Kamis, 20 Februari 2014

Gue Kena Karma - Part 17

Siang guys :D
gue cuma mau nerusin cerbung gue yang gaje itu.
makin jelek ?? Emang.
Tapi gue cuma mau bertanggung jawab sama cerbung ini aja :D belum end, jadi gue ngerasa gimanaaa gitu.
ada yang nungguin gak sih ?? Gak ada ?? #miris :D
yaudah langsung aja, happy reading guys :*



Part sebelumnya !!!
cek aja disini https://m.facebook.com/notes/?id=100000567110137&_rdr

“Loe ngomongnya kok jadi gaje gini sih. Siapa juga yang mau nikah dini. Gue mau nikah kalau gue udah sukses nanti. Palingan juga 7 tahun yang akan datang.”
“Gue harus nunggu loe selama itu ???”
“Ya kalau loe cinta. Kalau gak yaudah.”
“Gak tahu deh. Lihat nanti aja. Kalau gue udah gak cinta sama loe lagi gimana ??? kayaknya sih gitu deh. Pasti di kampus nanti kan gue nemuin cewe yang jauh lebih cantik dari loe. Lebih baik, lebih pinter, lebih ramah, dan lebih segalanya dari loe. Jadi kemungkinan besar gue pindah ke lain hati.” Ucap Rio bermaksud menggoda Ify.
“Oh gitu, Okeh fine. Gue juga bakalan nyari cowo yang jauh lebih segalanya dari loe.” Ucap Ify kesal seraya membuang muka dari Rio.
“Okeh. Yaudah yah sayang. Gue mau ke kelas dulu. Selamat mencari cowo baru. Haha.” Ucap Rio seraya berlari meninggalkan Ify.
“Sayang sayang nenek moyang loe apa. Rese banget sih loe Yo. Awas aja nanti, gue bales loe. Loe …”
“Ify.”
“Gabriel.”

Part selanjutnya !!! Gue Kena Karma - Part 17

Rio yang mendengar gadis pujaannya menyebut nama yang tidak asing baginya segera membalikan tubuhnya. Dia tersentak kala melihat pemuda itu sedang mencengkram erat pergelangan tangan Ify. Rahang Rio mengeras. Dia tidak terima jika gadisnya kembali tersakiti oleh kelakuan pemuda itu yang terlalu kasar kepada semua orang. Bahkan Ify – yang katanya adalah termasuk salah satu gadis yang disayanginya – ia sakiti.

Rio melangkah mendekati mereka berdua. Bahkan pemuda ini setengah berlari mendekat melihat Ify yang sekarang sedang diseret dengan kasar oleh Gabriel. Dan Rio bertambah emosi melihat gadis itu menangis, dengan reflek dia mendorong Gabriel hingga pemuda itu tersungkur.

“Rio.” Ucap Ify pelan seraya memeluk tubuh Rio. Rio hanya mengusap lembut rambut Ify. Berusaha membuat gadis ini tenang. Dia masih melihat Gabriel dengan tatapan tajam’nya. Bersiap membunuh pemuda itu jika melakukan hal yang lebih kasar lagi kepada gadis yang sekarang sedang berada di pelukannya.

“Loe apa apaan sih.” Ucap Gabriel emosi.
“Jangan pernah ganggu Ify lagi.”
“Loe siapa ??? Pacarnya ??? Yakin banget loe bakalan jadi pacar Ify. Dia itu milik gue.” Ucap Gabriel santai – bermaksud menyindir.

Rio melepaskan pelukannya. Dia menghapus air mata Ify yang masih berbekas di pipi mulusnya. Gadis itu sekarang sudah berhenti menangis. Dan dia menatap tajam Gabriel yang sekarang sudah berdiri tegak di hadapannya. Tangannya masih menggenggam tangan Ify. Bermaksud menerangkan kepada gadis itu bahwa semuanya akan baik baik saja. Tentunya selama dirinya berada di samping gadis itu.

