Lanjut guys :)
seru kan ceritanya :D makasih dulu dong sama kakak Herlina yang udah buat :D
cekidott !!!
“Loe putus sama kak Rio?” respon Cakka ketika Ify menceritakan kejadian kemaren
di taman.
“Bagus deh, nggak kebayang kalo kak Alvin tau, loe udah mutusin kak Rio. Gitu
dong Kak! Loe harus punya pilihan!”
“Tapi gue sedih Kka... Rio bilang kalo Alvin bisa lebih dari dia dan lebih baik untuk gue, dia bisa terima, tapi kalo gue nggak bisa bahagia sama Alvin, gue yang harus bisa terima karena dia nggak akan mau lagi terima gue jika suatu saat gue mau kembali sama dia.” Lirih Ify.
“Tapi gue sedih Kka... Rio bilang kalo Alvin bisa lebih dari dia dan lebih baik untuk gue, dia bisa terima, tapi kalo gue nggak bisa bahagia sama Alvin, gue yang harus bisa terima karena dia nggak akan mau lagi terima gue jika suatu saat gue mau kembali sama dia.” Lirih Ify.
“Halah.. loe kok pesimis banget sih? Gue yakin kak Alvin jauuuuh lebih baik
dari pada kak Rio! Nggak bakal deh loe di khianatin untuk yang kedua kalinya,
dan masa depan loe lebih terjamin sama kak Alvin! Percaya deh sama gue!” ucap
Cakka.
Ify
itu heran sama Cakka adiknya, memang Cakka itu manja kalo sudah bersama Mami
Papinya, tapi kalo yang dirumah Cuma mereka berdua, bertiga dengan bi karti,
Cakka bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bisa jadi dewasa.
“Iya deh... gue percaya sama loe!” kata Ify sambil mengalungkan tangan kanannya ke leher Cakka yang sebenarnya sedikit lebih tinggi darinya.
***
“Rio? Kamu sakit?” kata seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk menjahit. Ibu angkat Rio.
“Iya deh... gue percaya sama loe!” kata Ify sambil mengalungkan tangan kanannya ke leher Cakka yang sebenarnya sedikit lebih tinggi darinya.
***
“Rio? Kamu sakit?” kata seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk menjahit. Ibu angkat Rio.
“Nggak Bu, Rio Cuma lagi mikir aja, Rio kerja di Apotik uangnya buat Ibu, tapi
Ibu malah nggak mau terima uangnya?” Ibu itu tersenyum lalu melepas
pekerjaannya dan berjalan kearah Rio.
“Uang itu kamu simpan saja untuk masa depan kamu nak,” Rio menghela nafas.
“Uang itu kamu simpan saja untuk masa depan kamu nak,” Rio menghela nafas.
“Rio udah nggak punya cita-cita untuk di masa depan Bu, semua itu hancur!
Selama ini cita-cita Rio adalah bikin Ibu bangga dan membalas semua kebaikkan
Ibu, beribu terima kasih Rio ucapkan untuk Ibu, dengan cara Rio belajar yang
benar dan akhirnya Rio bisa mendapat beasiswa yang mengkibatkan Rio bisa
memilih Universitas di Jakarta ini. Ibu tau kan kalo Rio dari kecil pengen
banget jadi Dokter?”
“itu semua untuk Ibu, tapi setahun yang lalu Rio bertemu sama Ify yang cantik,
pintar, baik, dan nggak sombong meskipun dia terlahir dari keluarga kaya, dan
mau menerima segala kekurangan Rio untuk menjadi pacarnya, Rio semakin ingin
cepat-cepat meraih gelar Dokter itu. Tapi semua itu Rio rasa sia-sia, Ibu nggak
pernah mau terima uang hasil kerja Rio, sementara Ify... dia memilih orang lain
ketimbang Rio, jadi apa gunanya Rio kuliah dan kerja? Kalo untuk sekedar makan,
Rio mungkin bisa jadi kuli atau apa.” Jelas Rio panjang lebar pada sang Ibu
angkat.
“Sungguh rugi perempuan itu nak, dan betapa beruntungnya perempuan yang akan menjadi penggantinya disisimu kelak. Jangan pernah kamu menyia-nyiakan kesempatanmu nak, beberapa tahun lagi kamu akan menjadi dokter, sesuai dengan cita-citamu, Ibu yakin bukan hanya dia perempuan di dunia ini yang mampu mengambil hatimu, tapi banyak nak... percayalah jodoh itu tidak akan lari kemana.” Rio tersadar apa yang dikatakan ibu angkatnya itu memang benar, meskipun ia belum rela sepenuhnya melepaskan Ify tapi hati kecilnya mengatakan bahwa ada yang lebih baik dari Ify.
