.” Desak Rio. 
     “Nggak ada sayang, Cakka itu ngelantur aja. Percaya sama aku.” 
     “Oke, aku percaya sama kamu, Fy aku pulang sekarang aja ya, kayaknya Cakka nggak seneng aku lama-lama di sini. Kamu cepet sembuh ya! Besok aku jemput kamu.” Ify mengangguk. Rio pun keluar dari rumah mewah milik keluarga Ify tersebut.
     “Nih Kak!” Cakka menyodorkan segelas air hangat pada kakaknya.
     “Gue nggak sangka, loe nekat banget ngomong kayak gitu di depan Rio. Dia otomatis bingung dengan omongan loe tadi Kka!”
      “Ya loe juga sih, punya cowok pake dua.”
      “Gue tau Kka gue salah, tapi nggak semestinya loe ngomong gitu!” Ify menghempaskan tubuhnya ke Sofa.
     “Gue kasian sama Kak Rio, kalo gue jadi dia mending di putusin dari pada di duain!” kata Cakka, menusuk ke lubuk hati Ify, selama ini Ify tidak pernah memikirkan sampai kearah sana.

     “Kak Alvin aja sering bilang sama gue, kalo sebenarnya dia juga nggak mau loe jadiin dia yang   kedua!” sambung Cakka. Ify menoleh kearah adiknya itu. 
     “Kapan dia bilang gitu?”
     “Sepuluh menit sebelum loe sama kak Rio datang,”
     “Jadi tadi dia kesini?” Cakka mengangguk, 
     “Gue bilang aja loe jalan sama kak Rio.”Ify bangkit berdiri dan berlari ke lantai dua kamarnya
     “Jangan loe sia-siain kak Alvin yang udah rela pindah kuliah kesini, Cuma untuk nebus kesalahannya.” Teriak Cakka, menurut Ify itulah point terpenting.

                              ************************************

Bintang-bintang penghias langit serta bulan sabit di tengahnya, karya sang maha pencipta. Ify tak pernah bosan melihat benda langit favoritnya itu. Bulan dan bintang. Ify menyaksikan itu semua dari balkon kamarnya. Baginya,Rio itu bulan untuk penerang Ify, sedangkan Alvin penghias hati,Jiwa dan Raganya.
Tiba-tiba Ify teringat perkataan Cakka beberapa saat lalu, lama ia merenungi setiap kata demi kata adiknya itu. Cakka benar, Rio akan lebih sakit jika dia menduakannya, dan Alvin tak ingin menjadi yang kedua. Besok pagi, ify akan memutuskan hubungannya dengan Rio.
    “Gue harus bisa percaya dan setia sama Alvin, dia udah mau berubah demi gue! Dan.. Rio, maafin aku.. tapi ini semua juga demi kamu, lebih baik aku ngaku kalo selama ini aku ngeduain kamu. Semoga kamu mendapatkan gadis yang lebih baik dari aku, semoga!” Ify bicara pada dirinya sendiri. Setelah itu dia kembali memasuki kamarnya, menutup pintu penghubung antara ruang kamar dan balkon. Tak lama ia berbaring mencari posisi yang nyaman. Ia pun terlelap.
***
Sesuai janjinya, Rio menjemput Ify untuk berangkat kuliah pagi ini. Sekarang ia bertengger di motornya menunggu Ify.Sementara yang ditunggu masih berada di kamar, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin rias.
    “Fy, lakukan apa kata hatimu.” Katanya kepada bayangan tersebut. Lalu menarik nafas dalam-dalam dan dengan gerakan cepat dia mengambil tas tangan yang berada di kasurnya, ia memastikan dirinya sekali lagi di cermin, merasa sudah puas dengan dandanan yang menurutnya natural, ia pun melangkah untuk turun kebawah.Rumah sepi, Bi karti sepertinya sedang ke depan kompleks membeli sayur, Cakka sudah pergi sekolah satu jam yang lalu, sedangkan Mami dan Papinya masih ada kegiatan di pulau kalimantan.
    “Hai Yo,” sapa Ify , Rio membalas dengan senyum manisnya.
    “Udah sembuh?”“Udah.. yuk berangkat!” Ify naik keboncengan Rio.
    “Syukur deh...” gumam Rio.

Perempuan mana yang nggak mau sama cowok hitam manis ini? Yang sarat perhatian dan ketulusan. Cewek-cewek di kampus terkadang iri ama Ify. Seperti awal-awal mereka baru jadian.
 
