Rio berhenti sebentar di depan rumah megah milik Ify itu. dirinya ragu untuk masuk ke dalam rumah besar itu. Walaupun Rio mengenal pemilik rumah ini tapi dia masih belum siap mendengar kata cacian yang akan keluar dari mulut Ify. Dengan berat hati, Rio menekan bel rumah yang menempel pada tembok samping pintu rumah itu.
“Eh Rio.” Tanya wanita paruh baya setelah membuka pintu dan menemukan sosok Rio di luar rumahnya. Mama Ify.
“Selamat pagi tante.”
“Pagi juga Rio. Ayo masuk dulu.” Ajak Tante Viona seraya menuju ke ruang tamu. “Ada apa Rio ??? Tumben kamu kesini ??? Sendirian ???” Tanyanya beruntun karena bingung melihat pemuda di hadapannya.
“Iya tante. Rio sendirian. Tadi mama lagi belanja soalnya. Mmm, Ify’nya ada tante.”
“Ify ??? Kamu kenal anak tante Yo ???”
“Iya tante. Rio sama Ify satu angkatan di sekolah.”
“Oh gitu. kenapa gak pernah cerita sama tante. Yaudah, tante panggilkan Ify dulu ya di kamarnya. Lagi belajar kayaknya Yo.”
“Iya tante. Terima kasih.”
Kemudian wanita paruh baya itu yang notabenne adalah mama Ify melangkah menuju ke kamar putri satu-satunya itu. berada di lantai 2 sehingga mama Ify harus melewati tangga rumahnya yang cukup panjang itu. Dilihatnya Ify yang tengah terbaring di kasurnya. Gadis itu sedang membaca novel.
“Ify.”
“Iya ma.”
“Kamu lagi ngapain ??? Katanya mau belajar, kok malah baca novel. Sambil tiduran gitu lagi. Rusak ntar mata kamu.”
“Mama nih kebiasaan deh. iya iya. Nih Ify duduk. Tadi emang habis belajar. Terus bosen. Yaudah baca novel deh.”
“Kamu ini. Jangan baca buku sambil tiduran lagi.”
“Iya mama. mama ngapain ke kamar Ify ??? Biasanya kan mama paling males kalau ke kamar Ify. Alasanya mama gak suka naik turun tangga.”
“Terpaksa mama lakuin. Habis bibi lagi sibuk di dapur. Tuh di bawah ada Rio.”
“Rio ??? Siapa ma ???” Pekik Ify kaget setelah mendengar nama orang yang menyebalkan itu. semoga bukan dia yang dimaksud mama’nya ini. Lagian Rio yang itu kan gak pernah datang ke rumah. Mana mungkin sekarang yang ada di bawah Rio yang itu. tidak mungkin.
“Rio teman seangkatan kamu di sekolah.” Ucap mama menjelaskan. “Itu loh Fy, anaknya tante Manda. Mario Stevano Aditya Haling. Masa kamu gak kenal ???”
“Serius ???”
“Kamu ini. Udah sana di bawah ada Rio tuh. Setelah itu kamu wajib cerita sama mama kenapa kamu gak pernah bilang sama mama soal Rio yang ternyata teman seangkatan kamu. Dia kan anak sahabat mama Fy.”
“Aku aja baru tahu Rio anaknya tante Manda. Ify gak mau ketemu dia. Males. Bilang aja kalau Ify sibuk ma.”
“Kamu ini. Rio udah dateng jauh-jauh pengin ketemu kamu. Kamunya malah kaya gini.”
“Gak mau. Pokoknya Ify gak mau ketemu Rio. Dia itu anaknya nyebelin mama. suka banget gangguin Ify di sekolah. Pokoknya Ify gak mau.”
“Kamu mau turun ke bawah atau uang jajan kamu mama potong.” Ancam mama Ify.
“Ihh mama. bisanya ngancemnya itu aja. Yaudah Ify turun.” Ucap Ify seraya beranjak dari kamarnya dengan face BT.