“Sungguh rugi perempuan itu nak, dan betapa beruntungnya perempuan yang akan menjadi penggantinya disisimu kelak. Jangan pernah kamu menyia-nyiakan kesempatanmu nak, beberapa tahun lagi kamu akan menjadi dokter, sesuai dengan cita-citamu, Ibu yakin bukan hanya dia perempuan di dunia ini yang mampu mengambil hatimu, tapi banyak nak... percayalah jodoh itu tidak akan lari kemana.” Rio tersadar apa yang dikatakan ibu angkatnya itu memang benar, meskipun ia belum rela sepenuhnya melepaskan Ify tapi hati kecilnya mengatakan bahwa ada yang lebih baik dari Ify.
“Iya bu, Rio akan dengar perkataan Ibu, dan sekarang Rio bolehkan ngasih ini?”
Rio mengeluarkan lagi amplop putih yang isinya uang hasil kerjanya di Apotik.
demi menjaga perasaan Rio, ibu itu pun mengambilnya.
“makasih nak,” Rio memeluk sang Ibu dengan perasaan tulus, si Ibu pun membalas
pelukkan itu.
***
Satu bulan kemudian, Ify dan Rio semakin merenggang, bahkan tak pernah lagi Sivia dan Iyel melihat mereka bersama,berdua!
“Fy, loe lagi ada masalah sama Rio?” tanya Iyel saat kampus bubar, mereka
berempat duduk di undakkan tangga.
“Yel, gue sama Rio udah nggak ada hubungan apa-apa lagi! Kita udah putus.”
Sahut Ify.
“Loh? Fy? Lo serius?” tanya Sivia meyakinkan. Ify mengangguk lemah.
“Sejak kapan? Dan.. apa sebab kalian putus?”
“Sejak kapan? Dan.. apa sebab kalian putus?”
“Sebulan yang lalu, karena...karena... gue punya pilihan lain..” kata Ify ragu,
temannya saling bertatapan, pasalnya mengapa mereka nggak pernah tau, padahal
sudah sebulan?sebulan! dan alasan Ify yang meyatakan bahwa dirinya memiliki
pilihan lain.
“Fy... loe! Loe nggak bersyukur punya Rio yang notabene cowok setia dan tulus
sama loe?” Iyel tampak geram, meskipun cowok bernama Gabriel ini nggak deket
sama yang namanya Mario, tapi dia sebagai laki-laki tau seberapa besar cinta
cowok itu pada temannya ini,Ify.
“Iya. Gue tau Rio tulus cinta sama gue, tapi ada yang lebih tulus lagi di
banding Rio.” Ify membela diri agar tidak di salahkan oleh Iyel akibat ketidak
bersyukurannya menjadi pacar Rio.
“Maksud loe cowok sipit yang sering jalan sama loe belakangan ini?” tebak
Iyel.Ify langsung menoleh kearah cowok itu.
“Loe? Sering liat gue jalan?” tanya Ify.
“Secara nggak sengaja, gue Fikir itu Cuma temen loe, tapi yang kemaren gue liat dia kok mesraaaaa banget ya?
“Mesra?loe liat dimana?” Ify bingung, seingat Ify, dia nggak pernah mesra-mesraan di depan umum, paling jika dia sedang dirumah itu pun paling Cuma sekedar pegangan tangan,bersandar di bahu Alvin, atau paling banter ya kissing. Kissing aja paling baru satu kali selama mereka pacaran.(semoga nggak termasuk hitungan frontal)
“Loe? Sering liat gue jalan?” tanya Ify.
“Secara nggak sengaja, gue Fikir itu Cuma temen loe, tapi yang kemaren gue liat dia kok mesraaaaa banget ya?
“Mesra?loe liat dimana?” Ify bingung, seingat Ify, dia nggak pernah mesra-mesraan di depan umum, paling jika dia sedang dirumah itu pun paling Cuma sekedar pegangan tangan,bersandar di bahu Alvin, atau paling banter ya kissing. Kissing aja paling baru satu kali selama mereka pacaran.(semoga nggak termasuk hitungan frontal)
“Gue liat di Cafe kemaren, bukan sama loe tapi.” Jawab Iyel malas. Hati Ify
seperti tergetar. Antara pecaya dan tidak.
“Gue rasa loe salah pilih Fy, Rio memang yang terbaik buat loe.”“Bentar bentar,
cowok yang kalian maksud itu Alvin ya?” Sivia yang sedari tadi hanya
mendengarkan, kini mengumpat ke dalam pembicaran tersebut.
