Senin, 19 Agustus 2013

Gue Kena Karma - Part 7 (RIFY)

Hari ini semua orang melakukan aktivitas seperti biasanya. Termasuk siswa siswi SMA STAR. Semua siswa siswi melangkah memasuki halaman sekolah. Wajahnya berseri seri dan terlihat lebih segar karena cuaca hari ini yang membuat semuanya menjadi bersemangat beraktivitas dan memulai hari baru dengan semangat. SMA STAR kini sudah dipenuhi oleh ratusan siswa di halaman sekolahnya. 

Bel masuk 5 menit lagi berbunyi. Tetapi gadis ini sedari tadi tidak beranjak dari tempatnya. Ify. Sedari tadi, gadis cantik ini hanya berdiri di koridor untuk menunggu seseorang. Menunggu pemuda yang biasa mengganggunya setiap harinya. Tiba-tiba sahabat dari pemuda yang biasa mengganggunya itu datang dari arah parkiran motor, dengan cepat Ify menahan langkahnya.

“Tunggu.”
“Loe. Ngapain loe. Minggir, gue mau lewat.” Usir pemuda itu dengan kerasnya. Tapi tidak membuat gadis di hadapannya menggeser langkahnya. “Ck, loe budeg yah. Bentar lagi bel. Gue harus ke kelas. Jadi minggir sekarang.”
“Rio mana Vin ??? Dia nggak berangkat bareng loe ???” Tanya Ify tanpa memperdulikan bentakan yang keluar dari mulut pemuda di hadapannya-Alvin.
“Menurut loe ???”
“Serius Alvin. Gue Tanya baik-baik sekarang.” Ucap Ify agak kesal dengan reaksi pemuda di hadapannya.
“Dia gak berangkat. Sakit.”
“Sakit ??? Sakit apa ???” Tanya Ify sedikit khawatir.
“Gak usah sok care. Acting loe itu sama sekali gak bagus. Jadi mending loe minggir sekarang. Gue mau lewat.”
“Vin, gue Tanya sama loe. Dia sakit apa ???”
“Ck, apa urusanya sih sama loe. Loe Cuma pura-pura kan ??? Gue tahu, loe itu berharap banget Rio itu pergi jauh-jauh dari hidup loe. Ify, apa loe gak bisa ngelihat kalo Rio itu sekarang udah milih buat jauh jauh dari loe. Apa yang loe mau lagi Hah. Belum cukup puas ???”
“Gak gitu Vin. Loe salah paham.”
“Yaps. Gue emang lagi salah paham sekarang. Ngelihat sikap loe yang jadi sok care plus sok manis itu gue jadi salah paham. Sekarang minggir, gue mau lewat.” Ucap Alvin seraya mendorong bahu Ify kasar. Untung dia tidak sempat terjatuh. Hanya mundur beberapa langkah. Tapi Alvin sama sekali tidak perduli. Pemuda tampan itu masih dengan sikap yang tadi berjalan santai menuju ke kelasnya melewati Ify yang sedang menatapnya tajam.

Sedangkan Ify merenungi kata-kata yang keluar dari mulut sahabat Rio itu. Rio sakit ??? Kenapa ??? kenapa dia bisa sakit seperti itu ??? Padahal kemarin dia terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang ??? Pemuda itu malah nggak masuk karena sakit. Perasaan khawatir muncul di dalam hati Ify. Kemudian gadis ini memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Tentunya dengan perasaan yang amat sangat tidak bisa diungkapkan sekarang.

***************
Sepulang sekolah Ify berniat mengunjungi rumah Rio. Ingin memastikan ada apa dengan pemuda itu. Semenjak bertemu dengan Alvin bermaksud untuk mengetahui dimana Rio, gadis cantik ini tidak bisa focus terhadap pelajaran yang ada di kelasnya hari ini, bahkan untuk bercanda dengan ketiga sahabatnya pun tidak bisa. Yang ada di fikirannya sekarang adalah Rio, Rio dan Rio. Tapi dia tidak menceritakan apa yang terjadi dengan pemuda itu kepada teman temannya. Karena dirinya yakin, sahabatnya akan menggodanya habis habis’an seperti beberapa hari ini.

 Dengan tergesa-gesa gadis ini melangkah menuju ke halaman depan sekolah untuk mencari taksi yang akan ia gunakan untuk ke rumah Rio. Dan dengan mudahnya gadis ini mendapatkan taksi yang kebetulan lewat di depan sekolahnya. 

