sorry banget baru muncul yaaaaa, aku lagi sibuk soalnya.
gue bawa cerbung yang udah lama banget nih, tapi ini pemainnya RIFY.
buat Rio sama ify gue pinjem nama kalian yaaaaa ^^
happy reading teman teman .. semoga kalian menyukainnya !!!
Karma. Satu kata yang sangat membahayakan bagi semua orang yang pernah mengalaminya. Mungkin kita pernah berbuat sesuatu yang membuat hukum karma itu jadi berlaku. Khususnya untuk urusan hati. Dimana hati sedang bertarung untuk selalu menghindar dari orang yang mungkin di takdirkan untuk kita. Untuk kita yang akhirnya melahirkan sesuatu yang menurut kita berbahaya untuk hati kita sendiri.
Seseorang yang tiba-tiba hadir di hidup kita tanpa kita mengharapkannya. Akankah sebuah kalimat yang mengatakan bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan seseorang yang mungkin punya perasaan kepada kita dan mau melakukan apapun untuk kita tanpa kita mengharapkan kedatangannya masih berlaku. Dan jika itu dilanggar maka hukumannya akan jauh lebih menyakitkan dari hanya sekedar putus cinta. Sepertinya memang benar masih berlaku jika tidak ingin mengalami tekanan batin dan tidak ingin menyiksa diri sendiri.
Mungkin sama dengan yang dilakukan dengan pemuda tampan ini. Mario Stevano Aditya Haling. Dirinya biasa di sapa dengan Rio. Pemuda tampan yang mempunyai wajah yang sangat menawan ini sudah lama menyukai seorang gadis yang bernama Ify. Allyssa Saufika Umari.
Ify. Gadis cantik yang selalu menjadi kebanggaan sendiri bagi sekolahnya kini. Yakni SMA Star. Yah seperti nama sekolahnya. Star. Dirinya seperti bintang di sekolahnya kini. Cantik, baik, ramah, sopan santun, anggun, dan juga pintar. Siapa sih pemuda yang tidak tertarik dengan gadis yang satu ini.
Salah satunya yah si Rio ini. Dia selalu saja mendekati Ify. Walaupun gadis itu Nampak cuek dan sangat tidak perduli dengan dirinya. Tapi pemuda tampan ini tidak pernah putus asa dengan kelakuan sang gadis yang seperti menjadi kebiasaan untuk pemuda ini. Seperti saat ini.
Rio dengan setia membeli roti coklat kesukaan Ify. Sudah menjadi kebiasaan jika Rio selalu membeli roti coklat untuk pujaan hatinya itu. sepertinya semua orang juga sudah mengerti kebiasaan Rio yang satu ini. Rio dengan langkah cepat menuju ke ruang kelas Ify. Begitu pemuda tampan ini masuk Ify langsung tahu jika pemuda datang untuk menemuinya. Dan gadis ini sudah muak dengan ulah Rio yang sok perhatian itu. padahal dirinya selalu menolak semua pemberian pemuda itu.
“Fy. Ini aku bawain roti coklat kesukaan kamu.” Ucapnya seraya menyodorkan beberapa bungkus roti.
“Makan aja sendiri.”
“Please. Kali ini aja kamu terima. Rotinya bersih kok, higenis juga. Jadi gak papa kalau di makan.”
“tetep aja gue gak mau terima. Mau rotinya bersih kek. higenis kek. perduli gitu.”
“Kamu belum makan kan ??? Ini aku bawain buat kamu.”
“Gue udah makan. Ngerti. Jadi gak usah sok baik.”
“Fy.”
“Udah deh Yo. Kenapa sih loe selalu aja cari perhatian gue. Gue kan udah bilang gue gak suka sama kehadiran loe.”
“Tapi. Aku Cuma mau ……”
“Mau mau mau. Pusing gue. Vi, cabut yuk.” Kesal Ify seraya keluar kelas setelah sebelumnya mengajak Sivia, sahabat baiknya. Sementara Rio. Di tinggal begitu saja. Membiarkan teman-temannya menatap pemuda itu dengan tatapan yang bermacam macam.
Pemuda tampan ini sudah terbiasa dengan kelakuan gadis pujaannya itu. Kelakuan yang selalu membuat hatinya terasa sakit. Seperti tergores benda tajam yang sangat menusuk ke relung hatinya. Sakit, sesak. Itulah yang dirasakannya kini. Bukan kini. Tapi memang seperti itulah yang dirasakannya selama ini. Tentunya kejadian kejadian sebelumnya juga sama dan mendapat perlakuan yang sama.
Tapi ini cinta. Cinta pemuda ini pada gadis cantik itu. Cinta yang membutakan segalanya. Bahkan memperbolehkan harga dirinya jatuh di hadapan gadis itu dan tentunya teman-temannya. Tetapi pemuda ini tidak perduli. Pemuda ini hanya ingin membuat gadis itu berpaling padanya. Hanya ingin dirinya merasa di hargai keberadaannya. Tapi secara realita. Inilah kehidupannya.
