Senin, 19 Agustus 2013

Gue Kena Karma - Part 2 (RIFY)

Merenungi semua kejadian yang selama ini terjadi dalam kehidupannya adalah hal yang biasa dilakukan oleh Rio. Mario Stevano Aditya Haling. Seorang pemuda hitam manis dengan memiliki senyuman yang membuat siapa saja ikut tersenyum jika melihatnya. Entahlah. Sepertinya kata siapa saja tidak cukup memuaskan. Bahkan gadis pujaannya saja tidak suka dengan senyumannya. Bahkan mungkin gadis itu marah jika dirinya muncul tepat di hadapan gadis itu. ck. Rio sedikit menyesali dengan semua yang udah pernah terjadi.

Dirinya memflashback ingatanya. Dimana saat 4 bulan yang lalu. Rio bersama Ify tentunya. Di kantin sekolah saat jam istirahat tiba. Dimana saat itu Rio pertama kali mengalami love at the first sight dengan gadis itu. dimana saat itu Rio tengah duduk minum dan makan pesananya bersama dengan sahabatnya yang menemaninya saat itu. kemudian secara tidak sengaja. Matanya menangkap siluet indah yang datang bersama ketiga temannya kearah kantin. Dirinya sampai lupa jika dirinya sedang berada di kantin sekolah.

Matanya seakan terhipnotis dengan gadis yang memimpin di depan ketiga temannya itu. ketiga temannya itu hanya berdiri di belakang gadis itu. kemudian dirinya sadar saat sebuah suara mengagetkannya.

“Biasa aja dong ngelihatinya. Gak usah sampe kaya orang bego kaya gitu, walaupun gue tahu loe bego. Tapi gak seharusnya loe masang tampang bego di depan temen-temen loe kan ???”

Sebuah suara yang mengagetkan ternyata berasal dari suara sang gadis yang sedari tadi menjadi objek indah matanya. Walaupun kata-katanya cukup pedas di dengar di telingannya. Tapi dirinya sangat kagum dengan semua yang ada di gadis itu. matanya terus menatap gadis itu sampai keempat gadis cantik itu duduk di bangku kosong dekat dengan mejanya. Entah kenapa. Perasaan senang saat melihat sang gadis langsung menggeliat di dalam hatinya. Perasaan bahagia karena dirinya bisa melihat seorang bidadari cantik tanpa selendang itu.

Keesokan harinya dengan keberanian yang dia miliki. Dia datang ke kelas sang gadis hanya ingin mengetahui namanya. Walaupun dirinya bisa saja bertanya kepada teman-temannya. Tapi dirinya ingin mendengar dari mulut gadis itu langsung. Walaupun sempat di buat kaget dengan kata-kata yang keluar dari mulut gadis cantik itu, tapi seenggaknya dirinya sudah tahu nama gadis itu. Ify. Allyssa Saufika Umari. Nama yang cantik, secantik orangnya.

Mengingat itu. Rio jadi tersenyum lagi. Pemuda ini memang selalu tersenyum jika mengingat gadis pujaanya. Entah sampai kapan perasaannya akan dibalas juga oleh sang gadis. Dirinya ingin sekali gadis itu menganggap dirinya orang yang special seperti Ify menganggap Gabriel orang yang special di hatinya. Mengingat nama itu lagi membuat dadanya terasa sesak lagi. Pemilik nama itu adalah orang yang sudah merebut Ify darinya. Dan karena mengingat nama itu pula Rio jadi ingin membandingkan dirinya dengannya. Tentu saja seperti langit dan bumi.
Gabriel. Ketua osis. Sedangkan Rio hanya anggota osis biasa yang menjabat sebagai sekretaris. Gabriel. Kapten basket. sedangkan Rio. Di sekolah itu dia hanya menjadi penonton jika ada pertandingan. Ingat. Di sekolah itu dia menjadi penonton. Bukan berarti Rio tidak bisa bermain basket. dia juga sangat mahir. Tapiii … ah, biar kalian tahu sendiri seperti apa kemampuan Rio dalam basket sebenernya.

Gabriel. Dia tampan, mempunyai alis yang tebal, mata yang terang, dan lesung pipit di kedua pipinya. Kulitnya putih bersih dan mempunyai badan yang atletis. Idaman semua wanita. Sedangkan Rio. Dia hanya pemuda biasa yang mungkin lebih banyak masuk kategori tampan tapi masih di bilang biasa jika di sandingkan dengan Gabriel. Kedua alisnya yang cukup tebal hampir menyatu. Mata yang sayu dan sama sekali tidak menarik, kulitnya yang putih tetapi tidak seputih Gabriel dan mempunyai badan yang masuk kategori biasa saja. Tidak kurus dan tidak gendut. Tidak pendek dan tidak terlalu tinggi seperti kebanyakan olahragawan lainnya. Masuk dalam kategori biasa. Mengingat itu hati Rio kembali sesak. Sesak karena mengalami kenyataan Ify lebih mengganggap Gabriel daripada Rio disisinya.