Dengan terpaksa Ify menuruti permintaan mama tercintanya itu. karena kalau sudah menyangkut uang jajannya, gadis ini tidak akan bisa berkutik. Gadis ini akan luluh setelah mendengar uang jajanya akan di potong. Setelah sampai di bawah, Ify menangkap seorang pemuda yang dilihatnya sedang melihat foto dirinya yang berdiri di meja kecil sebelah sofa.
“Ehem.” Dehem Ify seraya mendekat ke arahnya.
“Hay Fy. Maaf yah aku ganggu.”
“Ganggu ??? Bukan ganggu lagi tapi amat sangat mengganggu.”
“Maaf. Aku kesini Cuma pengin nanya sesuatu sama kamu.”
“Nanya. Emang gak bisa besok lagi hah ??? Tau darimana loe kalo ini rumah gue.”
“Mmm, mama kamu sama mama aku sahabatan Fy. Jadi karena aku sering nganterin mama ke sini jadi aku tahu.”
“Tahu darimana kalo gue anak nyokap gue yang katanya sahabatan sama nyokap loe.” Ucap Ify dengan nada sinis seperti biasanya. “Loe nyogok nyokap gue yah. Atau jangan jangan loe nanya nanya ke nyokap gue.”
“Gak kok. Waktu aku nganterin mama ke sini, aku lihat ada kamu di kebun depan. Tapi kamu gak lihat karena lagi sibuk sama tanaman kamu. Terus mama kamu nunjuk kamu dan bilang kalau kamu anaknya.”
“Oh.”
“Mmm. Aku mau nanya boleh ???”
“Loe udah tahu kan jawabanya. Kalau gue jawab gak boleh, loe juga tetep nekad buat nanya. Ngapain gue jawab.”
“Sebenernya Gabriel ada hubungan apa sih sama kamu ???”
“Gabriel ??? Kenapa jadi bahas dia ???”
“Nanya aja Fy. Ya habis kamu sama dia deket banget.”
“Loe tahu kan kalau gue deket sama dia ??? Terus loe juga tahu kan kalo gue itu lebih suka deket sama dia daripada loe ??? So, ngapain loe masih ngedeketin gue terus.”
“Mmm, Apa sih yang kamu suka dari Gabriel. Dia sama aku apa bedanya coba ???”
“Jelas beda. Beda banget malah. Loe itu kalah jauh sama dia. loe itu sangat amat di bawah dia. gak nyadar banget sih loe.”
“Makanya kasih tahu apa yang ngebedain.”
“Loe mau tau ???” Rio langsung mengangguk dengan cepat. “Dia ganteng. Sedangkan loe. Dia pinter. Sedangkan loe. Dia kapten basket, ketua osis. Sedangkan loe. Dia anaknya baik banget sama gue. Sedangkan loe. Dia selalu nganter jemput gue pake mobil mewah. Sedangkan loe. Dia itu ………”
“Cukup Fy.”
“Udah nyadar ???”
“Jadi gara-gara dia nganter jemput kamu pake mobil mewah kamu jadi suka sama dia ??? Sedangkan aku Cuma pake motor murahan. Sebenernya aku sadar Fy. Aku sama dia beda banget.”
“Kalau udah sadar, ngapain loe masih ngedeketin gue. Hah. Loe itu gak tahu diri banget sih. Gue itu suka sama cowo model Gabriel. Bukan model kaya loe gini. Loe itu sangat amat jauh dari tipe gue. Jadi mending loe pergi jauh dari hidup gue.”
“Tapi aku cinta sama kamu Fy. Aku gak perduli kamu lebih suka sama Gabriel atau suka sama cowo lain. Yang aku tahu, aku cinta kamu. Dan aku akan berusaha buat dapetin hati kamu. Selama kamu belum jadi milik orang lain tentunya.”
“Dan loe tahu. Gara-gara kehadiran loe itu. Gabriel jadi gak pernah nyatain perasaanya sama gue. Dan gue juga gak bisa deket sama dia gara gara ada loe yang selalu mengganggu gue sama Gabriel. Loe gak sadar juga hah ???”