“Iya Siv, Gue balikkan lagi sama Alvin sejak kita makan di Mall beberapa waktu lalu.” Aku Ify.
“Iya Siv, Gue balikkan lagi sama Alvin sejak kita makan di Mall beberapa waktu lalu.” Aku Ify.
“Ya Ampun Fy... jadi?ckckck.. loe masih percaya aja sama dia?” Sivia berdecak
tak percaya.
“Hm.. gimana pun juga, dia udah rela balik ke Indonesia Cuma untuk gue!”“gue
nggak mungkin ngada-ngada Fy,tapi semoga seceptnya loe bisa tau sendiri.” Iyel
menepuk pundak Ify sembari berdiri menarik tangan pacarnya alias Sivia.
“Sekarang gue sama Sivia balik duluan ya, Yuk Siv!” Sivia terbingung-bingung
dengan sikap Iyel, namun akhirnya ia berdiri juga dan menuruni setiap undakkan
tangga besar itu setelah sebelumnya pamit pada Ify.
“Yel? Kok buru-buru banget sih?” tanya Sivia, mereka berdua sudah ada di parkiran khusus mobil.
“Kamu nggak liat tadi ada Rio?” Sivia mengerutkan keningnya dan menggeleng.
“Yel? Kok buru-buru banget sih?” tanya Sivia, mereka berdua sudah ada di parkiran khusus mobil.
“Kamu nggak liat tadi ada Rio?” Sivia mengerutkan keningnya dan menggeleng.
“Aku ngerasa Rio pengen ngomong sesuatu ke Ify, jadi lebih baik kita tau
dirikan dengan cara membiarkan mereka berdua?” Sivia akhirnya mengerti.
“Ya udah, sekarang masuk Yuk! Aku antar kamu pulang!” ajak Iyel. Sivia pun
masuk ke mobil milik Iyel tersebut.Jauh dari dugaan Iyel, ternyata Rio tidak
mendekati Ify, dia hanya melihat Ify dari jauh yang terlihat sedang memikirkan
sesuatu.
“Ren Aren,” panggil Rio pada cewek blasteran yang lewat tepat didepannya.
“Ren Aren,” panggil Rio pada cewek blasteran yang lewat tepat didepannya.
“Manggil gue?”
“Iya, tolong loe kasih ini buat Ify, please..” mohon Rio.
“Iya, tolong loe kasih ini buat Ify, please..” mohon Rio.
“Oh.. okedeh!”
“Sip! Makasih ya!” Rio pun berlari turun dengan cepat.
***
“Sip! Makasih ya!” Rio pun berlari turun dengan cepat.
***
Fy... seperti janji kita, meskipun kita udah nggak ada hubungan lagi, kita tetep sebagai teman kan? Malam ini, aku punya kejutan buat kamu, datang ya ke Cafe RFM jam tujuh malam.
Itulah isi surat yang dititip kan oleh Rio melalui Aren siang tadi.
“Kejutan? Rio mau kasih kejutan apa ya?” gumam Ify sekali lagi. Hm... yang pasti sih ini nggak bakal biasa, soalnya Rio ngasih taunya lewat tulisan tangan, bukan melalui Sms.
Diam-diam Ify merasa senang, tapi dia bingung nanti malam mau ngajak Alvin apa enggak? Ify mondar mandir sambil memegang ponsel nya. Akhirnya di kontaknya juga sang pacar.Tedengar nada tunggu, tak lama ada sahutan dari seberang sana.
“Halo? Ada aapa Fy? Aku lagi sibuk banget nih...”
“Oh.. emh.. nggak, nggak papa, Cuma mau tanya ntar malam mau nemenin aku kan?
Aku dapat undangan nih!”
“Hm... liat aja entar.”
“Ya udah deh Vin, aku tunggu kabar dari kamu aja.”
“Hm.. kalo memang aku nggak bisa nemenin, nggak papa kan kalo kamu pergi
sendiri?”
“Oke nggak papa!”
“Ya udah say, telponnya aku tutup dulu ya! Nggak enak soalnya aku lagi ada di acara resmi.” Terdengar suara Alvin dari seberang sana semakin mengecil. Terutama pada kata ‘say’
“Ya udah say, telponnya aku tutup dulu ya! Nggak enak soalnya aku lagi ada di acara resmi.” Terdengar suara Alvin dari seberang sana semakin mengecil. Terutama pada kata ‘say’
“Ya iya.. bye!”