Lamunanya terbuyar karena mendengar suara pintu yang diketuk. Setelah menjawab dengan kata ‘Masuk.’ Wajah mamanya telah Nampak di pintu setelah pintu terbuka. Dengan memasang senyum manisnya Rio memandang sang mama heran karena sang mama terus terusan melihatnya dengan senyuman yang tidak biasanya.
“Anak mama lagi jatuh cinta ya.” Tebak mama Rio.
“Apaan sih mama. jatuh cinta sama siapa coba.” Elak Rio.
“Pake bohong segala lagi. Buktinya mama dari tadi manggil kamu tapi kamu malah gak denger dan gak menjawab ucapan mama. tandanya kamu lagi ngelamun dan lagi gak konsen kan ???”
“Iya ma. Aku lagi gak konsen. Tapi bukan berarti Rio lagi jatuh cinta kan ???”
“Apalagi yang kamu lamunin kecuali tentang cewe Yo ??? Anak mama yang satu ini udah mau 17 tahun kan umurnya. Udah tahu tentang cinta sama gadis semacamnya dong ???”
“Mama apaan deh. Mama kenapa ke kamar Rio ma ???” Tanya Rio berusaha mengalihkan pembicaraanya dengan sang mama.
“Oiya mama lupa. Itu di bawah ada temen kamu. Haduuh lupa nih mama. udah sana temuin. Udah nunggu lama tuh. Kasihan.”
“Yah lagian mama yang salah. Mama yang ngajakkin Rio ngobrol duluan. Emangnya siapa ma ???”
“Kamu lihat sendiri sana Yo.”
“Yaudah. Rio ke bawah dulu ma.”

***************
“Loe Vin. Ada apa ???” Tanya Rio kepada tamu yang sekarang duduk di sofa ruang tamu yang ternyata adalah sahabatnya sendiri. Alvin. Alvin Jonathan Sindunata. Rio langsung menghampirinya dan duduk di depan sahabatnya itu.
“Lama amat turunnya. Lagi ngapain sih loe ???”
“Sorry, tadi gue ngobrol dulu sama nyokap. Ada keperluan apa Vin ???”
“Yaela Yo. Kalau gue kesini harus ada keperluan dulu yah.”
“Ya gak juga. Ya terus mau ngapain ???”
“Basket yuk.” Ajaknya langsung.
“Basket ??? Dimana ???” Tanya Rio bingung mendengar ajakan sahabatnya. Bukanya anak ini selalu tidak mau bermain basket di luar club’nya yah. Tapi sekarang kenapa malah ngajakkin gue. Pikirnya bingung.
“Di club dong. Masa di luar club. Ogah gue.”
“Oh. Makanya gue bingung, tumben loe ngajakkin gue basket di luar jam latihan kita. Emangnya boleh latihan di club di luar jam latihan ???”
“Boleh. Tadi gue udah ijin. Buruan sana ganti baju. Gue lagi pengin basket nih.”
“Iya iya. Tunggu bentar.” Ucapnya seraya menuju ke kamarnya di lantai 2 untuk bersiap menuju ke Club.

Yaps. Club. Rio dan Alvin ikut dalam anggota club tersebut. Club Basket Batavia. Mereka berdua memang sengaja merahasiakan ini semua. Hanya orang tertentu yang mengetahui jika kedua anak ini mengikuti club basket di luar sekolah. Hanya orang tua Rio, orang tua Alvin, dan teman-teman seangkatan mereka di club.
Alasan mengapa mereka merahasiakan ini semua adalah mereka hanya ingin semua orang menganggap mereka hanya anak  biasa. Anak yang hanya memiliki beberapa kelebihan yang dimilikinya. Mereka tidak ingin sekedar di kagumi. Tapi mereka juga ingin mendapat tempat istimewa di hati teman-temannya. Bukan Cuma sekedar orang yang mempunyai kelebihan di bidangnya dan maka dari itu teman-temannya menganggap keberadaanya. Bukan seperti itu yang mereka inginkan.
Di club basket itu. jabatan Rio bukan Cuma sekedar anggota biasa. Tapi dia adalah pemimpin di club tersebut. ketua club tepatnya. Kalian tidak menyangkan kan ??? Seorang Rio yang di sekolah hanya siswa biasa ternyata adalah orang yang memimpin sebuah club. Dimana di dalamnya terdapat banyak anggota. Bahkan anggota club tersebut terdapat 100 orang lebih. Dan di antara mereka semua yang mendapat kesempatan memimpin club adalah Rio. Mario Stevano Aditya Haling. Putra kedua dari Bapak Haling dan Ibu Manda.
Tapi itulah Rio. Dia dan sahabatnya hanya ingin di anggap keberadaanya oleh teman-temannya sebagai orang yang special di hati mereka. Bukan Cuma sekedar sebagai orang yang mereka kagumi. Kedua anak ini tidak suka di kagumi. Tapi kedua anak ini paling suka mengagumi seseorang. Dan kalian harus tahu. Alvin ternyata punya seseorang yang ia kagumi selama ini.
“Udah siap ??? Yuk berangkat sekarang bro.”
“Ayo.”