“Aku gak akan pernah ngelepasin kamu buat cowo kaya Gabriel Fy. Dia itu playboy. Dan aku gak akan pernah ngebiarin kamu disakiti sama dia.”
“Heh. Loe denger yah. Gabriel itu baik. Dia baik banget sama gue. Dan dia itu bukan cowo playboy. Jangan asal nuduh loe. Mendingan loe pulang sana.”
“Tapi ……”
“udah ahh, gue bosen sama loe. loe selalu aja muncul dalam kehidupan gue. Gue tuh gak suka sama kehadiran loe Rio. Sadar kenapa sih.” Ify menatap Rio dengan tatapan kebencian dan Rio hanya membalas tatapan itu dengan tatapan hangatnya yang selalu ia tunjukkan untuk gadis ini.
“Gue males banget suruh nemenin loe disini. udah sana mendingan loe pulang. Gue sibuk. Masih banyak kerjaan yang harus gue selesaiin.” Rio masih diam seraya menatap Ify dengan tatapan hangatnya. Dan itu membuat Ify bertambah benci dengan pemuda ini. “Ck, loe denger gak sih. Loe pulang sana. Gue sibuk.”
“Ify. Kamu kok gak nyiapin minuman untuk Rio sih ???” Ucap sang mama yang entah sejak kapan sudah berada di samping Ify.
“Males.”
“Ya kalau males bilang sama bibi dong. Kasihan kan Rio’nya gak di kasih minum. Rio biar tante bikin minuman dulu buat kamu ya.”
“Gak usah tante. Rio juga mau pamit. Udah lama juga disini.”
“Loh kok pamit. Kan belum ngobrol sama tante. Terus belum disiapin minuman juga Yo. Biar tante siapin minumannya dulu yah.”
“Gak usah tante. Tadi udah di suruh jangan lama-lama pulangnya. Yaudah tante, Rio pulang aja yah.”
“Ify. Itu Rio’nya di suruh duduk lagi aja. Biar mama siapin minum dulu.” Ucap mama Ify kepada Ify yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya tanpa menghiraukan mamanya dan pemuda di hadapannya.
“Yaudah lah ma. Orang mau pulang kok di larang. Loe mau pulang kan ??? Yaudah pulang aja sana. Gak usah cari perhatian nyokap gue loe.”
“Ify. Kamu itu apa-apaan sih. Kasihan Rio’nya kan. Maaf yah nak Rio. Ify emang suka begitu. Yaudah duduk dulu lagi aja. Tante pengin ngobrol sama kamu.”
“Maaf tante. Tapi emang sebaiknya Rio pulang aja. Kapan-kapan aja yah tante ngobrolnya. Yaudah tante. Rio pamit dulu. Fy, aku pamit dulu.” Ucap Rio seraya menyalami tangan mama Ify dan langsung keluar menuju ke motornya di depan rumah Ify.
“Iya Rio. Hati-hati nak.” Ucap Mama Ify seraya melepas kepergian Rio.
“Ify.” Panggil mama Ify kepada Ify yang ingin menaiki tangga rumahnya itu setelah Rio beranjak dari rumahnya.
“Ada apa ma.”
“Sini kamu. Mama mau bicara sama kamu.”
Dengan terpaksa gadis ini mengikuti perintah mama’nya. Kalau tidak di turutin uang jajan lagi yang jadi korbanya. Dan dia tidak mau jika itu terjadi. Dengan malas dirinya berjalan menuju kearah mamanya yang duduk di sofa ruang tamu dan Ify langsung duduk di depan mama’nya dengan malas.
“Kenapa sih ma. Ify cape mau tidur.”
“Siapa yang mengajari kamu tidak sopan dengan tamu seperti itu hah.”
“Maksud mama apaan sih.”