“Sebenernya masalah loe sama gue itu apa sih.” Ucap Rio masih berusaha sabar menghadapi pemuda di hadapannya.
“Sok polos loe.” Ucap Gabriel sinis.
“Gue bener bener gak ngerti Iel. Dari dulu loe benci sama gue. Dan dari dulu juga gue gak ngerti salah gue itu apa sampe loe sebegitu bencinya sama gue.”
“Loe gak bakal pernah mau ngerti. Karena loe itu egois.”
“Loe jangan main teka teki lagi sama gue Iel. Atas dasar apa loe bilang gue egois. Selama ini gue berusaha ngalah sama loe.”
“Gue tunggu di tempat biasa kita tanding. Jam 4 nanti. Buktiin sama gue kalau loe emang bukan cowo egois. SENDIRI. Tenang aja, gue juga bakalan sendiri. Loe bisa pegang perkataan gue.” Ucap Gabriel tanpa mengindahkan ucapan Rio dan langsung berlalu pergi meninggalkan Rio dan Ify yang masih terpaku menatap kepergiannya.
“Loe gak apa apa kan Fy ???” Tanya Rio khawatir berusaha mengalihkan pembicaraan dengan gadis yang sekarang sedang menatapnya dengan intens.
“Yakin mau dateng ???” Tanya Ify membuat Rio melengos.
“Gue tanya malah balik tanya.”
“Gue Cuma khawatir sama loe. Nanti kalau terjadi apa apa sama loe gimana.”
“Loe tenang aja, Gabriel kan tadi udah bilang kalau dia bakalan dateng sendiri.”
“Gue gak percaya, bisa aja kan dia Cuma basa basi tadi. Gabriel tuh orangnya nekad Yo. Dulu dia juga pernah ngeroyok loe kan sama anak buahnya. Ntar kalau kejadian lagi gimana ???”
“Ify. Apa sebegitu cintanya loe sama gue sekarang. Sampe sampe loe gak mau lihat gue kenapa kenapa.” Goda Rio dengan nada santai
“Rio, gue lagi serius.” Ify langsung melipat kedua tangannya di depan tubuhnya dan memasang wajah kesal. Sedangkan Rio hanya tertawa melihatnya. Dia mengacak acak rambut Ify lembut.
“Gue juga serius. Udah deh gak usah dipikirin lagi. Sekarang gue Tanya sama loe. loe gak kenapa kenapa kan ???” Tanya Rio masih dengan nada cemas’nya.
“Rio. Apa sebegitu cintanya loe sama gue sekarang. Sampe sampe loe gak mau lihat gue kenapa kenapa.” Ucap Ify mengikuti gaya bicara Rio tadi.
“Apaan tuh ikut ikutan.”
“Ya lagian di Tanya serius loe’nya malah gak serius.”
“Emang loe Tanya apaan ???”
“Tahu ah, BT.” Ucap Ify kesal dan melangkah pergi meninggalkan Rio.

“Ify.” Ify tetap tidak menghiraukan panggilan Rio. Gadis itu tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun kearah Rio. Sedangkan pemuda itu hanya menghela nafasnya pelan seraya tersenyum tipis dan masih memandang punggung gadis itu hingga menghilang di balik tembok.
“Gue Cuma berharap loe tetap tersenyum Fy. I hope you are always happy with me or without me.”

***************
Cinta memang mempunyai banyak arti. Dan itu tergantung orang yang mengartikannya. Lebih jelasnya. Mereka mengartikan cinta sesuai dengan perasaan yang mereka rasakan saat itu. Cinta benar benar membuat semua kaum adam dan hawa merasakan perasaan yang aneh yang merasuki jiwa kita. Kadang dapat membuat senyuman terpeta di wajah kita, kadang juga cinta dapat membuat kita merasakan patah hati. Dan hanya ada senyuman getir yang dapat diperlihatkan saat semua kaum adam dan hawa merasakan perasaan itu.