Sesampainya disana. Ify tidak menemukan siapapun. Rumahnya sepi. Ini terbukti dari ketika dia membunyikan bel rumah Rio, tidak ada satupun orang yang keluar untuk membukakan pintu. Bahkan jendela kaca samping rumah pun sudah Ify ketuk. Tapi, tetap saja tidak ada yang membuka pintu. Perasaan khawatir langsung menyergap hati Ify. Ada apa dengan pemuda itu ??? Kenapa rumahnya sangat sepi sekali ??? Tidak adakah orang di dalam rumah ini. Sampai-sampai tidak mendengarkan bunyi bel yang sedari tadi ia bunyikan. Cara terakhir adalah menghubungi mama Rio. Berhubung dia tidak mempunyai nomor handphone Rio maka dia memutuskan untuk menghubungi tante Manda. Nomor yang ia dapat dengan susah payah dengan merayu sang mama supaya mau memberikannya.

“Hallo tante.” Sapa Ify ketika sambungan teleponnya sudah tersambung.
“Iya Ify. Ada apa ???” Tanya suara wanita di seberang sana-mama Rio.
“Tante, ini Ify ada di depan rumah tante. Tapi rumahnya kok kosong yah tan. Tante lagi dimana ???”
“Oh maaf yah sayang. Tante gak tahu kalau kamu mau datang ke rumah. Ini tante lagi di rumah sakit sayang. Rumahnya sepi. Kebetulan bibi juga ijin buat pulang kampung.”
“Rumah sakit ??? Siapa yang dirawat disana tante.”
“Rio Fy.”
“Apa ??? Rio tante ??? Emangnya sakit apa tan, sampe di bawa ke rumah sakit segala. Segitu parahnya yah tan sampe di bawa ke rumah sakit.”
“Lumayan parah Fy. Maag’nya Rio kambuh gara-gara dia gak pernah makan dan selalu jajan sembarangan. Jadi, ya gini deh.”
“Tante, Ify boleh kesana ???”
“Boleh dong sayang. Ke sini aja.”
“Yaudah tante, rumah sakit apa tan ???”
“Rumah sakit Mahardika di jalan Matahari no.6 (?) sayang.”
“Terima kasih tante. Nanti Ify ke situ.”
“Iya Fy, tante tunggu.”

Setelah memutus sambungan teleponya. Ify bergegas memanggil taksi yang lewat di depan rumah Rio. Setelah menyebutkan nama rumah sakit dan alamatnya taksi langsung melaju. Di dalam taksi, Ify masih memikirkan Rio. Bagaimana bisa pemuda itu bisa gak pernah makan ??? Padahal setaunya dulu, pemuda itu selalu mengingatkan dirinya agar tak lupa makan. Bahkan sampai membawakan sarapan Roti setiap harinya dengan alasan karena dia tidak menginginkan dirinya sakit. Tapi ternyata, pemuda itu malah melanggarnya sendiri. Ck.

Walaupun begitu Ify masih amat sangat khawatir dengan pemuda itu. sepanjang perjalanan Ify selalu melantunkan doa untuk Rio. Doa yang ia lantunkan tentunya bertujuan agar pemuda itu cepat sembuh. Perasaannya benar-benar khawatir sekarang. Padahal, dulu jika pemuda itu tidak masuk sekolah karena sakit, dirinya masih bisa tersenyum dengan teman-temannya dan mengucap syukur karena tidak ada lagi orang yang mengganggunnya. Tapi sekarang. Baru satu hari saja pemuda itu tidak masuk, dirinya langsung panic dengan keadaannya.

Ify sekarang sedang mengalami hukum Karma. Ternyata hukum karma masih berlaku untuk gadis ini. Dulu pemuda itu yang mengejar ngejar dirinya. Tapi sekarang, setelah pemuda itu berhenti untuk mengejarnya, gantian dirinya yang mengejarnya. Walaupun tidak ditunjukkan langsung kepada pemuda itu. Tapi, setiap harinya Ify melakukan penyelidikan dengan memandang jauh Rio. Diam tapi pastinya, Ify selalu mengamati pergerakan Rio. Dan sampai saat ini pemuda itu belum tahu bahwa gadis yang dulu pernah ia sukai selama 4 bulan sekarang telah terkena pesonanya.