-Flashback on-
  
 “Ify kemana Ra?” tanya Rio saat di kantin pada Zahra teman Ify.

   “Lah? Mana gue tau Yo, emangnya loe nggak jemput dia?” tanya Zahra balik.
   “Tadi gue dari rumahnya, tapi dia nggak keluar-keluar, gue telponin nggak di angkat,gue pikir dia udah berangkat. Hm..Tapi bener loe nggak liat dia Ra?” Rio benar-benar panik, membuat sebagian orang yang berada di kantin pada menggumam. 
    “Apaan sih ntu Rio, kayak kehilangan apa aja!”
    “Biasalah orang baru jadian,”
    “Tapi nggak segitunya kale!”
    “huee.. gue envy sama Ify, enak banget di peratiin cowoknya!” kalo yang sebelum-sebelumnya tadi nggak di denger sama Rio, tapi untuk yang satu ini jelas banget di kuping Rio, Rio menoleh sesaat ke arah cewek-cewek itu, tapi tidak berkata apa-apa.Karena pikirannya tetap terfokus sama Ify. Dimana pacarnya itu sebenarnya?
Begitu seterusnya, sampai pada hari ketiga ia menemukan Ify di halaman kampus bersama Sivia dan Agni.
    “Fy!” panggilnya, Ify pun menoleh.
    “Hey!” Ify berbalik, Rio langsung memeluknya. Ify spechless.
    “Yo, kamu kenapa sih? Kok aneh banget gini?” sementara Sivia dan Agni yang posisinya saat ini di belakang Ify, bisa melihat Rio memejamkan matanya sambil merengkuh Ify erat. 
    “Aku kangen sama kamu, selama ini kamu kemana sih?” kata Rio, membuat darah Ify mengalir lebih cepat dari biasanya serta mukanya memerah merasakan sensasi hangat dalam tubuhnya. Semakin banyak mahasiswa-mahasiswi yang menyaksikan adegan pasaran di film, namun langka di nyata ini.
   “Aku juga kengen sama kamu, selama beberapa hari ini aku dan Cakka ke kampung nenek aku, kami nemenin nenek di sana karena beliau sakit, dan di sana jaringan telfon kurang bagus jadi aku nggak bisa hubungin kamu, maaf Yo,” Rio melepaskan rengkuhannya lalu memegang lembut wajah Ify.
    “Kalo kamu bener sayang sama aku, mestinya sebelum kamu pergi kamu bilang dulu ke aku. Aku khawatir sama kamu.” Ify membalas tatapan teduh itu dan tersenyum menyesal.
    “Maaf Yo, lain kali aku akan ngasih kabar terlebih dulu ke kamu.”
Tatapan dari berpasang-pasang mata yang menyaksikan itu, mulai ramai ketika Septian bersiul lalu diikuti sorakkan dari berbagai penjuru di kampus tersebut, bahkan salah satu dosen sempat melihat kejadian tersebut, beliau hanya tersenyum melihat itu.