Dua kaum adam sedang saling menatap dengan tajam satu sama lain. Seperti yang mereka janjikan tadi pagi. Kini mereka berada di lapangan indoor yang terdapat di depan sekolah mereka dulu. Yakni SMP. Yah, itu adalah tempat favorit dua pemuda ini jika mereka ingin bertanding dengan sengit. Dan disinilah mereka sekarang. Di tempat yang mempunyai banyak kenangan saat mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama tersebut.

Tentunya bukan kenangan indah, tapi hanya ada kenangan mengerikan yang wajib mereka lupakan. Kenangan yang selalu membuat mereka membenci satu sama lain. Bukan mereka berdua. Tapi hanya ada salah satu dari dua pemuda ini yang memiliki rasa dendam dan perasaan benci sedari dulu. Gabriel.

“To The point aja bro.” Tanya Rio membuka percakapan karena tidak betah berlama lama saling diam dengan raut wajah kebencian yang terpeta jelas di wajah pemuda di hadapannya.

“Kita tanding dulu, setelah itu baru gue kasih tahu apa tujuan gue ngajak loe kesini.”
“Loe jangan basa basi Iel. Gue gak punya waktu buat ngurusin itu.”
“Sok banget loe jadi orang.”
“Percuma juga kita tanding. Yang ada kalau gue menang loe malah tambah benci sama gue.” Ucap Rio santai membuat Gabriel emosi.
“Loe makin lama makin menjadi ya Yo. Jangan karena Ify udah berhasil loe taklukin, loe jadi seenaknya sama gue. Loe inget kan, seorang Gabriel itu gak pernah kalah. Apalagi kalah sama orang kaya loe.”
“Iya Iel. Gue tahu. Sekarang pun loe udah menang kan dari gue. Buat apa loe nunjukkin kemampuan loe lagi. Sekarang gue Cuma minta sama loe. Loe kasih tahu ke gue, apa salah gue sama loe.”
“Sylvia. Loe masih inget nama itu ???”

Kalimat Gabriel yang satu ini benar benar membuat Rio terdiam. Rio mendadak memflasback ingatanya tentang gadis itu. Seorang gadis yang dulu pernah jadi rebutan antara dirinya dengan pemuda di hadapannya. Seorang gadis yang sudah berhasil membuat dirinya mengenal apa arti cinta yang sebenarnya. Dia cinta pertamanya. Cinta pertamanya waktu masih duduk di bangku SMP.

Dan tiba tiba dia juga teringat waktu Gabriel dengan gampangnya menyatakan cinta pada gadis itu. Pada saat itu perasaannya teramat sakit. Entah sejak kapan gadis itu menyukai Gabriel. Padahal ia kira dulu Sylvia benar benar mencintai dirinya sama seperti dirinya yang mencintainya. Tapi kenyataannya membuat hatinya sakit. Bahkan jika mengingat gadis itu, hanya kesakitan yang ia dapatkan.

Dan gadis itu berhasil membuatnya membenci cinta. Membenci semua kaum hawa yang berada di dunia ini. Sampai ada seorang gadis yang berhasil membuka hatinya dan dengan gampangnya gadis itu menanam namanya dalam dalam di lubuk hatinya. Dan itu membuat perasaannya semakin baik. Semenjak itu, Rio benar benar berusaha melupakan sosok Sylvia. Dia benar benar mengacuhkan gadis itu hingga gadis itu seperti hilang di telan bumi.

Yah, gadis itu menghilang entah kemana. Rio juga tidak berniat mencarinya atau menanyakan kepada siapapun tentang keberadaan gadis itu. Dia hanya ingin mengobati luka hatinya. Jika ia terus menerus mengingat Sylvia, dia tidak akan pernah bisa berfikir ke depan. Dan dia berhasil menemukan cintanya kembali. Dea. Gadis itu berhasil memasuki pintu hatinya tanpa permisi. My heart doesn’t have a door. So, I’m not alarmed when you got into it. Dan Dea menyadarkan dirinya bahwa dirinya mencintainya dan namanya sudah tertanam di lubuk hatinya.

“Kenapa loe diem aja. Ayo ngomong. Apa yang ada di otak loe Mario Stevano.”