***************
Ify dengan tergesa-gesa melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sakit. Setelah taksi yang mengantarkan dirinya pergi, gadis ini langsung setengah berlari menyusuri jalanan rumah sakit yang megah tersebut. Mama Rio sudah memberitahukan dimana Rio di rawat. Ternyata di kamar Melati 25. Tanpa bertanya kepada recepcionist gadis ini langsung berlari menuju ke kamar perawatan pemuda itu. Setelah sampai di depan ruang blok Melati, gadis ini langsung mencari Melati 25. Setelah ketemu, Ify langsung masuk ke dalam ruangan itu dengan tergesa gesa.

“Selamat siang.” Sapanya setelah membuka pintu kamar.
“Selamat siang juga.” Balas orang-orang yang berada di dalam. Ternyata di dalam bukan Cuma ada Rio dan mama’nya. Tapi juga ada Zahra. “Ify, sini masuk sayang.”
“Makasih tante.” Jawab Ify seraya tersenyum canggung. Karena melihat Rio yang sedang berbaring dengan infuse di tangannya dan ada Zahra yang sedang membujuk Rio untuk makan menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Ify, kok bisa disini. Tahu darimana kalau gue disini ???” Tanya Rio dengan wajah bingung. Ify menjenguknya ??? Baru kali ini gadis itu menjenguknya jika dirinya tidak masuk sekolah.
“Mmm, tahu dari nyokap loe.” Jawab Ify singkat seraya meletakkan parcel yang di bawanya di atas meja sebelah ranjang Rio. “Loe sakit apa sampe di bawa ke rumah sakit segala.”
“Gak sakit apa-apa kok. Cuma kecapekan aja mungkin.”
“Bohong Fy. Kamu itu, sama temen sendiri aja bohong. Kalau gak mau sakit itu makan yang teratur. Sok jagoan sih. Jadinya sakit kan.” Omel mama Rio kepada Rio.
“Mama aja yang lebay. Orang Rio gak papa kok.”
“Gak papa apanya. Kamu itu tadi pagi pingsan Rio. Gara-gara perut kamu tuh melilit lilit. Masih bilang gak papa ???”
“Rio sempat pingsan tante ???” Tanya Zahra ikut berbicara.
“Iya nih Ra. Rio gak cerita sama kamu ???”
“Gak tante. Kata Rio malahan tadi itu Cuma sakit perut aja. Terus katanya tante itu tadi …… Awww.” Pekik Zahra keras karena cubitan Rio di lengannya. “Sakit Rio, apaan sih. Aduuuh.”
“Kenapa Ra ??? Kamu gak papa ??? Rio, kamu apain Zahra hah ???” Tanya Mama Rio dengan menatap tajam Rio dan hanya dibalas cengiran khas’nya oleh Rio.
“Aku di cubit sama Rio tante.” Adu Zahra yang langsung dibalas pelototan oleh Rio.
“Cubit lagi Ra. Tante ijinin kok.” Rio langsung membelalakan matanya.
“Beneran tante ???” Mama Rio langsung mengangguk. “Yess, nih rasain kamu. Nih nih rasain.” Ucapnya kemudian seraya mencubit Rio pada bagian tangan dan lengannya.
“Aduh Ra. Ampun ampun. Aku kan lagi sakit Ra, ntar tambah parah gimana. Ra udah stop. Sakit.”
“Makanya jangan jail.” Teriak Zahra dan langsung menghentikan aksinya barusan.
“Sakit sumpah. Gila, pedes.” Jawab Rio merintih pelan seraya mengusap tangan dan lengannya yang merah karena cubitan Zahra.

Mereka tidak menyadari ada tokoh baru yang memasuki ruangan mereka. Bukan menyadari, tapi melupakannya. Sedangkan tokoh baru itu hanya memandangi mereka dengan tatapan tajam. Tidak terima dengan perlakuan gadis itu dengan pemuda yang selama ini menghindarinya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa apa. Hanya berdiri seraya memandang sepasang muda mudi yang tidak memiliki hubungan apapun itu. baru menyadarinya sekarang, pemuda itu lebih bisa tertawa lepas saat bersama Zahra, tidak seperti dirinya yang hanya membuat pemuda itu kecewa dan sedih. Bahkan Ify baru menyadarinya sekarang. Bahwa pemuda itu ternyata mempunyai kelebihan yang lebih banyak dari Gabriel.