“Bye”
Sambungan telfon pun terputus. ‘masa gue sendiri sih?apa gue ajak Cakka aja ya?’ batin Ify.
Sambungan telfon pun terputus. ‘masa gue sendiri sih?apa gue ajak Cakka aja ya?’ batin Ify.
***
“Ngapain sih loe mau ngadirin acara yang di buat Rio?” tanya Cakka jutek.
“Namanya juga diundang Kka.. nggak enak dong kalo gue nggak datang,”
“Tapi Kak, kak Rio itu mantan loe! Bisa gawat urusannya kalo sampai kak Alvin tau loe masih berhubungan sama Kak Rio!” Cakka semakin ngotot.
“Kalo nggak mau nemenin juga nggak papa kok, masih mending gue ajak loe biar
loe bisa ngawasin gue!” kata Ify sambil berlalu keluar dari kamar Cakka.
“Kak Ify!” panggil Cakka.ify menoleh karena ia baru sampai di depan pintu kamar
Cakka.
“Okkey gue temenin, satu jam lebih awal kita udah ada di sana!” sambung Cakka,
Ify mengacungkan ibu jarinya sambil tersenyum.
***
Seperti keinginan Cakka, mereka sudah berada di Cafe RFM pukul 18.00. entah mengapa si Cakka mengajaknya berangkat satu jam lebih awal.
“Aduh Kka... kenapa sih loe ngajak gue berangkat lebih awal begini?” tanya Ify
gemas.
“Um.. nggak tau sih Kak, gue pengen aja!” ucap Cakka jujur.“Dasar aneh Loe!”
“Haha.. gue ke toilet bentar ya! Biasa, panggilan alam.” Tanpa menunggu jawaban dari kakaknya, Cakka langsung melesat menuju toilet.
Ify memilih untuk memesan minuman, yang lumayan bisa menghilangkan kehausannya untuk sementara. Sambil melirik panggung kecil di depannya, Ify yakin pasti akan ada penampilan dari salah satu kelompok Band.Cakka nampak pucat pasi melihat adegan yang di luar dugaannya, melihat seseorang laki-laki yang sangat ia kenal sedang memeluk perempuan yang tak di kenalnya. Perasaan kesal muncul di hati kecil Cakka, dengan tergesa dia kembali ke meja nomor 6, dan duduk di sebrang kakaknya yang terhalang oleh meja.
“Haha.. gue ke toilet bentar ya! Biasa, panggilan alam.” Tanpa menunggu jawaban dari kakaknya, Cakka langsung melesat menuju toilet.
Ify memilih untuk memesan minuman, yang lumayan bisa menghilangkan kehausannya untuk sementara. Sambil melirik panggung kecil di depannya, Ify yakin pasti akan ada penampilan dari salah satu kelompok Band.Cakka nampak pucat pasi melihat adegan yang di luar dugaannya, melihat seseorang laki-laki yang sangat ia kenal sedang memeluk perempuan yang tak di kenalnya. Perasaan kesal muncul di hati kecil Cakka, dengan tergesa dia kembali ke meja nomor 6, dan duduk di sebrang kakaknya yang terhalang oleh meja.
“Kak, gue.. gue nggak nyangka kalo selama ini...” Cakka nampak ragu melanjutkan
perkataannya, Ify mengerutkan kening,
“Apa Kka? Ngomong yang jelas dong..” kata Ify lembut, ia tau bahwa adiknya ini
sedang kalut.
“Kak...Kak Alvin.... ngianatin loe..” Akhirnya Cakka menuntaskan perktaannya.
“Yang bener Kka?”
“Yang bener Kka?”
“Gue nggak tau pasti, tapi.... loe liat itu!” Cakka menunjuk meja nomor 12,
terlihat dua anak manusia cewek dan cowok , Si cowok alias Alvin menarik
kursi,mempersilahkan perempuan itu untuk duduk.wajah Ify memerah menahan
amarah. Alvin dan cewek cantik,tinggi dan putih itu duduk sambil berkata,
“Terima kasih sayang.” Keduanya nampak asik, bercanda, tertawa pokoknya bisa di
bilang mesra.Perlahan Ify mengusap cairan bening yang mulai keluar dari matanya
yang sayu. ‘apa ini ada hubungannya sama acara yang dibuat Rio?’ batinnya.
Cakka merasa bersalah saat ini, ia menunduk dalam-dalam,jari-jarinya ia
sibukkan menyusuri tepi meja. Dia tak ingin melihat kekecewaan kakakknya. Orang
yang selama ini ia percaya untuk kakaknya itu, ternyata malah.... selingkuh
dalam tanda kutip “lagi”.