Ucapan Gabriel dengan nada setengah membentak itu menyadarkan Rio dari dunia masa lalunya. Dengan cepat dia memandang Gabriel dengan sinisnya. Sepertinya dia berhasil mengetahui apa yang membuat pemuda di hadapannya sekarang memiliki perasaan benci kepada dirinya dari mereka SMP. Gadis itu ternyata penyebabnya. Batinya seraya tersenyum sinis.

“Kenapa loe yang marah. Apa alesan loe marah sama gue. Dia, dia penyebab loe marah gue selama ini. Loe bodoh Gabriel. Pihak yang di rugikan itu gue. Bukan loe.”
“Loe itu udah merebut orang yang gue sayang.” Desis Gabriel tajam.
“Harusnya kata kata itu gue yang ucapin. Bukan loe. loe fikir gue gak tahu kalau loe itu pernah nembak Sylvia. Hah. Loe nyuri jalur start dari gue Iel. Dan perjanjian kita dulu gak kaya gitu.”
“Buat apa gue mengindahkan perjanjian konyol itu. Nyatanya gue gak mengindahkan pun tetep loe yang menang. Dia jatuh ke pelukan loe. Tapi apa, loe malah cuekkin dia sampe dia … sampe dia mutusin buat pindah ke Perancis.”
“Perancis ??? Sylvia ke Perancis ???” Tanya Rio gak percaya.
“Loe jangan berpura pura bodoh Mario. Loe itu udah ngambil semuanya dari gue. Perhatian guru, jabatan, temen temen gue, dan cewe yang gue sayang pun loe rebut.” Ucap Gabriel penuh emosi. Tapi Rio hanya memandangnya dengan santai.
“Loe merasa gue rebut itu semua ??? Loe salah. Perhatian guru, itu karena loe selalu berbuat ulah yang tidak menyenangkan Gabriel. Jabatan, itu bukan kemauan gue, temen temen sendiri yang minta gue ngambil kandidat itu. Temen temen loe, itu karena mereka aktif di OSIS dan Basket Iel. Bahkan cewe yang loe sayang pun gak mencintai gue. Bagaimana bisa loe men-cap gue sebagai perebut ???”
“Bulshit. Sylvia itu cinta mati sama loe.”
“Loe jangan bercanda.”
“Gue serius. Dia nolak gue waktu gue nembak dia. Dan dia bilang secara terang terangan sama gue kalau dia itu mencintai loe. Bukan gue. Dan itu yang bikin gue benci sama loe Mario. Dan tingkat kebencian gue makin besar pada saat loe mencampakan Sylvia begitu aja. Bahkan loe lebih memilih bersama Dea daripada dengan dia.”
“Gue sama sekali gak tahu kalau Sylvia mencintai gue Iel.” Ucap Rio lirih.