“Udah jangan berantem lagi. Yo, kamu makan dulu tuh. Gak mau kan kalau harus nginep disini satu bulan ???”
“Tapi rasanya pengin muntah banget ma. Perih perutnya.”
“Makanya jangan bandel. Udah makan. Atau kamu mau disuapin sama Ify ???” Tanya mama Rio membuat Rio, Ify dan Zahra menatapnya bersamaan. “Mau kan Fy ???” Tanyanya lagi tanpa memperdulikan tatapan yang berbeda dari ketiga remaja di hadapannya.
“Ah eh. Mmmh, iya tante.” Jawab Ify canggung seraya melirik kearah Zahra. Gadis cantik itu sepertinya tidak suka dengan permintaan mama Rio yang menyuruh Ify untuk membujuk Rio makan. Mengapa harus Ify ??? Mengapa tidak dirinya yang sedari tadi berada di ruangan ini bersamanya ??? Mungkin jawabannya karena sedari tadi pula gadis cantik ini menyuruh Rio makan, tapi pemuda itu masih menolaknya. Dan bisa dikatakan usahanya merayu Rio untuk makan GAGAL.
“Gak usah deh mah. Rio makan sendiri aja.” Jawab Rio cepat seraya mengambil makanannya dari tangan Zahra karena melihat jawaban Ify yang kayaknya ‘terpaksa’.
“Di suapin Ify kan lebih enak Yo.” Goda mama Rio.
“Mama apaan sih. Rio makan sendiri aja. Oyah Ra, katanya kamu belum makan siang, yaudah makan dulu sana. Ntar sakit.” Ucap Rio berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Suka meringatin orang tapi sendirinya gak di lakuin, tuh kamu gak makan, makannya sakit. Yaudah Ra. Tante temenin makan yuk. Tante juga laper nih.”
“Yaudah tante. Yo, Fy, aku sama tante makan dulu yah.” Pamit Zahra. Sebenernya dirinya tidak suka jika Cuma ada Rio dan Ify di ruangan ini. Dirinya sekarang tahu, ada hubungan apa antara Rio dengan gadis itu.
“Tante, Ify boleh ikut kan ???” Tanyanya karena dirinya juga tidak ingin di tinggal di ruangan itu hanya berdua dengan Rio.
“Kamu udah makan belum Fy ???”
“Udah sih tante. Tapi Ify haus.” Jawabnya cepat
“Yaudah, di kulkas ada minuman dingin Fy. Kamu tungguin Rio aja disini. kasihan dia kalau sendirian. Maukan bantuin tante buat jagain Rio sebentar ???”
“Iya deh tan.”
“Mmm tante. Gimana kalau Ify ikut aja ??? Kan biar Rio bisa istirahat juga tan.” Ucap Zahra karena masih tidak rela meninggalkan mereka berdua di dalam satu ruangan.
“Jangan Ra. Kasihan Rio’nya juga. Dia kan belum makan dari tadi. Biarin di bujuk Ify dulu biar mau makan. Siapa tahu Rio mau makan karena ada Ify.” Zahra hanya menghembuskan nafasnya secara kasar mendengar jawaban mama Rio. Itu tandanya, Rio dengan Ify akan tetap di tinggal berdua di ruangan ini.
“Yaudah tante sama Zahra keluar dulu. Kamu makan Yo. Di habisin makanannya. Tante keluar Fy. Ayo Ra.” Pamitnya kemudian langsung keluar ruangan bersama Zahra yang masih kesal dengan sifat mama Rio yang tidak mengerti perasaanya yang sedang terkena syndrome cemburu menguras hati.

Disini, hanya ada Rio dan Ify sekarang. Apa yang harus dilakukan ??? Ck, ini moment yang paling mereka tidak sukai. Jika dulu, mungkin Rio akan menjadikan moment ini menjadi moment paling indah di hidupnya. Tapi sekarang, sepertinya pemuda yang satu ini tidak menyukainya. Buktinya pemuda itu hanya berdiam di kasurnya seraya memainkan PSP’nya, tanpa memperdulikan seseorang yang menemaninya di dalam ruangan serba putih itu. Sedangkan perasaan Ify sekarang ini sangat canggung sekali. Dia hanya memainkan handphone’nya secara asal. Hanya ingin mengindari obrolan dengan Rio. Padahal ia tahu, pemuda yang berada di atas ranjang itu tidak akan mengajak dirinya mengobrol mengingat belakangan ini mereka tidak pernah bertegur sapa di sekolah maupun di luar sekolah.