-Flashback end-
***
Tak sanggup rasanya Ify mengutarakan maksudnya mengajak Rio ke taman ini, Rio berkali-kali bertanya pada cewek di sampingnya ini. Setelah kurang lebih lima menit mereka duduk di sebuah kursi taman kampus, Akhirnya Ify berhasil mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara.
   “Yo, banyak yang bilang bahwa cinta itu nggak harus memiliki kan?” Ify menoleh pada Rio dengan tatapan nanar.
   “Hm, ya!” kata Rio sambil mengangguk.
   “Apa kamu rela kalo aku bahagia bersama orang yang aku cinta,” Rio mulai bisa menangkap sesuatu dari arah tujuan pembicaraan gadis sempurna di sampingnya ini.
   “Kamu cinta seseorang Fy?” Tanya Rio. Dengan berat Ify mengangguk. 
   “Tiga bulan ini, statusku bukan hanya pacaran sama kamu Yo, melainkan Alvin mantan aku waktu SMA yang sempat nghianatin aku, sebenarnya dia itu kuliah di Aussie, tapi dengan setulus hatinya dia kembali ke Indonesia Cuma buat nebus semua kesalahannya, dan jujur memang aku masih sayang sama dia Yo, aku coba buka hati aku untuk dia dan...dan... hati itu terbuka lebar...” Ify menggigit bibir sambil menunuduk, tak berani menatap ke arah Rio.Hati Rio hancur tiada terkira mendengar perkataan Ify barusan, ia tak menyangka bahwa gadis yang dibanggakannya itu tega menghianati ketulusannya. Sakit..sakit hati Rio saat ini.
   “Pertanyaan kamu di awal tadi, cinta tak harus memiliki.. berarti kamu mau hubungan kita putus?” tanya Rio lemah, ia menoleh kesamping, melihat lekukan wajah gadis itu dari samping.
   “Bukannya aku nggak sayang lagi sama kamu, bukannya aku udah nggak mau jadi pacar kamu lagi,tapi....” belum selesai Ify menuntaskan omongannya, Rio memotongnya sambil memegang jemari-jemari Ify, yang mungkin nggak akan pernah di pegang lagi olehnya. Ify pun menoleh.
   “Nggak usah bilang sayang, kalo memang kamu mau putusin aku, karena itu akan tambah bikin aku sakit Fy, aku bisa terima semua ini asal kamu bahagia sama cowok pilihan kamu.” Rio tersenyum manis, Ify membalas senyum Rio itu dengan kikuk.ia tahu, senyuman Rio itu hanya senyum palsu, jauh di dalam lubuk hatinya, pasti cowok itu menahan rasa perih di hatinya.
   “Aku berharap cowok itu jauh lebih baik dari aku,semoga dia tulus sayang sama kamu seperti aku sayang sama kamu, dan aku minta satu hal sama kamu, ku harap kamu nggak keberatan sama permintaanku.”
   “Apa Yo,?”
   “Kalau kamu nggak bisa bahagia sama dia, kamu jangan kembali lagi sama aku, sekarang di antara kita nggak lebih dari sekedar teman kamu bisa terima itu kan?” Semburat keraguan terpancar dari wajah gadis itu,entah mengapa ia seperti tak rela menuruti permintaan Rio barusan.
   “Aku anggap kediaman kamu itu adalah ‘iya’.” Putus Rio sambil berdiri dari duduknya. Ify mendongak ke arah Rio, setuju tidak setuju, Rio itu mengambil keputusan sepihak! Tapi mau bagaimana lagi?Rio mengulurkan tangannya, ia meminta Ify untuk menyambutnya. Ify pun menyambut dan berdiri di depan Rio.
    “Terima kasih buat semuanya, pelukan hangatmu, ciumanmu... itu adalah kenangan paling indah buatku. Sebenarnya aku sadar, aku ini nggak pantas buat orang seperti kamu, cantik, dan keluargamu juga keluarga yang berada. Kita memang nggak pantas bersanding.” Rio meyapu wajah Ify lembut dengan mata teduhnya.
    “Aku bukan melihat cowok Cuma dari sekedar materi, aku melihat cowok itu dari sifat dan sikapnya. Kamu baik Yo, tapi Alvin.... dia ingin mencoba lebih baik.” Ucap Ify, Rio hanya tersenyum.

    “Dan jika... dia lebih dariiiku..lebih baik untukmu.. ku bisa terima... tapi bila... kau tak temukan bahagia.. kau harus bisa terima.. jangan kembali....” Senandung Rio sebelum pergi meninggalkan Ify yang masih terpaku di tempat itu.
*** 

    “Loe putus sama kak Rio?” respon Cakka ketika Ify menceritakan kejadian kemaren di taman.
   “Bagus deh, nggak kebayang kalo kak Alvin tau, loe udah mutusin kak Rio. Gitu dong Kak! Loe harus punya pilihan!”
   “Tapi gue sedih Kka... Rio bilang kalo Alvin bisa lebih dari dia dan lebih baik untuk gue, dia bisa terima, tapi kalo gue nggak bisa bahagia sama Alvin, gue yang harus bisa terima karena dia nggak akan mau lagi terima gue jika suatu saat gue mau kembali sama dia.” Lirih Ify.
   “Halah.. loe kok pesimis banget sih? Gue yakin kak Alvin jauuuuh lebih baik dari pada kak Rio! Nggak bakal deh loe di khianatin untuk yang kedua kalinya, dan masa depan loe lebih terjamin sama kak Alvin! Percaya deh sama gue!” ucap Cakka. 
Ify itu heran sama Cakka adiknya, memang Cakka itu manja kalo sudah bersama Mami Papinya, tapi kalo yang dirumah Cuma mereka berdua, bertiga dengan bi karti, Cakka bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bisa jadi dewasa.
    “Iya deh... gue percaya sama loe!” kata Ify sambil mengalungkan tangan kanannya ke leher Cakka yang sebenarnya sedikit lebih tinggi darinya.


Next ke Part 2 yah guys ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*