***************
“Hai, lagi ngapain ???” Tanya Rio saat menemukan Ify sedang berdiri di koridor seraya memegang ponsel miliknya. Dan lagi-lagi gadis itu menorehkan luka ke hatinya. Gadis itu lagi lagi dan lagi tidak menjawab pertanyaannya. Lebih tepatnya tidak menganggap keberadaan dirinya.
“Mmm. Lagi nungguin sopir ya ??? Atau lagi nunggu Mobil umum lewat ???” Lagi lagi gadis itu hanya diam seraya menatap jalanan di hadapannya. “Aku temenin yah” Tanyanya lagi entah untuk keberapa kalinya. Dirinya seperti tidak di anggap oleh gadis itu. dirinya seperti butiran debu yang sungguh memiriskan keadaanya saat ini.
Dan Akhirnya gadis ini membuka suara mendengar pertanyaan dari pemuda yang kini sudah berada di sampingnya. “Gak usah. Loe pulang aja sana.”
“Gak. Aku mau nungguin kamu disini. Cuma takut kamu kenapa napa.”
“Sok perhatian banget sih loe.” Cibirnya pelan namun dapat di dengar oleh Rio.
“Mmm. Jadi, lagi nunggu sopir kamu atau lagi nungguin mobil umum lewat ???” Tanya Rio sekali lagi berharap gadis itu akan menjawab pertanyaanya.
“Gabriel.” Jawabnya singkat tetapi lagi lagi menggoreskan luka di hati Rio. Bahkan kali ini lebih dalam.
Gabriel. Gabriel Steven Damanik. Anak tunggal dari keluarga Damanik yang sangat terkenal kekayaannya itu. keluarga yang menduduki peringkat ke 8 dalam kategori keluarga terkaya se-Asia. Dengan memiliki wajah yang sangat tampan dan memiliki prestasi di bidang apapun. Menjabat sebagai Ketua OSIS dan juga sebagai kapten team basket. Mempunyai mata yang sangat indah dan alis yang tebal serta jika dirinya sedang tersenyum, terbentuk lesung pipit di kedua pipinya. Amat sangat manis. Gadis mana yang tidak tertarik dengan pemuda yang satu itu.
“Oh mau sama Gabriel. Terus Gabriel’nya kemana ??? Kok gak muncul muncul.”
“Loe itu kepo banget sih. Mau tahu aja urusan orang. Loe bisa menyingkir dari sebelah gue nggak.” Ujarnya dengan nada sinis seperti biasanya.
“Mmm. Seperti yang aku bilang tadi. Aku akan nemenin kamu disini.” Ucap Rio dengan mantapnya. Pemuda ini terlalu prosesif dengan gadis pujaannya ini. Bukan apa-apa. Hanya tidak ingin gadis ini mengalami kejadian yang membahayakan dirinya. Bahkan nyawanya sekalipun.
“Loe itu yah ……” Kesal Ify dan tidak melanjutkan omongannya. Karena dirinya terlalu kesal dengan pemuda di sampingnya. Jika di teruskan pemuda itu akan terus mengajaknya berbicara.
“Kenapa Fy ??? Aku kenapa ???” Tanya Rio lagi karena masih ingin tetap mengobrol dengan gadis ini. Tapi nyatanya. Ify kembali diam seraya mengedarkan pandangannya. Mungkin mencari keberadaan Gabriel. Atau hanya menghindar dari Rio.
“Pulang sama aku aja yuk Fy.” Ajaknya dan membuat Ify menolehkan wajahnya ke arahnya. Pemuda ini cukup senang melihat Ify yang merespon ucapannya.
“Pulang aja sendiri. Gue ogah pulang sama loe.” Tolaknya dengan kasar.
“Ya aku tahu itu. kamu pasti akan nolak.” Ucapnya penuh kekecewaan mendengar gadis itu menolak ajakannya lagi.
Yaps. Menawarkan pulang bareng ??? Sudah terlalu sering Rio lakukan. Bahkan mungkin setiap harinya dia selalu menawari Ify pulang bareng. Tapi apa ??? Jawaban gadis itu masih tetap sama. Menolaknya dengan nada yang kasar. Mungkin jika nada suaranya halus walaupun dia menolak ajakannya, mungkin akan mengurangi perasaan kecewa Rio. Tapi gadis itu tidak akan pernah bisa memahami perasaanya dan tidak akan pernah mengerti perasaanya saat ini. Kecewa.
“Udah tahu nanya. Yaudah pulang sana.” Usir Ify dengan nada kesal.
“Mmm. Gak. Aku ……”
“Yayaya. Gue cukup bosen dengan kalimat loe yang selanjutnya yang akan loe keluarin dari mulut loe itu. Bosen.”