Perlahan, pemuda itu bangkit dari kasurnya dan langsung menuju ke kamar mandi tanpa mengunci pintu. Sedangkan gadis yang sedari tadi sibuk dengan handphone’nya mengalihkan pandangannya mengikuti kemana tujuan Rio. Apa yang dilakukan pemuda itu ??? ke kamar mandi tanpa mengunci pintu atau sekedar menutup pintu. Apa dia tidak sadar jika ada seorang wanita di dalam ruangan itu ??? beberapa saat kemudian Rio keluar dari kamar mandi. Ada yang aneh dengan pemuda itu. Ify terus menatap Rio membuat Rio risih ditatap seperti itu oleh Ify.

“Nglihatin apaan sih.” Ify yang tadinya focus memandangi apa yang dilakukan oleh Rio terkejut dengan pertanyaan tiba tiba dari pemuda itu.
“Eh, nggak nggak. Nggak nglihatin apa-apa kok.” Jawabnya canggung.
“Oooh.”
“Tadi habis ngapain di kamar mandi ???”
“Habis membuang sesuatu.” Ucap Rio sedikit tidak perduli seraya menaruh piring yang sedari tadi ia pegang ke atas meja.
“Tapi kok. Pintunya gak di kunci ??? Loe gak lupa kan kalau di ruangan ini loe gak sendirian ???”
“Iya. Mana mungkin lupa. Katanya haus, tuh ambil minum aja di kulkas Fy.”
“Iya.” Ify melangkah menuju ke kulkas dan mengambil soft drink  lalu membukannya. Setelah terbuka, Ify langsung ingin meminumnya. Tapi gerakannya berhenti karena melihat kejanggalan di atas meja sebelah ranjang yang di tempati oleh pemuda yang saat ini sedang memainkan PSP’nya kembali. Piring itu kan tadi masih utuh dan masih banyak nasinya, tapi sekarang kenapa piringnya kosong ??? Kapan pemuda itu memakannya ??? Dirinya tidak melihatnya.
“Yo, Itu kenapa piringnya kosong ???” Tanya Ify mendekat kearah meja.
“Udah gue makan.” Jawab Rio santai.
“Kapan makannya ??? Gue gak lihat loe udah makan. Tadi perasaan masih utuh deh. masa bisa cepet gitu habisnya. Atau jangan-jangan ……” Ify langsung berlari kearah kamar mandi. “ Riooooooooooooo.”Teriaknya kemudian.
“Apaan sih Fy. Ini tuh di rumah sakit. Kenapa teriak teriak deh.” Ucap Rio seraya menutup telingannya yang sakit mendengar teriakan Ify
“Loe tuh yah. Dibilangin bandel banget sih. Itu makanannya kenapa di buang ??? kan tadi nyokap loe nyuruh loe makan Rio, bukan di buang.” Omel Ify membuat Rio nyengir gaje.
“Makanan rumah sakit gak enak Fy. Serius. Cobain aja deh. pasti rasanya pahit.” Jawab Rio tanpa dosa membuat Ify semakin geram.
“Loe tuh yah. Gak menghargai banget sih. Nanti kalo nyokap loe kesini gimana Rio. Loe itu belum makan kan. Berapa hari loe gak makan hah. Udah bosen hidup ??? Kalau udah bosen itu jangan bikin nyokap bokap loe khawatir. Bosen hidup bosen aja. Gak usah nglibatin orang banyak. Kalau loe kaya gitu, itu namanya ……” Ucapan Ify terhenti begitu menyadari jika Rio memperhatikannya sedari tadi. Ify langsung memalingkan wajahnya kearah lain karena merasa gugup dengan tatapan Rio tadi.
“Ternyata loe cerewet yah Fy. Gue baru tahu. Kelihatan lebih cantik kalau lagi marah marah kaya tadi.” 
“Apaan sih. Udah deh jangan mengalihkan pembicaraan.” Ucap Ify berusaha normal, tapi wajahnya tidak bisa di ajak kerja sama. Wajahnya terasa panas mendengar ucapan Rio barusan. Rio yang melihat perubahan wajah Ify langsung tertawa kecil.
“Baru pertama kali gue lihat loe kaya gini Fy.”
“Apaan sih Rio. Terus gimana nih ??? Loe mau makan apa dong kalo gitu.”
“Udah santai aja. Gue makanya nanti malem aja. Lagian tadi pagi gue udah makan kok. Banyak banget malah.”
“Bohong. Mana bisa gue percaya setelah mendenger penjelasan nyokap loe tadi.”
“Galak banget sih. Seriusan tahu. Gue udah makan tadi pagi. Udah loe istirahat aja sana. Pasti capek kan habis pulang sekolah langsung ke sini.”
“Kata siapa tadi gue langsung ke sini ??? Tadi gue mampir ke rumah loe dulu, terus ke toko buah beli parcel itu.”
“Mau ngelawak ??? Hahaha lucu lucu.” Ucap Rio seraya tertawa dengan dibuat dibuat membuat Ify sebal.
“Gak lucu tahu.”
“Kalau boleh jujur sih emang gak lucu. Ketawa aja biar kelihatan lucu.”
“Rese banget sih loe.”
“Emang. Oya Fy. Tahu gak. Baru kali ini loe kelihatan khawatir sama gue. sampe-sampe pulang sekolah gak ke rumah kamu dulu tapi langsung ke sini. Dulu kan kalau gue gak masuk sekolah, loe gak nyariin gue sampe segininya. Ada apa ???”
“Gak papa kok. Merasa bersalah aja. Loe jangan keGR’an deh. gue gak ada maksud apa-apa sama loe.”
“Merasa bersalah ??? Emang loe salah apaan sama gue ???”
“Gak tahu juga. Tapi gue ngerasa bersalah aja. Gak ada alasan atau sebab kenapa gue merasa bersalah sama loe.”
“Aneh banget.”
“Ya emang gitu kenyataannya.”
“Yaudah sih. Biasa aja nada bicaranya.”
“Nada gue udah biasa.”
“Tapi yang gue tangkep gak biasa.”
“Issh. Loe mau nyari gara gara sama gue yah.” Ucap Ify sebal karena perdebatan kecil yang terjadi tadi.
“Gak. Gak penting juga.” Jawab Rio dengan nada cuek membuat Ify bertambah sebal.
“Rio.” Teriak Ify seraya berusaha merebut PSP Rio yang sedari tadi dimainkan oleh pemuda itu. Dan itu membuat Rio kaget. Untung PSP’nya masih berada di genggamanya. Dan terjadilah aksi tarik menarik oleh kedua insane manusia ini.
“Ify. Lepasin PSP gue. Gue lagi mainan tahu.”
“Gak akan. Loe rese banget tahu gak.”
“Rese’an loe daripada gue.”
“Jangan salahin gue kalau PSP ini jatuh ke lantai.”
“Loe ngancem gue ??? Coba aja kalau bisa. Gak akan gue biarin benda ini berpindah tempat dari tangan gue.”
“Jadi loe ngremehin kemampuan gue ???”
“Iya.”
“Rio.” Teriak Ify membuat Rio meringis kesakitan pada bagian telingannya karena gadis ini berteriak tepat di sebelah telingannya.