“KARENA LOE GAK PEKA.” Teriak Gabriel. Emosinya sudah mencapai puncaknya. Melihat pemuda di hadapannya juga sama sekali tidak menunjukkan respon yang sesuai dengan harapannya.
“Loe selalu menganggap Sylvia itu orang yang gak penting. Dan loe tahu betapa sakitnya dia saat melihat orang yang dia sayang lebih memilih menjauhinya dan bermesraan dengan gadis lain di hadapannya. Loe tahu Yo gimana perasaan dia. Hah. Jawab. Jangan diem aja loe.”
“Gue tahu Iel. Karena gue pernah merasakannya.”
“Saat loe bersama Ify dulu ??? Sekarang loe udah tahu kan rasanya di campakkan itu seperti apa. Hah. Dan loe puas udah bikin Sylvia menjadi seperti itu Yo. Loe puas kan. Dan loe yang bikin dia meninggalkan dunianya di sini. Dia memilih pindah ke Perancis. Dan itu semua gara gara loe.”
“Maafin gue Iel. Gue bener bener gak tahu.”
“Maaf ??? Loe bilang maaf setelah apa yang udah loe lakuin. Loe Gila. Gue bener bener benci sama loe. Seandainya aja loe dulu gak mencampakkan dia, mungkin gue gak akan sebenci ini sama loe. Walaupun gue harus sakit hati melihat cewe yang gue sayang lebih menyayangi orang lain yang gak peka kaya loe.”
“Loe jangan terus menyalahkan gue Gabriel. Disini juga loe salah. Kenapa dulu loe nyuri start dari waktu yang udah ada di perjanjian kita. Kenapa loe dulu bikin gue bingung. Kenapa loe dulu gak berusaha menjelaskan ke gue apa yang sebenernya terjadi. Kenapa loe dulu membiarkan Sylvia kaya gitu. kenapa loe dulu gak bantu dia supaya gue tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Itu permintaan Sylvia. Gue nyuri start ?? Karena gue bener bener mencintai dia Yo. Dia cinta pertama gue, dan gue sayang banget sama dia. Gue gak rela dia jatuh ke pelukan loe. Itu sebabnya gue ngelanggar perjanjian kita.”
“Gue minta maaf Iel. Gue ngaku salah. Gue emang gak peka. Gue membiarkan Sylvia pergi jauh dari loe. Gue bener bener minta maaf. Terutama masalah jabatan. Gue gak tahu kalau sebegitu inginnya loe ada di posisi gue waktu itu.”
“Gue Maafin.”
“Loe gak mau minta maaf sama gue juga ???”
“Buat apa ??? Loe yang salah.”
“Heh bro. Loe juga salah. Loe membiarkan gue berfikir tentang sebab kebencian loe sama gue yang … menurut gue itu aneh banget.”
“Aneh aneh jug aloe fikirin juga kan. Hahaha.”
“Rese loe.”