“Kak..” Cakka memberanikan diri menatap wajah Ify. Ify menoleh dengan pipi masih di basahi oleh air mata sakit hatinya, dan dengan terisak halus.
“Kak, jangan nangis kak, please... karena kalo loe nangis berarti kesalahan gue semakin banyak sama loe.” Kata Cakka.
“Kak..” Cakka memberanikan diri menatap wajah Ify. Ify menoleh dengan pipi masih di basahi oleh air mata sakit hatinya, dan dengan terisak halus.
“Kak, jangan nangis kak, please... karena kalo loe nangis berarti kesalahan gue semakin banyak sama loe.” Kata Cakka.
“Kesalahan loe?apa maksud loe Kka?” suara Ify pelan dan kurang jelas karena isakkannya.
Cakka menarik nafas.
“Pertama, loe gue ajak kesini satu jam lebih awal dari permintaan Rio, coba
kalo tadi kita nggak datang cepat, pasti nggak bakal kita ngeliat ini semua.”
Ify hanya mendengarkan Cakka, menurut Ify, yang pertama ini bukan kesalahan
Cakka.
“dan yang kedua... loe pasti nyadarkan kalo Gue selama ini selalu ngedukung loe
biar sama kak Alvin, dan gue pengen ngejauhin loe dari kak Rio?” Ify masih
mendengarkan kalimat-kalimat Cakka.
“Gue ngerasa bersalah kak, dulu gue sering ngadu ke Mami Papi, kalo kak Rio itu
sering bikin loe nangis dan sering jahatin loe! Makanya mereka nggak setuju
sama hubungan loe.” Kata Cakka lirih, sementara Ify mulai bersuara.
“Kka..?” kata Ify nggak percaya.
“Kka..?” kata Ify nggak percaya.
“Rio kan nggak pernah nyakitin gue sedikit pun, tapi.. tapi kenapa loe bikin
berita palsu kayak gitu? Gue kecewa sama loe!” Pandangan Ify beralih pada kedua
orang yang sudah membuat hati Ify terbakar api cemburu.
“Makanya, gue ngaku salah... banyak kesalahan gue yang loe nggak tau kak!” kata Cakka semakin terdengar lirih.
“Makanya, gue ngaku salah... banyak kesalahan gue yang loe nggak tau kak!” kata Cakka semakin terdengar lirih.
“ada berapa banyak lagi Kka? Cerita sama gue! Biar gue makin kecewa sama loe!”
kata Ify tajam. Sambil menyaksikan adegan Alvin yang dengan lembut membersihkan
wajah gadis di depannya dengan tissue.
“Semenjak Kak Alvin kuliah di Aussie, dia sering chatt atau terkadang sms gue,
dia pion loe lewat gue, sampai akhirnya gue bilang loe udah punya cowok, dia
bilang ke gue kalo dia mau ngubah sifatnya. Asal gue mau bantu dia. Gue mau
bantu dia, dia mau gue ngejelek-jelikin kak Rio di depan Mami dan Papi, dan...
setelah Mami sama Papi mulai nggak senang sama Kak Rio, gue kasih kabar ke
dia.” Ify termenung mendengarkan kata-kata Cakka.
“Apa jaminan dia buat loe ngelakuin itu semua?” tanya Ify dengan pandangan
nanar.
“Dia janji bakal balik ke Indonesia, dan juga nggak bakal lagi ngecewain loe!”
“Itu sebabnya waktu itu loe bilang, ‘Jangan loe sia-siain kak Alvin yang udah rela pindah kuliah kesini, Cuma untuk nebus kesalahannya’ hm? Terus yang ada di hadapan kita ini apa jawabannya? Busuk!”Cakka sudah benar-benar nggak sanggup lagi menatap mata kakaknya yang penuh amarah itu, ia lebih memilih menunduk, Cakka memang jagoan jika sedang bersama teman-temannya, tapi akan ciut jika berhadapan dengan kedua orang tuanya dan juga kakak perempunnya ini.Ify tersadar, nggak semuanya salah Cakka. Ia kasian melihat Cakka jika sedang seperti ini, mungkin niat Cakka baik dia ingin Kakaknya bahagia, tapi cara Cakka salah jika seperti itu.