“Ify. Rio itu anak sahabat mama. dan kamu sudah memperlakukan dia kurang ajar seperti itu. ada masalah apa kamu sama dia. Kqmu gak berhak untuk bicara seperti itu sama Rio, Ify. Kamu itu udah gede. Udah tahu cara sopan santun itu seperti apa. Nanti kalo tante Manda tau kelakuan kamu bagaimana. Mama yang malu Ify.”
“Kalo tante Manda tahu, yaudah berarti Rio yang cerita. Dia kan anaknya emang nyebelin ma.”
“Ify.” Bentak mama’nya dan langsung membuat Ify diam seketika. “Sebenernya ada masalah apa kamu sama Rio. Kenapa kamu seperti tidak suka seperti itu dengan pemuda itu.”
“Mama. Rio itu anaknya nyebelin banget mah. Dia selalu mengganggu Ify di sekolah. Bukan Cuma di sekolah, di luar sekolah juga sama. Dia itu mengganggu hidup Ify ma. Ify gak suka.”
“Jadi Rio menyukai kamu ???”
“Yah sepertinya seperti itu. Dia selalu cari perhatian Ify ma. Selalu bawain roti coklat lah, bawain minuman lah, nawarin ke kantin bareng lah, ngajak ngobrol lah. pokoknya Ify gak suka sama kehadiran Rio. Ify benci sama dia.”
“Ify. Bukanya menyukai seseorang itu hal yang wajar ???”
“Wajar ma. Tapi kan dia tahu kalau Ify itu gak suka sama dia. udah di tolak berkali-kali masih ngedeketin aja. Kan jadi sebel sendiri. Dan dia juga tahu kalo Ify Cuma suka sama Gabriel.”
“Gabriel ???”
“Iya mah, Gabriel. Ituloh cowo yang suka nganterin Ify pulang.”
“Jadi kamu sukanya sama dia ???”
“Iya.”
“Kamu yakin itu perasaan suka ???”
“maksud mama ???”
“Yang mama lihat tidak seperti itu. Kamu tidak bahagia dengan Gabriel. Yang mama lihat, kamu Cuma kagum sama anak itu.”
“Mama kok ngomong gitu. Ify emang suka sama Gabriel. Bahkan sangat suka. Gabriel kan juga sopan ma anaknya. Bukanya mama suka sama Gabriel ???”
“kalau di bandingkan dengan Rio masih sopan Rio kemana-mana Fy. Mama gak terlalu suka sama Gabriel. Malah mama lebih suka sama Rio.”
“Kenapa bahasnya jadi Rio deh ma ???”
“Ya emang gitu kenyataanya sayang. Mama lebih suka ngelihat kamu bareng sama Rio daripada sama Gabriel.”
“Karena orang tua Rio sahabat mama ??? Iya ???”
“Ya bukan Cuma itu. tapi ……”
“Udah lah ma. Ify capek mau istirahat. Mama gak usah berharap Ify sama Rio. Ify gak suka sama Rio. Yang Ify suka itu Gabriel.”
“Ify. Tapi itu Cuma perasaan sesaat kamu. Sebenernya ………”
“Ify istirahat dulu ma. Dah mama.” Ucapnya seraya berlari kearah kamarnya.
***************
Semenjak pulang dari rumah Ify tadi. Rio hanya mengurung diri di kamar. Bukan marah ataupun ngambek. Tapi pemuda ini sedang merenungi kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu. kata-kata yang paling dia ingat adalah sederet kata yang berisi perbandingan dirinya dengan Gabriel.
‘Dia ganteng. Sedangkan loe. Dia pinter. Sedangkan loe. Dia kapten basket, ketua osis. Sedangkan loe. Dia anaknya baik banget sama gue. Sedangkan loe. Dia selalu nganter jemput gue pake mobil mewah. Sedangkan loe.’ Cukup satu paragraph yang keluar dari mulut gadis cantik itu tapi menimbulkan efek yang sangat terasa untuk hatinya. Bahkan ini lebih menyakitkan dibandingkan dengan kata-kata kasar yang sering di ucapkan oleh gadis itu.