Mereka terus terusan berebut benda tak bernyawa tersebut. Sepertinya gak ada tanda tanda mereka berdua akan menghentikan aksi perebutan ini. Intinya sekarang, kedua manusia ini sama sama keras kepala. Gak ada yang mau kalah. Ify dengan semangatnya berusaha merebut benda itu dari tangan Rio tapi di tahan kembali oleh pemuda itu. Jelas saja Ify kalah. Rio kan cowok. Tenaganya lebih besar dibandingkan dirinya. Tapi sepertinya Ify gak mau kalah, dia terus terusan berusaha mengambil benda itu. Rio yang mulai kesal langsung menyentakkan PSP’nya membuat Ify terhuyung ke depan dan membuat gadis itu jatuh ke dalam pelukannya.

Ify yang tidak siap dengan sentakan Rio langsung kaget dan tubuhnya langsung menubruk tubuh Rio yang berada di hadapannya. Gadis itu memeluknya. Dengan kedua tangannya yang memegang bahu kokoh Rio. Sama hal’nya dengan pemuda tampan ini. Rio menjadi kaget karena Ify memeluknya. Tapi kedua tangan pemuda tampan ini juga langsung memeluk Ify. Mereka sama sama bergulat dengan pemikirannya sendiri. Perasaan masing masing sedang saling tersalurkan. Rasa panas langsung mereka rasakan dan menjalar ke seluruh tubuh dengan cepat. Sedangkan gadis cantik itu merasakan pipinya merona karena malu dan jantungnya berdebar kencang. Dia hanya berdoa semoga pria yang sekarang sedang dipeluknya tidak mendengarnya.