“Hahaha, okeh bro. Gue juga minta maaf sama loe. Persahabatan kita dulu rusak Cuma gara gara seorang cewe. Dan dengan bodohnya, gue membenci loe bertahun tahun sampe sekarang.”
“Loe emang bodoh. Cowo terbodoh yang pernah gue temui. Hahaha.” Rio tertawa setelah mengucapkan kalimat itu, sedangkan Gabriel hanya mencibir ke arahnya membuat Rio semakin tertawa.
“Berhenti ketawanya Bodoh.”
“Okeh okeh, sorry.” Rio langsung memasang wajah serius. “Tentang Ify Iel. Loe masih punya perasaan sama dia ???”
“Masih.” Jawaban Gabriel membuat Rio memandang ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan Gabriel merasa puas bisa mengerjai seorang Mario Stevano. “Tapi loe tenang aja bro. Gue berusaha move on kok. Kayaknya cewe yang gue sayang lagi lagi di rebut sama loe. Sebenernya sih gue merasa menang dulu. Karena Ify mencampakkan loe seperti loe mencampakkan Sylvia. Tapi ternyata, Ify beneran jatuh cinta sama loe. Pesona loe lagi lagi nempel di hati orang yang gue sayang.”
“Loe kurang beruntung bro.”
“Sialan loe.” Ucap Gabriel seraya meninju lengan Rio sedangkan Rio hanya tertawa.
“Iel, Gue mau Tanya sama loe. Tentang rekaman itu. Itu ulah loe kan ???” Tanya Rio. Gabriel yang mendengar pertanyaan Rio hanya diam karena kaget. Baru saja ia berbaikan dengan sahabat lamanya, sekarang gara gara masalah ini mereka harus bertengkar lagi. Gak. Dia gak akan pernah membiarkan ini terjadi lagi.
“Gue minta maaf sama loe. Iya, itu emang ulah gue. Waktu itu gue masih benci sama loe bro. Gue Cuma mau loe rasain sakit yang di rasain sama Sylvia.”
“Gue gak ngerti kenapa loe ngelakuin hal yang jauh dari fikiran gue.”
“Gue minta maaf bro sama loe. Gue janji, besok gue akan klarifikasi semuanya sama anak anak satu sekolahan kalau itu ulah gue. Gue juga bakalan minta maaf sama Ify. Gue banyak salah sama dia dan juga loe. Gue janji Yo.”
“Ini baru sahabat gue. Jangan pernah ngungkit ngungki soal Sylvia lagi Iel. Lupain dia, biarin dia bahagia sama cowo pilihannya di Perancis sana. Dan loe tahu. Kita berdua sama sama cowo yang gak peka.”
“Yang gak peka itu Cuma loe. Ngapain loe bawa bawa nama gue.”
“Apa loe tahu, di luar sana ada cewe yang berusaha buat milikin hati loe. Dia selama ini berusaha buat ngerubah loe menjadi yang lebih baik. Apa loe tahu itu ???”
“Gue gak ngerti apa yang loe maksud Yo.”
“Iel. Sebenernya ada seseorang yang bener bener mencintai loe selama ini.”
“Siapa ???”
“Loe bilang sama gue, kalau gue gak peka, ternyata dirinya juga gak peka.” Sindir Rio, membuat Gabriel melayangkan jitakannya di kepala Rio. Membuat pemuda itu meringis kesakitan seraya mengumpat Gabriel dalam hati.
“Tinggal bilang, siapa juga. Pake nyindir segala.”
“Loe udah jitak gue, jadi gue batal ngasih tahunya. Loe cari tahu aja sendiri.” Ucap Rio kesal. Masih mengusap usap kepalanya yang di jitak Gabriel cukup keras.
“PMS loe. Sensitive banget. Loe bilang dong Yo siapa. Kalau loe gak mau bilang, gue bakal rebut Ify dari loe.”
“Coba aja kalau bisa. Gue jamin gak akan pernah bisa. Karena dia udah terjebak dalam pesona seorang Mario Stevano. Dan gue juga gak akan pernah mengijinkan loe menyentuh cewe gue lagi.”
“Gaya loe. Pacaran aja belum, udah ‘cewe gue cewe gue’ aja.”
“Hehehe. Bentar lagi kan dia bakalan jadi cewe gue Iel. Jadi gue gak akan pernah ngasih ijin loe buat berbuat kekerasan lagi sama dia.”
“Sok preman loe. Loe tenang aja, gue gak akan pernah menyentuh cewe loe. Tapi loe juga harus ngasih tahu gue siapa cewe yang bener bener cinta sama gue dong Yo.”
“Gak. Loe fikirin aja sendiri siapa tuh cewe. Gue terlanjur badmood. Jadi gue mau pulang sekarang. Selamat berfikir tuan Gabriel Stevent Damanik.” Ucap Rio seraya menuju ke luar gedung untuk menuju ke parkiran motornya.
“Yo. Rese loe.” Teriak Gabriel dari dalam gedung membuat Rio yang masih dapat mendengarnya tertawa dan tetap melanjutkan jalannya.

Diam diam, hati Rio berubah menjadi tenang. Dia tidak menyangka akan bisa berdamai dengan sahabatnya yang sempat menjadi musuhnya itu. Yaps, sebelum ada perjanjian konyol itu, mereka memang sudah bersahabat sejak kecil. Bahkan orang tua mereka juga sangat dekat. Dulu, orang orang selalu menyebut mereka berdua kembar. Karena jika ada Rio pasti ada Gabriel. Dan begitupun sebaliknya. Jika ada Gabriel pasti di situ juga ada Rio.

Sudah lama ia memimpikan saat saat seperti ini. Bisa kembali berdamai dengan sahabatnya sedari kecil. Dia merindukan saat saat dimana Gabriel berperan dalam segala hal. Kakak, adik, ayah, ibu, teman, sahabat. Yah, Gabriel bisa menjadi seperti apa saja. Dan itu dulu. Tapi sekarang, Rio berjanji akan membuat Gabriel menjadi Gabriel yang dulu sebelum kehadiran Sylvia sempat mengacaukan persahabatannya dengan pemuda itu – tekadnya dalam hati.


Next part ke part 18 guys :*
jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah guys, seperti biasa LIKE and COMMENT.
don't forget it guys :*
thanks for readers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*