Apa salahnya jika dirinya menggunakan motor dan tidak mempunyai mobil semewah punya Gabriel yang merupakan mobil keluaran terbaru itu. toh, dia juga masih bisa mengantar gadis itu kemanapun. Walaupun jika panas, gadis itu akan merasakan kepanasan, dan jika hujan, gadis itu akan kehujanan karena dirinya menggunakan motor. Tapi itu kan tidak berpengaruh.
Gabriel ganteng. Dirinya juga ganteng. Bahkan lebih ganteng dari Gabriel. Ify saja yang selalu melihat sisi negative’nya. Makanya dia tidak bisa melihat bahwa dirinya juga ganteng. Ck. Gabriel anaknya baik banget. dirinya jauh lebih baik. Buktinya, pemuda ini rela membelikan apa saja untuknya, tapi mengapa gadis itu menganggap dia tidak baik.
Dia kapten basket dan ketua osis. Yaps, itu memang benar. Gabriel memang ketua osis dan kapten basket di sekolahnya. Dirinya juga kapten basket. Di sebuah club malah. Lebih hebat daripada jabatan Gabriel yang hanya di sekolah. Ketua osis. Yaps. Gabriel memang ketua osis. Tapi dirinya juga ikut osis. Walaupun Cuma menjadi sekretaris osis. Tapi dirinya juga pernah menjadi ketua osis waktu di SMP’nya dulu.
Tapi dia tidak ingin Ify mengetahui itu semua. Dia tidak ingin gadis itu menganggap dirinya ada hanya karena dirinya menjabat sebagai ketua team basket di sebuah club. Dirinya juga tidak ingin gadis itu tahu jika dia pernah menjadi ketua osis dulu di SMP’nya. Dan Rio juga tidak ingin memberitahu Ify bahwa dirinya selalu masuk 5 besar pararel di sekolahnya itu. Dari SD. Dirinya selalu masuk peringkat 5 besar pararel. Bahkan yang ia dengar Gabriel selalu menjadi peringkat di bawahnya. Pemuda itu tidak pernah menduduki peringkat 1, 2, 3, 4 ataupun 5. Pemuda itu selalu mendapat peringkat 10 ke bawah. Masih pintar dia kan ???
***************
Setiap harinya hanya ini yang pemuda ini lakukan. Yaps. Memikirkan Ify tentunya. Sudah menjadi kebiasaan untuk dirinya. Dan pemuda ini tidak pernah lupa. Seperti hari ini. Pagi harinya Rio selalu menyiapkan roti coklat plus minuman untuk gadis itu. tapi seperti biasa juga, gadis itu selalu menolaknya tanpa berniat menerimanya atau sekedar menolaknya dengan bahasa yang halus. Dan setelah jam istirahat berbunyi nyaring pemuda ini langsung menuju ke kelas Ify untuk pergi ke kantin bersama. Tapi gadis itu menolaknya dan lebih memilih pergi dengan Gabriel. Seperti biasa.
Dan sekarang. Pemuda ini sedang berdiri di luar ruangan. Ruangan khusus untuk latihan cheers siswi siswi SMA Star. Tentunya dengan minuman di tangannya. Seperti biasa yang dilakukan Rio. Yakni menunggu Ify sampai gadis itu selesai latihan dan dengan perhatiannya dirinya memberikan minuman itu untuk Ify. Entahlah, apakah reaksinya akan sama seperti biasa atau ada keajaiban yang datang sehingga gadis itu menerima pemberiannya.
Beberapa saat kemudian, pintu ruang cheers terbuka. Dan anak anak cheers masih lengkap dengan seragamnya berbondong keluar ruangan. Dengan langkah percaya dirinya. Pemuda ini masuk dan langsung melihat Ify sedang duduk bersama dengan ketiga sahabatnya. Seperti biasa. Rio langsung menghampiri dan membuat ketiga sahabat Ify langsung berbondong-bondong pamit untuk pulang ke rumahnya. Ck. Selalu begitu.