Beberapa menit telah berlalu. Dan mereka belum juga menyadarinya. Keduanya sama sama menikmati moment ini. Ify, gadis itu yang sekarang sudah mengetahui perasaannya terhadap pemuda yang dipeluknya sekarang merasa nyaman berada di dalam pelukan pemuda itu. Entah mengapa dirinya merasa betah berada di dalam pelukan pemuda yang selama ini ia benci tapi ternyata dia menyayangi juga. PSP Rio terjatuh dari genggaman pemuda itu menyadarkannya dari posisinya sekarang, dengan cepat dia menggeliat pelan dan Ify langsung melepaskan pelukannya. Mereka berdua sama sama salting. Rio menggaruk bagian tengkuknya guna menutupi kesaltingannya. Sedangkan Ify langsung menuju ke sofa yang sebelumnya ia duduki dan berpura pura membaca majalah yang ada di atas meja.

Keadaan di dalam kamar rawat Rio hening. Mereka sibuk dengan memikirkan kejadian yang barusan terjadi. Dengan cepat Rio mengambil PSP’nya kembali dan memainkannya. Sedangkan Ify memilih menonton TV untuk menghilangkan keheningan yang sedang menyelimuti ruangan ini. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kedua insane manusia ini. Hanya ada suara dari arah TV dan bunyi keypad yang dipencet Rio di PSP’nya. Mereka sangat canggung sekali dengan keadaan yang sekarang. Tiba-tiba pintu ruangan Rio dibuka dan muncullah seorang Suster yang langsung masuk ke dalam ruangan Rio.

“Selamat siang Rio. Gimana keadaannya. Udah baikan ???” Tanya Suster itu dengan nada genit  plus centil membuat Rio bergidik.
“Udah lumayan kok sus.” Jawab Rio canggung plus risih.
“Syukurlah. Kamu tetep ganteng yah Yo walaupun dalam keadaan sakit seperti itu.”
“Makasih sus.”
“Andaikan kamu mau jadi pacar saya. Pasti saya cewe paling beruntung tuh Yo bisa dapetin kamu. Dan kalau kamu sakit pasti saya bisa ngerawat kamu di rumah kamu tanpa harus di bawa ke rumah sakit.” Ucap suster itu seraya mengganti tabung infuse Rio yang sudah tinggal sedikit.

Rio yang mendengar kalimat suster itu langsung memasang ekspresi kaget plus syok. Gila aja, jadian sama nih suster. Berondong lovers nih kayaknya. Pikirnya kalut. Benar-benar tidak habis pikir dengan suster yang satu ini. Sejak dirinya masuk rumah sakit ini. Suster inilah yang selalu merawatnya mendampingi Dokter Andi. Dokter yang bertugas merawat Rio.

Sedangkan Ify yang sedari tadi mendengarkan apa yang dibicarakan oleh sang suster dan pemuda itu hanya memasang tampang cengo. Rio habis di godain sama Suster. Apa suster itu sudah kehabisan stok cowok keren plus ganteng sampe-sampe seorang Rio aja menjadi rayuan gilanya itu. Ck. Benar-benar tidak habis pikir. Sepertinya suster yang satu ini sangat amat menyukai cowo yang masih berondong.