Rio kembali diam. Dirinya sekarang sibuk memandang wajah cantik Ify. Dilihat dari sudut manapun gadis itu akan tetap cantik. Walaupun setelah bangun tidur pun gadis ini masih terlihat cantik. Pernah melihat ??? Jelas tidak pernah. Karena itu Cuma khayalannya saja. Diijinkan ke rumahnya saja tidak boleh apalagi masuk ke kamarnya. Sangat mustahil. Tapi dengan modal nekad. Pemuda ini bisa melakukannya. Dan tentunya membuat sang gadis kembali kesal.
“Loe ngapain ngelihatin gue sebegitunya ??? Ngefans ???”
“Habis kamu cantik banget.” Jawab Rio singkat tapi tidak membuat gadis cantik itu tersenyum malu ataupun tertawa mendengarnya seperti gadis gadis lain yang jika di puji oleh seorang pemuda, dia akan mengucapkan terima kasih disertai dengan senyumannya yang paling manis yang ia tunjukkan. Tapi tidak dengan Ify. Gadis ini berbeda. Berbeda dengan teman gadisnya yang lain.
“Gak mempan. Gue udah terlalu bosen ngedenger kata kata itu dari mulut loe. Dan gue jijik mendengarnya. Bikin mau muntah.”
“Gabriel kemana sih Fy. Lama yah.” Ucap Rio karena ingin mengalihkan pembicaraan yang tadi. Dirinya tidak ingin hatinya bertambah sakit mendengar kata-kata yang menyesakkan hatinya yang keluar dari bibir gadis pujaannya itu.
“Lama. Karena ada elo. Lebih baik loe pulang sekarang. Gue muak ngelihat loe setiap hari.” Balas Ify dengan nada yang cuek abis.
“Gak Fy. Makasih. tapi aku tetep ingin disini.”
“Terserah.”
Beberapa saat kemudian. Mobil sport keluaran terbaru telah berhenti di depan Rio dan Ify. Warnanya putih mengkilap. Dan amat sangat bersih di pandangnya. Pasti mobil baru yang baru saja pemiliknya beli. Kemudian ada seorang pemuda yang membuka pintu kemudi. Pemuda itu turun dari mobilnya. Memakai kacamata hitam yang menutupi matanya. Berperawakan tinggi semampai dan tubuhnya sangat atletis sekali. Persis seperti bintang iklan atau pemeran model yang sering muncul di tabloid remaja. The man is so perfect.
“Fy. Maaf yah. Tadi aku habis ngurusin map map di ruang osis. Di suruh Bu Winda soalnya. Maaf yah.”
“Iya nggak papa. Yang penting kamu udah di sini sekarang. Pulang yuk.”
“Yuk. Tunggu. Ngapain loe disini. Loe dari tadi sama Ify ???” Tanya pemuda yang memakai mobil sport itu kepada Rio.
“Iya. Gue dari tadi sama dia. kenapa emangnya ???” Jawab Rio santai.
“Loe tuh yah. Gue kan udah bilang. Jangan deketin dia lagi. Loe kenapa sih masih gak mau denger hah.”
“Siapa elo ??? Loe pacarnya ??? Bukan kan ??? jadi ngapain loe marah sama gue.”
“Heh. Gue emang bukan pacarnya. Tapi seenggaknya Ify itu lebih menganggap gue ada daripada loe yang gak di anggap keberadaanya sama sekali sama dia.”
Rio diam. Memahani kenyataan yang sedang dihadapannya sekarang. Yaps pemuda itu benar. Dia Gabriel. Pemuda yang selalu dekat dengan Ify. Dan selalu membuat Ify bisa tertawa lepas. Membuat gadis itu merasa bahagia bisa merasa di dekatnya. Yah. Rio akui jika kata kata pemuda itu sangat benar. ‘Heh. Gue emang bukan pacarnya. Tapi seenggaknya Ify itu lebih menganggap gue ada daripada loe yang gak di anggap keberadaanya sama sekali sama dia.’ Yah. Memang itulah kenyataan yang harus di hadapinnya. Bahwa dirinya tidak pernah di anggap ada oleh gadis pujaanya itu.
“Udah yuk Iel. Kita pulang aja. Aku capek tahu.” Ucap Ify manja seraya memeluk lengan Gabriel, pemuda mobil sport itu. Dan lagi-lagi perbuatan yang gadis itu lakukan membuat hati Rio kembali sesak.
“Yuk. Aku juga males berurusan dengan dia.” Balas Gabriel seraya melirik sinis ke Rio. Kemudian mereka melenggang pergi meninggalkan Rio yang hatinya sedang tergores benda tajam ini. Bahkan sangat terluka. Rasanya sakit sekali.
To be continue >>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar yang positive tentang postingan yang saya buat :)
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya teman :*