“Itu sebabnya waktu itu loe bilang, ‘Jangan loe sia-siain kak Alvin yang udah rela pindah kuliah kesini, Cuma untuk nebus kesalahannya’ hm? Terus yang ada di hadapan kita ini apa jawabannya? Busuk!”Cakka sudah benar-benar nggak sanggup lagi menatap mata kakaknya yang penuh amarah itu, ia lebih memilih menunduk, Cakka memang jagoan jika sedang bersama teman-temannya, tapi akan ciut jika berhadapan dengan kedua orang tuanya dan juga kakak perempunnya ini.Ify tersadar, nggak semuanya salah Cakka. Ia kasian melihat Cakka jika sedang seperti ini, mungkin niat Cakka baik dia ingin Kakaknya bahagia, tapi cara Cakka salah jika seperti itu.
“Kka... maafin gue, loe nggak sepenuhhnya salah, kakak mau maafin loe... tapi
please loe harus klarifikasi ini ke Mami dan Papi, Kakak takut kalo mereka
menganggap Rio yang bukan-bukan.” Suara Ify melembut. Membuat Cakka berani lagi
menatap Kakaknya.
“Gue janji Kak, apa pun yang loe pinta gue bakal lakuin! Terlebih menyangkut
masalah ini. Apa loe mau gue tinju muka si Alvin itu?” Cakka sudah mengambil
ancang-ancang berdiri namun di tahan oleh Ify.
“Kka kka kka, jangan! masalah ini nggak bakal selesai kalo caranya begitu, main
kekerasan. Nggak perlu Kka! Yang penting gue udah tau sifat dia itu nggak akan
bisa berubah!” Ify melirik sinis kerah Alvin dan Cewek itu.
“Fy, Kka..” Suara itu... suara yang familiar di telinga Ify dan Cakka. Rio!
Keduanya pun menoleh.
“Eh, Rio..” Ify terlihat canggung, sudah lama ia tak mendengar suara cowok ini.
“Eh, Rio..” Ify terlihat canggung, sudah lama ia tak mendengar suara cowok ini.
“Kak Rio, duduk Kak!” respon Cakka. Rio pun mengerutkan kening.
“Acaranya lima belas menit lagi,” sahut Rio setelah duduk di samping Ify, Rio
nampak gagah dengan kemeja hitam lengan panjangnya yang sedikit di singsing
hingg siku,serta wangi aroma parfumnya yang menguar.
“Feeling gue Kak!” Rio bingung apa maksud Cakka, tapi dia tidak memperdulikan,
ia pikir itu omongan ngelantur yang lebih tepatnya ‘menyinggung’ Rio. Perhatian
Rio beralih pada ‘mantan’ tersayangnya.
“Fy, mata loe kok sembab sih?” Raut khawatir yang dulu selalu di rasakan Ify
dari sosok Rio kini hadir lagi. Ify hanya menggeleng.
“Kka, Ify kenapa? Alvin mana?” Cakka melirik ke arah meja nomor 12.kekagetan
merajai tubuh Rio. Rio memang nggak pernah ketemu Alvin langsung apalagi sampai
ngobrol, tapi Rio sering liat Alvin menjemput Ify. Namun yang membuatnya kaget
pasti... cewek di depan Alvin!
“Sebentar,” Rio berdiri, sepertinya ingin menuju meja itu. Namun sama halnya seperti Cakka, Ify melarangnya.
“Sebentar,” Rio berdiri, sepertinya ingin menuju meja itu. Namun sama halnya seperti Cakka, Ify melarangnya.
“Jangan Yo, biarkan.. biarkan dia! Mungkin dia nggak bisa ngilangin sifat
buruknya itu. Lebih baik, kita biarkan keburukkannya itu berkembang, aku sudah
muak sama dia!” Ify mengeluarkan lagi butiran hangat dari matanya Rio kembali
duduk dan menghadap ke arah Ify, tangannya bergerak menelusuri sungai kecil di
pipi Ify itu.
“Jangan nangis karena dia, menangislah karena diri kamu sendiri.”
“Hiks... iya Yo, aku tau ini semua murni kesalahan aku, aku terlalu cepat
percaya sama dia! Aku nyesal telah melepas kamu demi orang kayak dia.... maafin
aku Yo,” Ify menangis di dalam rengkuhan Rio, Cakka hanya menopang dagu dengan
tangannya yang terlipat di atas meja, ‘semoga kak Ify jalan lagi sama Kak Rio,
dan gue akan tebus semua kesalahan gue dengan mengklarifikasi perkataan gue ke
Mami Papi, gue yakin hidup kalian bahagia.’ Batin Cakka sambil tersenyum.Rio
melepaskan rengkuhannya, begitupun Ify. Alvin benar-benar tidak melirik
sedikitpun ke arah meja nomor 06, meja Ify, Cakka dan Rio. Sampai Akhirnya
Alvin menggandeng cewek itu dengan mesra menuju pintu keluar cafe RFM.