“Rio. Itu siapa ??? Pacar kamu ???” Tanya sang suster kemudian.
Rio menoleh kearah gadis yang sekarang sedang sibuk menonton acara televisi. Sepertinya gadis itu tidak perduli dengan pembicaraan dirinya dan sang suster. “Bukan kok Sus. Cuma temen.”
“Oh temen. Rio belum punya pacar kan ??? Sama saya aja Yo. Saya juga masih single kok.” Ucap sang suster seraya mengedipkan sebelah matanya.
“Suster sama dokter Andi aja sus. Kan dokter Andi juga masih jomblo.”
“Gak mau ah. Maunya sama Rio.” Rio tambah memasang ekspresi bingung di sudutkan seperti itu, masalahnya yang ada di depannya ini adalah seorang suster yang akan merawatnya selama dirinya masih berada di rumah sakit ini.
“Hahaha. Suster Cuma bercanda kok Yo. Yaudah kamu istirahat yang banyak biar cepet sembuh. Obatnya nanti sore jangan lupa di minum yah.”
“Siap suster.”
“Yaudah, suster keluar dulu. Kamu jangan kangen sama suster yah Yo.” Ucapnya sebelum menutup pintu kamar Rio. Setelah suster keluar dari ruangannya. Rio langsung menghembuskan nafas lega. Sekarang dirinya bisa kembali bernafas normal. Setelah suster itu keluar, Rio melirik Ify yang sedang menahan tawanya. Dengan cara menutup mulutnya dengan tangannya. Tapi suaranya masih sampai terdengar di telinga Rio. Menyadari bahwa ada yang memperhatikannya, Ify langsung mencari tersangkanya. Ternyata Rio. Pemuda itu menatap dirinya dengan kening berkerut menandakan dia sedang bingung.
“Kenapa.” Tanya ify seraya menatap Rio.
“Mau ketawa ??? Silahkan.” Ucap Rio Sinis.
“Hahaha. Ya lagian loe di godain sama suster. Udah gak ada cowok ganteng lagi yah disini sampe tuh suster godain loe.” Ucap Ify seraya tertawa pelan.
“Jadi maksud loe gue ganteng ???”
“Eh, siapa yang bilang ???”
“Dari pernyataan loe tadi udah ketahuan lagi, kalau loe itu nganggep gue ganteng.”
“Gak. Loe aja yang kepedean. Gue gak bilang loe ganteng.”
“Secara gak langsung loe bilang.”
“Gak.”
“Iya.”
“Gak, Rio.”
“Ck, dasar gadis kepala. Gak mau kalah.” Gumam Rio pelan.
“Loe bilang apa tadi. Coba ulangi.”
“Gak ada replay.”
“Ishh, loe itu bener bener ngeselin banget yah.”
“Gue kan udah bilang emang. Masih nanya lagi.”
“Rrr. Ngomong sama loe gak ada selesainya.”
“Yaudah gak usah ngomong.” Ify hanya melotot mendengar jawaban Rio. Pemuda itu kembali menyibukkan dirinya dengan PSP kesayangannya. Hal itu membuat Ify gemas sendiri dengan kelakuan pemuda itu. Tapi dia hanya memandangi Rio tanpa membalas ucapan pemuda itu.

‘Kalau dilihat lihat, ternyata Rio ganteng juga yah. Kenapa gue baru sadar sekarang yah. Dia jauh lebih manis daripada Gabriel. Bahkan dalam keadaan sakit pun dia masih kelihatan ganteng. Bener kata suster tadi. Rio kelihatan ganteng dalam keadaan sakit begini. Walaupun dalam rambut yang acak acakkan. Tapi hal itu malah membuatnya bertambah keren.’ Batin Ify seraya tersenyum manis memandang Rio. Untung yang ditatap masih sibuk sendiri dengan kegiatannya hingga tak menyadari ada seseorang yang mengaguminya seraya senyum senyum melihat dirinya.

“Itu suster apa cewe loe sih Yo. Gila aja bahasanya. Gak inget dirinya suster apa yah. Dia siapa Yo ???” Tanya Ify memecah keheningan. Dan membuat Rio, pemuda itu mengalihkan perhatiannya dari PSP’nya ke arahnya.
“Ternyata loe dengerin percakapan gue sama Suster Angel Fy. Gue kira loe gak perduli.”
“Gue juga punya telinga kali. Jadi, dia namanya Suster Angel. Ajaib banget.”
“Iya. Dia namanya suster Angel. Gila yah. Gue aja sampe gak nyangka waktu pertama kali ngelihat dia. Masa seorang suster kaya gitu. Eh, ternyata dia Cuma magang.”
“Magang ??? Maksudnya ???”

Sebelum Rio menjawab pertanyaan Ify. Seseorang telah membuka pintu kamar Rio. Rio sudah dag dig dug sedari tadi. Rio dan Ify terus menatap ke arah pintu. Rio sangat berharap kalau yang membuka pintu bukan suster yang tadi. Sedangkan Ify, dia hanya menatap pintu dengan pandangan bingung.

To be Continue >>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*