***************
Rio dan Alvin langsung bermain di lapangan tengah club tersebut. club tersebut mempunyai lapangan yang sangat banyak. Ruanganya juga sangat luas. Bahkan terdapat lapangan yang khusus untuk bertanding. Dimana kursi penonton terdapat mengelilingi lapangan tersebut. dan terdapat pula lapangan yang khusus untuk mengadakan pertandingan individu yang tanpa penonton. Di lapangan itu hanya ada 5 bangku di tepi lapangan. 5 bangku itu untuk 5 juri yang akan menilai pertandingan individu mereka tersebut. serta ada juga lapangan yang khusus untuk latihan para anggota club tersebut sesuai dengan jam latihannya.
”Gue denger dari anak-anak. Loe tadi gangguin tuh cewe lagi ???” Tanya Alvin di sela-sela permainanya.
“Cewe ??? Siapa ???”
“Gak usah pura-pura. Cewe yang loe gangguin siapa lagi kalo bukan Ify.”
“Oh dia. gue gak gangguin kok. Itu emang kebiasaan gue kan ???”
“Kebiasaan yang selalu bikin loe galau ???”
“Galau sih pasti. Tapi gue seneng bisa deket sama dia.”
“Ck. Loe kapan berhenti gangguin dia lagi sih bro ??? Dia itu gak suka sama loe. dia itu Cuma suka sama Gabriel. Ketua osis sekolah kita itu. ngapain sih loe masih ngejar ngejar tuh cewe terus.”
“Gue kan udah bilang. Gue gak akan mundur gitu aja selama Ify belum jqdian sama cowo manapun.”
“Ck. Dasar keras kepala. Loe itu udah berapa kali sih kena masalah sama guru ??? Cuma gara-gara loe sama Gabriel memperebutkan cewe gila itu. dan lagi-lagi loe yang kena. Kenapa ??? Karena Gabriel ketua osis. Dan guru lebih mendengar penjelasan Gabriel daripada loe.”
“Itu kan gue gak salah. Loe juga tahu kan ???”
“Gue tahu Yo. Tahu banget malah kalo loe itu gak salah. Tapi yang lainnya ??? apa mereka tahu kalo loe gak salah ??? Loe Cuma siswa biasa di sekolah itu. jabatan loe Cuma sebagai sekretaris di OSIS. Itu gak special kan ??? Jadi loe gak usah banyak tingkah.”
“Iya iya iya. Loe udah berapa kali sih ngomong kaya gitu ??? Bosen gue dengernya.”
“Ck. Di bilangin malah gak mau.”
“Bukanya gak mau. Tapi bukanya loe juga ngelakuin hal yang sama kaya gue ??? Loe mengagumi Sivia yang notabenne adalah sahabat deket Ify tanpa dia tahu loe menyukainya ??? Itu sama aja kan Vin.”
“Beda lah. kalo gue kan gak jujur sama dia. Gue juga gak pernah memperebutkan dia sama cowo manapun. Dan gue gak pernah dapet masalah sama guru.”
“Karena loe gak pengin Sivia tahu loe mengaguminya ??? Iya kan ??? Pengecut loe. Cuma berani dari belakang doang bisanya.”
“Mending gue. Daripada loe. selalu di cuekkin sama cewe yang loe kagumi itu. itu yang bikin gue takut Yo. Gue gak mau Sivia benci sama gue, kaya Ify yang gak suka sama kehadiran loe.”
“Tapi seenggaknya kita tahu perasaan dia kaya gimana Vin.”
“Setelah tahu dan di tolak loe masih ngedeketin dia gitu ??? Kalo gue jadi elo udah mundur dari pertama.”
“Terserah loe. yang jelas gue bukan elo. Gue bukan orang yang mudah gitu aja nerima keputusan dari cewe yang gue sayang. Gue bakalan mempertahankan dia. sampai ada cowo yang merebut dia dari gue.” Jawab Rio dengan tegas membuat sahabatnya hanya geleng geleng kepala tanda ia tak mengerti dengan pemuda yang satu ini.
“Yayaya. Terserah elo deh.”