“Ngapain lagi sih.” Tanyanya dengan nada ketus seperti biasa.
“Nih.” Jawabnya dengan menyodorkan minuman yang sedari tadi di pegangnya. “Haus kan ??? Minum dulu gih. Ntar dehidrasi.”
“Ck. Gak ada kata-kata lain apa selain itu. Emang loe gak punya kerjaan yah. Setiap harinya selalu mengganggu gue.”
“Gak ada. Makanya aku bela belain nunggu kamu.”
“Gak ada yang nyuruh.”
“Iya sih. Yaudah nih minum dulu.”
“Gak. Gue bawa minumannya. Jadi loe gak usah sok care. Ok.”
“Tapi ……”
“Ify.”
Suara panggilan itu menghentikan ucapan Rio. Tentu saja dia dan gadis itu langsung mengedarkan pandangannya mencari orang yang memanggil nama itu. setelah tahu siapa yang memanggil nama itu. Rio langsung melengos. Sedangkan Ify. Matanya berbinar melihat orang itu. dan senyumnya mengembang dari bibirnya. Senyuman yang sangat manis tentunya.
“Hay Gabriel. Sini.”
“Pulang bareng yuk. Udah selesai kan latihannya ???” Tanyanya kepada Ify tanpa memperdulikan Rio yang sedang menatapnya dengan pandangan tak suka.
“Udah kok. Baru aja selesai. Yuk pulang.” Jawab Ify seraya mengambil tas’nya tanpa memperdulikan Rio yang masih berdiri di sebelahnya.
“Dan buat loe. jangan pernah ganggu Ify lagi. Ngerti. Loe itu gak akan bisa dapetin dia. karena loe itu bukan level’nya. Mundur aja loe.” Ucap Gabriel kepada Rio.
“Mundur ??? Sorry. Gue gak bisa ngabulin permintaan loe. gue gak akan nyerah buat dapetin Ify.”
“Ck. Loe lihat dong. Ify itu gak pernah ngerespon semua tindakan loe. percuma juga loe nungguin dia. buat apa ??? Mau loe nungguin satu abad lagi juga Ify gak akan pernah suka sama loe. Iya kan Fy ???”
“Iya.” Jawab Ify singkat seraya menatap Rio yang sedang menatap Gabriel dengan pandangan sangat tidak suka.
“Tuh denger kan ??? Pergi jauh jauh loe. Gue kasih tips nih buat loe. kalau loe mau ngedeketin Ify mendingan loe jadi presiden dulu deh, atau kalau gak loe beli hotel bintang lima dulu. Baru loe ngedeketin Ify lagi. Hahaha.”
“Dan gue rasa, hanya orang gila yang akan nurutin permintaan loe itu. Dan gue gak gila. Mungkin loe sendiri yang akan melakukan hal gila itu. karena yang gila disini bukan gue. Tapi elo.” Jawab Rio menantang.
“Loe.” Bentak Gabriel emosi dan siap melayangkan tangannya untuk memukul Rio tapi tangannya di tahan oleh tangan Ify. Sehingga membuatnya menurunkan tangannya.
“Udah Gabriel. Kita pulang aja yuk. Gak penting juga disini.”
“Awas loe.” Ucap Gabriel seraya keluar ruangan karena lengannya di tarik oleh Ify.
“Sampai kapan loe memperlakukan gue kaya gini Fy ??? Sampe kapan loe mau menganggap keberadaan gue. Sampai kapan ??? Gue gak percaya kalau gue bakalan tahan di perlakukan kaya gini sama loe. 4 bulan Fy. Dan selama itu loe memperlakukan gue seakan-akan gue bukan orang yang wajib diketahui keberadaannya. Loe selalu nyakitin hati gue Fy. Loe gak pernah pengin tahu perasaan gue yang sebenernya itu kaya apa.” Gumam Rio miris.
To be Continue >>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*