“Fy... aku tau dari Iyel, beberapa hari lalu, bahwa cowok yang sering jalan sama kamu itu, adalah tunangan temennya yang kalo aku nggak salah, namanya... Shilla, kemungkinan besar itu tadi yang sama Alvin adalah Shilla.” Kata Rio, ia teringat perkataan Iyel.
“Fy... aku tau dari Iyel, beberapa hari lalu, bahwa cowok yang sering jalan sama kamu itu, adalah tunangan temennya yang kalo aku nggak salah, namanya... Shilla, kemungkinan besar itu tadi yang sama Alvin adalah Shilla.” Kata Rio, ia teringat perkataan Iyel.
“Tunangan?” ceplos Cakka,
“Hm...” sahut Rio.
“Hm...” sahut Rio.
“Sumpah, kedatangan Alvin dan Shilla nggak termasuk itungan acara yang mau aku
bikin khusus untuk kamu Fy, bahkan aku kira malah kamu ngajak Alvin?” sambung
Rio.
“Awalnya, aku memang ngira kalo ini termasuk bagian dari acara yang kamu buat,
tapi setelah kamu jelasin kayak tadi, aku jadi yakin bahwa ini nggak ada
sangkut pautnya dengan acara kamu. Mm... terus, apa sebenarnya acara yang kamu
buat itu?” tutur Ify.
“Lima menit, setelah lampu Cafe ini padam.” Ujar Rio sambil menjunjukkan kelima jari tangan kanannya.
“Apaan sih? Gue jadi ikut penasaran nih.” Goda Cakka. Ify salting sementara Rio tersenyum miris, seiring dengan hatinya.
“Lima menit, setelah lampu Cafe ini padam.” Ujar Rio sambil menjunjukkan kelima jari tangan kanannya.
“Apaan sih? Gue jadi ikut penasaran nih.” Goda Cakka. Ify salting sementara Rio tersenyum miris, seiring dengan hatinya.
“Aku kebelakang dulu ya!” Ify dan Cakka mengangguk. Rio berdiri namun baru
selangkah ia membalikkan dirinya lagi. Sedikit membungkkuk untuk menyamakan
posisinya pada Ify yang masih duduk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Ify.
“Satu hal yang kamu harus tau,” Bisik Rio. Suaranya semakin lirih dan
kecil.
“Aku akan tetap sama pendirianku. Simak baik-baik suprise dari aku.” Rio
terdiam, ia memejamkan matanya seperti tidak rela dengan kata-katanya sendiri
barusan. Selintas ingatan beberapa bulan lalu dirasakan oleh Ify, tapi cewek
ini bersikeras untuk tidak mengingatnya.Rio kembali keposisi tegak, di
hampirinya Cakka,
“Kka! Titip Kakak loe ya! Jangan sampai dia kemana-mana saat acara gue
berlangsung! Oke!” Rio dan Cakka saling tos, Ify tersenyum. Lalu Rio
benar-benar pergi melangkah.
“ekhem, apa yang bakal di kasih kak Rio buat loe kak?” Cakka menaik turunkan alisnya, menggoda!
“Paan sih loe...” Ify salting.
“ekhem, apa yang bakal di kasih kak Rio buat loe kak?” Cakka menaik turunkan alisnya, menggoda!
“Paan sih loe...” Ify salting.
“Jangan jangan... loe mau di tembak Kak Rio lagi! Hehe...”Ify tidak yakin
dengan kata-kata Cakka barusan, apalagi ketika beberapa saat ia mendapat
peringatan dari Rio. namun dari dalam lubuk hati Ify yang tedalam ia mengamini
kata-kata Cakka juga.
Glek! Lampu padam, lima menit berjalan... intro sebuah lagu terdengar dari sudut Cafe, sebuah Band yang Ify tidak kenal siapa personilnya, kecuali yang berada di paling depan, tepat di depan mikropon. Rio!Gadis itu ingat, dia harus mengamati ‘acara’ khusus untuknya itu. Saat itu juga Ify berdiri, Cakka memilih untuk berdiri di samping Ify agar ia juga bisa melihat dengan jelas aksi panggung Rio tersebut, pasalnya tadi ia duduk di hadapan Ify dan membelakangi panggung.
Glek! Lampu padam, lima menit berjalan... intro sebuah lagu terdengar dari sudut Cafe, sebuah Band yang Ify tidak kenal siapa personilnya, kecuali yang berada di paling depan, tepat di depan mikropon. Rio!Gadis itu ingat, dia harus mengamati ‘acara’ khusus untuknya itu. Saat itu juga Ify berdiri, Cakka memilih untuk berdiri di samping Ify agar ia juga bisa melihat dengan jelas aksi panggung Rio tersebut, pasalnya tadi ia duduk di hadapan Ify dan membelakangi panggung.