Mengagumi seseorang tanpa di kagumi kembali. Menyakitkan bukan ??? Kita mengagumi seseorang dan orang itu tahu kita mengaguminya. Tapi dia malah bersikap yang sangat menyakitkan kepada kita. Bukan sikap manis yang sering kita tunjukkan padanya, tapi malah sebaliknya. Menyakitkan dan sangat memiriskan. Bukanya cinta itu tidak kenal kata menyerah ??? Jika seseorang belum mendapatkan cintanya, seseorang itu akan terus nekad mempertahankan cintanya itu. walaupun akan selalu menyakitkan hatinya sendiri. Itulah cinta. Membutakan segalanya.

Sedangkan mengagumi seseorang tanpa seseorang itu tahu. apa itu tidak menyakitkan juga ??? Sampai kapan kita akan menyembunyikan perasaan itu. sampai orang itu tahu kalau kita mengaguminya. Sangat mustahil. Orang itu akan tahu kita mengaguminya jika kita memberikan sinyal yang jelas kepadanya. Sinyal berupa pendekatan dan sikap perhatian yang kita tunjukkan. Bukankah begitu ??? Jika kita terus tetap diam, kapan dia akan tahu ???

Yaps. Mengagumi seseorang tanpa orang itu tahu maupun orang itu tahu tapi dia tidak punya perasaan yang sama dengan kita memang sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan. Tapi itulah cinta. Cinta yang membuat semuanya menjadi gila. Bahkan akal sehat kita aja jika sudah mengenal cinta akan berubah menjadi tidak sehat. Kita akan melakukan apapun untuk mendapatkan cinta kita itu. bukankah begitu ???

***************
Hari ini adalah hari minggu. Semua orang terbebas dari aktifitas yang biasa mereka lakukan. Tapi tidak dengan pemuda yang satu ini. Rio. Dirinya sedang sibuk menyiapkan diri untuk datang ke rumah Ify. Gadis yang ia kagumi sudah dari 4 bulan yang lalu itu. ini pertama kalinya dirinya akan datang ke rumah sang gadis untuk bertemu dengannya secara langsung. Rio memang tahu siapa orang tua Ify. Bahkan pernah bertemu sebelumnya. Tapi itu di rumahnya. Pemuda ini tidak pernah masuk ke rumah Ify. Hanya melihat saja dari luar. Karena pemuda ini yakin, bahwa jika ia nekad maka Ify akan mengusirnya. Tapi sekarang ia tak perduli.

“Mau kemana Yo ???” Tanya sang kakak yang sedang membaca buku di ruang keluarga rumahnya itu.
“Mau ke rumah temen kak. Mama mana ???”
“Mama lagi belanja sama bibi. Mau ke rumah temen apa gebetan ???” Goda sang kakak.
“Kak Chelsea apaan sih. Mau ke rumah temen lah.”
“Pake boong lagi. Kak Chelsea juga tahu kamu lagi suka sama siapa Yo ??? Baru kelas 2 SMA udah pacar-pacaran.”
“Memangnya kak Chelsea gak pacaran ??? Terus kak Vano siapa ???”
“Kakak jadian sama kak Vano kan baru beberapa bulan ini Yo. Memangnya kamu, yang dari kecil udah kenal pacar pacaran.”
“Yang ada kak Chelsea tuh. Udah yah kak. Aku berangkat dulu. Nanti bilangin sama mama. aku mau ke rumah tante Viona.”
“Ke rumah tante Viona ??? Tuh kan, ketahuan. Kamu mau ketemu sama Ify kan ??? Masa kamu mau ketemu sama tante Viona’nya.”
“Kepo banget sih kakak. Udah ah, aku berangkat. Jangan lupa bilangin mama.”
“Pulangnya jangan lama-lama Yo.”
“Iya kak.”

Chelsea. Chelsea Marcelina Haling. Putri pertama dari bapak Haling dan Ibu Manda. Kakaknya Rio. Gadis manis dengan wajah seperti orang China dan mempunyai mata yang sipit. Persis seperti ibunya. Cantik. Gadis ini sudah menduduki kelas perkuliahan. Sudah semester 5 tepatnya. Dan Vano, pemuda yang berhasil merebut hati kakak Rio yang satu ini. Mereka sangat serasi.
Dan mereka sangat mahir menghadapi masalah yang datang di antara keduanya. Tidak pernah sekalipun ada pertengkaran hebat di antara keduanya. Sungguh menyenangkan jika melihat pasangan yang satu ini. Chelsea yang sudah mengenal baik keluarga Vano membuat hubungannya semakin lancar saja. Sebaliknya. Vano juga sudah mengenal baik keluarga Chelsea dengan baik. Bahkan dia sudah menganggap Rio adiknya sendiri.

To be Continue >>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*