“Kau membuat diri ini....
Hancur tiada terkiraa....Kau membuat ku luka....”Suara Rio yang merdu itu tidak hanya di dengar oleh Ify dan Cakka, tapi para pengunjung Cafe. Semua menoleh ke arah Rio dan anggota dalam band tersebut, pop melankolis itu seketika membuat Cafe menjadi hening, kecuali suara merdu Rio yang berpadu dengan Gitar,Bass, serta Drum.
“Dirimu yang slama ini...Selalu aku banggakan...Tenyata kau... menduaaaa!!!!”Ify tersentak! Lagu itu untuknya... untuknya! Rio bernyanyi dengan penghayatan yang luar biasa, Ify yang notabene bukan cewek tegar, langsung kembali menangis terisak. Adikknya Cakka, yang memang lebih tinggi sedikit dari Ify, langsung merangkul kakaknya itu. Cakka tidak menyangka, ‘bukan ini yang gua pengin!’ batin Cakka.
Hancur tiada terkiraa....Kau membuat ku luka....”Suara Rio yang merdu itu tidak hanya di dengar oleh Ify dan Cakka, tapi para pengunjung Cafe. Semua menoleh ke arah Rio dan anggota dalam band tersebut, pop melankolis itu seketika membuat Cafe menjadi hening, kecuali suara merdu Rio yang berpadu dengan Gitar,Bass, serta Drum.
“Dirimu yang slama ini...Selalu aku banggakan...Tenyata kau... menduaaaa!!!!”Ify tersentak! Lagu itu untuknya... untuknya! Rio bernyanyi dengan penghayatan yang luar biasa, Ify yang notabene bukan cewek tegar, langsung kembali menangis terisak. Adikknya Cakka, yang memang lebih tinggi sedikit dari Ify, langsung merangkul kakaknya itu. Cakka tidak menyangka, ‘bukan ini yang gua pengin!’ batin Cakka.
“Dan Jiiikaaa... dia lebih daaaariiiku...Lebih baik untuk...mu....Ku bisa
terima..”
Rio menatap Ify dari atas panggung, sebenarnya dia tak tega melihat Ify terpuruk seperti ini, setelah apa yang menimpanya satu jam lalu, saat ia melihat cowok pilihannya bersama dengan cewek lain dan sekarang Rio menyanyikan lagu yang benar-benar ia buat khusus untuk Ify. Ia tau pasti apa yang di rasakan Ify saat ini, sama seperti dirinya dulu, hati serasa pecah berhamburan. Bukan Rio balas dendam, tapi ini memang sudah takdirnya... bulan depan, ia akan dijodohkan dengan perempun desa pilihan ibunya. Rio tidak bisa menolak. Lagipula Rio adalah cowok yang tetap pada pendiriannya. Apa yang dikatakannya dulu pada Ify, sama dengan apa yang dikatakannya sekarang lewat lantunan lagu.
“Tapi biiilaa..Kau tak temukan bahagya...Kau harus bisa teri..ma..
Jangan kembali...”Cewek yang berada di rangkulan adiknya itu, kini menelungkupkan wajahnya ke bahu sang adik, sang adik pun memeluk kakaknya.
Rio menatap Ify dari atas panggung, sebenarnya dia tak tega melihat Ify terpuruk seperti ini, setelah apa yang menimpanya satu jam lalu, saat ia melihat cowok pilihannya bersama dengan cewek lain dan sekarang Rio menyanyikan lagu yang benar-benar ia buat khusus untuk Ify. Ia tau pasti apa yang di rasakan Ify saat ini, sama seperti dirinya dulu, hati serasa pecah berhamburan. Bukan Rio balas dendam, tapi ini memang sudah takdirnya... bulan depan, ia akan dijodohkan dengan perempun desa pilihan ibunya. Rio tidak bisa menolak. Lagipula Rio adalah cowok yang tetap pada pendiriannya. Apa yang dikatakannya dulu pada Ify, sama dengan apa yang dikatakannya sekarang lewat lantunan lagu.
“Tapi biiilaa..Kau tak temukan bahagya...Kau harus bisa teri..ma..
Jangan kembali...”Cewek yang berada di rangkulan adiknya itu, kini menelungkupkan wajahnya ke bahu sang adik, sang adik pun memeluk kakaknya.
-THE END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*